Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2No. 4Th. 2014
110
RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT NANAS
SISTEM PRESS MANUAL
(Design of Pineapple Peeler with Manual Press System)
Nando Edi Pramono Lingga
1*, Achwil Putra Munir
1, Nazif Ichwan
11)Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
*)Email : bangun_saribu@yahoo.com
Diterima 15 Oktober 2014/ Disetujui 15 November 2014
ABSTRACT
The handling of pineapple after harvest in skin peeling on farmer level generally are done manually by knife. Therefore, to overcome this weaknesses and disadvantages, a semi mechanic pineapple skin peeler was design that could peels the pineapple skin faster than manually, so it could made the work capacity increased, more neat peeling results, reducing the labor and can be used by anyone. The research was done by study of literature and observing the pineapple skin peeler with press manual system. Then designing the shape and coupling the components of the pineapple skin peeler. The pineapple skin peeler capacity for 11 cm, 10 cm and 7,5 cm blades diametre before honed were 139,76; 143,26; 1 49,25 pineapples per hour respectively. The pineapple skin peeler capacity for 11 cm, 10 cm, 7,5 cm blade diametre after honed were 143,47; 144,57; and 150,76 pineapples per hour respectively.
Keywords : blade, equipment design, pineapple skin peeler
PENDAHULUAN
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatansumber daya alam yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan industri dan juga bahan energi. Pertanian merupakan sektor yang paling memiliki peranan strategis dalam pembangunan ekonomi suatu daerah.Sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya melalui sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan.
Di negara maju, pemanenan dan penanganan pasca panen dengan alat mekanis sudah banyak diterapkan. Menurut Satuhu (1996), penanganan pasca panen dengan alat mekanis ini dilakukan untuk memanfaatkan waktu yang seefisien dan seefektif mungkin serta untuk meningkatkan pendapatan sektor pertanian. Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pascapanen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti perkembangan kebudayaan manusia.Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih tradisional dan terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam.Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks. (Sukirno, 1999).
Dalam meningkatkan mutu produk ada hal yang perlu diperhatikan yaitu mengenai penanganan pasca panen, dimana kehilangan hasil atau mutu saat ini dirasakan cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut sangat diperlukan usaha-usaha perbaikan, diantaranya melalui penanganan atau penerapan teknologi pasca panen yang bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan mutu komoditi dan menekan tingkat kehilangan secara kuantitatif dan kualitatif.Salah satu komponen yang menentukan penanganan teknologi pasca panen yaitu penggunanan alat-alat pasca panen,misalnya alat pengupas kulit nanas.
Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang sudah lama dikenal oleh masyarakat. Tanaman ini cukup mudah untuk dibudidayakan dan iklim indonesia pun ternyata sangat cocok untuknya.
Prospek agribisnis buah nanas sangat cerah baik di pasar dalam negeri maupun sasaran pasar luar negeri (ekspor). Permintaan
pasar dalam negeri terhadap buah nanas cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, makin baiknya pendapatan masyarakat, makin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi dari buah buahan, dan makin bertambahnya permintaan bahan baku industri pengolahan buah Buah nanas selain dikonsumsi segar juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, seperti dibuat selai, sari buah, konsentrat. Salah satu contoh proses lanjutan dari pengolahan nanas kupas adalah pengalengan dimana target utama pemasarannya adalah luar negeri (ekspor) (Murniati,2010).
Pengupasan kulit buah merupakan salah satu proses pasca panen yang bertujuan untuk melepaskan kulit buah dari daging buah agar dapat diolah lebih lanjut. Pengupasan secara manual umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama dan membutuhkan tenaga yang juga relatif besar jika diolah dalam jumlah besar.
Proses pengupasan sangat diperlukan
untuk pengolahan komoditi nanas yakni untuk
membuang kulit nanas yang tidak dapat dimakan
untuk meningkatkan penampilan p mengurangi energi, dan mengurangi ten
kerja. Pengupasan kulit nanas bertujuan
memperoleh nanas tanpa kulit agar lebih mudah dalam pengolahan lebih lanjut.
Penanganan pasca panen nanas dalam hal pengupasan kulit di tingkat petani umumnya
masih dilakukan secara manual yakni
menggunakan pisau. Maka untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari pengupasan kulit nanas secara manual perlu
pengupas kulit nanas yang mampu mengupas
kulit nanas dengan waktu pengupasan yang
relatif lebih cepat sehingga meningkatkan kapasitas kerja, hasil kupasan yang lebih rapi, mengurangi tenaga kerja serta dapat digunakan oleh siapa pun. Diharapkan dengan adanya alat pengupas kulit nanas ini dapat membantu pelaku-pelaku usaha tani nanas dalam hal
meningkatkan efisiensi produksi pengolahan
nanas.Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pengupas kulit nanas
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat PenelitianBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalahnanas,
besi,baut dan mur, mata pisau dari bahan
stainless steel. Alat-alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah alat tulis,
111 pasar dalam negeri terhadap buah nanas cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, makin baiknya asyarakat, makin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi dari buah-buahan, dan makin bertambahnya permintaan bahan baku industri pengolahan buah-buahan. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan seperti dibuat selai, sari buah, Salah satu contoh proses lanjutan dari pengolahan nanas kupas adalah pengalengan dimana target utama nya adalah luar negeri (ekspor) Pengupasan kulit buah merupakan salah satu proses pasca panen yang bertujuan untuk melepaskan kulit buah dari daging buah agar dapat diolah lebih lanjut. Pengupasan secara manual umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama dan membutuhkan tenaga yang juga relatif besar jika diolah dalam jumlah besar.
oses pengupasan sangat diperlukan nanas yakni untuk
g kulit nanas yang tidak dapat dimakan,
untuk meningkatkan penampilan produk akhir,
mengurangi energi, dan mengurangi tenaga Pengupasan kulit nanas bertujuan memperoleh nanas tanpa kulit agar lebih mudah Penanganan pasca panen nanas dalam hal pengupasan kulit di tingkat petani umumnya
masih dilakukan secara manual yakni
. Maka untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari pengupasan perlu dibuat alat pengupas kulit nanas yang mampu mengupas dengan waktu pengupasan yang relatif lebih cepat sehingga meningkatkan kapasitas kerja, hasil kupasan yang lebih rapi, mengurangi tenaga kerja serta dapat digunakan Diharapkan dengan adanya alat pengupas kulit nanas ini dapat membantu pelaku usaha tani nanas dalam hal oduksi pengolahan Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, menguji serta menganalisis nilai
upas kulit nanas
BAHAN DAN METODE
han yang digunakan dalam nanas, baja siku, plat mata pisau dari bahan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, mesin las, mesin
bor, gunting plat, mesin gerinda, gergaji besi,palu, tang, mesin tekuk las, kunci pas dan ring.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat pengupas kulit nanas ini.Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen
alat.Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pengupas Kulit Nanas Sistem ManualAlat pengupas kulit nanas sistem manual adalah alat yang dirancang untuk mengupas kulit nanas dengan metode pengupasan semi mekanis dimana pengoperasian alat menggunakan tenaga manusia. Alat ini mempunyai dimensi panjang cm, 30 lebar cm dan tinggi 54 cm (Gambar 1)
Gambar 1. Alat pengupas kulit nanas sistem press manual
Pemilihan bahan sangat mempengaruhi kinerja alat dan biaya produksi alat. Pada alat ini bahan-bahan yang digunakan dalam perancangan alat adalah besi, baja
steel, dan Politetrafluoroetilen
Diusahakan bahan yang dipilih adalah bahan yang kokoh agar dapat mendukung kinerja alat dan juga diusahakan perolehan bahan yang bor, gunting plat, mesin gerinda, gergaji besi,palu, tang, mesin tekuk las, kunci pas dan
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat pengupas kulit nanas perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat.Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pengupas Kulit Nanas Sistem Presspengupas kulit nanas sistem press adalah alat yang dirancang untuk dengan metode pengupasan semi mekanis dimana pengoperasian alat menggunakan tenaga . Alat ini mempunyai dimensi panjang30
(Gambar 1).
s kulit nanas sistem Pemilihan bahan sangat mempengaruhi kinerja alat dan biaya produksi alat. Pada alat ini bahan yang digunakan dalam perancangan alat adalah besi, baja stainless
Politetrafluoroetilen (teflon). han yang dipilih adalah bahan yang kokoh agar dapat mendukung kinerja alat dan juga diusahakan perolehan bahan yang
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2No. 4Th. 2014
112 mudah untuk menjaga kesinambungan bahan baku. Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas juga sangat mempengaruhi biaya produksi apabila ada usaha untuk memproduksi dalam jumlah besar.
Alat pengupas kulit nanas sistem press manual ini memiliki tiga komponen utama yaitu rangka alat, ring mata pisau, dan tuas penekan mata pisau. Selain itu, alat ini juga dilengkapi dengan pegas dengan diameter 1,4 cm dengan panjang 10 cm berfungsi untuk mengembalikan ring mata pisau dan tuas penekan kembali ke posisi semula. Holding (gagang penahan) berfungsi untuk penahan mata pisau. Pisau pemotong bonggol tengah nanas berbentuk silinder dengan diameter 2,5 cm dan terbuat dari bahan stainless steel berfungsi untuk memotong bagian tengah nanas. Pemasangan pisau pemotong bonggol tengah nanas sejajar dengan ujung ring mata pisau (Gambar 2).
Gambar 2. Mata pisau pengupas Mata pisau pada alat ini terbuat dari bahan
stainless steel berbentuk silinder dan terdapat
sebanyak tiga buah dengan dimensi yang berbeda-beda dimana diameter tiap-tiap mata pisau yakni 7,5 cm, 10 cm, dan 11 cm. Ketebalan tiap-tiap mata pisau yakni 1 mm, 2 mm dan 3 mm. Tinggi tiap-tiap mata pisau yakni 10,4 cm, 6 cm dan 6 cm. Pemasangan mata pisau dilakukan dengan sistem bongkar pasang pada holding (gagang penahan) dengan menggunakan baut sebanyak empat buah yang berhubungan langsung dengan tuas penekan. Penggunaan baut sebanyak empat buah bertujuan agar mata pisau terkunci dengan kuat agar tidak ada gaya yang terjadi di kedua sisi penahan mata pisau pada saat pengoperasian sehingga mata pisau diharapkan bekerja dengan sempurna. Pemasangan dengan sisitem bongkar pasang ini bertujuan agar mudah dalam pergantian mata pisau yang satu dengan yang lain. Mata pisau terhubung dengan tuas penekan yang terbuat dari besi plat dengan tebal plat 5 mm dan panjang diagonal 44 cm dan panjang vertikal 33 cm . Tuas penekan ini yang nantinya akan menggerakkan mata pisau menuju bahan.
Prinsip Kerja Alat Pengupas Kulit Nanas Sistem Press Manual
Alat pengupas kulit nanas ini bekerja dengan prinsip menggerakkan tuas penekan mata pisau pada nanas yang terlebih dahulu dipotong kedua ujungnya. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, bahan baku berupa nanas diletakkan diatas alas alat sejajar dengan arah mata pisau. Tuas penekan mata pisau digerakkan dengan cara ditekan secara manual menuju bahan.
Pemilihan Buah
Tidak semua jenis buah nanas dapat dikupas menggunakan alat ini karena beberapa faktor yaitu ukuran nanas dimana tidak semua nanas memiliki ukuran yang sama, bentuk nanas dimana bentuk nanas dipengaruhi oleh varietas nanas itu sendiri. Murniati (2010) menyatakan di Indonesia pada umumnya hanya dikembangkan dua golongan nanas yakni golongan Cayenne dengan ciri-ciri : daun halus, berduri sampai tidak berduri, ukuran besar, silindris, mata buah agak datar, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan rasa agak masa dan golongan Queen dengan ciri-ciri : daun pendek dan daun berduri tajam, buah berbentuk lonjong mirip kerucut sampai silindris, mata buah menonjol, berwarna kuning kemerah-merahan, rasanya manis. Buah nanas yang dikupas pada alat ini adalah buah nanas varietas cayenne yang sudah matang. menurut Santoso (2014) kriteria buah untuk pengalengan yang sesuai untuk dikupas adalah buah dengan tingkat kematangan antara 20 % - 90 % mata nanas telah berwarna kuning.
Pengukuran diameter buah dilakukan langsung di lapangan. Pengukuran diameter buah ini bertujuan untuk menentukan diameter mata pisau yang sesuai untuk dibuat. Pada penelitian ini nanas yang diukur adalah nanas yang berasal dari Kota Seribu Dolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
Proses Pengupasan
Proses pengupasan yang dilakukan dengan menggunakan alat ini adalah dengan terlebih dahulu memotong kedua ujung kulit nanas. Bahan yang telah siap selanjutnya diletakkan sejajar dengan arah mata pisau, kemudian tuas penekan digerakkan dengan cara ditekan menuju nanas hingga kulit nanas terkupas. Buah nanas yang terkupas berbentuk bulat sedangkan kulitnya terbelah dua. Setelah buah nanas terkelupas dilakukan pengupasan buah nanas yang selanjutnya. Seluruh pengoperasian alat ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Data hasil pengupasan dengan
113
jumlah nanas 10 buah masing-masing mata pisau dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data pengupas kulit nanas mata pisau sebelum diasah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada sepuluh buah nanas untuk mata pisau sebelum diasah dan diameter 11 cm dengan berat awal 20,64 kg diperoleh berat hasil setelah dikupas sebesar 11,20 kg (54,26 % dari berat awal), berat ampas (berat kulit dan bonggol) 8,03 kg (38,9 % dari berat awal) dan berat yang hilang sebesar 1,41 kg (6,83 % dari berat awal). Untuk mata pisau diameter 10 cm
dengan berat awal 16,31 kg diperoleh hasil setelah dikupas sebesar 8,50 kg (52,12 % dari berat awal), berat ampas sebesar 7,05 kg (43,23 % dari berat awal) dan berat yang hilang sebesar 0,72 kg (4,4 % dari berat awal). Untuk mata pisau diameter 7,5 cm dengan berat awal bahan 8,62 kg diperoleh hasil kupasan 3,58 kg (41,53 % dari berat awal), berat ampas 4,61 kg (53,48 % dari berat awal) dan berat yang hilang sebesar 0,43 kg (4,99 % dari berat awal).
Tabel 2. Data pengupas kulit nanas mata pisau setelah diasah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada sepuluh buah nanas untuk mata pisau setelah diasah (Tabel 2) dan diameter 11 cm dengan berat awal 21,23 kg diperoleh berat hasil kupasan 12,06 kg (56,81 % dari berat awal bahan), berat ampas (berat kulit dan bonggol) 8,06 kg (37,97 % dari berat awal bahan) dan berat yang hilang sebesar 1,11 kg (5,23 % dari berat awal bahan). Untuk mata pisau diameter 10 cm dengan berat awal 14,43 kg diperoleh hasil kupasan 8,16 kg (56,55 % dari berat awal bahan), berat ampas sebesar 5,87 kg (40,68 % dari berat awal bahan) dan berat yang hilang sebesar 0,40 kg (2,77 % dari berat awal bahan). Untuk mata pisau diameter 7,5 cm dengan berat awal bahan 9,32 kg diperoleh hasil kupasan 3,98 kg (42,7 % dari berat awal bahan), berat ampas 5,11 kg (54,83 % dari berat awal bahan) dan berat yang hilang sebesar 0,23 kg (2,47 % dari berat awal bahan).
Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada Tabel 1 dan Tabel 2, untuk mata pisau sebelum dan setelah diasah dapat dilihat bahwa semakin besar diameter pisau maka akan semakin besar juga berat hasil nanas setelah dikupas yang diperoleh. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya diameter nanas yang akan dikupas. Rata-rata diameter nanas yang dikupas
menggunakan mata pisau dengan diameter 11 cm adalah sebesar 12 cm, sedangkan rata-rata diameter nanas yang dikupas menggunakan mata pisau dengan diameter 10 cm adalah sebesar 11 cm dan rata-rata diameter nanas yang dikupas menggunakan mata pisau dengan diameter 7,5 cm adalah sebesar 9 cm. Jadi, jika semakin besar selisih antara diameter mata pisau dengan diameter nanas yang akan dikupas, maka akan semakin besar berat ampas yang dihasilkan mengakibatkan berat nanas setelah dikupas menjadi semakin sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada Tabel 1 dan Tabel 2, pada mata pisau yang telah diasah diperoleh persentase berat nanas setelah dikupas lebih besar daripada persentase berat nanas setelah dikupas pada mata pisau yang belum diasah. Hal ini disebabkan karena setelah diasah maka mata pisau akan menjadi lebih tajam sehingga pengupasan kulit nanas menjadi lebih sempurna dan tidak banyak daging nanas yang rusak akibat mata pisau yang tumpul. Selain itu setelah mata pisau diasah, luas penampang mata pisau semakin kecil (tajam) dan tekanan mata pisau terhadap buah nanas akan menjadi semakin besar sehingga nanas lebih cepat terkupas dan tidak banyak kandungan air yang keluar dari dalam nanas, akibatnya berat Diameter mata pisau (cm) Berat awal (kg) Berat setelah dikupas (kg) Berat kulit (kg) Berat Bonggol (kg) Berat hilang (kg) 11 20,64 11,20 7,37 0,66 1,41 10 16,31 8,50 6,50 0,59 0,72 7,5 8,62 3,58 4,20 0,41 0,43 Diameter mata pisau (cm) Berat awal (kg) Berat setelah dikupas (kg) Berat kulit (kg) Berat Bonggol (kg) Berat hilang (kg) 11 21,23 12,06 7,42 0,64 1,11 10 14,43 8,16 5,32 0,55 0,40 7,5 9,32 3,98 4,66 0,45 0,23
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2No. 4Th. 2014
114 yang hilang menjadi lebih kecil dan berat hasil setelah dikupas meningkat.
Berat bahan yang hilang sebagian besar diakibatkan oleh kehilangan kandungan air dalam nanas pada saat proses pengupasan nanas tersebut akibat tekanan dari alat, kemudian pada saat proses pengeluaran bahan dari dalam mata pisau dan saat proses penimbangan dimana terdapatnya selang waktu yang mengakibatkan juga kandungan air nanas keluar. Selain itu tingkat kematangan nanas juga akan mempengaruhi banyaknya berat bahan yang hilang, karena jika semakin matang nanas akan semakin tinggi kandungan airnya dan teksturnya juga semakin lunak, oleh sebab itu tekanan alat
pada nanas akan menyebabkan banyak air yang keluar dari dalam nanas dan akibatnya semakin besar juga berat bahan yang hilang dan demikian juga sebaliknya.
Kapasitas Alat
Kapasitas alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (Kg, buah) persatuan waktu (jam). Dalam penelitian ini kapasitas alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya buah nanas yang dikupas dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengupasan. Kapasitas alat dapat dilihat dari Tabel 3
Tabel 3. Kapasitas alat sebelum mata pisau diasah
Pada penelitian ini, lama waktu pengupasan dihitung pada saat bahan mulai dikupas sampai bahan selesai dikupas. Mata pisau sebelum diasah untuk diameter 11 cm selama 4,297 menit, untuk diameter 10 cm selama 4,190 menit dan untuk diameter 7,5 cm selama 4,020 menit. Waktu pengupasan rata-rata per buah untuk mata pisau dengan diameter 11
cm selama 25,78 detik, diameter 10 cm selama 25,14 detik dan diameter 7,5 cm selama 24,12 detik.
Kapasitas alat mata pisau sebelum diasah untuk pisau dengan diameter 11 cm sebesar 139,76 buah/jam, untuk pisau diameter 10 cm sebesar 143,26 buah/jam dan untuk pisau diameter 7,5 cm sebesar 149,25 cm.
Tabel 4. Kapasitas alat setelah mata pisau diasah
Untuk mata pisau setelah diasah (Tabel 4), waktu pengupasan untuk pisau dengan diameter 11 cm selama 4,183 menit, untuk diameter 10 cm selama 4,150 menit dan untuk diameter 7,5 cm selama 3,980 menit. Waktu pengupasan rata-rata per buah diameter 11 cm selama 25,098 detik, diameter 10 cm selama 24,9 detik dan diameter 7,5 cm selama 23,88 detik. Kapasitas alat mata pisau setelah diasah untuk diameter 11 cm sebesar 143,47 buah/jam, untuk pisau diameter 10 cm sebesar 144,57 buah/jam dan untuk pisau diameter 7,5 cm sebesar 150,76 cm.
Perbedaan waktu pengupasan ini disebabkan oleh tingkat kematangan buah, diameter nanas yang berbeda-beda dan kondisi fisik operator pada saat mengoperasikan alat.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, kapasitas alat setelah mata pisau diasah lebih besar dibanding mata pisau sebelum diasah. Hal ini disebabkan karena pada mata pisau yang telah diasah luas penampang mata pisau menjadi lebih kecil (lebih tajam) daripada mata pisau sebelum diasah sehingga tekanannya lebih besar dan mata pisau lebih cepat untuk mengupas kulit nanas.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 3 dan Tabel 4, dapat dilihat juga bahwa pada pisau baik sebelum maupun setelah diasah, semakin kecil diameter pisaunya maka akan semakin besar kapasitas alatnya. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran nanas yang digunakan. Untuk pisau dengan diameter yang paling kecil Diameter mata
pisau (cm)
Jumlah nanas (buah)
Waktu pengupasan rata-rata per buah (detik)
Total waktu (menit) Kapasitas alat (buah/jam) 11 10 25,78 4,297 139,76 10 10 25,14 4,190 143,26 7,5 10 24,12 4,020 149,25 Diameter mata pisau (cm) Jumlah nanas (buah)
Waktu pengupasan rata-rata per buah (detik)
Total waktu (menit) Kapasitas alat (buah/jam) 11 10 25,098 4,183 143,47 10 10 24,90 4,150 144,57 7,5 10 23,88 3,980 150,76
115 (7,5 cm) digunakan untuk mengupas nanas dengan ukuran diameter 8 – 9 cm, ukuran nanas ini lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nanas yang dikupas dengan pisau yang lebih besar (10 – 13 cm). Oleh karena itu, semakin kecil ukuran nanas yang dikupas, maka proses pengupasannya berlangsung lebih cepat, dengan demikian kapasitas alatnya pun semakin besar dibanding nanas dengan ukuran yang lebih besar, yang sudah pasti membutuhkan waktu pengupasan yang lebih banyak.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit
Biaya pemakaian alat
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh biaya untuk mengupas kulit nanas berbeda tiap tahun. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap tahun berbeda juga. Diperoleh biaya pengupasan kulit nanas sebesar Rp. 88,78083/buah pada tahun pertama, Rp. 84,74944/buah pada tahun ke-2, Rp. 83,40750/buah pada tahun ke-3, Rp. 82,7377/buah pada tahun ke-4, dan Rp. 82,33666/buah tahun ke-5.
Break even point
Menurut Waldiyono (2008), analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini
income yang diperoleh hanya cukup untuk
menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, alat pengupas kulit nanas ini akan mencapai BEP pada nilai 7.285,99 buah/tahun. Hal ini berarti alat ini akan
mencapai titik impas apabila telah mengupas kulit nanas sebanyak 7.285,99 buah/tahun.
Net present value
Net present value (NPV) adalah kriteria
yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga 6% adalah Rp. 59.386.089,45. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak menguntungkan - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama
dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
Internal rate of return
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah sebesar 44,64%. Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi 44,64%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
KESIMPULAN
1. Kapasitas alat pada alat pengupas kulit nanas mata pisau sebelum diasah dengan diameter 11 cm, 10 cm dan 7,5 cm berturut-turut adalah 139,76 buah/jam, 143,26 buah/jam dan 149,25 buah/jam. 2. Kapasitas alat pada alat pengupas kulit
nanas mata pisau setelah diasah dengan diameter 11 cm, 10 cm dan 7,5 cm berturut-turut adalah 143,47 buah/jam, 144,57 buah/jam dan 150,76 buah/jam. 3. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam
mengupas kulit nanas dengan alat pengupas kulit nanas sistem press manual ini tiap tahunnya adalah Rp. 88,78083/buah pada tahun pertama, Rp. 84,74944/buah pada tahun ke-2 Rp. 83,40750/buah pada tahun ke-3, Rp. 82,73770/buah pada tahun ke-4 dan Rp. 82,33666/buah tahun ke-5. 4. Alat ini akan mencapai nilai break even
point apabila telah mengupas nanas
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2No. 4Th. 2014
116 5. Net present value alat ini dengan suku
bunga 6% adalah Rp. 59.386.089,45 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. 6. Internal rate of return pada alat ini adalah
sebesar 44,64%.
DAFTAR PUSTAKA
Darun. 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan. Murniati, E. 2010. Sang Nanas Bersisik Manis di
Lidah. Penerbit SIC, Surabaya.
Santoso, B. B., 2014. Kematangan Produk dan indeks panen. httpwww.e-bookspdf.orgview. [diakses 19 April 2014].
Satuhu, S. 1996. Penanganan dan Pengelolaan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Sukirno. 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM
Press, Yogyakarta.
Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.