• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL

A. Sejarah Mulainya Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Kec. Hutabargot, Kab Mandailing Natal

Mandailing Natal khususnya Kecamatan Hutabargot merupakan kawasan yang memiliki sumber daya alam yang sangat besar terutama di sektor pertambangan. Hutabargot sendiri 13 Desa dan 8 desa diantaranya yang memilki titik sektor pertambangan emas dan 8 desa tersebut terdapat kegiatan pertambangan emas tanpa izin. 8 Desa yang melakukan kegiatan Pertambangan tersebut yaitu:27 1. Binanga 2. Sabaopur 3. Hutabargot Dolok 4. Huta Julu 5. Saba Injang 6. Saba Padang 7. Sayur Maincat 8. Simalagi

5 (lima) Desa yang terdapat di Hutabargot tetapi tidak memiliki sumber pertambangan ataupun tidak melakukan kegiatan pertambangan tanpa izin yaitu: 1. Pasar Hutabargot

27 Hasil Wawancara Dengan Bapak Sahron Rangkuti. Selaku Tokoh Masyarakat Dan

Pengawasan Terhadap Pertambangan Di Lokasi Pertambangan Hutabargot Desa Huta Julu. Pada Tanggal 26 Agustus 2015

(2)

2. Hutabargot Lombang 3. Hutarim Baru

4. Mondan 5. Hutanaingkan

Masyarakat Kabupaten Mandailing Natal khususnya Kecamatan Hutabargot hanya mengetahui bahwa sungailah yang mengasilkan atau memiliki kandungan emas, mereka melakukan pendulangan dengan menggunakan wadah yang berupa wajan seperti kuali guna memisahkan butiran-butiran emas dari pasir-pasir yang ada di sungai. Akan tetapi lambat laun masyarakat menyadari potensi kandungan emas yang lebih besar berada di gunung ataupun bukit-bukit dimana dari kegiatan mendulang masyarakat mulai mengenal kegiatan penambangan terlebih lagi dari kegiatan penambangan ini penghasilan dari kegiatan pertambangan lebih besar daripada hanya melakukan pendulangan di sungai-sungai yang diperkirakan penghasilan dari pendulangan ini bekisar 1-2 gram emas yang di peroleh dari kurun waktu satu minggu.28

Kegiatan pertambangan emas tanpa izin (PETI) mulai dilakukan masyarakat Hutabargot pada tahun 2008 tetapi itu hanya dilakukan oleh beberapa orang saja karena hanya sebagian orang yang mengetahui bagaiamana cara melakukan pertambangan tradisonal. Kegiatan PETI ini pertama kali bukan dilakukan oleh masyarakat sekitar akan tetapi dilakukan masyarakat yang berada diluar Kecamatan karena mengenai ilmu pertambangan masyarakat belum mengetahui dimana titik-titik yang memilki kandungan emas. Pengelola PETI

28

Hasil Wawancara Dengan Bapak Sahron Rangkuti. Selaku Tokoh Masyarakat Dan Pengawasan Terhadap Pertambangan Di Lokasi Pertambangan Hutabargot Desa Huta Julu. . Pada Tanggal 26 Agustus 2015

(3)

dalam melakukan kegiatan pertambangan menggunakan alat-alat tradisonal dimana alat tersebut hanya berupa pahat dan palu, dari kegiatan tersebut mereka mendapatkan hasil yang besar dibandingkan pendulangan di sungai.

Masyarakat mulai tertarik oleh kegiatan PETI ini setelah mengetahui kabar mengenai keberhasilan pengelolaan pertambangan yang dilakukan di gunung dan mulai meninggalkan kegiatan pendulangan di sungai. Umumnya lokasi pertambangan ini adalah kebun milik masyarakat sekitar yang mana kebun tersebut telah dikelola oleh masyarakat berpuluh-puluh tahun lalu karena penghasilan utama masyarakat sekitar adalah perkebunan, lahan yang digunakan pengelola PETI telah mendapatkan izin dari pemilik kebun. Antara pemilik lahan yang dijadikan tempat pertambangan dan pengelola telah membuat kesepakatan dengan perjanjian bagi hasil yang diperoleh dari lahan yang dipergunakan yaitu dari hasil 10 karung goni batu yang dikeluarkan maka pemilik lahan akan mendapatkan 2 karung goni sementara itu pengelola dan pekerja juga melakukan perjanjian bagi hasil dimana pembagian tersebut 50:50 dari hasil bersih setelah biaya pengolahan dikeluarkan karena sebelum pertambangan memperoleh hasil semua kebutuhan pekerja akan ditanggung oleh pemodal baik biaya keperluan sehari-hari pekerja maupun keperluan untuk pengolahan hasil pertambangan itu sendiri.

Lokasi yang akan dijadikan titik pertambangan biasanya mereka menyebutnya dengan lubang, lokasi atau titik itu akan dicari oleh orang yang memang memilki pengetahuan tentang ilmu pertambangan dimana lokasi yang memiliki kandungan emas akan ditumbuhi oleh beberapa tanaman-tanaman yang

(4)

hidup diatas permukaan tanah yaitu pakis hutan, pisang hutan dan selain itu posisi terbitnya matahari ataupun struktur tanah yang mengahadap ke aras matahari karena proses mineralisasi akan sangat dibantu oleh panas matahari dan panas bumi itu sendiri. Kesemua itu dijadikan patokan sebagai petunjuk dimana lokasi yang diduga lokasi yang memiliki kandungan emas karena tidak semua lokasi memiliki kandungan emas dan biasanya lokasi yang sudah memiliki kandungan emas akan lebih diketahui kalau lobang tersebut sudah digali diatas kedalaman 10 meter karena diatas kedalaman tersebut akan sudah terlihat jalur-jalur emas.

Tanah yang dijadikan lokasi pertambangan akan digali dengan menggunakan pahat dan martil karena setelah kedalaman 2 meter itu sudah akan menemui bebatuan keras karena alat yang digunakan adalah martil dan pahat para pekerja akan bergantian untuk menggalinya. Para pekerja yang menggali lubang akan bekerja siang dan malam secara bergantian, masing-masing pekerja memiliki tugasnya yaitu:

1) Pekerja menggali lubang

2) Pekerja mengumpulkan hasil pahatan di dalam lubang 3) Pekerja yang menarik bebatuan keluar dari lubang

4) Pekerja yang melihat kandungan batu yang memiliki kandungan emas Jumlah para pekerja itu sendiri tergantung kepada tingkat keberhasilan lubang itu karena semakin menghasilkan suatu lubang maka para pekerja akan semakin banyak karena kegiatan menggali akan semakin meningkat dan produksi akan semakin banyak dimana jumlah pekerja berkisar antara 8-40 orang tergantung kepada kebutuhan untuk menggali lubang tersebut. Biasanya jika suatu

(5)

lubang sudah menghasilkan maka para pekerja meminta pemilik lubang untuk menambah pekerjanya biasanya para pekerja meminta teman-teman mereka untuk ikut bergabung.

Para pekerja itu sendiri bukanlah dari daerah sekitar tetapi didatangkan dari pulau jawa karena penduduk sekitar tidak mengerti tentang tehnik menggali dan mengetahui jalur-jalur emas yang terdapat di bebatuan, pekerja itu datang dari berbagai daerah seperti Tasik, Bogor dimana mereka mengenal ilmu pertambangan karena pernah menjadi pekerja di sebuah loaksi pertambangan dan banyak juga yang menjadi penambang emas tanpa izin. Tetapi karena mendengar dari rekan mereka yang merantau di Mandailing Natal dan ajakan rekan-rekan mereka untuk melakukan penambangan. Mereka berdatangan untuk mengadu nasib yang mengejutkan adalah jumlah pendatang dari luar Sumatera bekisar lebih dari 2000 orang.

Hasil dari galian pekerja tidak semuanya memiliki kandungan emas karena sebelum mereka menemukan batu yang memiliki kandungan emas mereka akan menemukan terlebih dahulu perak dan perunggu. Maka dari itu kedalaman lubang itu sendiri relatif berberda tergantung wilayah dan lokasi yang dijadikan pertambangan lubang itu sendiri ada yang mencapai 120 meter karena walaupun sudah memiliki kedalam yang panjang kandungan emasnya masih tinggi akan tetapi jika sudah tidak memiliki kandungan emas maka lubang akan ditinggalkan karena jika diteruskan tidak akan membuahkan hasil. Setelah kedalaman 20 meter para pekerja akan meminta mesin pompa udara atau mereka menyebutnya dengan Blower karena setelah kedalaman 20 meter pasokan udara akan berkurang dengan

(6)

mesin itu mereka menyanbungkan pipa sampai keujung lubang yang digali agar udara dapat mengalir dari dalam lubang itu.

Bentuk lubang itu sendiri bermacam-macam mulai dari turun ke bawah, kesamping, sampai berbelok tergantung kepada jalur emas yang terdapat di bebatuan yang ada didalam lubang tetapi tujuan dari lubang itu adalah tetap mengacu kepada titik emas yang mereka sebut sebagai batang emas karena sebelum menemukan batangan emas tersebut pekerja akan terlebih dahulu medapatkan serpihan-serpihan atau butiran emas yang terdapat didalam batu kemudian jika sudah mulai mendekati batang emas para pekerja akan menemukan emas yang sudah mulai berbentuk lempengan didalam batu-batu tersebut.

Lubang yang dibuat oleh para pekerja itu hanya berukuran bekisar 1

x

1 meter dimana pengamanan di setiap dinding-dinding lubang mereka menggunakan kayu yang telah disusun sedemikian rupa agar dinding-dinding lubang tidak longsong ataupun ambruk karena tekanan tanah dan pembuatan lobang yang membuat unsur tanah menjadi tidak stabil. Kerjasama diantara para pekerja adalah hal yang diwajibkan karena keberhasilan ataupun faktor keamanan mereka sangat tergantung kepada seluruh pekerja.

Penyebab kecelakaan kerja yang terjadi ketika kegiatan PETI itu dilakukan berdasarkan kejadian-kejadian yang berlangsung di Kecamatan Hutabargot, tetapi yang paling sering terjadi adalah longsornya lubang galian. Pertambangan secara tradisonal ini memang memiliki tingkat keamanan yang sangat rendah karena alat-alat yang digunakan masih tergolong sangat sederhana mereka melakukan

(7)

kegiatan pertambangan dengan bekal pengetahuan yang sedikit sehingga kurangnya pengetahuan tentang pengamanan terhadap pertambangan.

B. Dampak Pertambangan Emas Di Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

1. Dampak Ekonomi

Kegiatan pertambangan emas tanpa izin ini masih kerap dilakukan bahkan semakin banyaknya masyarakat melakukannya disebabkan oleh dorongan ekonomi dan menjanjikannya pengahasilan yang diperoleh dari sektor pertambangan. Secara nyata kehidupan masyarakat di Kecamatan Hutabargot meninggat dimana masyarakat secara langsung maupun tidak langsung turut dalam melakukan penambangan ini seperti kuli angkut, dimana proses pengangkatan batu dari lubang galian yang berada diatas bukit ataupun gunung dilakukan secara manual yaitu batu dimasukkan kedalam karung goni kemudian diangkat sampai turun ke kaki gunung. Dari kegiatan mengangkat batu tersebut maka jasanya akan diupah sebesar Rp. 2000/Kg dan rata-rata isi dari satu karung goni tersebut seberat 60 kg jadi dari satu karung goni batu masyarakat yang mengangkat batu tersebut mendapatkan upah sebesar Rp. 120.000 dan dalam satu hari masyarakat dapat tiga kali mengangkut batu tersebut.

Sedangkan pada kaum wanita seperti ibu-ibu juga secara tidak langsung turut serta dimana kaum ibu melakukan kegiatan memecah batu menjadi serpihan yang lebih kecil guna batu tersebut dapat diolah lebih lanjut kembali dari hasil kerja kaum ibu maka setiap kilogram batu yang dipecah maka akan mendapatkan

(8)

upah sebesar Rp.1000. setiap harinya para kaum ibu memperoleh penghasilan dari memecahkan batu berkisar Rp.50.000, penghasilan tersebut jauh dari rata-rata penghasilan yang diperoleh sebelum adanya pertambangan dimana kaum ibu hanya bekerja sebagai buruh tani yang hanya mendapatkan upah antar Rp. 20.000 – 30.000 tergantung lahan yang dikerjakan. Masyarakat juga meminta kepada para pengelola pertambangan untuk kepentingan desa dimana setiap satu karung goni akan dikutip sebesar Rp. 20.000, pengutipan ini dilakukan masyarakat sekitar guna untuk pembangunan seperti sekolah dan kesehatan masyarakat sekitar.29

2. Dampak Lingkungan

Setelah batu menjadi potongan-potongan yang kecil proses selanjutnya adalah penggilingan biasanya masyarakat sekitar menyebutnya dengan menggalundung, penggilingan ini dimaksudkan untuk memisahkan antara batu-batuan dengan logam ataupun kandungan emas. pecahan batu tersebut akan dimasukkan kedalam mesin yang berupa tabung kecil dimana satu buah tabung dapat menampung batu berkisar antara 2-3 kg tergantung masing-masing ukuran tabung dan permintaan pemilik batu karena rata-rata pemilik mesin penggilingan ini adalah masyarakat yang berada disekitar pertambangan dan ada juga beberapa pemilik pertambangan mempunyai mesin penggilingan sendiri

Penggilingan batu itu sendiri akan diproses didalam tabung tersebut dimana di setiap tabung akan dimasukkan 2 atau 3 buah batangan besi untuk dapat menghacurkan pecahan batu tersebut sampai menjadi seperti bubur. Pemisahan

29 Hasil Wawancara Dengan Bapak Aswat Nst. Selaku Masyarakat Dan Pengangkut Batu

(9)

antara bebatuan itu dibantu dengan cairan kimia yaitu merkuri yang dicampurkan bersamaan di dalam tabung, merkuri ini akan memisahkan antara batu dan kandungan logam dimana merkuri tersebut bersifat mengikat logam-logam baik itu perunggu, perak dan emas. Proses penggilingan akan berlangsung selama 4-5 jam, tabung penggilingan akan diputar dengan mesin seperti dongfeng dimana dongfeng ini mampu memutar hingga 20 tabung penggilingan.

Setelah proses penggilingan selesai maka hasil yang diperoleh adalah berupa air yang bercampur dengan lumpur ataupun tanah karena selama proses penggilingan di dalam tabung itu dimasukkan air agar proses penggilingan menjadi maksimal, dari air lumpur tersebut akan di jernihkan dengan menggunakan air bersih hingga kandungan lumpur hilang. Merkuri dan logam akan tinggal di dasar air karena merkuri memiliki massa jenis yang lebih berat dibangdingkan air, selanjutnya proses penyaringan dilakukan terhadapat merkuri yang mengandung butiran emas dimana emas yang terkandung di dalam merkuri akan di saring dengan menggunakan kain halus sehingga merkuru yang tidak mengandung butiran emas akan terpisah, biasanya mereka menggunakan kain terpal yang tekstur kain terpal ini lebih halus dan rapat sehingga merkuri dapat tersaring dan akan menyisakan logam yang tinggal di dalam kain penyaring.

Pemisahan antara perunggu dan emas yang menyatu didalam merkuri dapat dilakukan dengan cara-cara seperti menaruh rerumputan yang memiliki kandungan pemisah antara perunggu dan emas ataupun dapat menggunakan pemutih pakaian, walaupun cara ini dilakukan antara emas dan merkuri tidak akan terpisahkan karena merkuri ini lebih mengikat kepada emas. Emas yang diperoleh

(10)

dari proses penyaringan tidak dapat langsung djual melainkan akan dibakar terlebih dahulu agar bentuknya lebih padat dan kadar dari emas tersebut dapat diketahui. Dari hasil pembakaran maka dapat diketahui berat dan kadar sehingga penaksiran harga dapat di hitung, harga semas tersebut relatif sangat tergantung kepada kadar emas dimana kadar emas di pertambangan yang berada di Kecamatan Hutabargot berkisar antar 40-80% dimana setiap wilayah akan berbeda kandungannya karena proses pembentukan emas sendiri tergantung kepada letak dan posisi wilayahnya

Dampak yang timbul terhadap akibat pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun dari penggunaan merkuri yang digunakan para penggelundung emas untuk memurnikan emasnya dengan bahan logam lainnya mengakibatkan pencemaran lingkungan, misalnya dalam proses galundung cairan merkuri yang dimasukkan kedalam mesin – mesin galundung tersebut, air pembuangannya ada yang dialirkan ke sungai tempat masyarakat untuk kehidupan sehari – hari seperti mandi dan mencuci. Dengan demikian air sungai tersebut dapat tercemar dan terkontaminasi dari cairan merkuri tersebut, yang apabila digunakan oleh masyarakat maka akan dapat menimbulkan bahaya bagi lingkungan. Kemudian sebagian ada juga yang dialirkan ke daerah tanaman padi dan kolam ikan yang akan membuat air tersebut menjadi tercemar sehingga dapat menyebabkan tanaman padi rusak dan ikan yang ada dikolam menjadi mati.

Bahaya lainnya dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun dalam pemisahan emas dengan zat logam lainnya dalam penggembosan (pembakaran emas), ialah tercemarnya udara. Penggembosan yang hanya membuat cara

(11)

sederhana untuk mengurangi bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari merkuri tidak menjamin, sebab bahan yang sederhana dan kemungkinan besar masih sering terjadi kesalahan. Dengan demikian merkuri dapat mencemarkan udara yang apabila ada masyarakat yang berada di sekitar daerah penggembosan emas tersebut maka akan menghirup udara yang sudah tercemar dari limbah bahan berbahaya dan beracun yaitu merkuri maka akan berbahaya dan membahayakan kesehatan.

3. Dampak Keselamatan Pekerja Tambang

Penyebab-penyebab meninggalnya pekerja pada lokasi pertambangan karena pertambangan yang dilakukan atau dikelola tidak memiliki izin dimana faktor keamanan pada lokasi pertambangan tidak memenuhi standart keamanan pada pertambangan yang sudah memiliki izin. Faktor keamanan pada lokasi pertambangan tanpa izin hanya dilakukan secara manual atau dengan sederhana dan menggunakan fasilitas yang tergolong sangat sederhana dan termasuk dalam kategori sangat kurang cukup mengamankan segala kegiatan pertambangan yang dikelola.

Kecelakaan kerja dapat diakibatkan beberapa faktor yaitu:30

a) Longsor atau runtuhnya dinding lubang, dinding lubang walaupun sudah dipasangi oleh kayu-kayu penahan longsor tetap saja kayu tersebut masih belum cukup untuk menahan tekanan tanah dan dapat juga disebabkan oleh hujan dan gempa bumi yang dapat menambah

30 Hasil Wawancara Dengan Bapak Sahron Rangkuti. Selaku Tokoh Masyarakat Dan

Pengawasan Terhadap Pertambangan Di Lokasi Pertambangan Hutabargot Desa Huta Julu. . Pada Tanggal 26 Juli 2015

(12)

besarnya tekanan terhadap volume tanah. Longsornya tanah itu bisanya terjadi pada kedalam di bawah 20 meter karena pada kedalam tersebut merupakan struktur tanah belum sepenuhnya bebatuan tetapi jika sudah di atas 20 meter struktur sudah merupakan bebatuan keras sehingga jarangnya terjadi longsoran tanah. Pengamanan terhadap lubang di bawah 20 meter lebih diutamakan karena pada posisi tersebut sangat sering terjadinya longsor. Pengamanan terhadap lubang itu mereka sebut juga dengan RAM dimana kayu dipasang disekeliling lubang sampai semua sisi lubang terlapisi oleh kayu-kayu penahan. Jenis kayu yang digunakan untuk pengamanan lubang juga merupakan kayu-kayuan keras seperti meranti, ulin dan jenis-jenis kayu lainnya agar dimungkinkan pengamanan terhadap lubang dapat mencapai hasil yang maksimal.

b) Kurangnya oksigen, karena dalamnya atau panjangnya suatu lubang yang digali kedalam tanah menyebabkan kandungan oksigen ataupun sirkulasi udara didalam lubang menjadi berkurang. Pemasangan mesin blower untuk memompa udara kedalam lubang terkadang memiliki masalah mulai dari matinya mesin, tidak tersalurkannya udara, sampai gas pembuangan mesin tersebut malah masuk kedalam lubang tersebut semua faktor itu dapat menyebabkan kecelakaan kerja bagi pekerja yang sedang menggali didalam lubang.

c) Zat asam, kandungan yang terdapat didalam tanah memiliki banyak unsur yang dapat membahayakan manusia karena sudah jauhnya

(13)

pekerja tambang menggali tanah maka secara langsung mereka akan turut menggali unsur-unsur asam yang terdapat didalam tanah. Unsur asam tersebut jika di hirup oleh manusia akan dapat membahayakan kesehatannya terlebih lagi jika terlalu lama menghirup zat tersebut maka akan membahayakan jiwa dari pekerja tersebut.

d) Faktor bibit penyakit dari efek bahan kimia yang terkandung di dalam lubang maupun bahan kimia yang digunakan pekerja tambang dalam mengelola emas yang terkandung di dalam bebatuan tersebut dimana dalam pengelolaanya biasanya pekerja tidak menggunakan standart keamanan baik menggunakan atau pun memegang bahan kimia tersebut walaupun dampak dari bahan kimia ini tidak langsung bereaksi tetapi lambat laun akan timbul mulai dari gatal-gatal sampai dengan kematian.

Walaupun kematian pekerja di lokasi pertambangan dianggap sebagai hal yang biasa dikarenakan kematiannya dianggap sebagai tumbal atas pembukaan lokasi tambang. Terlebih lagi permasalahan kematian dianggap sebagai resiko yang ditanggung oleh pekerja karena mereka bukan menerima upah dari hasil menggali lubvang di lokasi tambang melainkan mendapatkan bagi hasil jadi segala kegiatan atau pun hubungan antara pemodal dan para pekerja adalah hubungan kerja sama

Referensi

Dokumen terkait

Inoculation with Å313 also caused discoloration and shrinkage of roots at all three cell densities tested which indicates that observations on developing root systems is one suit-

Fase-fase mitosis pada penelitian yang dilakakukan telah ditemukan fase profase, prometafase, metaphase, anaphase dan telofase pada preparat akar markisa ungu

[r]

[r]

Berdasarkan gambar grafik pada hasil, dapat dilihat bahwa buah tanaman melon TANIA lebih ringan dibanding dengan kedua indukkannya dan melon TALITA mempunyai berat buah

[r]

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa: (1) Kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa dengan gaya kognitif FD sebagai berikut: (a) Mampu

[r]