• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Teh adalah merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Teh adalah merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dari"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teh adalah merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dari beberapa komoditas pertanian yang ada di Indonesia. Teh sebagai salah satu komoditas yang bertahan hingga saat ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia melalui devisa yang dihasilkan selain untuk menjaga fungsi hidrolis dan pengembangan agroindustri. Perkebunan teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar (Sinaga, 2011).

Teh Camellia sinensis .L merupakan salah satu tanaman minuman penyegar beverage crop yang disukai orang karena rasa dan aromanya yang khas. Selain dapat memberikan kesegaran, teh mempunyai banyak manfaat lain untuk tubuh, karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat (karoten), mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Penelitian pada orang dewasa menunjukkan bahwa minum 3-4 cangkir teh sehari dalam jangka panjang dapat menurunkan risiko terhadap penyakit jantung coroner. Selain itu penelitian lain di Taiwan memperlihatkan bahwa kelompok yang biasa minum 100-600 ml teh/hari lebih rendah risiko terserang hipetensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak biasa minum teh, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat teh bagi kesehatan, maka diharapkan konsumsi teh di Indonesia akan meningkat dari 288 g/kapita/tahun menjadi sekitar 600 g/kapita/tahun. Tingkat konsumsi tersebut sama dengan tingkat konsumsi teh perkapita di negara-negara produsen teh lainnya seperti India, China dan Srilanka (Adimulya, 2006).

(2)

2 Teh mengandung Riboflafin yang membantu pertumbuhan, pencernaan dan vitalitas. Polifenol merupakan anti oksidasi jenis Biolavanoid yang seratus kali lebih efektif dari vitamin C dan dua puluh lima kali lebih efektif dari vitamin E, yang sangat berguna untuk mencegah kolesterol sehingga memperlancar pembuluh dalam mengirim darah yang penuh gizi ke jantung dan seluruh tubuh (PTPN VI Danau Kembar, 2015).

Kinerja ekspor teh Indonesia mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir. Diperkirakan ekspor teh Indonesia turun hampir 1% selama 5 tahun terakhir. Di tahun 2008, ekspor teh mencapai US$ 158 juta turun menjadi US$ 156,7 juta di tahun 2012. Sedangkan di Oktober 2013 sudah mencapai US$ 132,7 juta. Padahal harga per kg teh Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam, Srilanka, dan Kenya ( Detikcom, 2014).

Produksi teh Indonesia berfluktuasi dan cenderung menurun. Produksi teh di Indonesia pada tahun 2008-2013 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Produksi Teh Indonesia pada Tahun 2008-2013

No Tahun Produksi Teh Indonesia (ton)

1 2008 153.971 2 2009 156.901 3 2010 156.604 4 2011 150.776 5 2012 150.180 6 2013 152.726

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2013).

Produksi tanaman teh di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun. Pada tahun 2010 luas areal tanaman teh mencapai 124.573 ha dengan total produksi daun kering 150.342 ton. Tingkat produktivitas daun teh kering di Indonesia saat ini hanya 1.516 kg/hektar/tahun, jauh lebih rendah dari produktivitas potensial yaitu 2000 kg/hektar/tahun. Kondisi tersebut antara lain

(3)

3 disebabkan karena sebagian besar areal tanaman teh belum menggunakan benih unggul, umurnya sudah tua/rusak/tidak menghasilkan, populasi perhektar tidak penuh dan pemeliharaan tanaman teh kurang intensif Suswono (2014).

PTPN VI merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang industri perkebunan, mengusahakan komoditas kelapa sawit, karet, dan teh. Luas areal konsesi teh yang ada di PTPN VI Unit Usaha Danau kembar yaitu 669,26 hektar yang terdiri dari 2 afdeling. PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar menghasilkan teh dengan jenis orthodox atau teh hitam. Teh yang dihasilkan di ekspor keluar negeri. Negara pemasaran teh PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar yaitu Jerman, Inggris, Australia, Amerika Serikat, Pakistan, Timur Tengah, Singapura, Afganistan, Belanda, India, Kanada, Malaysia, Jepang, Rusia, Polandia, Ukraina, dan Arab.

Tabel 2. Produktivitas Teh PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar Tahun 2009-2014

No Tahun Produktivitas (kg/ha)

1 2009 3.140 2 2010 2.810 3 2011 3.082 4 2012 3.403 5 2013 3.159 6 2014 3.384

Sumber : PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar (2015).

Menurut Adimulya (2006) Menurunnya produksi teh Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Pertumbuhan dan produksi teh dipengaruhi oleh tiga faktor utama, antara lain: (1) tanaman (populasi, umur tanaman, jenis tanaman, umur pangkas, dan potensi genetik); (2) lingkungan tempat tumbuh (iklim, yang terdiri atas curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembaban udara, serta panjang penyinaran matahari); (3) tanah yang meliputi jenis, topografi, elevasi, fisik, kimia dan biologi tanah. Faktor-faktor tersebut saling terkait satu

(4)

4 dengan yang lainnya dan interaksi antar faktor sangat berpengaruh terhadap produksi teh.

1.2. Perumusan Masalah

Tanaman teh merupakan salah satu tanaman industri yang penting, karena manfaat yang ada cukup banyak yaitu sebagai bahan minuman, serta memberi manfaat yang lain bagi tubuh manusia. Teh termasuk salah satu komoditi ekspor nonmigas yang merupakan sumber devisa penting bagi negara. Tanaman teh yang ada di PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar tahun 2013 produktivitasnya semakin menurun, untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas tanaman teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar. Dari uraian tersebut maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh faktor produksi terhadap produktivitas tanaman teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar?

2. Seberapa besar hubungan X (umur tanaman, umur pangkasan, jumlah pemetik, kapasitas pemetik dan luas lahan) terhadap Y (produktivitas) tanaman teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh faktor produksi terhadap produktivitas tanaman teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar.

2. Menganalisis hubungan X (umur tanaman, umur pangkasan, jumlah pemetik, kapasitas pemetik dan luas lahan) terhadap Y (produktivitas) tanaman teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar.

(5)

5 1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi permasalahan rendahnya produktivitas teh yang ada.

2. Bagi pihak lain yang membutuhkan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang berkaitan.

3. Untuk peneliti agar dapat memperoleh pembelajaran sosial dan meningkatkan kapasitas mahasiswa dalam melakukan penelitian.

1.5. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

H0: Faktor umur tanaman teh, umur pangkasan, jumlah pemetik, kapasitas pemetik, dan luas lahan tidak berpengaruh terhadap produktivitas teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar.

H1: Faktor umur tanaman teh, umur pangkasan, jumlah pemetik, kapasitas pemetik, dan luas lahan berpengaruh terhadap produktivitas teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar.

(6)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tanaman Teh dan Perkembangan Teh di Indonesia.

Para ahli menyebutkan bahwa tanaman teh Cammelia sinensis .L, pertama kali ditemukan di China, yaitu di propinsi Szechwan. Tanaman teh termasuk genus Cammelia yang memiliki sekitar 82 spesies, tersebar dikawasan Asia Tenggara. Selain tanaman teh yang di minum sehari-hari sebagai minuman penyegar, juga genus Cammelia ini banyak berupa tanaman hias. Minuman teh oleh bangsa China pada awalnya merupakan minuman obat untuk berbagai penyakit. Pada tahun 589 (permulaan Dinasti Sui) untuk pertama kalinya minuman teh disajikan sebagai hidangan yang bermakna sosial dan religius

(Suryadi dan Abdullah, 2009). Menurut Hartoyo (2003) teh berfungsi dan berpengaruh bagi kesehatan,

khususnya manusia. Berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan mengkonsumsi teh diantaranya Penyakit Jantung Koroner, Diabetes Millitus, Karies Gigi, Kanker. Mengkonsumsi teh ini juga dapat mempertahankan berat badan ideal dan juga dapat mengurangi stress.

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684 dibawa dari Jepang oleh Andreas Cleyer seorang bangsa Jerman saat itu teh ditanam berupa tanaman hias, berasal dari bijinya. Laporan seorang pendeta yang bernama F.Valentijin, Pada tahun 1694 terdapat perdu teh tumbuh di Istana Gubernur Jenderal Champuys di Jakarta, yang berasal dari China. Tahun 1826 tanaman teh ditanam dikebun Raya Bogor. Pada tahun 1827 tanaman teh ditanam di kebun percobaan Cisirupan Garut Jawa Barat. Perkebunan teh di Indonesia tersebar di

(7)

7 Jawa dan Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera selatan).

Tahun 1910, mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. Demikian pula di Jawa berdiri perkebunan-perkebunan teh terutama Di Jawa Barat yang keadaan iklim dan tanahnya lebih cocok bagi tanaman teh. Industri tanaman teh di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan situasi pasar maupun keadaan di Indonesia sendiri. Pada tahun 1941, luas perkebunan teh di Indonesia ada sekitar 200.000 ha yang terdiri dari perusahaaan perkebunan besar seluas 125.000 ha dan perkebunan teh rakyat 75.000 ha, dengan jumlah total perkebunan sebanyak 299 buah (Tindaon,2009)

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1958 dilakukan pengambil alihan perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya, secara bertahap dilaksanakan rehabilitasi terhadap perkebunan teh yang telah menjadi milik negara tersebut. Meski demikian dalam manajemen di tingkat perkebunan, proses pengolahan bahkan sampai teknologi, perusahaan milik negara ini masih menggunakan teknologi atau mesin buatan Belanda. Dalam perkembangannya potensi besar dalam komoditi teh ini tidak hanya dimanfaatkan oleh BUMN, namun juga perusahaan swasta. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan pengolahan industri teh dari hulu hingga hilir. Sampai pada tahun 2004, terdapat 143 perusahaan perkebunan di Indonesia baik yang dikelola oleh swasta maupun BUMN

(Tindaon, 2009). Suswono (2014) luas perkebunan teh mencapai 122.206 ha dengan

(8)

8 95.496 ha atau 77,6%. Dari total luas areal tersebut perkebunan rakyat mencapai 56.258 ha (46,03%), perkebunan besar negara 38.103 ha (31,18%), perkebunan besar swasta 27.845 ha (22,79%).

2.2. Tanaman Teh Cammelia sinensis .L.

Menurut Syakir (2010) tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti : Cammelia thifera,Teha sinensis, Cammelia Teha dan Cammelia sinensis. Tanaman teh terdiri dari banyak spesies yang terbesar di Asia tenggara, India, Cina Selatan, Laos barat Laut, Muangthai Utara, dan Burma. Klasifikasi tanaman teh terdiri dari :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Diviso : Sphermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (tanaman berbunga) Class : Dicotyledoneae (tanaman berkeping dua) Ordo : Guttiferales

Famili : Tehaceae

Genus : Camellia

Spesies : Cammelia sinensis L. Varietas : Sinensis dan Asamika.

Tanaman teh termasuk jenis pohon, tetapi karena pemangkasan sehingga teh berbentuk perdu dengan tinggi 5-10 m ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tersebar, tunggal, serta memiliki helaian daun elips memanjang dengan pangkal daun yang runcing dan tepi daunnya bergigi. Bunga terletak di ketiak dan berkelamin dua (Hermafrodit) dalam satu pohon. Pohon teh memiliki kelopak bunga berjumlah 5-6 yang ukurannya tidak sama. Mahkota bunga

(9)

9 melekat pada pangkalnya. Benang sari membentuk lingkaran yang banyak, pada bagian terluar pangkalnya menyatu dan melekat pada mahkota, sedangkan pada bagian dalamnya terlepas. Teh memiliki tangkai putik yang bercabang tiga dan memiliki biji berjumlah satu.

2.3. Nilai Ekonomis, Kegunaan dan Manfaat Teh.

Teh saat ini menjadi minuman yang paling murah dan paling banyak diminum didunia disamping air putih, walaupun menurut nilai perdagangan total, teh masih menduduki posisi kedua setelah kopi. Dalam hal ekonomi teh merupakan sumber devisa memasukkan mata uang cadangan internasional bagi Negara berkembang penghasil teh lainnya. Indonesia merupakan Negara produsen teh nomor lima di dunia sesudah Srilanka, Afrika, RRC, dan India. Penerimaaan devisa dari ekspor komoditi ini mencapai 7,4% dari penerimaan total devisa dari ekspor. Sebelum tahun 1972 Indonesia tergolong sebagai negara ketiga pengekspor teh. Setelah India dan Srilanka. Dengan berhasilnya Kenya meningkatkan produksi dan mengekspor tehnya, kedudukan Indonesia tergeser sebagai negara pengekpor teh kelima. Hal ini berarti bahwa ekspor teh Indonesia hanya sebesar 5% - 6% dari jumlah ekspor teh dunia sebesar 680.000 ton setiap tahunnya. Sumbangan serta teh Indonesia di pasaran dunia rata-rata naik 4 – 6 persen pertahunnya. Teh Indonesia memilki sistem pemasaran yang sangat berbeda dengan negara produsen lainnya. Disamping untuk kepentingan ekspor sekitar 60%, sebagian yang lain sengaja tidak di ekspor karena untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dengan adanya dua arah pemasaran ini, fleksibelitas, pengembangan teh Indonesia dapat memperoleh peluang lebih baik dibanding dengan negara pengekspor lainnya (MURTI, 2003).

(10)

10 2.4. Syarat Tumbuh Teh Cammelia sinensis .L.

Berdasarkan daerah asalnya, tanaman teh berasal dari daerah tropis. Oleh sebab itu daerah penanaman teh yang cocok di Indonesia adalah daerah pegunungan. Iklim dan tanah adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh. Faktor iklim yang sangat penting diperhatikan bila berusaha tanaman teh adalah suhu udara (temperatur), curah hujan, sinar matahari dan angin. Faktor lain yang sangat erat kaitannya dengan faktor iklim adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut (Suryadi dan Abdullah, 2009)

1. Suhu Udara (Temperatur).

Tanaman teh berasal berasal dari daerah sub tropis, maka agar tumbuh dengan baik tanaman teh mengkehendaki udara yang sejuk. Suhu udara yang dikehendaki tanaman adalah 130C sampai 250C, cahaya matahari cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Faktor suhu yang berperan dalam pertumbuhan tanaman teh adalah temperatur permukaan daun dan temperatur tanah. Pertumbuhan daun muda dimulai pada pagi hari yaitu bila temperatur mencapai 210C. Temperatur yang mencapai 350C pada siang hari menyebabkan pertumbuhan terhenti. Temperatur tanah berpengaruh pada pertumbuhan akar dan tunas-tunas daun. Temperatur permukaan akar yang optimum adalah 300C, bila temperatur mencapai 100C pertumbuhan tanaman akan lambat atau terhenti (Suryadi dan Abdullah, 2009).

2. Curah Hujan.

Tanaman teh merupakan tanaman yang tidak tahan kekeringan. Tanaman ini hanya cocok ditanam pada daerah yang curah hujannya tinggi dan merata

(11)

11 sepanjang tahun. Curah hujan yang dikehendaki tanaman teh adalah jumlah hujan tahunan tidak kurang dari 60 mm. Musim kemarau jangan sampai lebih dari 2 bulan yang tidak ada hujan sama sekali. Curah hujan minimum yang dibutuhkan pertumbuhan tanaman teh yang baik adalah 1.150 mm sampai 1.400 mm pertahun. 1 ha tanaman teh yang sudah menghasilkan akan menguapkan air (transpirasi) sebanyak 25,40 kg/hari penguapan sebanyak itu setara dengan jumlah curah hujan sekitar 930 mm pertahun.

3. Cahaya Matahari.

Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh makin cepat, sepanjang curah hujan mencukupi apabila suhu mencapai 300C, maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat. Fungsi pohon pelindung di daerah dataran rendah adalah mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga suhu tidak meningkat terlalu tinggi (Tindaon,2009).

4. Angin.

Angin yang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah angin yang berasal dari dataran rendah. Angin dari dataran rendah membawa udara panas dan kering. Pencegahan serangan angin kencang adalah dengan menanam pohon penahan angin (wind braker) sepanjang batas atau sisi kebun. Angin kencang selama 3 hari berturut-turut akan merontokkan daun. Angin dapat pula mempengaruhi kelembaban udara serta penyebaran hama penyakit ( Suryadi dan Abdullah, 2009).

(12)

12 5. Kesesuaian Tanah

Suswono (2013) tanah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tanah subur, gembur dan mengandung bahan organik yang cukup (minimal 8%). Jenis tanah yang cocok untuk kebun perbanyakan sumber benih teh yaitu tanah Andosol (vulkanis muda) dan Latosol (PPTK, 2006). b. Lapisan olah cukup tebal, tidak terdapat lapisan cadas (pejal) yang sulit

ditembus akar.

c. Mudah meresapkan air (permeable) dan drainase baik. d. Tinggi tempat minimal 800 m dpl.

e. Kemasaman (pH) tanah < 6 (pH optimal untuk tanaman teh 4,5-5,6). f. Kemiringan lahan < 35% (rata, landai).

6. Elevasi.

Sepanjang iklim dan tanah serasi bagi pertanaman teh, elevasi tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh, elevasi tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh. Terdapat kaitan antara elevasi dan unsur iklim seperti suhu udara. Makin rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan makin tinggi. Oleh sebab itu pada daerah rendah diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara menjadi lebih rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Menurut keserasian elevasi di Indonesia terdapat 3 daerah, yaitu :

a. Daerah rendah < 800 m di atas permukaan lau. b. Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan lau. c. Daerah tinggi > 1.200 m di atas permukaan laut

Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh itu ditanam.

(13)

13 Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl (Syakir, 2010).

Menurut Suryadi dan Abdullah (2009) Pertumbuhan perdu teh sangat dipengaruhi oleh suhu udara, suhu udara sangat erat kaitannya dengan elevasi. Karena perbedaan suhu/elevasi yang menyebabkan perbedaan sifat pertumbuhan perdu teh, maka akan menyebabkan perbedaan mutu dari teh kering hasil pengolahan. Teh kering yang diproduksi dari daerah tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh kering yang dihasilkan dari daerah rendah. Kebun-kebun teh yang terletak di ketinggian lebih dari 1500 mdpl sering diserang frost embun beku.

7. Kemampuan Lahan.

Setelah mengetahui keserasian tanah dari suatu areal yang akan ditanami teh, maka kita perlu juga mengetahui kemampuan lahan kemampuan lahan berguna untuk menyusun program pengelolaan lahan kebun.

Kemampuan lahan didasarkan pada faktor-faktor : a. Kemiringan lahan, dibedakan atas :

a) Lahan datar, dengan kemiringan : 0% - 8% b) Lahan landai, dengan kemiringan : 9% - 15% c) Lahan miring, dengan kemiringan : 16% - 35% d) Lahan sangat miring, dengan kemiringan : > 35% b. Ketebalan top soil (tanah lapisan atas) :

a) Tanah atasan dangkal, ketebalan kurang dari 10 cm.

b) Tanah atasan agak dangkal, ketebalan sedalam 11 cm – 20 cm. c) Tanah atasan dalam, ketebalan lebih dari 20 cm.

(14)

14 2.5. Produksi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tanaman

Teh.

Menurut Sugiarto, Herlambang, Brastoro, Sudjana dan Kelana (2002) Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut biasanya dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi.

Mekanisme sistem produksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Input - Output

Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antar hasil produksi fisik (output) dan faktor - faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut :

Input

- Biologis (bibit, lahan, pupuk, obatan, SDM, alat,

Manajemen, Keahlian, dll) - Sosial-ekonomi (pendidikan,

usia, pelatihan, teknologi, lingkungan, sarana, pengalaman,dll OUTPUT (satu atau lebih) proses Teori produksi EFEKTIFITAS PENGGUNAAN INPUT - Efisiensi teknis - Efisiensi biaya - Efisiensi ekonomis PRODUKTIVITAS

(15)

15 Y = f (X1, X2, ... , Xn)

Keterangan :

Y = Hasil produksi fisik X1... Xn = Faktor produksi

Kegiatan agribisnis mempunyai faktor produksi diantaranya adalah : 1. Faktor Produksi Tanah / Lahan.

Tanah memiliki peranan yang sangat penting sebagai asal dan tempat sumberdaya alam yang lain. Tanah memiliki sifat khusus : luas relatif tetap/dianggap tetap tidak dapat dipindahkan sehingga tanah dianggap sebagai salah satu faktor produksi.

2. Faktor Produksi Modal.

Modal merupakan segala sesuatu (barang/uang) yang digunakan untuk menghasilkan produk/barang lain. Klasifikasi faktor produksi modal :

a. Menurut sifat. b. Menurut bentuknya. 3. Faktor Produksi Tenaga Kerja.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi primer, karena terikat pada manusia sebagai pelaksana. Pasar tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh kegiatan produksi. Kemampuan tenaga kerja untuk bekerja dipengaruhi : umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, kesehatan, dan faktor alam (iklim, kondisi lahan). 4. Faktor Produksi Pengelolaan/Manajemen.

Manjemen sangat penting dalam mencapai tujuan, ketiga faktor diatas tidak akan memberikan hasil optimal jika tidak dikelola dengan baik. 88% kegagalan bisnis disebabkan oleh manajemen yang tidak efektif. Berhasil tidaknya agribisnis

(16)

16 tergantung pada efektif tidaknya pemanfaatan sumberdaya organisasi oleh manajer.

Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi pada penelitian ini : 1. Umur Tanaman Teh.

Menurut Adimulya (2006) Tanaman teh dikenal mempunyai umur panjang mencapai 100 tahun. Meskipun demikian umur ekonominya hanya kira-kira 40-50 tahun. Melemahnya tanaman yang menyebabkan produksi menurun dapat disebabkan oleh umur tanaman teh yang sudah tua. Produksi kebun mencapai puncaknya pada umur 21-30 tahun dan setelah itu maka produksi akan menurun.

Semakin tua tanaman teh, akan semakin banyak bagian tanaman yang tidak produktif berupa batang atau cabang serta bagian akar yang besar. Dengan semakin banyaknya bagian tanaman yang tidak produktif, akan semakin banyak pula energi yang dihasilkan melalui fotosintesis dan makanan yang diserap dari dalam tanah yang digunakan untuk menyangga kelangsungan hidup dari bagian tanaman yang tidak produktif tersebut. Sebaliknya semakin sedikit energi yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk menghasilkan pucuk sehingga potensi produksi tanaman teh akan menurun dengan semakin bertambahnya umur tanaman secara relatif walaupun kondisi tanaman tersebut cukup baik (Raharja, 2010).

2. Umur Pangkasan Teh.

Syakir (2010) mengatakan salah satu tujuan pemangkasan adalah meningkatkan produksi tanaman teh dan Tobroni (1988) dalam Mutiara (2010) mengatakan pemangkasan merupakan tindakan penting dalam usaha meningkatkan produksi secara berkesinambungan sehingga jika pelaksanaan

(17)

17 pemangkasan dilakukan kurang tepat, maka potensi tumbuh dan produksi tanaman akan menurun. Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi bidang petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi. Produktivitas tanaman teh akan menurun sebanding dengan bertambahnya umur pangkas. Semakin tua umur pangkasan, maka akan semakin banyak bagian yang membutuhkan hasil fotosintesis sehingga pucuk yang dihasilkan berukuran lebih kecil dan lebih ringan meskipun jumlah pucuk semakin banyak.

Pada umumnya produktivitas tertinggi tanaman teh dicapai pada tahun kedua dan ketiga setelah pemangkasan. Produksi pucuk tertinggi didaerah medium terjadi pada tahun ketiga setelah pemangkasan sehingga pada saat-saat berikutnya produksi teh akan menurun. Dalam keadaan normal, tanaman teh dipangkas 3-4 tahun sekali yaitu apabila produksi pucuk makin menurun dan tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipetik (Johan, 2008).

Raharja (2010) menyatakan pada tahun ketiga atau keempat setelah dilakukan pemangkasan produksi tanaman teh biasanya menurun. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya umur tanaman maka bagian-bagian yang membutuhkan hasil fotosintesis semakin banyak sehingga ukuran pucuk semakin kecil dan bobotnya semakin ringan meskipun rumus petik yang digunakan sama. 3. Jumlah Pemetik Teh.

Tenaga petik merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai produksi yang maksimal. Ketersediaan pemetik yang sesuai dengan rasio tenaga pemetik akan membantu dalam membantu dalam proses pencapaian rencana produksi yang telah ditetapkan. Kekurangan tenaga pemetik mengakibatkan tidak

(18)

18 tercapainya target produksi yang telah ditetapkan. Kekurangan tenaga pemetik juga dapat mengakibatkan hanca petik tidak selesai dikerjakan dalam satu hari sehingga siklus petik akan mundur beberapa hari. Pucuk yang tidak dipetik sesuai siklus akan membuat pucuk lewat petik (kaboler) dan menurunkan mutu pucuk yang akan diolah (Mutiara, 2010)

4. Jumlah Kapasitas Pemetik Teh.

Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang harus dipetik oleh seseorang pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas petik antara satu pemetik dengan pemetik lainnya bergantung pada beberapa faktor, diantaranya cuaca, populasi tanaman, keterampilan pemetik, topografi areal yang dipetik dan kondisi pertumbuhan pucuk di lapangan.

Menurut Mutiara (2010) Kapasitas pemetik dapat dilihat dari beberapa faktor diantaranya usia, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan terhadap kapasitas pemetik.

a. Kapasitas pemetik berdasarkan usia.

Usia produktif seseorang untuk sebagai pemetik adalah 15-45 tahun sedangkan pada umur diatas 45 merupakan usia yang tidak produktif bagi pemetik. Pada usia produktif kondisi pemetik masih baik dan hasil pemetikan yang dicapai pun akan tinggi. Sedangkan pada usia yang tidak produktif kondisi pemetik sudah menurun dan mengalami kesulitan apabila menghadapi medan yang sulit.

b. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Pengalaman Kerja.

Lamanya masa kerja pemetik menentukan keterampilan pemetik dalam melaksanakan pemetikan, baik secara manual ataupun menggunakan gunting

(19)

19 petik. Pengalaman kerja yang tinggi mampu menghasilkan produksi yang tinggi pula, walaupun kualitas pucuk yang dihasilkan belum tentu baik. Pada umumnya pemetik lebih berorientasi pada jumlah produksi yang dicapai persatuan waktu. 5. Luas Lahan

Menurut Nasution, R (2009) Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani dan usaha pertanian. Dalam usahatani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan kecuali bila usahatani dijalankan dengan tertib. Penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar. Luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena hal berikut :

a. Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

b. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

c. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam skala luas tersebut.

Menurut Irmayani Noer dan Agus (2007), luas areal tanam dan produksi perhektar dipengaruhi oleh perubahan harga dan produksi perhektar juga dipengaruhi oleh perubahan areal tanam peningkatan produksi sebagai akibat peningkatan jumlah areal tanam.

(20)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar Afdelling A yang berada di Jorong Koto Ateh, Nagari Aia Batumbuak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat. Waktu penelitian selama 1,5 bulan yang dimulai dari tanggal 16 Maret 2015 sampai 29 April 2015.

3.2. Cara Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar Afdelling A dengan cara mencari dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder agar tujuan dari penelitian tercapai. Data primer diperoleh berdasarkan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi atau data-data perusahaan selama PKPM dan studi literatur yang berkaitan dengan judul yang ditetapkan.

3.3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu : (1) praktek secara langsung di lapangan dengan mengikuti setiap tahap pekerjaan atau kegiatan yang ada pada Afdeling A PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar; (2) Pengumpulan data primer dan data skunder; (3) Mengolah data dengan program SPSS versi 20 (4) menganalisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda; (5) membuat kesimpulan yang dibuat dalam bentuk tugas akhir.

(21)

21 3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara dan metode dokumentasi.

a. Metode Wawancara

Metode wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai langsung orang-orang yang terlibat dalam PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar diantaranya 1 orang asisten kebun, 1 orang krani, 1 orang pembantu krani, 1 orang mandor kepala/besar, 1 orang mandor 1, 3 orang mandor panen dan beberapa mandor lainnya serta beberapa karyawan di afdeling A PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar. Data yang ingin didapatkan yaitu jumlah karyawan, luas lahan yang ada dan lain-lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Hasilnya berupa data primer dan data skunder.

b. Metode dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu mengadakan survei terhadap data yang telah ada di PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar dan menggali teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini serta mencari metode dan teknik penelitian yang sesuai dari berbagai macam publikasi yang mendukung penelitian.

3.5. Variabel dan Data yang Diamati

Variabel merupakan atribut seseorang, atau subjek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau objek dengan objek lain.

(22)

22 Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen

Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Umur Tanaman (tahun) b. Umur Pangkasan (bulan) c. Jumlah Pemetik (orang) d. Kapasitas pemetik (kg) e. Luas lahan (ha)

2. Variabel dependen

Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah produksi teh perhektar pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar.

3.6. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan staf perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, seperti produksi pucuk, umur tanaman, umur pangkasan, jumlah pemetik, kapasitas pemetik dan luas lahan. Data sekunder juga diperoleh dari literatur yang relevan dan internet. Data sekunder yang ada kemudian diolah untuk kemudian dianalisis.

(23)

23 3.7. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Teh

3.7.1 Uji Asumsi klasik 1. Uji Multikolinieritas

Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Imam Ghozali, 2011:105) dalam Ramadhanis (2010). Cara umum untuk mendeteksi adanya multikolinear dalam model ini ialah dengan melihat bahwa adanya R² yang tinggi dalam model tetapi tingkat signifiknasi t-statistiknya sangat kecil dari hasil regresi tersebut dan cenderung banyak yang tidak signifikan. Selain itu untuk menguji multikoleniaritas, bisa dilihat matrik korelasinya. Jika masing-masing variabel bebas berkorelasi lebih besar dari 80% maka termasuk yang memiliki hubungan yang tinggi atau ada indikasi multikolinearitas. Uji multikonearitas dapat dilakukan untuk hasil regresi untuk kedua model yang akan diestimasi. Caranya adalah dengan mencari angka tolerance, dimana tolerance adalah nilai 1-R².R² disini adalah koefisien determinasi dari regresi atas suatu variabel bebas terhadap sisa variabel bebas lainnya. Setelah angka tolerance diperoleh selanjutnya dicari angka VIF. Angka VIF (variance inflation factor) yang merupakan kebalikan (resiprokal) dari tolerance. Dengan demikian semakin tinggi nilai tolerance semakin rendah derajat kolinearitas yang terjadi. Sedangkan untuk VIF, semakin rendah nilai VIF semakin rendah derajat kolinearitas yang terjadi. Batasan nilai maksimum VIF yang biasa digunakan untuk menjustifikasi adanya kolineritas adalah 10.

Menurut Sethyadarma (2010), cara untuk menentukan apakah suatu model memiliki gejala multikolinieritas, dapat dilihat dari nilai VIF masing-masing

(24)

24 variabel. Bila nilai VIF > 10 maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala multikolinieritas dan bila VIF < 10, maka dikatakan data tersebut tidak terdapat multikolinearitas.

2. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal Ghozali (2001) dalam Sutrisni (2010).

Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah :

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3. Uji autokorelasi

Menurut Rahmansyah (2013) Uji Autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian. Jika terjadi korelasi,maka hal tersebut dinamakan adanya permasalahan autokorelasi.

(25)

25 Untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi maka menggunakan uji Durbin-Watson, berikut hipotesis yang akan diuji :

a. Jika DW dibawah -2 berarti adanya autokorelasi positif

b. Jika DW berada antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Jika DW diatas +2 berarti ada autokorelasi.

4. Uji heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2001 dalam Sutrisni, 2010). Cara mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-standardizedSedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas adalah (Ghozali,2001 dalam Sutrisni 2010):

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis kuantitatif berfungsi menganalisis data kuantitas (faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas). Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi regresi.

(26)

26 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas teh dapat diuji menggunakan analisis regresi linier berganda yang merupakan hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…..Xn) dengan variabel dependen (Y).

Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan:

Y = Produktivitas teh, yaitu pucuk teh yang dihasilkan dari kebun dan siap untuk diolah (kg/ha)

a = Konstanta

b1s/d bn = Koefisien Regresi

X1 = Umur Tanaman Teh (tahun) X2 = Umur pangkasan (tahun) X3 = Jumlah Pemetik (orang) X4 = Kapasitas Pemetik (kg) X5 = Luas Lahan (ha) e = Standar Eror

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata juga dapat diuji dengan uji T. Uji t-statistik ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Suatu variabel dinyatakan mempunyai pengaruh nyata pada taraf tertentu jika nilai t-hitung > t-tabel. Namun perlu juga dilihat apakah model tersebut layak atau tidak untuk menduga parameter dalam fungsi produksi. Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel, dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) dan derajat bebas (df) dengan rumus n-k sebesar 34, diperoleh nilai t tabel sebesar 2,032.

(27)

27 Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (x1, x2,…xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefesien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara varibel independen (x1,x2,…xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Menurut Sugiyono (2007) cit Priyatno (2010) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut: 1. 0,00 - 0,199 = sangat rendah

2. 0,20 - 0,399 = rendah 3. 0,40 - 0,599 = sedang 4. 0,60 - 0,799 = kuat

5. 0,80 - 1,000 = sangat kuat

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,…Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen.

(28)

28 Nilai F statistik ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan membandingkan nilai F statistik dengan F Tabel. Model dinyatakan layak jika nilai F-hitung > F tabel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah produktivitas pucuk pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar, sedangkan variabel independennya adalah umur tanaman teh, umur pangkasan, jumlah pemetik, kapasitas pemetik dan luas lahan.

3.8. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel.

Defenisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Produktivitas yang dihitung merupakan produksi teh perhektar pada afdeling A selama 1 tahun dan dihitung dalam satuan kilogram (kg)

2) Umur teh adalah umur tanaman teh dihitung dengan waktu tanam, umur dihitung dengan hitungan tahun.

3) Umur pangkasan merupakan umur tanaman teh dilakukan pemangkasan, umur pangkasan dihitung dengan hitungan bulan.

4) Jumlah pemetik yaitu jumlah pemetik pada setiap sampel, dihitung berdasarkan jumlah pemetiknya dengan satuan orang.

5) Kapasitas pemetik yaitu berapa berat teh yang dapat dipemetik oleh satu orang pemetik, satuan yang digunakan disini adalah kilogram (kg).

6) Luas lahan yaitu berapa luasan lahan dalam sampel, dihitung dengan luasan hektar (ha).

(29)

29 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar.

Unit Usaha Danau Kembar merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Unit dari PTPN VI yang berdiri berdasarkan peraturan Pemerintah No. 11 tanggal 14 Februari 1996 dan Surat keputusan Menteri Keuangan republik Indonesia No. 165/KMK. 016/ 1996 tanggal 11 Maret 1996 tentang penggabungan PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar adalah Unit Usaha Ex. PTP VIII yang bernama Gunung Talang. Sebelum diserahkan kepada PTP VIII, Hak Guna Usaha Kebun Danau Kembar dimiliki oleh:

1. NV. CULLT MY. Taluk Gunung. 2. Tahun 1955 Expirasi Hak Erfpacht.

3. Tahun 1965 diberikan kepada PT. Kami Saiyo. 4. Tahun 1975 Hak Guna Usaha PT Kami saiyo dicabut. 5. Tahun 1976 diberi kepada PT. Pentarik Utama. 6. Tahun 1979 diserahkan kepada PTP VIII.

7. Tahun 1996 PTP berubah menjadi PTP Nusantara dan dimiliki oleh PTPN. 4.2. Kedudukan Perusahaan

PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar merupakan salah satu anak perusahaan dari PTPN VI yang termasuk salah satu perusahaan milik negara yang berpusat di Jambi. PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar terletak di Kenagarian Aie Batumbuak, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatra Barat.

(30)

30 4.3. Lokasi dan Data Georafis PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar

1. Lokasi/Topografi

Kebun Danau Kembar terletak dilereng Selatan Gunung Talang. Secara topografi pada umumnya bergelombang sampai agak curam dan ketinggian dari permukaan laut antara 1300 – 1600 m dpl. Elevasi/Tinggi dari Permukaan Laut antara lain sebagai berikut :

a) Elevasi/ Letak Kebun : 1o 01.40.26 “ S 100o 41o 59o G.24.60 dpl b) Elevasi Pabrik : 1.350m. dpl

c) Elavasi Kebun terendah : 1.290m. dpl d) Elevasi Kebun tertinggi : 1.480m. dpl 2. Keadaan Tanah & Iklim.

Jenis tanah yang ada Andosol dan Latosol dengan iklim basah yang bercurah hujan 2600 mm/tahun, hari hujan setahun 146 hari, sinar matahari 6 jam/hari dan kelembaban udara 82% s/d 95% dengan suhu rata-rata 180C s/d 250C.

3. Hak Guna Lahan

Luas HGU 669,26 Ha dengan perincian sebagai berikut :

a. Berdasarkan sertifikat HGU No.13 tanggal 27/4/2004 dengan luas 178,06 Ha. b. Berdasarkan sertifikat HGU No.14 tanggal 27/4/2004 dengan luas 141,73 Ha. c. Berdasarkan sertifikat HGU No.15 tanggal 27/4/2004 dengan luas 64,62 Ha. d. Berdasarkan sertifikat HGU No.16 tanggal 27/5/2005 dengan luas 285,25 Ha.

PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar berda pada Kenagarian Aie Batumbuak. Kenagarian Aie Batumbuak merupakan salah satu Kenagarian yang berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok.

(31)

31 Kenagarian Aie Batumbuak ini memiliki luas wilayah 180.000 ha (9 x 20 Km) 9 Km dari arah Timur ke Barat dan 20 dari arah Barat ke Selatan.Suhu rata-rata 180C. Nagari Aie Batumbuak berjarak ± 16 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan ± 52 Km dari Ibu Kota Provinsi. Waktu tempuh ke Ibu Kota Provinsi 1,5 jam, ke Ibu Kota Kabupaten 0,5 jam.

Nagari Aie Batumbuak mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Sungai Janiah.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan. 3. Sebelah Barat berbatasan denganNagari Batang Barus.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Danau Kembar.

Nagari Aie Batumbuak memiliki dataran tinggi dan tidak memiliki dataran rendah. Topografi bentang alam Nagari Aie Batumbuak terdiri dari perbukitan pegunungan 9000 ha dengan tingkat kesuburan tanah yang subur sebanyak 360 ha dan tidak subur atau kritis sebanyak 205 ha. Bentuk permukaan Kenagarian Aie Batumbuak merupakan daerah perbukitan dan dataran rendah yang bervariasi tingkat kemiringannya. Secara umum kemiringan wilayah Kenagarian Aie Batumbuak dibagi atas kemiringan bervariasi yaitu datar 5%, bergelombang 24-28% dan bukit 71-75%. Secara umum nagari Aie Batumbuak berada pada ketinggian 1.325 – 1360 m di atas permukaan laut (dpl) dan temperatur (suhu) antara 140C – 200C dengan curah hujan 2650-2700 mm. Jenis tanah yang ada pada Kenagarian Aie Batumbuak ini adalah Andosol .

(32)

32 4.4. Visi dan Misi PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar

Visi : menjadi unit usaha agribisnis perkebunan yang dapat memberikan kontribusi keuntungan pada PTPN VI dan peduli terhadap lingkungan sekitar dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional.

Misi :

1. Meningkatkan priotas tanaman menjadi 3000 kg teh kering/ha/tahun pada tahun 2013.

2. Mengupayakan agar harga pokok produksi lebih rendah dari pada harga jual. 3. Memelihara kemitraan yang harmonis antara unit usaha danaua kembar

dengan petani.

4.5. Sasaran PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar

1. Mengupayakan peningkatan protas tanaman kebun inti dengan sasaran 300 TK/ha/tahun melalui pemeliharaan tanaman secara konsisten dan program penyisipan serta mengganti tanaman baru dengan klon baru.

2. Mengoptimalkan perolehan grade 1 hingga mencapai sasaran 60% melalui perbaikan kualitas pucuk sebagai bahan baku.

3. Mengendalikan HPP dibawah Rp 13.000,- melalui efesiensi biaya pemeliharaan pabrik dan mengisi kekurangan tenaga kerja KHT dengan tenaga pemborong pada pekerjaan panen.

4.6. Susunan Organisasi Perusahaan

Suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu yang menentukan perusahaan dapat mencapai tujuan perusahaan adalah organisasi yang tersusun dengan baik dan teratur. Struktur organisasi yang baik dan jelas akan memberikan kemudahan

(33)

33 terhadap pekerja dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap perusahaan. Struktur organisasi pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar dapat dilihat pada lampiran 1 dan struktur organisasi pada Afdeling A PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar dapat dilihat pada lampiran 2.

Struktur organisasi pada suatu perusahaan dibuat untuk memberikan gambaran atau jalur-jalur perintah dan koordinasi di perusahaan. Struktur organisasi juga dapat menjelaskan perintah, tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi. Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dapat dilihat seperti dibawah ini :

1. Manajer

Manajer mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memimpin, mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan dalam bidang tanaman, proses produksi, administrasi, penguasaan materi atau personil dan penanganan wilayah perkebunan termasuk harta dan kebijakan direksi. b. Melaksanakan perencanaan dan kebijakan direksi.

c. Mengumpulkan dan mengajukan usulan maupun pendapat untuk bahan perbaikan.

d. Memberikan laporan kepada direksi tentang kegiatan bulanan dan tahunan maupun data keseluruhan tentang perkebunan.

(34)

34 2. Kepala Pabrik

Fungsi utama:

Membantu Manajer / Administratur dalam mengelola proses hasil Pengolahan di Unit sesuai dengan Kuantitas dan Kualitas yang ditentukan serta pengendalian biaya untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Tugas dan Tanggungjawab

a. Mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengawasi kegiatan operasional di pabrik berdasarkan SE. SI dalam bidang teknik pengolahan, mutu hasil jadi, penggunaan biaya, tenaga kerja sarana pengolahan, peralatan kerja dan administrasi.

b. Mengkordinir penelitian, memberi petunjuk kepada Asisten Pengolahan dan Pegawai/Karyawan Pengolahan dalam penyusunan rencana kerja /biaya operasional.

c. Menyusun rencana proses pengolahan harian, mingguan dan kordinasi dengan bagian terkait, serta membantu masalah pengangkutan dari lapangan.

d. Merencanakan dan mengawasi penempatan karyawan secara efektif dan efisien.

e. Menerima dan mengevaluasi laporan kerja harian dari asisten pengolahan f. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan asisten pengolahan dan

karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja dan juga kesejahteraan hidupnya.

g. Meneliti dan mengajukan permintaan barang dan alat-alat dengan memperhatikan kualitas maupun kuantitas.

(35)

35 h. Membina dan memberi petunjuk kepada seluruh bawahan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keagamaan, Olah Raga, lingkungan hidup, gotong royong ,Koperasi dan keamanan lingkungan Perusahaan.

i. Membina hubungan keluar khususnya terutama dibidang pengolahan/tenaga kerja dan pengamanannya.

j. Menerima dan melaksanakan tugas-tugas khusus atas pelimpahan wewenang dari Manajer / Administratur.

k. Memberi saran / usul kepada Manajer /Administratur baik diminta maupun tidak diminta untuk efetifitas dan efisiensi pengelolaan organisasi.

3. Asisten Pengolahan Fungsi utama:

Membantu Kepala Pabrik dalam mengelola proses hasil Pengolahan di Unit sesui dengan Kuantitas dan Kwalitas yang ditentukan serta pengendalian biaya untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Tugas dan Tanggung Jawab.

a. Mengkordinir ,memberi petunjuk dan mengawasi kegiatan kepada mandor-mandor dari masing unit kerja mengenai rencana kerja dan biaya operasional proses pengolahan.

b. Melaksanakan dan mengawasi kegiatan Operasional di Pabrik berdasarkan SE,SI dalam bidang proses pengolahan mutu hasil jadi penggunaan biaya, tenaga kerja , sarana pengolahan, peralatan kerja dan Administrasi.

(36)

36 c. Melaksanakan dan mengawasi proses pengolahan di masing-masing unit kerja dan kordinasi dengan bagian terkait terhadap alat dan mesin serta penerimaan produksi dari lapangan.

d. Memeriksa dan mengevaluasi laporan harian kerja mandor serta absensi tenaga kerja ,sesuai dengan Rencana Kerja Operasional (RKO).

e. Membuat laporan kerja harian kepad atasan.

f. Mengajukan permintaan kebutuhan alat dan bahan untuk proses pengolahan.

g. Menggunakan, menempatkan karyawan yang ada secara efektif dan efisien

h. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja pegawai/mandor dan karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja dan kesejahteraan hidupnya. i. Membina dan memberi petunjuk kepada seluruh bawahan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keagamaan ,Olah Raga, lingkungan hidup, gotong royong, Koperasi dan keamanan lingkungan Perusahaan.

j. Membina hubungan keluar khususnya terutama dibidang pengolahan/tenaga kerja dan pengamanannya.

k. Menerima dan melaksanakan tugas-tugas khusus atas pelimpahan wewenang dari kepala dinas pengolahan.

l. Menilai prestasi kerja karyawan bawahannya dan mengajukan penilaian tersebut keatasannya.

m. Memberi saran / usul kepada Kepala Pabrik sesuai dengan fungsi tugas dan tanggung jawabnya untuk efetifitas dan efisien pengelolaan organisasi.

(37)

37 4. Kepala Tata Usaha (KTU)

Kepala kantor merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan administrasi di perkebunan. Adapun tugas dan tanggung jawab kepala kantor adalah:

a. Mengawasi seluruh kegiatan krani-krani afdeling dalam pembuatan daftar gaji karyawan.

b. Mengontrol setiap daftar gaji tiap afdeling sebelum disetujui oleh pimpinan pada setiap akhir bulan.

c. Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan kebun. 5. Asisten Afdeling.

Tugas Asisten Afdeling adalah melakukan perencanaan dan monitoring, bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bidang tanaman mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Menyampaikan dan mengajukan pendapat dan masukan kepada kepala unit produksi mengenai peningkatan, perbaikan, dan penyempurnaaan pengelolaan bagian kebun. Wewenang yang dimiliki asisten adalah mengatur pelaksanaan tugas pekerjaannya secara efektif dan efesien, termasuk melakukan koordinasi dengan bagian lain. Asisten afdeling bertanggung jawab kepada unit produksi dalam melaksanakan tugasnya.

6. Mandor Besar.

a. Pelaksana tanggung jawab afdeling baik dalam pekerjaan setelah jam kerja dibawah pengendalian Asisten Afdeling.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan laporan kerja afdeling untuk disampaikan kepada asisten.

(38)

38 7. Krani I.

a. Membuat PB 10, buku asisten dan laporan lain dari afdeling. b. Melaksanakan dan mengkoordinasi administrasi afdeling. c. Membuat laporan data yang diperlukan kantor tanaman/asisten. d. Memonitor capaian RKAP afdeling dan melaporkan kepada asisten. 8. Mandor I.

Mengkoordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring kegiatan pemetikan dalam lingkup sektornya dibawah pengawasan Mandor Besar dan Asisten Afdeling yang meliputi :

a. Prognosa produksi, perencanaan tenaga, dan giliran/pusingan petik.

b. Mengawasi pelaksanaan pemetikan sesuai sistem prosedur yang telah ditetapkan.

c. Penanggung jawab pelaksanaan petik di sector / afdelingnya.

d. Mengontrol absensi, jadwal timbang, pengendalian mutu, bekas petik, prestasi dan jam kerja.

9. Mandor Panen.

Sama dengan uraian kerja Mandor Satu, tetapi dalam ruang lingkup di mandorannya yaitu sebagai berikut :

a. Membuat pragnosa produksi, perencanaan tenaga, dan giliran / pusingan petik.

b. Mengawasi pelaksanaan pemetikan sesuai sistem dan prosedur. c. Penanggung jawab pelaksanaan petik di mandorannya.

d. Mengontrol absensi pemetik, jadwal timbang, pengendalian mutu menilai bekas petik (KBP), prestasi dan jam kerja.

(39)

39 10. Mandor Boyan.

a. Menginventirisasi jenis pekerjaan dan jadwal pergilirannya yang menjafi bidang tugas Mandor Boyan, seperti menyiang bekas pangkas, pulling out, pemupukan, pemeliharaan jalan, saluran air, dan pinggiran.

b. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja. 11. Mandor CWC.

a. Menginventarisasi perkembangan gulma berdasarkan kondisi fisik dan penyemprotan sebelumnya.

b. Membuat perencanaan tenaga dan pelaksanaan penyemprotan.

c. Mengecek persiapan alat kelengkapan seperti alat semprot, ketersediaan air, dan herbisida.

d. Melaksanakan kalibrasi rutin setiap sabtu setelah jam kerja untuk mengecek kinerja alat.

e. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja. 12. Mandor Hama dan penyakit.

a. Menginventarisasi gejala serangan hama dan penyakit berdasarkan pengamatan Mandor Petik maupun petugas yang ditunjuk.

b. Membuat perencanaan tenaga dan perencanaan penyemprotan.

c. Mengecek persiapan alat kelengkapan seperti alat semprot, ketersediaan air, dan pestisida.

d. Melaksanakan kalibrasi secara rutin setiap hari sabtu setelah jam kerja. e. Memonitor perkembangan happen dan berkoordinasi dengan Mandor

Panen.

(40)

40 13. Mandor Pangkas

a. Menginventarisasi umur tanaman setelah pangkas dan tinggi pangkasan. b. Menyusun program pangkas untuk disampaikan kepada asisten.

c. Mengawasi pelaksanaan pangkas meliputi prestasi dan kualitas kerja. d. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja.

14. Mandor Pupuk.

a. Menginventarisasi tanaman yang dipupuk.

b. Mengawasi pelaksanaan pemupukan meliputi p[prestasi dan kualitas kerja. c. Absensi anggota, membuat perencanaan, dan laporan kerja.

15. Mandor Pemeliharaan TBM.

a. Merencanakan dan melaporkannya kepada Asisten pekerjaan pemeliharaan TBM seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan penyisipan.

16. Pembantu Krani I.

Tugas pembantu Krani adalah membantu kerani dalam penyelenggaraan administrasi afdeling.

17. Krani Timbang.

a. Melaksanakan penimbangan daun pemetik dan laporan adminitrasinya. b. Bersama Mandor Satu mengecek absensi karyawan yang tidak masuk

kerja di bawah koordinasi Krani Satu.

c. Melaporkan kepada Mandor Panen dan jajaran diatasnya mengenai prestasi/kapasitas kerja karyawan secara berkala.

(41)

41 4.7. Kondisi Tanaman dan Produksi

Tanaman klonal yang diusahakan terdiri atas TRI 2024, TRI 2025, dan Gambung. Klonal teh yang terluas saat ini adalah TRI 2024 dan TRI 2025. Tanaman teh yang ditanam pada periode tanam tahun 1980 sampai dengan 1985 termasuk TM, Periode tanam tahun 2009 termasuk TBM. Luas lahan dan Populasi tanaman teh pada Afdeling A dapat dilihat pada lampiran 3, setiap tahun populasi tanaman teh selalu mengalami perubahan (berkurang atau bertambah). Namun berkurangnya jumlah populasi kurang diperhatikan.

Jarak tanam yang digunakan dikebun Afdeling A adalah 120 cm x 80 cm. populasi tanaman teh perhektar berbeda disetiap blok bergantung pada kondisi masing-masing blok, karena kondisi blok ada yang datar dan juga perengan. Rata-rata populasi tanaman dikebun Afdeling A adalah 10.000 tanaman/ha.

Produksi teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar selalu berfluktuasi, kadang produksi meningkat dan kadang menurun. Produksi dan Produktivitas teh pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar tahun 2010 -2014 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Teh di Afdeling A PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar tahun 2010 -2014.

No Tahun Luas (ha)

Produksi Produktivitas Pucuk (kg) Kering (kg) Pucuk

(kg/ha) Kering (kg/ha) 1 2010 274,13 3.468.380 770.626 12.652 2.811 2 2011 274,13 3.800.810 844.885 13.865 3.082 3 2012 274,13 4.196.080 932.889 15.307 3.403 4 2013 274,13 3.885.260 866.015 14.173 3.159 5 2014 274,13 3.746.650 927.697 13.666 3.384 Jumlah 19.097.180 4.342.112 69.663 15.839 Rata-rata 274,13 3.819.436 868.422 13.933 3.168 Sumber : Afdeling A PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar (2015)

(42)

42 Rata-rata produksi pucuk selama tahun 2010 sampai 2014 adalah 3.819.436 kg dengan luas lahan 274,13 ha, sedangkan produksi rata-rata produksi keringnya adalah 868.422 kg. Rata-rata produktivitas teh kering afdeling A tahun 2010-2014 3.168Kg/ha. Produksi dan produktivitas yang dihasilkan terbilang rendah yang disebabkan oleh target produksi yang tidak tercapai. Target dan realisasi serta persentase pencapaian target produksi teh afdeling A tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4.Target dan Realisasi Produksi Teh di Afdeling A PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar tahun 2010 -2014.

No Tahun Luas

(ha)

Produksi teh (kg) % Realisasi terhadap Target Target Realisasi 1 2010 274,13 4.002.055 3.468.380 86,66% 2 2011 274,13 4.096.000 3.800.810 92,79% 3 2012 274,13 4.020.000 4.196.080 100,04% 4 2013 274,13 4.060.000 3.885.260 95,69% 5 2014 274,13 4.159.283 3.746.650 90,08% Jumlah 20.337.338 19.097.180 Rata-rata 274,13 4.067.468 3.819.436 93,90% Sumber : Afdeling A PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar (2015)

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi yang dihasilkan dalam beberapa tahun tidak mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan, hal ini disebabkan oleh rendahnya produksi yang dihasilkan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena umur teh yang sudah tua, karena sudah memasuki tahun pangkas, jumlah pemetik yang tidak memadai, dan kapasitas pemetik yang rendah.

Pabrik teh terletak pada pada ketinggian 1.350 m.dpl dengan ketinggian kebun antara 1.290 mdpl – 1.480 mdpl, dengan kapasitas terpasang pada pabrik sebesar 45.140 kg/hari yang terdiri dari produksi daun basah inti sebanyak 25.000 kg/hari, produksi teh jadi sebanyak 5.500 kg/hari, produksi daun basah plasma

(43)

43 12.000 kg/hari dan produksi teh jadi 2.640 kg/hari. Rata-rata penerimaan produksi daun basah perhari pabrik PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar adalah 30-40 ton/hari.

Pabrik teh PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar menghasilkan 2 jenis produksi yaitu produksi teh inti yang bernama Danau Kembar dan teh Plasma yang bernama Gunung Talang. Pabrik teh PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar menghasilkan teh hitam Orthodox. Produk teh hitam Orthodox memiliki 3 jenis mutu teh yakni Grade I, Grade II dan Grade III. Jenis produksi teh inti (Danau Kembar) yaitu :

1 Grade I 57,26% : (Broken Pecco), BOPF (Broken Orange C, PF (Pecco

Fanning), DUST I, BP (Broken Pecco), BT(Broken Tea).

2 Grade II 37,82% : PF II (Pecco Fanning II), DUST II, BP II (Broken

Pecco II), BT II (Broken Tea II), Dust III.

3 Grade III 4,92% : FAAN II (Fanning II), FANN IV (Fanning IV), BM (Broken Mix), DUST IV, FLUFF.

Sedangkan jenis teh Plasma (Gunung Talang) yaitu :

1 Grade I 43,51% : PF (Pecco Fanning), DUST I, BT (Broken Tea).

2 Grade II 46,27% : PF II (Pecco Fanning II), DUST II, BP II (Broken

Pecco II), BT II (Broken Tea II)..

3 Grade III 10,22% : FANN IV(Fanning IV), BM (Broken Mix), FLUFF Negara Pemasaran teh PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar yaitu Jerman, Inggris, Australia, Amerika Serikat, Pakistan, Timur Tengah, Singapura, Afganistan, Belanda, India, Kanada, Malaysia, Jepang, Rusia, Polandia, Ukraina, dan Arab.

(44)

44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis Data. 5.1.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Imam Ghozali, 2011:105) dalam Ramadhanis (2010). Untuk dapat menentukan apakah terdapat multikolinearitas dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance serta menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Adapun nilai VIF dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini :

Tabel 5. Pengujian Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) Umur .901 1,110 Pangkasan .773 1,294 Jumlah Pemetik .303 3,301 Kapasitas Pemetik .601 1,665 luas lahan .350 2,857

a. Dependent Variabel: produktivitas Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 Tabel 6. Matrik Korelasi Variabel Independen

Correlations

produktivitas Umur pangkasan jumlah pemetik Kapasitas pemetik luas lahan Pearson Correlat ion Produktivitas 1.000 .082 -.533 -.402 .854 -.317 Umur .082 1.000 -.043 -.240 .035 -.314 Pangkasan -.533 -.043 1.000 .289 -.454 .202 jumlah pemetik -.402 -.240 .289 1.000 -.439 .763 Kapasitas .854 .035 -.454 -.439 1.000 -.134 luas lahan -.317 -.314 .202 .763 -.134 1.000 Sumber : Data Primer yang diolah, 2015

(45)

45 Tabel 5 terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance yang lebih kecil dari 10% yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel bebas yang lebih besar dari 95%. menurut Sethyadarma (2010) dalam Sari (2014), cara untuk menentukan apakah suatu model memiliki gejala multikolinieritas, dapat dilihat dari nilai VIF masing-masing variabel. Bila nilai VIF > 10 maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala multikolinieritas dan bila VIF < 10, maka dikatakan data tersebut tidak terdapat multikolinearitas. Dapat diambil kesimpulan bahwa pada data ini tidak terdapat multikolinearitas. Sedangkan dari matrik korelasi variabel independen, terlihat dari tabel 6, bahwa variabel bebas yang memiliki korelasi tertinggi adalah luas lahan (X5) dengan produktivitas (y) dengan nilai korelasi 31,7%. Nilai korelasi tersebut masih dapat ditolerir karena dibawah 95%. Sehingga dari hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.

2. Uji normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah :

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(46)

46 b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

untuk pengujian residual model regresi maka dapat dilihat probability plot pada gambar 2 berikut :

Gambar 2. Uji Normalitas

Sumber : Data Primer yang diolah, 2015

Grafik noemal probability plot menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan grafik histogramnya menunjukkan normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

3. Uji autokorelasi

Menurut Rahmansyah (2013) Uji Autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian. Jika terjadi korelasi,maka hal tersebut dinamakan adanya permasalahan autokorelasi.

(47)

47 Untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi maka menggunakan uji Durbin-Watson, berikut hipotesis yang akan diuji :

a. Jika DW dibawah -2 berarti adanya autokorelasi positif

b. Jika DW berada antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Jika DW diatas +2 berarti ada autokorelasi

Untuk pengujian autokorelasi dapat kita lihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Uji autokorelasi

Model Summaryb Mode l R R Square Adjuste d R Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics Durbin -Watson R Square Change F Change df 1 df 2 Sig. F Change 1 .913a .833 .805 861.75784 .833 29.006 5 29 .000 1.880 a. Predictors: (Constant), luas lahan, kapasitas pemetik, umur, pangkasan, jumlah pemetik b. Dependent Variabel:

Sumber : Data Primer yang diolah, 2015.

Dari tabel 7 diatas dapat kita lihat bahwa nilai Durbin-Watson dari regresi adalah 1,880 yang berada antara -2 sampai +2 artinya tidak ada autokorelasi pada data, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini baik karena bebas dari autokorelasi.

4. Uji heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2001 dalam Sutrisni, 2010). Cara mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-standardized. Uji

Gambar

Gambar 1. Hubungan Input - Output
Gambar 2. Uji Normalitas
Gambar 3. Uji Heterokedastisitas
Tabel 14. Jenis, Dosis dan Aplikasi Pemupukan Pada Tanaman Teh
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tahap ini berupa analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya baik itu data sumur, data seismik, maupun korelasi dari keduanya, yang dilanjutkan dengan

Perkebunan Nusantara II Kebun Bandar Klippa dapat dilakukan dengan mudah karena telah memiliki keputusan dengan uji sistem yang dilakukan sehingga memudahkan

11 Mencermati pedoman Kurikulum Pendidikan Madrasah tingkat menengah Atas (MA) bahwa pelaksanaan KTSP masih banyak permasalahan dan seharusnya dilaksanakan sesuai

merupakan salah satu jamur antagonis yang mempunyai potensi yang cukup besar dan efektif dalam pengendalian penyakit tanaman.. Mekanisme pengendalian jamur patogen dapat

tase wisata belanja yang banyak dikunjungi pada tahun 2009 sampai 2010 adalah wisata belanja Pusat sebesar 18,4%, wisata.. belanja factory outlet sebesar 11,3%, dan

Dalam penelitian tersebut terdapat pengaruh signifikan dari efektivitas audit manajemen sumber daya manusia terhadap produktivitas tenaga kerja perusahaan dengan

Menurut Barda Nawawi, tindak pidana mayantara adalah teknologi komputer dengan menggunakan internet tidak hanya digunakan untuk kegiatan pemerintah, bisnis, maupun

Data luas panen, produksi, dan produktivitas padi menurut kecamatan di Kabupaten Pringsewu Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.. Luas panen, produksi, dan produktivitas padi