• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KINERJA DAN PERSPEKTIF USAHA PAKAIAN JADI (KASUS JAYA PRINTING GARMENT, JAKARTA) R. DEDDY HERMAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KINERJA DAN PERSPEKTIF USAHA PAKAIAN JADI (KASUS JAYA PRINTING GARMENT, JAKARTA) R. DEDDY HERMAWAN"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

(KASUS JAYA PRINTING GARMENT, JAKARTA)

R. DEDDY HERMAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul : Kajian Kinerja dan Perspektif Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya Printing Garment, Jakarta) merupakan hasil karya sendiri di bawah arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir ini.

Bogor, Juli 2011

R. Deddy Hermawan F352060055

(3)

ABSTRACT

R. DEDDY HERMAWAN. Performance Assessment and Business Perspectives Garment (Case Study at Jaya Printing Garment, Jakarta). Under the Guidance MUHAMMAD SYAMSUN As Chairman and BUDI PURWANTO as Member.

The economic crisis that occurred in late 2007 caused by the subprime mortgage crisis that occurred in America, impact on industry in Indonesia. One of the industries that experienced heavy pressure is textiles and textile products. Jaya Printing Garment Company, Jakarta as one of the companies engaged in the apparel, survived until the present. Armed with the experience of 1997, these companies continue to produce to meet the needs of the domestic market and business development, by selling apparel products imported from China. The purpose of this study were (1) Identify, analyze and evaluate the position and the company's current condition, (2) Know the company's financial performance, and (3) Identify the developments, enterprise, and develop appropriate of marketing strategies in winning the business competition. This study uses descriptive and analytical methods that are case studies. Processing and data analysis using the method of calculation of financial ratios, such as liquidity ratios, leverage, coverage, activity and profitability ratios. To formulate strategies for using the matrix IFE, EFE, IE, and SWOT. The results of the identification of factors internal strategy, labor-owned company is a major strength and its main weakness is the promotion and sales force, value obtained for 2.889 IFE and EFE values of 2.511, where the position of the company lies in the cell V. Market penetration and product development is an alternative strategy that can be applied. Demonstrate the company's financial performance, Liquidity Ratio - CR of 9.26x and 4.2x for QR indicate company's current debt can still covered by current assets. While the EBITDA Coverage Ratio/Debt amounting to 117.36%, decreased due to the increased HPP. Profitability ratio decreased to 7.19% due to increased HPP so companies have to lower profit margins in order to compete, this is reflected in the decline in the company to 9.87% ROE. Sales growth rose to Rp 1.75% due to increased demand from existing customers. Overall financial condition of the company in 2010 showed a positive value. SWOT Analysis Results for Garment Printing Jaya obtained alternative that can be applied, a combination of (a) The S-O Strategy, namely Maintain relationships with customers and suppliers, maintain product quality, (b) W-O Strategies: Maximizing the capacity of their existing production, increase in promotional activities (c) S-T Strategy: Increase creativity in creating new product designs, Providing competitive rates, (d) W-T Strategies Provides ease of payment for customers who have good payment history.

(4)

RINGKASAN

R. DEDDY HERMAWAN. Kajian Pemasaran Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya Printing Garment, Jakarta). Di bawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN dan BUDI PURWANTO.

Krisis ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 2007 yang diakibatkan oleh subprime mortgage yang terjadi di Amerika, berimbas terhadap perindustrian yang ada di Indonesia. Salah satu industri yang mengalami tekanan cukup berat adalah industri tekstil dan produk tekstil. Dengan penurunan kemampuan daya beli masyarakat, maka turun pula demand terhadap produk tekstil tersebut. Negara-negara EU, USA dan Jepang sebagai pasar utama produk negara, yang juga terkena imbas krisis menurunkan permintaan tekstilnya dari Indonesia. Dari hal tersebut banyak perusahaan tekstil di Indonesia yang gulung tikar.

Perusahaan Jaya Printing Garment, Jakarta sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pakaian jadi, mampu bertahan sampai saat sekarang. Dengan berbekal pengalaman dari tahun 1997, perusahaan ini terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan pengembangan usahanya, dengan menjual produk import pakaian jadi dari China.

Tujuan dari kajian ini adalah (1) Melakukan identifikasi, analisa dan evaluasi posisi dan kondisi perusahaan saat ini; (2) Mengetahui kinerja keuangan perusahaan; dan (3) Mengidentifikasi perkembangan perkembangan perusahaan, serta menyusun strategi pamasaran yang tepat dalam memenangkan persaingan usaha.

Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus. Data yang telah terkumpul kemudian dideskripsikan sebagaimana adanya untuk menjelaskan keadaan perusahaan. Pengolahan dan analisis data menggunakan metode kuantitatif yang terutama bertujuan melihat kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan rasio keuangan, seperti rasio likuiditas, leverage, coverage, aktivitas, dan rasio rentabilitas. Sementara untuk mengevaluasi kondisi lingkungan perusahaan serta merumuskan strategi menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana alat analisa yang digunakan, yaitu matriks IFE, EFE, IE dan SWOT untuk menentukan alternatif strateginya.

Hasil dari identifikasi faktor strategi internal, tenaga kerja yang dimiliki merupakan kekuatan utama perusahaan dan kelemahan utamanya adalah promosi dan tenaga pemasaran, Nilai IFE yang diperoleh sebesar 2,889 dan nilai EFE sebesar 2,511, dimana posisi perusahaan terletak pada sel V. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan alternatif strategi yang dapat diterapkan.

Dalam Kinerja Keuangan dengan menggunakan Rasio yang umum dilakukan, Rasio Likiditas – CR sebesar 9.26x maupun QR sebesar 4.2x menunjukkan hutang lancar perusahaan masih dapat dicover oleh asset lancer. Sedangkan Rasio Coverage EBITDA/DEBT sebesar 117,36%, menurun karena meningkatnya HPP. Rasio Profitabilitas menurun menjadi 7,19% dikarenakan HPP meningkat sehingga perusahaan harus menurunkan profit marginnya supaya bisa bersaing, dan ini tercermin dari turunnya ROE perusahaan menjadi 9.87%. Pertumbuhan Penjualan meningkat menjadi sebesar 1.75% dikarenakan adanya peningkatan permintaan dari pelanggan existing. Secara keseluruhan kondisi keuangan perusahaan 2010 menunjukkan nilai yang positif.

(5)

Hasil Analisa SWOT untuk Jaya Printing Garment didapat alternative yang dapat diterapkan, merupakan kombinasi dari (a) Strategi S-O, yaitu Menjaga hubungan dengan pelanggan dan pemasok, Menjaga kualitas produk; (b) Strategi W-O : Memaksimalkan kapasitas produksi yang masing ada, Peningkatan kegiatan promosi; (c) Strategi S-T : Meningkatkan kreativitas dalam menciptakan desain produk yang baru, Memberikan harga yang bersaing; (d) Strategi W-T Memberikan kemudahan pembayaran bagi pelanggan yang mempunyai sejarah pembayaran yang baik.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(7)

KAJIAN KINERJA DAN

PERSPEKTIF USAHA PAKAIAN JADI

(KASUS JAYA PRINTING GARMENT, JAKARTA)

R. DEDDY HERMAWAN

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(8)

Judul Tugas Akhir : Kajian Kinerja dan Perspektif Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya Printing Garment, Jakarta)

Nama Mahasiswa : R. Deddy Hermawan Nomor Pokok : F352060055

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Muhammad Syamsun, MSc Ir. Budi Purwanto, ME

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : Kajian Kinerja dan Perspektif Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya Printing Garment, Jakarta). Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister profesional dalam program Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku pembimbing utama dan Ir. Budi Purwanto, ME selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengetahuan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penyusunan Tugas Akhir ini. Kepada Prof.Dr.Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen penguji, terima kasih banyak atas masukannya untuk dapat memperbaiki Tugas Akhir ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, istri, anak serta seluruh keluarga dan teman-teman atas segala doa, dan dukungannya.

Semoga Tugas Akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan industri garment pada khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini diharapkan, agar menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bai pihak-pihak yang berkepentngan.

Jakarta, Juli 2011

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 9 April 1973 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, pasangan Bapak Rukito Baheramsyah dan Ibu Edah Djubaedah. Pada Tahun 2006 penulis menikah dengan Cahyo Ayu Setiyowati dan sekarang telah dikaruniai seorang putri yang bernama Alisha Anandya Hermawan. Penulis diterima di Universitas Pasundan dengan program Sarjana (S1) pada tahun 1991 di Jurusan Ekonomi Manajemen dan selesai pada tahun 1996. Penulis bekerja di PT BNI (Persero) Tbk. Mulai tahun 1997 memulai karir sebagai tenaga frontliner di BNI Cab Kuningan Jawa Barat sampai tahun 2000. Setelah bergabung dengan Divisi Tresuri tahun 2000, penulis berkesempatan untuk menjadi Home Staff di BNI cabang New York selama 3 tahun. Sekarang penulis di tempatkan di Medan sebagai Manager di Treasury Regional Area (TRA) Medan. Penulis masuk kuliah di Program Studi Magister Profesional Industri (MPI) IPB pada tahun 2006 sebagai Angkatan VIII. Sebagai tugas akhir di program Pascasarjana, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Kajian Kinerja dan Perspektif Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya Printing Garment, Jakarta)” dibawah bimbingan Dr.Ir. Muhammad Syamsun, MSc dan Ir. Budi Purwanto, ME.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Garment ... 4

B. Balance Score Card ... 5

C. Strategi Pemasaran ... 9

D. Matriks SWOT ... 12

E. Kinerja Keuangan ... 13

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu ... 15

B. Metode Kerja ... 15

C. Aspek Kajian ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 25

B. Hal yang Dikaji ... 26

C. Analisis Kelayakan Usaha ... 45

D. Perumusan Strategi ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Model Matriks IFE dan EFE ... 17 2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal perusahaan …. 19 3. Jumlah mesin dan kapasitas produksi …………...……… 28

4. Kinerja keuangan perusahaan ……… 30

5. Realisasi omset perusahaan tahun 2008-2010 (juta Rp) ………… 35 6. Matriks IFE Jaya Printing Garment ....……….…….. 42 7. Matriks EFE Jaya Printing Garment ……….……. 43 8. Matriks SWOT Jaya Printing Garment ……….……. 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Matriks Internal Eksternal ...……….. 19

2. Matriks SWOT ……….……. 20

3. Tahapan proses pra produksi ……….……… 27

4. Tahapan proses produksi ……….…….………. 28

5. Sistem distribusi produk Jaya Printing Garment ….……….……. 33

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor

strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta ... 53

2. Kuesioner untuk penilaian pengembangan produk ……… 59

3. Perhitungan bobot faktor strategi internal …………... 69

4. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal ………….…... 70

5. Rekap bobot faktor strategi internal dan eksternal .….…... 71

6. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal …………..……….…... 72

(15)

A. Latar Belakang

Krisis global telah membawa dampak negatifpada perekonomian dunia termasuk Indonesia.Imbas krisis di Indonesia mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan Triwulan III 2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada Triwulan IV tahun 2008. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia pun turut merasakan akibatnya. Melemahnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan Jepang, telah menurunkan daya beli masyarakatnya dan sebagai akibatnya permintaan untuk TPT pun mengalami penurunan. Padahal AS, UE, dan Jepang adalah pasar ekspor utama produk TPT dunia termasuk dari Indonesia.

Selain itu, sejak di berlakukannya pasar bebas Asean dan Cina, cukup banyak menganggu kinerja industri dalam negeri khususnya Garment. Industri garment adalah industri yang memproduksi pakaian jadi dan perlengkapan pakaian. Yang dimaksud dengan pakaian jadi adalah segala macam pakaian dari bahan tekstil untuk laki-laki, wanita, anak-anak dan bayi. Bahan bakunya adalah kain tenun atau kain rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts, polo shirt, dan sportswear), pakaian dalam (underwear) dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan perlengkapan pakaian meliputi kaus kaki, sarung tangan, syal, selendang, kerudung, cadar, saputangan, dasi dan sebagainya.

Ditengah kondisi perekonomian Indonesia tersebut, masih terdapat perusahaan yang mampu bertahan, diantaranya adalah industri Jaya Printing Garment yang dirintis sejak tahun 1997. Perusahaan ini bergerak dalam industri pengolahan dengan sub sektor industri pakaian jadi, kecuali bahan berbulu. Jenis produk yang dihasilkan antara lain baju tidur dewasa dan anak-anak, kaos oblong, dan lain-lain. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar menengah ke bawah dan dijual secara grosir ke pelanggan melalui agen. Sejak pertengahan tahun 2010, perusahaan telah melakukan ekspansi usaha di bidang perdagangan pakaian yang diimpor dari China Usaha tersebut telah berjalan sejak pertengahan tahun 2010 dan sampai saat ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik.

(16)

Perkembangan dunia usaha tekstil dan produk tekstil pada beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan pesat sebagai akibat dukungan perkembangan teknologi yang memungkinkan pembuatan produk dengan biaya rendah dan mutu yang tinggi. Sebagai konsekuensinya persaingan untuk memperebutkan pangsa pasar yang ada menjadi semakin ketat. Persaingan itu menjadi semakin menarik seiring dengan meningkatnya perekonomian yang berdampak pada meningkatnya permintaan. Berbagai perkembangan diatas hanya dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi suatu perusahaan maupun negara apabila strategi pemasaran yang ditempuh sudah tepat.

Beberapa faktor perlu mendapat perhatian dalam upaya pengembangan usaha, di antaranya adalah produk yang terjamin mutunya, harga kompetitif, serta keberlangsungan produksi. Faktor lain yang juga harus diperhatikan dalam rangka pengembangan produk adalah peningkatan teknologi, rekayasa proses, serta rancang bangun alat yang tepat guna, yang ditunjang secara kuat dengan penelitian dan pengembangan terapan (David, 2006). Oleh karena itu perlu adanya perencanaan dan penyusunan strategi untuk mengembangkan hasil produksi. Dibutuhkan penerapan prinsip-prinsip manajemen strategik, terutama pemasaran dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari. Penerapan strategi pemasaran yang tepat sangat menunjang keberhasilan suatu produk di pasar. Strategi dapat dikatakan sebagai cara atau taktik bersaing, karena salah satu tujuannya adalah untuk memenangkan persaingan, di samping sebagai usaha untuk menembus pasar bagi produk baru.

Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh departemen dalam suatu perusahaan turut memberi andil besar bagi pertumbuhan sebuah perusahaan, namun departemen pemasaranlah yang bisa menghasilkan pendapatan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa bidang pemasaran merupakan tulang punggung bagi perusahaan. Pemasaran begitu pentingnya sehingga tidak lagi dipandang sebagai fungsi tersendiri, melainkan harus dipandang bahwa pemasaran merupakan keseluruhan bisnis itu sendiri.

Tujuan akhir dari aktivitas pemasaran adalah untuk mempengaruhi sifat dan jumlah permintaan pelanggan terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dapat disimplifikasikan, maka manajemen pemasaran adalah

(17)

manajemen permintaan atas produk-produk perusahaan, karena semua kegiatan pemasaran adalah ditujukan agar produknya dapat diterima dan kemudian disenangi pasar. Untuk bisa disenangi atau diterima pasar inilah diperlukan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga produk yang dijual benar-benar bisa memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen. Upaya tersebut harus dimulai sebelum suatu produk diproduksi hingga pemberian pelayanan setelah sebuah produk sampai di tangan konsumen.

Sebagai industri yang memiliki posisi penting di perekonomian Indonesia namun menghadapi permasalahan yang berat, maka dipandang sangat penting untuk melakukan kajian yang komprehensif bagi industri garment ini untuk mengetahui prospeknya di masa mendatang.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disusun perumusan masalah berikut:

1. Bagaimana posisi dan kondisi perusahaan saat ini ? 2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan ?

2. Bagaimana perkembangan perusahaan serta strategi pemasaran usaha apa yang harus dilakukan perusahaan?

C. Tujuan

Tujuan dari kajian ini adalah :

1. Melakukan identifikasi, analisa dan evaluasi posisi dan kondisi perusahaan saat ini

2. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan.

3. Mengidentifikasi perkembangan perkembangan perusahaan, serta menyusun strategi pamasaran yang tepat dalam memenangkan persaingan usaha.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Garment

Industri garmen adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT), bisnisyang global, yang akan terus eksis, dinamis dan berkembang. Karena di dalambisnis ini berhubungan dengan cara mengekspresikan diri, emosi dan identitas seseorang, yang akan sangat dipengaruhi oleh budaya dan kehidupan sosialnya dalam masyarakat. Dalam industri ini akan sangat banyak melibatkan pekerja dengan berbagai macam talenta dan kemampuan agar produk yang dibuat sesuai dengan keinginan konsumen (ILO, 2006). Dalam hal ini Biro Pusat Statistik membagi jenis usaha berdasarkan besarnya jumlah pekerja, yaitu (Adiningsih, 2004): Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah pekerja kurang dari 3 orang. Usaha kecil, dengan jumlah pekerja sebanyak 5-9 orang.Usaha menengah, dengan jumlah pekerja sebanyak 20-99 orang. Usaha besar, dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang.

Industri garmen sekarang ini sudah sangat jauh berkembang, sehingga menyebabkan timbulnya persaingan bebas. Para pelaku pasar sedang berlomba-lomba untuk menciptakan desain dan produk baru. Dengan adanya persaingan yang global maka akan sangat berdampak pada industri yang ada di dalam negeri, karena banyaknya produk dari luar negeri sudah menguasai pasar. Industri garmen berkembang pesat pada negara-negara di Asia dan pemegang bisnis garmen terbesar sampai saat ini adalah negara Cina, tercata sudah lebih dari 19 juta orang bekerja pada industri tekstil dan industri pakaian,yang mana semua pekerjanya 70% didominasi oleh wanita (ILO, 2006). Produk-produk dari Cina yang sekarang sudah menguasai sebagian besar pasar di Indonesia.Selain inovasi yang terus berkembang, faktor utama yang menunjang adalah harga yang murah. Pengembangan industri garmen merupakan salah satu bagian dariprioritas pengembangan 10 kluster. Industri garmen menjadi salah satu industri yang mempunyai peran strategis tidak saja karena kontribusinya terhadap perolehan devisa tetapi juga dalam penyerapan terhadap tenaga kerja karena produk yang demikian beragamdari hulu ke hilir, mulai dari bahan baku sampai barang konsumsi. Karena itu, Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk

(19)

pengembangan klaster industri garmen, sebab Indonesia memiliki sumber daya alam petrokimia sebagai bahan baku industri ini.

Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai potensi penyediaan bahan baku yang cukup besar bagi industri garmen, baik berupa kayu maupunnonkayu seperti limbah pertanian, bambu dan sumber serat lainnya. Indonesia dewasa ini memiliki potensi produksi bahan baku industri garmen yang cukupbesar, yaitu serat sintetis sebesar 1.408.700 ton/tahun, benang 1.920.258 ton/tahundan kain 1.312.106 ton/tahun (Indonesia, Departemen Perindustrian, 2005). Impor garmen di pasar dunia diperkirakan meningkat rata-rata 4% pertahun, namun kemampuan Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar relatif kecil. Hal itu terlihat dari kenyataan bahwa dengan peningkatan ekspor garmen dunia tahun 2003 ke tahun 2004 sebesar US$ 614 juta, namun pangsa pasar produk TPT Indonesia relatif tetap. Tujuan utama ekspor garmen Indonesia pun relatif tetap, yaitu ke Amerika Serikat, Eropa dan Jepang (Indonesia, Departemen Perindustrian, 2005).

Selain kondisi aktual di atas, industri garmen nasional juga dipengaruhi oleh perilaku pasar (konsumen dan buyer di pasar dunia) yang antara lain tercermin dari trend permintaan yang cepat berubah, konsumen makin sensitif terhadap harga (persaingan harga yang semakin ketat), semakin pendeknya waktupemesanan (lead time), dan perilaku konsumen yang makin sulit diramalkan.

B. Balance Score Card

BSC merupakan konsep yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992. Konsep BSC pada dasarnya merupakan konsep manajemen dan dalam implementasinya difokuskan pada pengukuran kinerja organisasi atau perusahaan dengan pendekatan keseimbangan (balance). Pendekatan secara seimbang tersebut dilakukan dengan mengukur kinerja berdasarkan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan (Nawawi, 2006).

(20)

Kebanyakan perhatian organisasi hanya bertumpu pada kepentingan pemilik modal, sehingga hanya perspektif keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen dan mengabaikan kinerja aspek non-keuangan lainnya. Dalam lingkungan persaingan yang kian turbulen, proses pengambilan keputusan manajemen perlu didukung dengan sistem tolok ukur kinerja integratif, dimana secara internal konsisten dengan visi, misi dan strategi perusahaan disertai umpan balik yang semakin cepat, serempak dan simultan.

BSC merupakan sarana pengukuran kinerja yang melintasi empat perspektif yang seimbang dan terkait secara klausal dari hilir ke hulu. Aspek-aspek yang diukur dalam BSC (Yuwono dkk, 2007) adalah :

1. Perspektif keuangan, yaitu mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu growth, sustain dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran berbeda, sehingga penekanan pengukurannya berbeda pula. Growth (tahap pertumbuhan) dimana pada umumnya perusahaan masih beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal rendah. Tolok ukur yang cocok dalam tahap ini, misalnya ada atau tidaknya tingkat pertumbuhan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.

Sustain adalah tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan

reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian yang baik, sehingga tolok ukur keuangan diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Harvest adalah tahap dimana sudah tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran utamanya adalah keuangan, sehingga sebagai tolok ukur adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.

2. Perspektif pelanggan, dimana perspektif ini merupakan leading indicator, sehingga kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan/nasabah di masa depan, meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

a. Customer Core Measurement yang memiliki beberapa komponen pengukuran :

(21)

1) Markets share yang meliputi : jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan volume unit penjualan.

2) Customer retention : mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.

3) Customer acquisition : mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru

4) Customer satisfaction : menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.

5) Customer profitability : mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut.

b. Customer Value Proposition menggambarkan pemicu kinerja yang didasarkan pada atribut :

1) Product/service attributes : meliputi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasi apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan, selanjutnya pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut.

2) Customer relationship : menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan. Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasannya.

3) Image and reputation : menggambarkan faktor-faktor yang menarik konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun citra dan reputasi dapat dilakukan melakukan iklan dan menjaga kualitas seperti dijanjikan

3. Perspektif proses bisnis internal. Perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasanya sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Pengukuran kinerja dalam perspektif ini berpedoman pada proses-proses berikut :

a. Proses inovasi, yaitu proses menggali pemahaman tentang kebutuhan pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang dibutuhkan.

(22)

b. Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau jasa. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan pada : waktu, mutu dan biaya.

c. Proses pelayanan purna jual merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk atau jasa dilakukan. Perusahaan dapat mengukur, apakah upayanya dalam pelayanan purna jual telah memenuhi harapan pelanggan.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Dalam perspektif ini perusahaan menggunakan tolok ukur :

a. Kemampuan pegawai (Imployee capabilities), yaitu adanya perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai, sehingga kecerdasan dan kreativitas pegawai dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tolok ukur kemampuan pegawai adalah tingkat kepuasan pegawai, tingkat perputaran pegawai dan besarnya pendapatan perusahaan per pegawai.

b. Kemampuan sistem informasi (Information systems capabilities), yaitu adanya sistem informasi yang memadai, sehingga kebutuhan informasi seluruh tingkatan pegawai dapat dipenuhi sebaik-baiknya. Adapun tolok ukurnya adalah tingkat ketersediaan, ketepatan dan waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

c. Motivasi dan pemberdayaan (Motivation and empowerment), yaitu adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif kepada karyawan, sehingga perlu dukungan motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Adapun tolok ukurnya adalah banyaknya pegawai yang telah mengetahui dan mengerti tujuan dari perusahaan.

Dengan menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melalui serangkaian indikator sebab akibat yang penting bagi organisasi dari mulai aktivitas keuangan, operasional, bisnis, korporasi dan lain-lain, para pengambil

(23)

keputusan akan mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kinerja beragam aktivitas perusahaan, namun tetap dalam satu rangkaian strategi yang saling terkait satu sama lain.

C. Strategi Pemasaran

Untuk mencapai suatu tujuan dan menciptakan keunggulan bersaing setiap perusahaan menggunakan strategi yang tepat. Menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip Rangkuti (2005) mengatakan bahwa “Strategi merupakan tindakan yang bersifat inkremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Menurut David (2006), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Strategi bisnis berupa perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan join venture. Penetrasi pasar merupakan suatu strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan meningkatkan penjualan produk yang ada saat ini kepada segmen pasar yang sekarang tanpa mengubah produk (Kotler dan Amstrong, 2001).

Tujuan akhir dari strategi penetrasi pasar adalah untuk menguasai dan mempertahankan pangsa terdepan dari pasar total untuk produk baru (Boyd et al., 2000). Dapat pula diartikan bahwa strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Dua peubah yang sangat penting untuk pelaksanaan strategi adalah segmentasi pasar dan pemosisian produk, kedua hal tersebut merupakan kontribusi penting bagi manajemen strategis dalam pemasaran (David, 2004). Positioning adalah citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen. Kunci dari positioning adalah persepsi konsumen terhadap produk atau jasa (Sumarwan, 2004). Hal lainnya, bargaining power pelanggan meningkat sedemikian rupa, sehingga industri atau dunia usaha harus

(24)

melayaninya, kalau tidak mau tersingkir dari kancah persaingan yang semakin dahsyat (Purnomo dan Zulkieflimansyah, 1999).

Menurut Rangkuti (2005), segmentasi pasar merupakan tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli/konsumen secara terpisah. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki, sedangkan positioning merupakan penetapan posisi pasar, yang bertujuan untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. Menetapkan pasar sasaran adalah proses mengevaluasi daya tarik dari masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki (Kotler dan Amstrong, 2001).

Menurut Buttle (2004), segmen pasar adalah proses memilah-milah pasar menjadi sub-sub kelompok bersifat kurang lebih homogen yang memungkinkan diberi proposisi nilai yang berbeda dan pada akhir proses tersebut, perusahaan dapat menentukan segmen-segmen mana yang ingin dilayaninya. Menurut Kotler dan Amstrong (2001), segmen pasar adalah suatu kelompok konsumen yang memberikan respon dengan cara yang sama terhadap serangkaian usaha-usaha pemasaran tertentu.

Pendekatan umum yang dilakukan oleh produsen dalam mengidentifikasi segmen utama suatu pasar terdiri dari tiga langkah, yaitu tahap survei adalah melakukan wawancara terhadap kelompok pengamatan untuk mendapatkan pemahaman atas motivasi, sikap dan perilaku konsumen; Tahap analisis dengan analisis faktor dan analisis kelompok untuk menghasilkan segmen yang berbeda; Tahap pembentukan bertujuan membentuk kelompok berdasarkan perbedaan sikap, perilaku demografis, psikografis dan pola media (Kotler dan Susanto, 1999).

Peubah dalam melakukan segmentasi pasar konsumen, terdiri atas segmentasi geografis, demografis, psikografis dan perilaku, sedangkan peubah dalam melakukan segmentasi pasar bisnis adalah demografis, operasional, pendekatan pembelian, situasi dan karakteristik pribadi (Purnama, 2002). Segmentasi yang efektif dapat diukur, besar, dapat diakses, dapat dibedakan dan dapat diambil tindakan.

(25)

Menurut Etzel,dkk dalam Saladin (2004) menyatakan bahwa Marketing is a total system of business designed to plan, price, promote and distribute want satiffying product to target markets to achieve organizational objective. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai sasaran serta tujuan organisasi”.

Pemasaran menurut Kotler dan Susanto (1999), merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Sama halnya dengan Rangkuti (2005), mengatakan bahwa Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.

McLeod Jr dan Schell (2001) mengatakan bahwa pemasaran terdiri dari kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga barang, jasa dan gagasan. Proses pemasarannya sendiri menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah proses menganalisis peluang pemasaran, menyeleksi pasar sasaran, mengembangkan bauran pemasaran dan mengatur usaha pemasaran. Jadi, tugas pemasaran yang penting adalah meyakinkan sebanyak mungkin calon pelanggan untuk mengadopsi produk pelopor dengan cepat untuk kemudian menurunkan biaya unit dan membantun sejumlah besar pelanggan yang setia sebelum para pesaing masuk ke pasar (Boyd et al., 2000).

Dari semua pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dituju untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Sementara itu, strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu unit usaha diharapkan mencapai sasaran-sasaran

(26)

pemasarannya. Dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal penting yang dilakukan oleh perusahaan adalah menerapkan konsep segmentation, targeting dan positioning (STP). Perusahaan perlu memilih pasar sasaran yang akan dilayani sesuai dengan kemampuannya.

Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen, agar mampu memasarkan produknya dengan baik. Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga pasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik.

D. Matriks SWOT

Analisis matriks Strenghts, Weaknesses, Opportunities danThreats (SWOT) merupakan salah satu alat analisis yang dapat menggambarkan secara jelas keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Rangkuti (2005) menyatakan analisis SWOT adalah mengidentifikasi berbagai faktor yang secara sistematis untuk merumuskan strategi yang didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada dan secara bersamaan mampu meminimalkan kelemahan dan ancaman yang timbul yag berasal dari intern dan ekstern perusahaan.

Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.

Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT, dapat menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat set alternatif strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.

(27)

E. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dapat diukur dengan melakukan analisis laporan keuangan dalam periode waktu tertentu. Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Laporan Keuangan adalah “wakil perusahaan” dalam menjelaskan keuangannya. Dua jenis laporan keuangan yang paling banyak dipakai adalah Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Rugi/Laba (Income Statementatau Profit and Loss Statement). Neraca terdiri dari komposisi aktiva sertakomposisi hutang dan modal. Sedangkan Laporan Rugi/Laba terdiri dari komposisi penjualan, harga pokok dan biaya-biaya perusahaan dalam periode tertentu (Mulyono, 1994). Rasio merupakan gambaran hubungan atau perimbangan (mathematical judgement) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 1995). Sedangkan Riyanto (2001) menyatakan bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam ‘arithmethical term’ yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data, dan jika dihubungkan dengan masalah keuangan maka akan menjadi data keuangan.

Menurut Jusuf (2008), secara umum jenis-jenis rasio keuangan dapat dibagi lima golongan, yaitu rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan pertumbuhan. Dari setiap golongan tersebut dapat dijelaskan rasio-rasio yang terkait di dalamnya.

a. Rasio Likuiditas. Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek).Rasio yang termasuk dalam golongan ini adalah current ratio dan quick ratio.Current ratio adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar (current asset). Quick ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar menggunakan aktiva yang paling likuid (quick asset) berwujud kas, surat berharga dan piutang.

(28)

b. Rasio Leverage. Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besarharta perusahaan diperoleh atau didanai dengan hutang. Rasio yang termasuk golongan ini antara lain adalah debt to equity ratio dan liabilitiesto total asset. Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur proporsi hutang terhadap modal sendiri.Liabilities to total assetadalah rasio yang menjelaskan seberapa besar harta yang dimiliki perusahaan didanai dengan hutang.

c. Coverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan bank dalam pemberian kredit, rasio yang dipergunakan adalah Timesinterest earned ratio atau EBIT Coverage Ratio (Earning before interestand taxed coverage ratio). Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.

d. Rasio Aktivitas. Rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan. Beberapa rasio yang masuk dalam golongan ini adalah assetturnover, accounts receivable turnover dan inventory turnover. Asset turn over (perputaran aktiva) menunjukkan manajemen mengelola seluruh investasi (aktiva) guna menghasilkan penjualan. Accounts receivable turn over adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur perputaran dana yang tertanam pada piutang periode tertentu. Inventory turnover adalah rasio yang mengukur perputaran dana yang tertanam pada inventory.

e. Rasio Rentabilitas. Rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio yang masuk golongan ini di antaranya adalah gross profit margin, net profit margin ratio, return onequity dan return on asset. Gross profit margin adalah rasio yang menunjukkan berapa persen keuntungan yang dicapai dengan menjual produk. Net profit margin ratio adalah rasio yang mengukur perbandingan persentase laba bersih terhadap penjualan. Return on Investment (ROI)atau yang biasa dikenal juga dengan istilah Return on asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Return on equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham).

(29)

III. METODE KAJIAN

A. Lokasi dan Waktu

Pengambilan data akan dilakukan disebuah industri pengolahan dengan sub sektor industri pakaian jadi yang berlokasi di Jl. Wader Blok G.II No. 25 RT/RW 010/012 Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara. Waktu yang diperlukan kurang lebih selama tiga bulan, mulai Mei – Juli 2011.

B. Metode Kerja

Kajian ini menggunakan metode deskriptif yang bersifat studi kasus (case study). Data yang telah terkumpul kemudian dideskripsikan sebagaimana adanya untuk menjelaskan keadaan perusahaan.

1. Pengumpulan data

Dalam membahas dan menganalisis masalah pada kajian ini dibutuhkan data primer dan sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik observasi langsung di lapangan, meliputi wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan meliputi manajemen umum perusahaan dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 1) dan melakukan pemantauan terhadap lingkungan, baik internal maupun eksternal yang dapat memberikan gambaran kondisi perusahaan. Pemilihan responden secara purposive, dengan pertimbangan kesediaan pihak manajemen untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kajian ini.Selain itu, dilakukan wawancara untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, serta penentuan bobot dan peringkat untuk masing-masing faktor tersebut (Lampiran 2).

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka sebagai sumber analisa teori manajemenstrategik dan pemasaran, serta pengembangan usaha yang sesuai dengan kondisi perusahaan, juga data-data lainnya yang relevan dengan topik kajian.Selain itu, data sekunder yang diperlukan dalam menganalisa kelayakan usaha, diantaranya kapasitas produksi, kebutuhan

(30)

bahan baku, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung dan proyeksi harga-harga, serta asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan kegiatan usaha.

2. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan metode kuantitatif dan deskriptif kualitatif.Analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui aspek pasar yang meliputi pemasaran, aspek produk meliputi kajian mengenai produk yang dihasilkan perusahaan, serta aspek pengembangan usaha.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan SWOT, dengan penjabaran sebagai berikut :

a. Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE dan EFE bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan, baik internal maupun eksternal perusahaan.Faktor-faktor internal diklasifikasikan menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dan dianalisis dengan matriks IFE. Faktor-faktor eksternal diklasifikasikan atas peluang dan ancaman bagi perusahaan dan dianalisis dengan matriks EFE. Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE (David, 2006) sebagai berikut :

i. Tentukan dalam kolom 1 faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dan faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan

ii. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2, dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,0.

iii. Berikan peringkat 1 - 4 dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor kunci, tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik) hingga 1 (di bawah rataan).

iv. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang.

v. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing peubah untuk menentukan total dari nilai tertimbang bagi perusahaan.

(31)

Adapun bentuk matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Model Matriks IFE dan EFE

Faktor Internal/Eksternal Bobot (a) Peringkat (b) Nilai tertimbang (axb) A. Kekuatan/Peluang 1. ... 2. ... n ... Jumlah (A) B. Kelemahan/Ancaman 1. ... 2. ... n ... Jumlah (B)

Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat.Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1,0 berarti perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.

Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE, dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT.

b. Penentuan Pembobotan

Teknik yang digunakan untuk menentukan penilaian terhadap bobot dari faktor internal dan eksternal (Matriks IFE dan EFE) adalah teknik Paired Comparison (Kinnear and Taylor, 1991). Teknik ini membandingkan

(32)

secara berpasangan setiap peubah pada baris (horizontal) dengan peubah pada kolom (vertikal). Perbandingan berpasangan merupakan kuantifikasi hal-hal yang bersifat kualitatif, sehingga tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap semua parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembandingan atau perbandingan yang diskalakan secara berpasangan. Penentuan bobot setiap peubah yang dibandingkan menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan menunjukkan :

1 =jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 =jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 =jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Adapun bentuk dari penilaian bobot dengan metode Paired Comparison dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal perusahaan Faktor strategik

internal/eksternal A B .... Total Bobot A

B ... Total

Selanjutnya bobot setiap faktor strategik diperoleh dengan menentukan total nilai setiap faktor strategik terhadap jumlah keseluruhan faktor strategik dengan menggunakan rumus berikut :

Ai =

n i Xi Xi 1 Dimana :

Ai = bobot faktor strategik untuk faktor ke-i Xi = nilai faktor strategik untuk faktor ke-i i = 1, 2, 3, ... n

(33)

c. Matriks IE

Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal perusahaan.Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1,0 – 1,99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2,0 – 2,99 posisinya rataan, serta skor 3,0 – 4,0 adalah posisi kuat. Total skor dari matriks EFE dipetakan pada sumbu Y dengan skor 1,0 – 1,99 adalah posisi rendah, skor 2,0 – 2,99 adalah posisi rataan dan skor 3,0 – 4,0 adalah posisi tinggi.

Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan, yang terdiri atas sembilan sel, namun secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu (1) strategi tumbuh dan kembangkan (grow and build) yang meliputi sel I, II atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan, antara lain strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan dan horizontal); (2) jaga dan pertahankan, meliputi sel III, V atau VII, dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk; (3) tuai atau divestasi, meliputi sel VI, VIII dan IX. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1 (David, 2006). Tota l S kor Faktor S tra tegi Ekster na

l Total Skor Faktor Strategi Internal

Kuat Rataan Lemah

4,0 3,0 2,0

Tinggi I II III

Menengah IV V VI

Rendah VII VIII IX

Gambar 1. Matriks Internal Eksternal 3,0

2,0 1,0

(34)

d. Matriks SWOT

Manajemen perusahaan dapat menetapkan arah yang ingin dituju di masa depan, baik kesiapan menghadapi persaingan global maupun kemampuan memenuhi keinginan konsumen dengan melihat kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan yang dituangkan dalam matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang diterapkan. Metode ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan, disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Dari matriks SWOT, dapat dihasilkan empat tipe kemungkinan alternatif strategic, yaitu strategi SO, ST, WO dan WT. Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman.Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang dan strategi WT bertujuan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai kekuatan yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil.Kombinasi dari faktor internal dan eksternal dalam Matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 2 (Rangkuti, 2005).

IFE EFE STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O) tentukan 5-10 faktor peluang eksternal STRATEGI SO : Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO : Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal STRATEGI ST : Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT : Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

(35)

Analisis kuantitatif, terutama bertujuan melihat kinerja keuangan perusahaan dari investasi yang telah dilakukan.Analisa aspek keuangan seperti rasio likuiditas, aktivitas dan profitabilitas berguna untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan dan keadaan keuangan perusahaan serta proyeksi pengembangan perusahaan.

Jenis rasio laporan keuangan, dikelompokkan ke dalam empat kelompok rasio (Sartono, 2001 dan Jusuf, 2008), yaitu :

1. Liquidity Ratio, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya. Liquidity Ratio yang umum digunakan antara lain :

a) Current Ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek), yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.

Formulasinya :

Aktiva Lancar

Current Ratio = --- x 1 kali

Kewajiban lancar

b) Quick Ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.

Formulasinya :

(Aktiva lancar – persediaan)

Quick Ratio = --- x1 kali

Kewajiban lancar

2. Leverage Ratio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang.. Rasio - rasio ini antara lain :

a) Debt to Equity Ratio, yaitu perbandingan antara total kewajiban (total hutang) dengan total modal sendiri (equity).

Formulasinya :

Total Kewajian

Debt to Total Assets Ratio = --- x1 kali Modal Sendiri

b) Long Term Leverage, yaitu perbandingan anatara kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri.

(36)

Formulasinya :

Kewajiban jangka panjang

Long Term Leverage = --- x 1 kali Modal sendiri

3. Profitability Ratio, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio - rasio ini antara lain :

Laba bersih

a) Net profit margin = --- x 100% Penjulan Laba bersih b) Return on invest = --- x 100% Total Aktiva Laba bersih c) Return on equity = --- x 100% Modal sendiri

4. Activity Ratio merupakan alat ukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya - sumber dayanya. Rasio-rasio ini antara lain:

a) Receivable Turn Over

Sales

Receivable turnover = --- Account receivable

b)Periode Pengumpulan Piutang

360

Average collection period = --- Receivable turnover

c) Inventory Turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu.

Formulasinya :

Cost of Goods Sold Inventory Turnover = ---

Average Inventory

360

Average days in inventory = --- Inventory turnover

(37)

d) Total Assets Turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.

Formulasinya :

Sales Total Assets Turnover = ---

Total Assets

5. Growth Ratio/Rasio pertumbuhan, yaitu mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya dalam partumbuhan ekonomidan industri. Rasio-rasio ini antara lain (1) Rasio pertumbuhan laba merupakan perbandingan harga pokok penjualan dan biaya operasional dibagi dengan penjulan; (2) Rasio tingkat pertumbuhan penjualan, membandingkan antara penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya makin besar, maka tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan makin baik.

C. Aspek Kajian

Secara umum, aspek yang dikaji dalam kajian ini adalah aspek operasional dan pengembangan usaha.

1. Aspek operasional, meliputi sarana dan prasarana, proses produksi, kapasitas produksi, ketersediaan bahan baku, SDM dan pembiayaan.

a. Sarana dan prasarana

Untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran kegiatan proses produksi.

b. Proses dan kapasitas produksi

Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan produk sampai dengan pemasaran. Selain itu, untuk mengetahui kapasitas produksi dan mutu produk, maka perlu diamati sejauhmana kapasitas produksi sudah dapat memenuhi permintaan pasar.

c. Ketersediaan bahan baku

Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan. Hal ini penting untuk menjaga keberlangsungan kegiatan produksi.

(38)

d. Sumber daya manusia

Untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud.

e. Keuangan

Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dalam mengembangkan usaha, melalui pendekatan kriteria investasi yang digunakan beserta perhitungannya, seperti Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Profitability Ratio, dan Activity Ratio.

2. Aspek pengembangan usaha meliputi prospek dan kondisi pasar, persaingan usaha, efisiensi, serta sistem dan strategi pemasaran.

a. Prospek dan kondisi pasar

Memberikan gambaran tentang permintaan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar, juga memberikan gambaran tentang hasil produksi dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Selain itu juga memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk dalam hal ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengaruhi harga jualnya.

b. Persaingan usaha

Memberikan gambaran tentang pasar yang akan dituju, serta peluang dan kendalanya.

c. Sistem dan strategi pengembangan usaha serta pemasarannya

Memberikan gambaran tentang sistem pemasaran dan menyusun strategi yang tepat untuk diterapkan dalam memenangkan persaingan usaha.

(39)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Usaha Jaya Printing Garment bergerak di bidang industri pakaian jadi yang dirintis sejak tahun 1997. Dalam menjalankan usahanya pemilik dibantu oleh istrinya. Usaha berbentuk perusahaan perseorangan dengan sistem manajemen yang sederhana dimana seluruh tanggung jawab dan pengendalian usaha ditangani langsung oleh pemilik beserta istrinya. Sampai saat ini usaha berkembang dengan baik dan telah mampu bertahan ditengah persaingan usaha yang cukup ketat serta kondisi perekonomian global yang memburuk di tahun 2008 dan 2009 dimana banyak perusahaan sejenis yang gulung tikar. Perusahaan ini adalah salah satu yang bertahan.

Jenis produk yang dihasilkan antara lain baju tidur dewasa dan anak-anak, kaos oblong, dan lain-lain. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar menengah ke bawah dan dijual secara grosir ke pelanggan melalui agen. Sejak pertengahan tahun 2010, perusahaan telah melakukan ekspansi usaha di bidang perdagangan pakaian yang diimpor dari China dengan nama “Toko Indanno” yang berlokasi di Pasar Metro Tanah Abang. Usaha tersebut telah berjalan sejak pertengahan tahun 2010 dan sampai saat ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik.

Ekspansi usaha dilatar belakangi adanya CAFTA yang membuat pasar di Indonesia dipenuhi oleh produk-produk dari China. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat beralih menggunakan produk dari China yang relatif murah, berkualitas cukup baik dan model yang lebih beragam, segmen pasar inilah yang ingin dibidik oleh Jaya Printing Garment.

Sejak pertama kali dikembangkan usaha berjalan dengan cukup baik, namun pemilik mempunyai permasalahan dalam hal memperoleh persediaan karena saat ini pembelian dilakukan langsung di China dengan sistem pembayaran tunai di awal. Hal ini menyebabkan persediaan yang ada jumlahnya sangat sedikit mengingat adanya keterbatasan modal.

(40)

Permohonan modal kerja ini akan dipergunakan untuk mengembangkan usaha perdagangan pakaian impor yaitu untuk menambah jumlah persediaan produk China sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

Lokasi usaha saat ini berada di beberapa tempat antara lain :

- Jl. Wader No.24-25, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara yang berstatus milik sendiri. Lokasi ini digunakan untuk tempat usaha sekaligus tempat tinggal.

- Jl.Moa No.51, Pejagalan, Penjaringan, Jakut yang berada di belakang bangunan Jl. Wader No.24-25 yang merupakan milik kerabat pemilik.

- Jl. Rosela 1 Blok B No. 63, Jelambar, Jakarta Barat yang berstatus sewa. Lokasi ini digunakan sebagai tempat sablon.

- 1 unit kios yang berada di Pasar Metro Tanah Abang lantai 1 Blok B No. 26 yang berstatus sewa. Tempat ini digunakan untuk menjual pakaian impor.

B. Hal yang Dikaji 1. Aspek operasional

a. Sarana dan prasarana

Sarana dan Prasarana yang dimiliki cukup menunjang kelancaran usaha, terdiri dari workshop, gudang, inventaris kantor, listrik, air, telpon dan sarana lainnya, antara lain:

- 1 unit mobil box, 1 unit mobil Fortuner dan 1 unit mobil CR-V. - Mesin-mesin terdiri dari 50 unit mesin jahit, 40 mesin obras, 3unit

mesin bordir dengan sistem komputer, 4 unit mesin cam, 1 unit mesin karet, 1unit mesin lubang kancing, 1 unit mesin pasang kancing. - Seluruh sarana usaha yang dimiliki masih layak dipakai.

b. Proses dan kapasitas produksi

Proses produksi terdiri dari dua bagian, yaitu : 1) Tahap Pra Produksi

Tahap pra produksi dimulai dari pembuatan design oleh bagian design. Untuk mengetahui design yang up to date, pemilik selalu mencari informasi tentang perkembangan mode, misalnya melalui

(41)

majalah. Selanjutnya dibuatkan contoh untuk design tersebut. Contoh akan dikirim kepada agen penjual, apabila tersebut disetujui maka akan ditentukan jumlah yang harus diproduksi. Setelah itu pemilik akan melakukan pembelian bahan baku dan bahan pendukung lainnya. Pembelian secara tunai atau DP dan sisanya kredit dengan jangka waktu sampai 1 bulan. Pembayaran secara tunai akan mendapat potongan harga sampai dengan 5%.

Gambar 3. Tahapan proses pra produksi

Pengadaan bahan baku disupply oleh beberapa pemasok antara lain Parisma, Pratama, Herotex, PT. Sinar Bumi Khatulistiwa, Bintang Terang dan Karina Knitting. Hubungan bisnis ini telah berjalan lebih dari 5 tahun dan sampai saat ini masih berjalan lancar dan baik. Pengangkutan bahan baku dikirim langsung oleh supplier ke tempat usaha. Manajemen persediaan dilakukan dengan cukup baik dengan menggunakan sistem manual (kartu kontrol).

2) Tahap Produksi

Tahap produksi dimulai dengan pembuatan pola sesuai dengan ukuran yang dikehendaki yang dilanjutkan dengan pemotongan bahan. Setelah bahan dipotong akan dilakukan sablon dan atau bordir pada bahan yang telah dipotong sesuai dengan design yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu kain yang telah disablon dan atau bordir akan dijahit. Tahap selanjutnya adalah pembuatan lubang kancing serta pemasangan kancing. Kemudian dilakukan finishing yaitu dengan membersihkan sisa-sisa benang, setrika dengan menggunakan setrika

(42)

uap, dan pemasangan tag merk. Setelah itu produk akan dipacking dan siap untuk didistribusikan.

Gambar 4. Tahapan proses produksi

Kapasitas produksi yang dihasilkan per hari sebanyak +200 lusin. Saat ini kapasitas mesin terpakai saat ini sudah 90% (Tabel 3), dimana 1 Shift dimulai pukul 08.00 – 20.00 wib).

Tabel 3. Jumlah mesin dan kapasitas produksi Jumlah Mesin (unit) Kapasitas/unit/hari (lusin) Total Kapasitas (lusin) % Mesin terpasang 50 5 250 100% Mesin terpakai 45 5 225 90%

Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan produk sampai dengan pemasaran. Selain itu, untuk mengetahui kapasitas produksi dan mutu produk, maka perlu diamati sejauhmana kapasitas produksi sudah dapat memenuhi permintaan pasar.

c. Sumber daya manusia

Perusahaan dengan nama badan Jaya Printing Garmen memiliki struktur organisasi yang sederhana dengan pembagian kerja yang jelas dan penempatan posisi pegawai sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Namun untuk pengambil keputusan, pengawas keuangan, pengendalian usaha dan pencatatan administrasi masih ditangani sendiri dan istri.

(43)

Jumlah karyawan yang ada sebanyak 80 orang yang terdiri dari bagian design, bagian potong, bagian jahit, bagian sablon, bagian bordir, bagian finishing dan bagian packing. Sistem pengupahan adalah sistem pengupahan harian dimana uoah dibayarkan setiap satu minggu sekali.

Selama ini kredibilitas manajemen debitur dinilai cukup baik karena pemilik dikenal cukup baik karakter dan integritasnya, serta cukup terbuka dalam menjelaskan kondisi usahanya dan cukup kooperatif dalam memberikan data-data keuangan. Selain itu juga mempunyai citra yang positif di mata pemasok dan pelanggannya. Namun hingga saat ini pembinaan kader belum dilakukan dengan serius dikarenakan putra pertama masih duduk di bangku kuliah serta umur pemilik dan istri yang masih dalam usia produktif, yaitu 54 dan 44 tahun.

d. Keuangan

Berdasarkan analisis past performance dan hasil proyeksi, dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan (Tabel 4) berdasarkan kriteria berikut : Rasio Likuiditas

1) CR rata-rata perusahaan di atas CR minimal yang disyaratkan dan hutang lancar perusahaan masih dapat dicover oleh aset lancar. CR 2010 sebesar 9,26x meningkat dibanding periode Desember 2009 sebagai akibat meningkatnya harta lancar perusahaan dan menurunnya hutang lancar. Harta lancar mayoritas terdistribusikan ke dalam piutang dan persediaan, hal ini dikarenakan ada peningkatan jumlah produksi dan adanya pembelian persediaan dalam jumlah cukup besar sebagai antisipasi adanya kenaikan harga. 2) Quick Ratio 2010 sebesar 4,20x meningkat dibanding periode

Desember 2009 karena adanya peningkatan piutang. Dengan nilai QR sebesar 4,20x, artinya di luar persediaan barang yang mungkin masih jauh dari tunai, setiap Rp.1 Kewajiban Lancar dijamin oleh Aktiva Lancar sebesar Rp.4,20,-.

Gambar

Tabel 1.  Model Matriks IFE dan EFE  Faktor Internal/Eksternal   Bobot
Gambar 1.  Matriks Internal Eksternal 3,0
Gambar 3. Tahapan proses pra produksi
Gambar 4. Tahapan proses produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa Kinerja Sistem Operasional Angkutan kota Lyn T2 didapatkan bahwa pada Tahun 2010 diperlukan Head Way 9 menit untuk rute Joyoboyo – Wisma Permai dan Head Way

Selain itu juga perlu dilakukan pengamatan yang serupa dengan menggunakan reaktor biofilter anaerob tercelup media bioball dengan melihat lamanya waktu tinggal

Kita harus meyakinkan orang-orang itu dan pemerintah-pemerintah bahwa jika kita mengharuskan atas diri kita sendiri atau kaum kita karena ajaran agama kita memang demikian

1.5.3 Penelitian oleh Aisyah Rizki Universitas Sumatra Utara dengan judul “Efektifitas Bunga Rosella Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Di Desa Sunggal Kanan

Calla: (Pointing at the paper which has a drawing house) When, Koko (Brother) Agung house, have to color it?. Agung: I

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja – SKPD) pada Dinas Komunikasi dan Informatika, Statistik dan Persandian Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2020 adalah

Jika di indonesia ada Reza Nurhilman yang berhasil menjual sensasi camilan keripik pedas bermerek Ma Icih yang amat populer, maka di Thailand ada pula pengusaha muda bernama

PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN VARIASI INKUIRI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TOPIK KALOR DAN PERPINDAHANNYA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu