• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

(2)

 Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas  semua kegiatan ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah dan kegiatan ekspor impor barang dan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah

(3)

 Kebijakan ekonomi internasional dalam arti sempit meliputi kebijakan yang langsung mempengaruhi ekspor dan impor.

 Kebijakan internasional dalam arti sempit ini berkaitan dengan ekspor barang dan jasa, yitu barang konsumsi, produksi dan tenaga kerja.

(4)

 Kebijakan ekonomi internasional adalah keseluruhan tindakan pemerintah suatu

negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan melalui

kegiatan yang mendorong ekspor dan mengatur/mengendalikan impor.

 Keseluruhan tindakan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan

memperoleh komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan dan pembayaran

(5)

1. Kebijakan perdagangan internasional

mencakup tindakan/kebijakan pemerintah terhadap perdagangan luar negerinya,

khususnya mengenai ekspor dan impor barang/jasa, misalnya pengenaan tarif terhadap barang impor, bilateral, trade

agreement, pengenaan kuota impor dan

(6)

2. Kebijakan pembayaran internasional adalah mencakup tindakan pemerintah terhadap pembayaran internasional, misalnya

pengawasan terhadap lalu lintas devisa, pengaturan lalu lintas modal jangka

(7)

3. Kebijakan bantuan luar negeri adalah tindakan pemerintah yang berhubungan

dengan bantuan (grants), pinjaman/hutang

(loans), bantuan untuk rehabilitasi serta

(8)

1. Autarki, menghindari pengaruh-pengaruh

negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer.

2. Kesejahteraan (welfare), tujuan ini

bertentangan dengan autarki di atas. Dengan mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan memperoleh keuntungan dari

adanya spesialisasi dan kesejahteraan meningkat. Maka untuk mendorong

perdagangan internasional, hambatan/restriksi dalam perdagangan internasional seperti tarif, kuota, dsb akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti mengarah ke

(9)

3. Proteksi, tujuannya untuk melindungi industri

dalam negeri dari persaingan barang impor. Kebijakan dapat berupa tarif atau kuota impor.

4. Keseimbangan neraca pembayaran, terutama

bagi negara yang mengalami defisit dalam

neraca pembayarannya, posisi cadangan valuta asingnya lemah. Maka diperlukan kebijakan

ekonomi internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran internasionalnya. Kebijakan ini ummnya berbentuk pengawasan devisa

(exchange control). Pengawasan devisa tidak

hanya mengatur/mengawasi lalu lintas tapi juga modal.

(10)

5.

Pembangunan ekonomi untuk

menunjang pembangunan ekonomi suatu

negara

dan mendorong impor

barang-barang

pemerintah dapat mengarahkan

perdagangan internasionalnya dengan

kebijakan seperti:

 Perlindungan terhadap industri dalam negeri yang baru tumbuh (infant-industries).

 Mengurangi impor barang-barang yang non-esensial

(11)

1. Hambatan perdagangan berupa tarif

(12)

 Kebijakan proteksionis terhadap barang–

barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang-barang sejenis yang diimpor dari luar negeri, dengan cara

menarik/mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang impor yang masuk

untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri.

 Tarif: pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial.

(13)

Alasan pemberlakuan tarif:

1. melindungi industri domestik yang bersaing dengan produkproduk impor

(14)

1. tingkat kesejahteraan (welfare) lebih

rendah jika diterapkan kebijakan tarif dibanding perdagangan bebas

2. tarif impor menyebabkan pergerakan level

produksi kembali ke titik autarki

3. penurunan impor yang disebabkan oleh

diterapkannya kebijakan tarif impor

(15)
(16)

Sebelum adanya pembebanan tarif, OP

1

merupakan harga konstan yang ditetapkan oleh

produsen pengimpor, sehingga produsen di

dalam negeri pun harus menjual pada harga

yang sama sebagai akibat persaingan dengan

produsen pengimpor.

Produksi dalam negeri OQ

1

dan konsumsi OQ

4

sehingga Q

1

Q

4

adalah impornya. Terhadap

impornya ini kemudian negara A membebani

tarif sebesar P

1

-P

2

, maka efeknya adalah :

 harga barang tersebut di dalam negeri naik dari OP1 menjadi OP2.

(17)

 jumlah barang yang diminta berkurang dari OQ4 menjadi OQ3 (consumption effect).

 adanya pendapatan yang diterima oleh pemerintah dari tarif tersebut sebesar BCEF (revenue effect).

 adanya ekstra pendapatna yang dibayarkan oleh

konsumen di dalam negeri kepada produsen di dalam negeri sebesar ABP1P2.

(18)

Ditinjau dari aspek komoditi:

1. Tarif impor: pungutan bea masuk yang

dikenakan atas barang impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi habis di dalam negeri

2. Tarif ekspor: pungutan bea yang dikenakan

(19)

Ditinjau dari mekanisme penghitungan: 1. Tarif ad valorem: tarif yang dikenakan

berdasarkan angka prosentase tertentu dari nilai barang yang diimpor

2. Tarif spesifik: tarif yang dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor

3. Tarif campuran: merupakan gabungan dari keduanya

(20)

Sistem tarif yang umum dilakukan oleh tiap negara dan sudah disepakati dalam pengenaan tarif adalah (Amir 2003):

1. Tarif Tunggal (Singgle column tarif), yaitu suatu tarif untuk satu jenis komoditi yang besarnya (prosentasenya) berlaku sama untuk impor

komoditi tersebut dari negara mana saja, tanpa kecuali.

2. Tarif Umum/Konvensional (General/Conventional

Tarif), yaitu satu tarif untuk satu komoditi yang

besar persentase tarifnya berbeda antara satu negara dengan negara lain, lazim juga dekenal sebagai tarif berkolom-ganda (two-column tarif).

(21)

3. Tarif Preferensi (Preferential Tarif), yaitu salahs atu tarif yang merupakan pengecualian dari

prinsip non-diskriminatif. Yang dimaksud dengan tarif preferensi adalah tarif GATT yang

persentasinya diturunkan, bahkan untuk beberapa komoditi sampai menjadi nol persen (zero) yang idberlalukan olehh negara terhadap komoditi yang diimpor dari negara-negara lain tertentu karena

adanya hubungan khusus antara negara pengimpor dengan negara pengekspor.

(22)

Kebijakan tarif barrier dalam bentuk bea masuk adalah sebagai berikut:

1. Tarif rendah antara 0%-5%. Tarif ini dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital, dan alat-alat militer; 2. Tarif sedang antara 5%-20%. Tarif ini dikenakan

untuk barang setngah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup produksi di dalam negeri; dan 3. Tarif tinggi di atas 20%. Tarif ini dikenakan untuk

barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok.

(23)

Kebijakan hambatan non-tarif (non-tarif

barrier) adalah berbagai kebijakan

perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.

(24)

1. Kouta

2. Hambatan lainnya (PP)

3. Contingent Protection (antidumping,

(25)

 Kuota: sebuah hambatan perdagangan dalam

bentuk penetapan maksimal kuantitas barang impor

(26)

 Adanya peraturan pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi volume perdagangan.

 Sebagai contoh, pemerintah menetapkan

standar teknis dan keselamatan untuk produk tertentu.

 Ketentuan ini dapat mengurangi impor

produk yang bersangkutan dari negaranegara yang belum memenuhi standar.

(27)

 Selain itu, peraturan pengadaan pemerintah yang

mengharuskan setiap pengadaan barang oleh

pemerintah menggunakan produk domestik juga

sering digunakan sebagai upaya untuk menghambat impor.

 Bentuk hambatan lainnya adalah melalui

persyaratan konten domestik pada produk tertentu

(domestic content requirement). Ketentuan ini

mengharuskan para importir mengimpor barang yang mengandung sekian persen komponen

(28)

Contigent Protection: pengenaan pajak atas

impor tersebut sebagai bentuk kebijakan proteksi yang dilakukan oleh suatu negara yang dipicu oleh faktor harga dan

kemungkinan terjadinya kerugian serius pada industri domestik

(29)

 Dumping:

 praktik penjualan suatu barang pada tingkat harga di pasar ekspor yang lebih rendah dari tingkat harga domestik,

 praktik penjualan suatu barang pada tingkat harga di pasar ekspor yang lebih rendah dari biaya rata-rata produksi barang tersebut

(30)

Sporadic dumping: turunnya permintaan di

pasar domestik akibat terjadinya siklus bisnis, membuat perusahaan menjual kelebihan produksinya ke pasar ekspor dengan harga yang lebih murah untuk mendorong penjualan

Predatory dumping: perusahaan menjual

produknya dengan harga yang lebih rendah di pasar ekspor dengan tujuan untuk menekan perusahaan domestik atau mencegah

(31)

 Anti dumping: tindakan yang diambil

pemerintah berupa pengenaan bea masuk antidumping terhadap barang dumping.

 Bea masuk antidumping ditetapkan sebesar

marjin dumping, selisih antara nilai normal dan harga ekspor dari barang dumping, dan dikenakan hingga dumping berhenti.

(32)

 Subsidi dapat diberikan oleh suatu negara

kepada industri dalam negeri, kelompok industri, perusahaan, atau eksportir baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk bantuan keuangan ataupun bentuk dukungan terhadap pendapatan dan harga, sehingga dapat meningkatkan ekspor atau menurunkan impor.

(33)

 Sama seperti tindakan antidumping,

pemerintah suatu negara dapat mengenakan tindakan imbalan (countervailing duty atau CVD) terhadap barang impor yang

mengandung subsidi, berupa pengenaan bea masuk imbalan.

(34)

 Tindakan pengamanan (safeguard) adalah

tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan/atau

mencegah ancaman kerugian serius yang diderita oleh industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan jumlah barang impor, baik absolut maupun relatif, terhadap barang sejenis atau barang yang secara langsung

(35)

 Tindakan tersebut dapat berupa pengenaan bea

masuk tindakan pengamanan atau kuota dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan/atau mencegah ancaman

kerugian serius dapat melakukan penyesuaian

struktural. Selain itu, terdapat tindakan sementara, yakni tindakan yang diambil untuk mencegah

terjadinya kerugian dalam masa penyelidikan

berupa pengenaan bea masuk tindakan pengamanan sementara.

(36)
(37)

Referensi

Dokumen terkait

Turbine Compressor C-1A dan C-2A terkoneksi secara seri maka nilai Reliability yang didapatkan adalah hasil perkalian antara individu dari masing-masing unit Gas Turbine

Untuk mengurangi kerumitan, energi primer dibagi menjadi lima kelompok yaitu : batubara, gas alam, minyak bumi, energi terbarukan (selain biomasa yaitu tenaga air, dan geothermal)

Kemudian stasiun 3 yang merupakan area setelah adanya masukan limbah industri plastik (hilir) dengan Pb sebesar 0,002 mg/L juga hanya ditumbuhi oleh 5 jenis tanaman dengan jumlah

dibuat digunting halus hingga memiliki ukuran mesh 120/170, 170/200 dan dibawah 200mesh, Metode Komposit Hand Lay-Up telah dilakukan penelitian sebelumnya dengan memakai fraksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran FKS dan MGMP SMA/SMK di Kabupaten Sragen dalam pengembangan Sekolah Responsif Gender (SRG). Peran FKS dan MGMP

Disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan di hadapan Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma 3 Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis