• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN HIPERAKTIVITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI GURU TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN HIPERAKTIVITAS"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA DENGAN HIPERAKTIVITAS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Trusti Asriyani NIM : 121134229

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(2)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN HIPERAKTIVITAS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Trusti Asriyani NIM : 121134229

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Halaman persembahan ini dipersembahkan untuk Tuhan Yesus yang selalu berkarya di dalam hidupku dan memberkati setiap langkahku sehingga apa yang kukerjakan diijinkan-Nya berhasil. Selain itu, skripsi ini dipersembahkan untuk Ibu, Kakak Na, Pinda, Manda dan Andrew. Tidak lupa juga untuk Gema dan keluarganya serta para guru yang telah bersedia membuka hatinya dan membagi semua informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

Tuhan tidak pernah merancangkan kegagalan di dalam kehidupanku,

segala yang kualami baik menyenangkan maupun kurang menyenangkan hanyalah proses bagiku untuk bertumbuh lebih indah.

(Agatha Trusti)

Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Peneliti menyatakan bahwa segala sesuatu yang dituliskan dalam skripsi ini sudah memperoleh ijin dari para narasumber dan tidak ada hasil karya lainnya kecuali yang telah dikutip dan dituliskan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 11 Februari 2016

Peneliti,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Nama : Agatha Trusti Asriyani

NIM : 121134229

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI GURU TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN HIPERAKTIVITAS

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan penelitinya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Februari 2016 Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN HIPERAKTIVITAS

Agatha Trusti Asriyani NIM : 121134229

Perilaku yang sering ditunjukkan siswa dapat berpengaruh pada persepsi guru atas siswa tersebut. Persepsi tersebut menjadi tantangan bagi siswa yang dianggap berkebutuhan khusus karena hal ini juga berpengaruh terhadap cara guru menangani anak tersebut. Penanganan guru dapat berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui persepsi guru tentang siswa dengan hiperaktivitas, (2) mengetahui persepsi guru tentang motivasi belajar siswa dengan hiperaktivitas, dan (3) mengetahui persepsi guru tentang prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara tidak terstruktur dan dokumentasi. Informasi yang diperoleh peneliti berasal dari wali kelas I, wali kelas VI, GPK sekolah dan orang tua siswa yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, kesimpulan dan display data.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa adanya kesamaan persepsi guru tentang motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. Hal ini dikarenakan persepsi mereka terbentuk ketika mengamati perilaku yang ditunjukkan oleh siswa secara berulang dan juga dari hasil assesment. Dengan pengenalan yang baik guru dapat mengetahui bakat dan minat yang dimiliki siswa sehingga dapat digunakan untuk memotivasi siswa dengan pemberian reward dan punishment yang berhubungan dengan bakat dan minatnya. Ketika siswa termotivasi dengan baik, siswa tersebut dapat dimaksimalkan potensinya sehingga mampu berprestasi.

(10)

ix ABSTRACT

TEACHERS’ PERCEPTION TOWARDS THE LEARNING MOTIVATION AND ACHIEVEMENT OF A HYPERACTIVE STUDENT

Agatha Trusti Asriyani NIM : 121134229

The behavior of students in class can build a perception of teacher on the students. A correct perception may helps the teacher to analyze whether the students need a special needs or not, hyperactivity is one of them. Learning motivation and study achievement of hyperactive students can be seen through the perception of the teacher, whether students has learning motivation and can learn well or not. Based on the background, this study aims to: (1) determine teacher‟s perception to hyperactive students, (2) determine teacher‟s perception on learning motivation of hyperactive students, (3) determine teacher‟s perception on study achievement of hyperactive students.

This is a qualitative study using case study method. The methods used to collect the data are observation, unstructured interview, and documentation. The information is obtained from homeroom teacher of 1st and 6th year elementary school, special assistant teacher of Perahu Elementary School, and students‟ parents. The data analysis methods used are data collection, display data, and summary.

The result of study shows that there is a common perception of teacher on learning motivation and study achievement of hyperactive students. This is caused by their perception are built when observing the behaviors exhibits by students and also from assessments. Moreover, with a correct perception teachers can recognize talents and interests of students so they can use it to motivate the students by giving rewards and punishments related to their talents and interests. If the students are motivated, then they will surely gain achievements and maximized their talents and potentials.

Keyword : teacher‟s perception, hyperactivity, learning motivation, achievement of study

(11)

x

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan kemuliaan hanya untuk Tuhan Yesus yang telah berkarya dan menyertai peneliti selama proses penelitian dan pembuatan skripsi yang berjudul PERSEPSI GURU TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK DENGAN HIPERAKTIVITAS.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada segenap jajaran Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia membantu dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada Rohandi, Ph. D., selaku Dekan FKIP dan Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD. Terima kasih juga untuk Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph. D., selaku dosen pembimbing satu dan Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi., selaku dosen pembimbing dua. Terima kasih kepada seluruh dosen dan seluruh staff sekretariat PGSD yang telah bersedia membimbing dan membantu selama proses perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

Selain itu, peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada segenap guru dan karyawan di SD yang digunakan untuk penelitian ini. Terima kasih atas kerjasama dan keterbukaannya selama masa penelitian, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Pinda, Manda, Kaka Na, dan Andrew atas segala dukungan yang telah diberikan selama ini. Terima kasih

(12)

xi

karena selalu mendukung di dalam doa dan tidak pernah mengijinkan peneliti untuk menyerah. Terima kasih juga atas seluruh nasehat yang diberikan dan kesediaanya untuk menemani dan membantu.

Peneliti menyusun skripsi ini sebagai pemenuhan salah satu syarat kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti dengan terbuka menerima kritik dan saran yang dapat membangun.

Yogyakarta, 11 Februari 2016

Peneliti

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN MOTTO...v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

ABSTRAK...viii ABSTRACT...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI...xii DAFTAR GAMBAR...xvii DAFTAR TABEL...xviii DAFTAR LAMPIRAN...xix BAB I PENDAHULUAN………...………...1 1.1. Latar Belakang……….……….…………...…...1 1.2. Identifikasi Masalah……….……..…………...……...……...3 1.3. Pembatasan Masalah………...………....…...3

(14)

xiii

1.4.Rumusan Masalah………...……...………...…...3

1.5. Tujuan Penelitian………...………...…..……...4

1.6. Manfaat Penelitian………..………...…...4

1.7. Definisi Operasional………….………..………...…...5

BAB II LANDASAN TEORI…………...……….….……...……...6

2.1 Kajian Pustaka………...…...…….…...6

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung………..…………...6

2.1.1.1 Persepsi………...…...6

A. Pengertian Persepsi………...…...6

B. Macam-macam Persepsi………...………...7

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi...7

2.1.1.2 Hiperaktivitas……….………...…...7

A. Pengertian Hiperaktivitas………...…....…...7

B. Ciri-ciri Hiperaktivitas………...…...8

C. Kriteria Hiperaktivitas …………...………...8

D. Karakteristik Siswa dengan Hiperaktivitas...9

2.1.1.3 Belajar………...…...…...12

A. Pengertian Belajar...12

(15)

xiv

C. Prinsip Belajar………...………...13

D. Faktor yang Mempengaruhi Belajar…………..…………...13

2.1.1.4 Motivasi Belajar………...……...……...14

A. Pengertian Motivasi Belajar………...………….….14

B. Jenis Motivasi Belajar………...……...……...15

C. Fungsi Motivasi Belajar………...…...…...15

D. Unsur Motivasi Belajar……….….…...…...15

E. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar..………...16

2.1.1.5 Prestasi Belajar………...……...16

A. Pengertian Prestasi Belajar………...……...…16

B. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar…...…...……17

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan………...…...17

2.2 Kerangka Berpikir……….……...…...…………...19

2.3 Pertanyaan Penelitian………...20

BAB III METODE PENELITIAN…….………...……...21

3.1 Jenis Penelitian………...………...…...21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………...……...21

3.2.1 Waktu Penelitian………...…………21

(16)

xv

3.3 Partisipan Penelitian………..……...…...23

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………...…...24

3.5 Instrumen Penelitian………...………...…...…...25

3.6 Keabsahan Data………....………...25

3.6.1 Kredibilitas………...……...26

3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan………...26

3.6.1.2 Triangulasi………...…...26

3.6.1.3 Menggunakan Bahan Referensi………...27

3.6.2 Transferabilitas………...………...27

3.6.3 Dependabilitas……….………...………...……...27

3.6.4 Konfirmabilitas………...27

3.7 Teknik Analisis Data………...…...28

3.7.1 Reduksi Data………...…………...28

3.7.2 Display Data………...28

3.7.3 Kesimpulan dan Verifikasi……….……...…...…...29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAN………...…...…...30

4.1. Hasil Penelitian………...………...…...30

4.1.1. Partisipan Penelitian ...…..………...30

(17)

xvi 4.2.1. Partisipan 1………...………...……...31 4.2.2. Partisipan 2 ……….………...…...34 4.2.3 Partisipan 3……….………...…...37 4.2.4. Partisipan 4……….………...40 4.2.5. Partisipan 5...42 4.2.6. Partisipan 6...45 4.3. Pembahasan………...……..………...…………..………...46

4.4. Temuan Lain dalam Penelitian...54

BAB V PENUTUP...57

5.1. Kesimpulan...57

5.2. Keterbatasan Penelitian...58

5.3. Saran...58

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Literature Map Penelitian-penelitian Relevan...19

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir...20

Gambar 3.2. Bagan Teknik Analisis Data...29

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Gambar 3.1. Tabel Jadwal Penelitian...22 Gambar 3.2. Tabel Alur Instrumen Penelitian... 25 Gambar 3.3. Tabel Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 28

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Teks Anekdot...61

Lampiran 2 Triangulasi Transkrip Hasil Wawancara Partisipan...64

Lampiran 3 Pemetaan...74

Lampiran 4 Memo Tertulis...75

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya (Fadhli, 2010: 16). Siswa dengan hiperaktivitas adalah anak kebutuhan khusus yang paling sering dijumpai di sekolah. Hal tersebut seperti dilansir oleh National Institut of Mental Health yang mengungkapkan bahwa 5% siswa di sekolah Amerika Serikat mengalami hiperaktivitas yang artinya di setiap kelas yang terdiri dari 25 siswa terdapat satu siswa dengan hiperaktivitas (Rejeki, 2014: 37). Data yang diperoleh dari Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Sardjito dalam kurun waktu 1992-1998 menunjukkan 17,68 anak mengalami hiperaktivitas (Gamayanti, 2003: 147). Hiperaktivitas adalah salah satu bentuk gangguan pemusatan perhatian (Apriadji, 2007: 50). Dalam mendidik anak berkebutuhan khusus, guru dituntut untuk dinamis dan memiliki bekal pengetahuan yang memadai serta mampu menerapkan strategi dan pola didik yang tepat (Azis, 2010: v). Cara menangani siswa dengan hiperaktivitas tentu saja berbeda dengan penanganan terhadap siswa tanpa hiperaktivitas. Penanganan yang tepat dapat menunjang pendidikan siswa sehingga siswa tersebut mampu berprestasi.

Prestasi belajar didukung oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar. Menumbuhkan motivasi belajar pada anak dengan

(22)

2

hiperaktivitas, membutuhkan usaha dan kejelian seorang guru dan orang tua. Selain itu, dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam membimbing anak dengan hiperaktivitas. Saat ini, setiap sekolah yang ditunjuk untuk menerima anak berkebutuhan khusus dan membuka kelas inklusi oleh pemerintah harus memperlengkapi setiap gurunya untuk berkompeten dalam menangani siswa dengan kebutuhan khusus. Ada juga yang menyediakan guru pendamping di kelasnya untuk membantu menangani siswa dengan kebutuhan khusus itu sendiri.

Ada juga guru yang merasa enggan untuk menangani siswa berkebutuhan khusus dalam hal ini siswa dengan hiperaktivitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha mengupas persepsi guru terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati baik dari dalam maupun dari luar diri individu (Sunaryo, 2013: 96). Dengan mengetahui persepsi guru yang telah terbiasa menangani siswa dengan hiperaktivitas dapat membantu guru lainnya dalam melihat motivasi dan prestasi siswa dengan hiperaktivitas dan dapat mengubah sudut pandang mereka.

Peneliti melakukan penelitian di SD Perahu dari bulan Juli 2015 hingga Desember 2015. Nama sekolah, siswa dan guru dalam penelitian ini disamarkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menjadi permasalahan di kemudian harinya. SD Perahu merupakan sekolah inklusi dimana terdapat kelas yang menangani siswa dengan hiperaktivitas. Siswa di sekolah ini dilengkapi dengan assesment dari

(23)

psikolog. Siswa yang dinyatakan hiperaktif tidak hanya dugaan semata, tetapi juga telah didukung bukti yang kuat. Melalui persepsi, guru dapat menemukan celah untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Saat guru mengetahui celahnya, guru dapat mengoptimalkan dalam mengasah celah tersebut, sehingga motivasi belajar siswa meningkat dan akan berdampak juga pada prestasi belajarnya.

Setelah melakukan wawancara dengan beberapa guru SD tentang siswa dengan hiperaktivitas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Persepsi Guru terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa dengan Hiperaktivitas”.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Belum diketahui bagaimana persepsi guru tentang siswa dengan hiperaktivitas. 1.2.2 Belum diketahui bagaimana persepsi guru tentang motivasi belajar siswa

dengan hiperaktivitas.

1.2.3 Belum diketahui bagaimana persepsi guru tentang prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada persepsi guru terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas di SD Perahu.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Bagaimana persepsi guru tentang siswa dengan hiperaktivitas?

1.4.2 Bagaimana persepsi guru tentang motivasi belajar siswa dengan hiperaktivitas? 1.4.3 Bagaimana persepsi guru tentang prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas?

(24)

4

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Mengetahui persepsi guru tentang siswa dengan hiperaktivitas.

1.5.2 Mengetahui persepsi guru tentang motivasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. 1.5.3 Mengetahui persepsi guru tentang prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. 1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Peneliti

Manfaat dari hasil penelitian ini bagi peneliti, yaitu sebagai bahan referensi mengenai motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. Selain itu, selama proses penelitian berlangsung, peneliti banyak belajar tentang karakteristik siswa dengan hiperaktivitas yang nantinya akan membantu peneliti dalam menganalisa siswa saat menjadi guru.

1.6.3 Bagi Guru

Manfaat dari hasil penelitian ini bagi guru yaitu sebagai referensi dan menambah wawasan serta pemahaman mengenai motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. Sehingga guru dapat memaksimalkan potensi yang ada pada diri siswa baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

1.6.4 Bagi Sekolah

Manfaat dari hasil penelitian ini bagi sekolah yaitu menambah bahan referensi dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang dapat membantu pihak sekolah yang sedang berusaha membuka kelas khusus untuk siswa berkebutuhan khusus.

(25)

1.7 Definisi Operasional

1.7.1 Persepsi guru adalah suatu proses pemahaman atas informasi yang diperoleh dari luar maupun dalam individu untuk mengutarakan anggapan tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.

1.7.2 Belajar adalah proses kegiatan seseorang berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, perubahan sikap dan keterampilan.

1.7.3 Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar untuk belajar.

1.7.4 Prestasi belajar adalah suatu pencapaian seseorang yang mengalami pembelajaran di dalam menemukan suatu pengetahuan yang diterima.

1.7.5 Hiperaktivitas adalah salah satu bentuk gangguan pemusatan perhatian dimana siswa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa diam.

(26)

21 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung 2.1.1.1 Persepsi

A. Pengertian Persepsi

Sunaryo (2004: 93) menyatakan bahwa persepsi adalah proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan. Pendapat Sunaryo tersebut juga diperkuat oleh pendapat Walgito (2010) yang mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Kedua pendapat tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Waidi (2006: 118) yang menyatakan bahwa persepsi adalah hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya.

Bono (2007: 157) mengungkapkan bahwa persepsi adalah cara memandang baik perasaan maupun reaksi yang ditentukan dari sudut pandang. Hardjana (2007: 40) mengatakan bahwa persepsi adalah pandangan orang tentang kenyataan.. Setelah mengetahui pendapat dari kelima ahli tersebut tentang persepsi, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah pandangan seseorang tentang hal atau sesuatu yang telah diamati.

(27)

B. Macam-Macam Persepsi

Sunaryo (2004: 94) mengungkapkan bahwa ada dua macam persepsi yaitu external perception dan self-perception. External perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. Self-perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari dalam diri individu.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Robbin mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan persepsi, yaitu perilaku persepsi, objek yang dipersepsikan dan konteks dari situasi dimana persepsi itu diberlakukan (Danardjati, 2013).

2.1.1.2 Hiperaktivitas

A. Pengertian Hiperaktivitas

Hiperaktif juga biasa disebut dengan hiperkinetik. Hiperkenitik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan implusif (Zaviera, 2014: 11). Hermawan (dalam Zaviera, 2014:14) ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.

Hiperaktivitas juga dikenal dengan ADHD. Menurut Barkley (dalam Wood, 2007:78) ADHD adalah sebuah gangguan di mana respons

(28)

8

menjadi terhalang dan mengalami disfungsi pelaksana yang mengarah pada kurangnya pengaturan diri, lemahnya kemampuan untuk mengatur perilaku untuk tujuan sekarang dan masa depan, serta sulit beradaptasi secara sosial dan perilaku dengan tuntutan lingkungan. Dari pendapat ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hiperaktivitas adalah salah satu bentuk gangguan pemusatan perhatian dimana siswa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa diam.

B. Ciri-ciri Hiperaktivitas

Siswa dengan hiperaktivitas sering menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Namun umumnya, gangguan perilaku dan perhatian berikut sering ditemukan di kelas seperti tidak bisa fokus pada detail, perhatian mudah teralihkan, banyak bicara, sering mengganggu anak-anak lain, terlihat bingung dan pelupa serta menunjukkan kesulitan menjaga perhatian dalam mengerjakan tugas dan gagal menyelesaikannya (Thompson, 2010: )

C. Kriteria Hiperaktivitas

Ada tiga kriteria diagnosis hiperaktivitas yaitu tidak perhatian, impulsif, dan hiperaktivitas yang terlihat berlebihan dibandingkan anak-anak lain yang sebaya.

(29)

Saat menghadapi siswa yang menunjukkan gejala hiperaktivitas, sangat jelas terlihat bahwa siswa tersebut umumnya memiliki kesulitan berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah dan cenderung berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya serta cepat kehilangan motivasi jika merasa tugas tersebut membosankan.

b. Impulsif

Berdasarkan diagnosis, siswa dengan hiperaktivitas sering dianggap „nakal‟ karena mereka bertingkah tanpa membayangkan atau memikirkan akibatnya (Wender, 2000). c. Hiperaktivitas

Siswa dengan hiperaktivitas sering menunjukkan tanda-tanda hiperaktivitas, termasuk tingkah laku seperti mengetuk-ngetuk tangan atau kaki, bicara berlebihan, dan sulit duduk diam lebih dari beberapa menit.

D. Karakteristik Siswa dengan Hiperaktivitas

Tim pustaka familia (2010: 11) mengungkapkan bahwa karakteristik siswa dengan hiperaktivitas yaitu memiliki perilaku impulsif, tidak memperhatikan keadaan di lingkungannya dan memiliki minat terhadap segala hal namun tidak terarah. Menurut psikiater anak Dwidjo Saputro, siswa dengan hiperaktivitas memiliki karakteristik utama yaitu tidak mampu memusatkan perhatian, adanya

(30)

hiperaktivitas-10

impulsivitas yang menetap selama enam bulan dan timbul sebelum usia tujuh tahun (Nadesul, 2011: 129). Oleh karena itu, apabila siswa menunjukkan perilaku-perilaku seperti yang tercantum dalam lembar observasi DSM-IV-TR selama enam bulan maka siswa tersebut baru dapat didiagnosis mengalami hiperaktivitas.

Adapun karakteristik yang terdapat pada lembar observasi DSM-IV-TR meliputi tipe inatensi dan tipe hiperaktif dan impulsif. Tipe inatensi ditandai dengan sulit memberikan detail pada tugas dan cenderung ceroboh, sulit berkonsentrasi, tampak tidak mendengarkan, gagal dalam menyelesaikan tugas, sulit mengikuti instruksi, sering lupa, perhatian mudah teralih, sering kehilangan, dan menghindari aktivitas berpikir. Tipe hiperaktif dan impulsif ditandai dengan sering gelisah dan meninggalkan tempat duduk, melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, berbicara berlebihan, sulit menunggu giliran, sering menyela pembicaraan, menjawab tanpa berpikir, dan berlari atau memanjat berlebihan. Diagnosis baru dapat ditegakkan apabila memenuhi enam gejala dalam lembar observasi yang dilakukan pada enam bulan atau setidaknya tiga bulan pengamatan.

Setelah mengamati dan membandingkan assesment yang dilakukan pada Gema maka perilaku yang ditunjukkan oleh Gema memiliki kesesuaian sebanyak 15 karakteristik dari 18 karakteristik pada lembar observasi dari DSM-IV-TR. Perilaku yang ditunjukkan oleh Gema

(31)

meliputi sulit berkonsentrasi, perhatian mudah teralihkan, sering gelisah, banyak bicara, bergerak berlebihan, sulit menunggu giliran, sering menyela pembicaraan, menjawab tanpa berpikir, tidak teratur dalam mengerjakan tugas, ceroboh, cenderung tidak mengikuti instruksi, sering meninggalkan tempat duduk dan tidak dapat duduk tenang.

Meskipun dilihat dari hasil observasi dan assesment Gema menunjukkan hiperaktivitas, namun orang tua Gema melihat Gema sebagai anak yang aktif dan kreatif. Mereka menerima keadaan Gema namun mereka tidak ingin melabeli anaknya dengan label tertentu dalam hal ini hiperaktivitas. Bagi orang tua Gema yang merupakan seniman, mereka percaya bahwa setiap anak itu unik dan memiliki jalannya masing-masing sehingga tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, mereka memberikan kebebasan kepada Gema untuk mengeksplorasi minat dan bakat yang dimilikinya. Mereka percaya bahwa belajar dapat dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja. Bagi mereka proses belajar jauh lebih penting dibandingkan dengan hasilnya sehingga karakter apa yang terbentuk dalam proses belajar itulah yang menurut mereka dapat menjadikan Gema menjadi seseorang. Keterbukaan, penerimaan dan dukungan mereka yang telah membuat Gema mampu menerima dirinya dan mengotimalkan potensi yang ada pada dirinya sehingga ia termotivasi untuk berprestasi.

(32)

12

2.1.1.3 Belajar

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang akibat dari mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) tertentu (Uno, 2006: 15). Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan (Hakim, 2005: 1). Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan dimana seseorang berusaha memperoleh keterampilan dan kepandaian atau ilmu.

B. Ciri-ciri Belajar

Menurut Sunarto ciri-ciri kegiatan belajar yaitu kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengadakan “perubahan kompetensi baru” yang sebelumnya tidak dimilikinya. Selain itu, kompetensi yang dimiliki adalah sebagai hasil belajar adalah relatif tetap. Kegiatan belajar juga menunjukkan adanya “usaha” dari pelaku belajar. Usaha yang dilakukan dengan cara berinteraksi dengan lingkungan.

(33)

C. Prinsip Belajar

Hakim (2005: 2) mengungkapkan beberapa prinsip belajar, yaitu belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas dan dihadapkan pada situasi problematis. Selain itu, belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dibandingkan belajar dengan hafalan. Belajar merupakan proses yang berkelanjutan yang memerlukan kemauan yang kuat. Keberhasilan belajar ditentukan oleh beberapa faktor dimana belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil dibandingkan belajar secara terbagi-bagi. Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan siswa, metode yang tepat dan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

D. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam individu itu sendiri (Hakim, 2005: 11). Faktor internal dibagi menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri (Hakim, 2005: 17). Faktor eksternal meliputi waktu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

(34)

14

2.1.1.4 Motivasi Belajar

A. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi mengacu kepada suatu proses yang mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki (Vroom dalam Karwati, 2014: 166). Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan Dimyati (2006: 80) yang mengungkapkan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Pernyataan yang dikemukakan oleh Dimyati tersebut merujuk pada motivasi belajar.

Suprijono (2009: 163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Selain itu, dalam kegiatan belajarnya, motivasi itu dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2011). Motivasi adalah suatu keadaan internal maupun eksternal yang menimbulkan, mengarahkan, dan menguatkan perilaku (Tim Pengembang FIP-UPI, 2009: 141). Dari pengertian motivasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar untuk belajar.

(35)

B. Jenis Motivasi Belajar

Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Djamarah, 2005: 223). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid (Hamalik, 2007: 162). Motivasi ekstrinsik adalah kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang yang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri (Yamin, 2007: 226).

C. Fungsi Motivasi Belajar

Sardiman (dalam Majid, 2013: 209) mengungkapkan bahwa motivasi berfungsi sebagai dorongan untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan atau menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

D. Unsur Motivasi Belajar

Unsur-unsur motivasi adalah cita-cita siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa dan upaya guru untuk membelajarkan siswa (Dimyati, 2006: 97). Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tujuan akan memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.

(36)

16

E. Ciri-Ciri Siswa yang Mempunyai Motivasi Belajar

Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar ini menurut Sardiman (2011: 83-84) adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat untuk sukses, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, dan tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini. Ciri-ciri tersebut dapat diringkas secara umum menjadi tiga macam karakteristik dasar dari motivasi yang berkenaan dengan peserta didik, yaitu usaha, ketekunan, dan arah (Karwati, 2014: 170).

2.1.1.5 Prestasi Belajar

A. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah tingkat penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan di dalam sebuah mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan menggunakan angka (Kusumah, 2009: 153). Darsono (2000: 110) mengungkapkan bahwa prestasi belajar siswa adalah perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif. Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil dari proses belajar.

(37)

B. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Daryanto, 2012: 28). Faktor internal meliputi faktor psikologis dan faktor fisiologis. Faktor eksternal meliputi sosial, budaya, lingkungan fisik, dan spiritual (Daryanto, 2012: 28).

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan anak hiperaktif. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Martin. Dalam jurnal yang ditulisnya yang berjudul “The Role Of Personal Best

(PB) Goals In The Achievement And Behavioral Engagement Of Students With ADHD And Students Without ADHD”, Martin mengungkapkan

bahwa baik siswa dengan hiperaktivitas maupun siswa tanpa hiperaktivitas dapat memiliki pencapaian yang baik dalam berperilaku dan pencapaian akademiknya. Martin melakukan penelitian pada siswa SMA dengan sampel sebanyak 87 siswa dengan hiperaktivitas dan 3374 siswa tanpa hiperaktivitas.

Hasil penelitian dari Martin juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Imeraj. Judul penelitian Imeraj adalah The Impact Of

Instructional Context On Classroom On-Task Behavior: A Matched Comparison Of Children With ADHD And Non-ADHD Classmates.

(38)

18

hiperaktivitas maupun siswa tanpa hiperaktivitas tidak terlepas dari pengaruh oleh tugas apa yang diberikan kepada siswa tersebut. Imeraj melakukan penelitiannya dengan mengamati 31 siswa yang terdiri dari 26 siswa dan 6 siswi yang berusia dari 6 tahun hingga 12 tahun.

Barron juga melakukan penelitian terhadap siswa dengan hiperaktivitas. Barron mencoba menguak apa tujuan dari siswa dengan hiperaktivitas dan apa motivasi siswa dengan hiperaktivitas yang membedakannya dengan siswa tanpa hiperaktivitas. Penelitian yang dilakukan oleh Barron berjudul “Achievement Goals of Students with

ADHD”. Barron mengamati 70 siswa kelas VI SD di lima sekolah yang

terletak di Shenandoah Virginia. Siswa dan siswi tersebut berusia antara 10 tahun hingga 13 tahun. Setelah melakukan penelitian, Barron mendapati bahwa siswa yang memiliki tujuan akan memiliki motivasi yang lebih kuat. Motivasi tersebut dapat berupa motivasi belajar maupun motivasi untuk mencapai tujuannya.

Hasil penelitian Martin dan Imeraj menunjukkan bahwa siswa dengan hiperaktivitas dapat berprestasi. Hasil penelitian tersebut berarti dapat mematahkan persepsi orang yang mengatakan bahwa siswa dengan hiperaktivitas cenderung tidak berprestasi. Hasil penelitian Baron menunjukkan bahwa siswa dengan hiperaktivitas dapat memiliki motivasi belajar yang kuat jika mereka memiliki tujuan. Berdasarkan tiga penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti tentang persepsi guru terhadap

(39)

motivasi dan prestasi belajar pada siswa dengan hiperaktivitas. Adapun kaitan dari hasil penelitian sebelumnya dengan apa yang diteliti oleh peneliti akan dijelaskan melalui bagan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Literature Map 2.2 Kerangka Berpikir

Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar. Jika motivasi belajar siswa meningkat maka prestasi belajarnya pun akan ikut meningkat. Hal ini tidak terlepas dari faktor internal maupun faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi maupun prestasi belajar pada siswa terutama pada siswa dengan hiperaktivitas. Oleh karena itu, peneliti ingin menguak persepsi

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti

Persepsi Guru terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa dengan Hiperaktivitas

Martin (2012)

The Role Of Personal Best (PB) Goals In The Achievement And Behavioral Engagement Of Students With ADHD

And Students Without ADHD

Barron (2006) Achievement Goals of Students

with ADHD Imeraj (2013)

The Impact Of Instructional Context On Classroom On-Task Behavior: A Matched Comparison Of Children With

ADHD And Non-ADHD Classmates Prestasi

belajar

Motivasi belajar

(40)

20

guru tentang motivasi belajar dan prestasi belajar pada siswa dengan hiperaktivitas. Hal ini dikarenakan guru adalah orang yang paling sering berinteraksi dengan siswa, yaitu kurang lebih tujuh sampai delapan jam dalam sehari. Sehingga guru pasti akan memiliki persepsi yang sangat menarik untuk dikemukakan tentang motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. Dari uraian di atas, maka apabila dibuat skema akan menjadi seperti di bawah ini.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir 2.3 Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dan mengetahui persepsi guru terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar pada siswa dengan hiperaktivitas di SD Perahu maka peneliti selama proses wawancara bertanya seputar tema atau judul penelitian. Hal ini karena jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Sehingga peneliti hanya menggali dari jawaban yang telah dikemukakan oleh narasumber berkaitan dengan tema atau judul penelitian.

Persepsi Guru tentang Motivasi Belajar dan Prestasi

Belajar

Motivasi Belajar

(41)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh oleh alat-alat produk statistik atau alat-alat kuantifikasi lainnya (Stratus, dalam Ahmadi, 2014: 15). Peneliti meneliti bagaimana persepsi guru di sekolah tentang motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas. Jenis penelitiannya adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, dalam Prastowo, 2014: 186)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2015 – Desember 2015, daftar waktu pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat di tabel pada tabel 3.1.

(42)

22

Gambar 3.1 Tabel Jadwal Penelitian N

o

Jenis Kegiatan Waktu Kegiatan

Juli Agustus S eptembe r Oktobe r Nove mber De se mber Ja nua ri F ebr ua ri 1 Observasi keadaan lapangan 2 Pengumpulan data (observasi, wawancara dan dokumen) 3 Menyusun proposal 4 Pengecekan data dan proposal 5 Pengolahan data 6 Penyusunan laporan 7 Ujian Skripsi 3.2.2 Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, nama SD yang digunakan sebagai tempat penelitian disamarkan menjadi SD Perahu. SD Perahu terletak di daerah Selatan Yogyakarta. SD ini berada di dalam satu area dengan TK dan SMP Perahu. Halaman dari SD Perahu ini cukup luas dengan ditumbuhi beberapa pohon besar dan beberapa tanaman hias. SD Perahu memiliki 6 kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 2 kantin, 1 kamar mandi siswa, dan 2 kamar mandi guru dan pendamping.

(43)

SD Perahu merupakan SD rintisan inklusi sejak lima tahun yang lalu. Namun, sejak tahun 2010 SD Perahu telah menerima beberapa siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, sebagian besar siswa yang bersekolah di SD ini merupakan siswa dengan kebutuhan khusus dimana setiap siswa yang didiagnosa berkebutuhan khusus harus memiliki

assesment dari psikolog. Siswa-siswi SD Perahu di Yogyakarta ini

berasal dari kalangan menengah ke atas. Penggunaan SD Perahu sebagai tempat penelitian dikarenakan SD Perahu memenuhi kriteria penelitian. SD Perahu di Yogyakarta merupakan sekolah rintisan inklusi dimana beberapa siswa memiliki karakteristik yang ingin diteliti oleh peneliti.

3.3 Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal penelitian (Sugiyono, 2010: 13). Pada penelitian ini yang menjadi partisipan penelitian adalah guru pendamping sekolah, wali kelas I, wali kelas VI dan salah satu siswanya di SD Perahu di Yogyakarta. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari orang tua siswa tersebut guna mengimbangi data yang telah diperoleh sebelumnya.

Peneliti memilih beberapa wali kelas dimana siswa tersebut pernah dan sedang diajar oleh guru tersebut. Selain itu dalam penelitian ini, peneliti juga mewawancarai guru pendamping sekolah yang bertugas untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah ini. Peneliti memilih

(44)

24

beberapa guru tersebut karena mereka yang selama ini telah mengamati dan mendidik Gema saat berada di kelasnya. Objek penelitian adalah sarana untuk mendapatkan suatu data (Sugiyono, 2010: 13). Objek penelitian ini adalah persepsi guru di sekolah tentang motivasi dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara tidak terstruktur serta dokumentasi berupa hasil nilai siswa di sekolah. Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan (Ghony, 2014: 165). Sedangkan Burhan menyatakan bahwa observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya (2007: 115). Observasi partisipan adalah suatu periode interaksi sosial yang intensif antara peneliti dan subjek dalam suatu lingkungan tertentu (Bogdan, dalam Ahmadi, 2014: 115).

Wawancara tidak terstruktur adalah adalah suatu teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2008: 323). Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi, alat tulis, dan perekam suara.

(45)

3.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Sebagai key instrument, peneliti harus dibekali kemampuan metode penelitian kualitatif, etika penelitian, dan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang diteliti (Ghony, 2014: 95). Human instrument dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lokasi penelitian. Tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri (Ghony, 2014: 95).

Tabel 3.2 Alur Instrumen Penelitian No Partisipan Aspek yang

diteliti Teknik pengumpulan data Sumber data 1. Siswa dengan hiperaktivitas Motivasi belajar siswa. Wawancara tidak terstruktur dan observasi Siswa dengan hiperaktivitas 2. Wali kelas siswa dengan hiperaktivitas Motivasi belajar, cara belajar siswa di kelas, prestasi siswa di kelas Wawancara tidak terstruktur dan observasi Wali kelas siswa dengan hiperaktivitas 3. Orang tua siswa yang diteliti Motivasi belajar, prestasi belajar Wawancara tidak terstruktur

Orang tua dari siswa yang diteliti.

3.6 Keabsahan Data

Keabsahan data dari hasil penelitian kualitatif, harus memenuhi persyaratan di bawah ini yaitu:

(46)

26

3.6.1 Menunjukkan nilai yang benar (kredibilitas)

Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, analisis kasus negatif, dan member check.

3.6.1.1 Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan (Sugiyono: 2011). Oleh karena itu, keterlibatan yang diperpanjang akan memberikan ruang lingkup dan pengamatan yang terus menerus akan memberikan kedalaman pada penelitian ini. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi proses belajar mengajar di kelas sebanyak dua pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk pembiasaan guru dan siswa di kelas dengan keberadaan peneliti. Selanjutnya hanya satu pertemuan yang digunakan untuk proses analisis data yang lebih rinci mengenai mengenai kondisi pembelajaran di kelas .

3.6.1.2 Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005: 330). Triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Ghony, 2014: 322). Selain itu, untuk memastikan keabsahan data peneliti juga akan menggunakan triangulasi data dan triangulasi peneliti/investigator. Triangulasi data meliputi observasi partisipatif, wawancara tidak terstruktur

(47)

dan dokumentasi. Sedangkan untuk triangulasi peneliti meliputi pembandingan pengamatan dengan teman sejawat dalam membandingkan data yang diperoleh dari sumber data.

3.6.1.3 Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi berguna untuk mendukung atau menguatkan data yang telah diperoleh dalam penelitian. Bahan referensi dapat berasal dari buku, artikel maupun dari jurnal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan buku dan jurnal sebagai bahan referensinya.

3.6.2 Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan (tranferabilitas)

Transferabilitas merupakan validasi eksternal dalam penelitian kualitatif. Tujuan dari pengujian transferability ini adalah hasil penelitian ini dapat menjadi daya transfer pembaca yang memberikan persepsi guru terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas.

3.6.3 Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya (dependabilitas)

Pengujian dependability adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam pengecekan yang menyatakan bahwa peneliti benar-benar melakukan proses penelitian ke lapangan, sehingga data yang diperoleh reliabel. Suatu penelitian dapat dikatakan reliabel apabila orang lain dapat mengulangi proses penelitian tersebut.

(48)

28

Pengujian comfirmability merupakan pengujian hasil penelitian yang berkaitan dengan proses penelitian yang telah dilakukan.

Tabel 3.3 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Kriteria Teknik Pemeriksaan

Kredibilitas (tingkat kepercayaan) 1. Perpanjangan keikut sertaan 2. Ketekunan pengamatan 3. Triangulasi

4. Pengecekan teman sejawat 5. Kecukupan referensi 6. Kajian kasus negatif 7. Pengecekan anggota

Kepastian Uraian rinci

Kebergantungan Audit kebergantungan

Kepastian Audit kepastian

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan bagaimana harus menyajikan materi-materi yang telah ditemukan tersebut kepada orang lain (Emzir, 2010: 85).

3.7.1 Reduksi Data

Reduksi data adalah bentuk analisis yang mempertajam atau memperdalam, menyortir, memusatkan, menyingkirkan, dan mengorganisasikan data untuk disimpulkan dan diverifikasi. Data tersebut kemudian disusun secara sistematis sehingga kapan pun peneliti memerlukannya akan lebih mudah untuk diambil. Dalam penelitian ini data mentah yang diperoleh dalam wawancara yang telah ditranskrip dan disortir

(49)

kemudian dikategorikan dalam beberapa kategori tertentu sehingga tidak terjadi pengulangan. Setelah itu data yang telah dikategorikan dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan kategorinya.

3.7.2 Display Data

Display data atau penyajian data bertujuan untuk membuat informasi terorganisasi dalam bentuk yang tersedia, dapat diakses, dan terpadu, sehingga para pembaca dapat melihat dengan mudah apa yang terjadi tentang sesuatu berdasarkan pemaparan datanya. Penyajian data dapat berbentuk tabel, grafik, dan bagan. Pada penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabel dan bagan. 3.7.3 Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan berarti proses penggabungan beberapa penggalan informasi untuk mengambil keputusan. Verifikasi dalam penelitian antara lain penggunaan data empiris, observasi, tes, atau eksperimen untuk menentukan kebenaran atau pembenaran rasional terhadap hipotesis.

Berdasarkan uraian di atas, teknik analisis data dapat dipaparkan dalam bagan di bawah ini.

Pengumpulan Data

Display Data Reduksi Data

Gambar 3.2 Bagan Teknik Analisis Data Kesimpulan dan Verifikasi

(50)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian akan berisi paparan tentang partisipan penelitian, dan deskripsi partisipan penelitian. Pembahasan dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data. 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Partisipan Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di kelas VI dimana terdapat 16 siswa yang terdiri dari 3 siswi dan 13 siswa. Di kelas tersebut ada 3 siswa dengan hiperaktivitas, 3 siswa lamban belajar, 6 siswa tanpa kebutuhan khusus, 1 siswa tunarungu, dan 3 siswa dengan masalah sosialnya.

Partisipan dalam penelitian ini adalah salah satu siswa di kelas VI yang mengalami hiperaktivitas, guru kelas VI, guru kelas I, guru pendamping dan orang tua siswa tersebut. Guru pendamping ini adalah guru yang mendalami kebutuhan khusus dan semua anak yang berkebutuhan khusus yang akan sekolah di SD Perahu ini harus melalui tes dari pendamping ini. Hal ini dikarenakan, beliaulah yang menentukan apakah siswa ini dapat diterima atau tidak. Beliau memiliki semua assessment anak berkebutuhan khusus di sekolah ini. Selain itu, beliau juga yang menentukan apakah siswa tersebut membutuhkan pendampingan pribadi saat di kelas atau tidak.

(51)

4.1.2.1 Partisipan 1 (Gema) Latar Belakang Partisipan 1

Partisipan 1 dalam penelitian ini adalah salah satu siswa dengan hiperaktivitas di kelas VI. Siswa tersebut berusia 11 tahun. Dalam penelitian ini, nama siswa tersebut disamarkan menjadi “Gema”. Gema merupakan anak ke 4 dari empat bersaudara. Gema terlahir dari keluarga seniman. Orangtuanya merupakan seniman yang cukup terkenal bahkan sering sekali pentas di luar negeri terutama di Paris.

Gema menyukai musik, hal ini tidak terlepas dari darah seni yang mengalir dalam dirinya. Gema suka memainkan gitar bahkan saat berada di kelas. Oleh karena itu, ada satu gitar milik Gema yang memang sengaja ditinggal di kelas. Gema dapat memainkan gitar, drum, keyboard dan gamelan, ia juga suka bernyanyi. Kegemarannya tersebut dijadikan senjata oleh wali kelasnya. Gema boleh bernyanyi dan bermain gitar jika ia bisa mengerjakan tugas dan duduk dalam waktu yang lama.

Selama proses pembelajaran di kelas Gema berusaha agar bisa duduk dalam waktu yang lama, namun ia tidak bisa berhenti bergerak. Ada saja tingkahnya, dari mengangguk-anggukkan kepala, menggaruk-garuk kepala, menggoyang-goyangkan kaki, memainkan pulpennya, memukul-mukul meja, memainkan kursinya bahkan sengaja meminjam penghapus ke temannya agar bisa berjalan-jalan. Saat di kelas Gema berusaha dapat duduk dalam waktu yang lama dan

(52)

32

berusaha mengerjakan tugas hingga selesai agar memperoleh reward dari Bu Lala yaitu boleh bermain gitar saat istirahat.

Gema sudah menjalani terapi sejak kelas I SD. Terapi tersebut dilakukan di luar sekolah. Sehingga pihak sekolah kurang mengetahui bagaimana proses terapi terhadap Gema. Namun, menurut papanya Gema hanya diterapi dengan musik. Musik tersebut dapat melatih konsentrasi Gema dan juga melatih emosinya. Saat duduk di kelas V SD, Gema sudah tidak didampingi saat berada di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang diterapkan padanya berhasil. Gema lebih menyukai aktivitas pembelajaran yang menggunakan fisik misalnya memasak, olahraga, seni, terutama saat dia diminta bernyanyi dan bergaya selayaknya rock star. Sedangkan mata pelajaran yang tidak disukai Gema sejak kelas IV SD adalah matematika.

Saat mengobservasi Gema di kelas, ada banyak hal menarik yang diperoleh dari Gema. Gema tergolong anak yang dapat mengekspresikan dirinya baik melalui mimik wajah, kata-kata maupun melalui karyanya. Gema sering mengatakan kata-kata yang cukup kasar bahkan kurang pantas saat berada di kelas. Ia juga seringkali mengikuti kata-kata iklan yang ditayangkan di televisi. Selain itu, Gema juga mampu menirukan gaya yang khas pada tokoh-tokoh seperti gaya Gusdur.

Saat berkesempatan mengobrol dengan Gema, tidak banyak hal yang dapat ditanyakan padanya dikarenakan dia mudah sekali teralihkan. Dari perbincangan tersebut didapati bahwa Gema menyukai musik sejak kecil dan

(53)

telah banyak meraih prestasi di bidang seni musik. Ia sering ditunjuk oleh sekolah untuk mewakili sekolah dalam perlombaan baik dolanan anak maupun gamelan. Gema juga memiliki kebutuhan lainnya yaitu kondisi matanya yang sejak kecil dinyatakan low vision. Oleh karena itu Gema harus menggunakan kacamata dan selalu menempati bangku baris pertama atau baris kedua.

Pokok Permasalahan

Gema mengalami low vision selain itu ia juga menunjukkan gejala hiperaktivitas saat diobservasi. Hal ini terlihat saat ia mengerjakan tugas di kelas. Gema sulit berkonsentrasi dan cenderung asyik bermain dengan alat tulisnya atau mengetuk-ngetuk meja. Gema juga tidak teratur dalam mengerjakan tugas sehingga ada nomor yang sering terlewat saat ada soal yang harus dikerjakan.

Selama proses pembelajaran di kelas, Gema terlihat gelisah. Hal ini terlihat dari gesture tubuhnya yang selalu menggerak-gerakkan tangannya, menggaruk-garuk kepala, menggoyang-goyangkan kaki bahkan beberapa kali menghentak-hentakkan kaki, dan sering menggoyang-goyangkan badan. Gema juga sering meninggalkan tempat duduk entah untuk meminjam penghapus, penggaris, maupun sekedar untuk mengganggu temannya. Selama pembelajaran, Gema tidak pernah berhenti berbicara. Terkadang ia berbicara sendiri atau mengomentari semuanya baik yang didengar maupun dilihat. Terkadang ia lebih suka mengobrol dengan teman. Gema juga sering menjawab pertanyaan meskipun pertanyaannya belum selesai diajukan. Meskipun demikian, Gema

(54)

34

tergolong anak yang cerdas. Hal ini terlihat dari jawaban yang dikemukakannya saat guru bertanya. Selain itu, ia memiliki musikalisasi yang baik, ia mengenal nada dan irama.

4.1.2.2 Partisipan 2 (wali kelas Gema) Latar Belakang Partisipan 2

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan 2 sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 22 Agustus 2015 dari pukul 09.47 WIB – 10.47 WIB di ruang rapat yang berada di lantai 2 SD Perahu. Adapun alasan menggunakan ruang rapat sebagai tempat wawancara agar hasil rekaman suara cukup jernih dan ruangan tersebut sangat dekat dengan kelas VI SD sehingga jika terjadi sesuatu lebih mudah untuk mengatasinya. Sedangkan wawancara kedua dilakukan pada tanggal 23 November 2015 dari pukul 09.56 WIB – 10.30 WIB di ruang kelas VI di lantai 2 SD Perahu.

Dalam wawancara pertama ini, peneliti mewawancarai wali kelas Gema yang namanya dalam penelitian ini disamarkan menjadi “Bu Lala”. Bu Lala adalah guru kelas VI dimana Gema adalah salah satu siswa yang diajar di kelasnya. Bu Lala telah menjadi seorang pengajar di SD Perahu hampir 7 tahun. Namun, baru selama 4 tahun ke belakang Bu Lala mengajar anak berkebutuhan khusus. Hal ini tidak terlepas dari penunjukkan SD Perahu sebagai rintisan sekolah inklusi sejak 4 tahun lalu.

Bu Lala mengatakan bahwa hiperaktif adalah kondisi dimana polah tingkah anak di atas rata-rata. Hal tersebut nampak dari jawaban yang diungkapkan saat

(55)

ditanya persepsi beliau tentang hiperaktif. “Hiperaktif itu kan macam-macam

sih. Bisa dilihat dari segi tingkah laku Gema, penyelewengan dari tata tertib. Nah, biasanya seperti itu kalau tingkah laku ya tadi kita bicara 1 kata dianya 1 paragraf seperti itu lalu tingkah lakunya over.” Hal tersebut menunjukkan

bahwa persepsi beliau terbentuk dari pengamatan beliau selama ini terhadap tingkah laku yang nampak dari Gema.

Bu Lala sangat dekat dengan Gema karena beliau sudah sering bekerja sama dengan Gema dan keluarga Gema dalam bidang seni. Seperti yang diungkapkannya dalam wawancara “Saya sering manggung sama Gema. he…e

kan kami mitra gamelan. Dianya sekeluarga besarnya elektrik semua, kami gamelannya kan seperti rock tapi etnik begitu tapi dikombinasikan.” Hal

tersebut menunjukkan bahwa meskipun Gema mengalami hiperaktivitas namun ia tetap berprestasi.

Bu Lala juga sering memberi pujian dan reward sebagai upaya untuk memotivasi Gema. Jadi, Bu Lala berusaha untuk memberikan motivasi dari luar kepada Gema. Bu Lala juga meminta Gema untuk menuliskan cita-cita ingin diterima di SMP mana agar Gema memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri.

Bu Lala juga menjelaskan bahwa selain hiperaktif, Gema juga mengalami

low vision sejak kecil. “Hanya dia itu, semua kan pake kacamata, jadi semuanya itu low vision itu jadi dia itu hanya melihat satu titik itu lo saya takutnya kan lama-kelamaan buta begitu lo, karena kan bapaknya juga sudah

(56)

36

mengatakan ini harus,udah operasi beberapa kali, tapi kan kalau genetik tidak bisa, cacat mata kan juga genetik.”

Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Bu Lala peneliti mencoba menggali lebih lanjut apakah low vision yang dialami oleh Gema lebih menonjol dibandingkan hiperaktifnya. Lalu Bu Lala menjawab “Iya dia kalau di low

vision, makanya aku tadi, ”keliatan tidak?” hehehehe sering saya goda seperti begitu, terkadang kan sampai gini-ginike, dia itu hanya 25 cm atau 20 cm bisa lihat itu makanya kan kalau baca begini ho oh seperti tadi.” Dari jawaban

tersebut, memang low vision yang dialami Gema cukup berdampak terhadap hiperaktifnya Gema dikarenakan Gema menjadi lebih sering meninggalkan tempat duduk untuk maju ke papan tulis.

Setelah mengetahui jawaban yang dikemukakan oleh Bu Lala, peneliti mencoba untuk membandingkan lembar assessment yang diisi oleh 2 pendamping dari sekolah, 1 dari Bu Lala, 1 dari Bu Ina, 2 dari papa dan mama dan 1 yang diisi oleh peneliti sendiri. Setelah membandingkan ketujuh lembar

assessment tadi, peneliti semakin yakin bahwa Gema mengalami hiperaktivitas.

Pokok Permasalahan

Sebelum menjadi wali kelas Gema, Bu Lala sudah mengetahui bagaimana karakter Gema dan bagaimana harus menanganinya. Hal ini tidak terlepas dari catatan yang telah diberikan oleh wali kelas V sebelumnya yang pernah mengajar Gema. Tentu saja itu sangat membantu Bu Lala dalam memahami Gema. Selain itu, Bu Lala juga sering bekerja sama dengan keluarga

(57)

Gema dalam bidang seni. Hal itu membuat Bu Lala cukup mengenal dengan baik Gema dan keluarganya.

Menurut Bu Lala, motivasi belajar Gema dan siswa lainnya di kelas VI saat ini lebih banyak berasal atau didorong dari luar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bu Lala. “Kalau Gema, sama saja sih, kalau tempat saya itu

kebanyakan kalau misalkan berlagak di tes iming-iming.”

Selain itu, Bu Lala juga mengungkapkan bahwa Gema lebih berprestasi dalam bidang seni terutama dalam seni musik. “Prestasinya banyak,

dia mempunyai tabungan sertifikat dari dinas. Jadi, meskipun nilainya jelek, tabungan sertifikat dah banyak. Dia dapat sertifikat seni.”

Dari hasil wawancara, Bu Lala mengatakan bahwa Gema itu cerdas dalam bidang seni musik. “Kalau Gema itu orangnya cerdas menciptakan

semuanya kan sering pentas juga, ya gitaris kan ya jadi suaranya bagus.” Dari

pernyataan Bu Lala ini lebih menegaskan bahwa Gema memang berbakat di bidang seni musik terutama gitar dan menyanyi.

Dari hasil wawancara dengan Bu Lala, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi yang dimiliki Gema itu lebih berasal dari luar diri Gema. Gema lebih termotivasi untuk belajar ketika terdapat reward and

punishment. Sedangkan untuk prestasi belajar dalam bidang akademiknya,

Gema memang kurang berprestasi. Namun, dalam bidang non akademik, yaitu bidang seni musik Gema memiliki banyak prestasi.

(58)

38

Latar Belakang Partisipan 3

Peneliti mewawancarai wali kelas I sebanyak dua kali yaitu pada 24 Juni 2015 pukul 07.30 WIB – 08.30 WIB dan 23 November 2015 pukul 12.30 WIB – 13.00 WIB. Wawancara pertama dilaksanakan di ruang tamu sekolah. Sedangkan pada wawancara ke dua dilakukan di ruang kelas I di SD Perahu. Dalam penelitian ini nama wali kelas I tersebut disamarkan menjadi “Bu Ina”. Bu Ina adalah wali kelas 1 yang dulu pernah mengajar Gema saat duduk di bangku kelas I dan kelas II. Selain itu, beliaulah yang merekomendasikan Gema sebagai objek penelitian ini. Oleh karena itu, Bu Ina adalah partisipan pertama yang diwawancarai oleh peneliti. Sehingga peneliti lebih banyak menggali tentang persepsi beliau mengenai motivasi belajar dan prestasi belajar pada siswa dengan hiperaktivitas.

Bu Ina sudah mengajar di SD Perahu ini selama 6 tahun. Menurut beliau, anak berkebutuhan khusus sudah ada sejak dahulu hanya saja dulu beliau tidak tahu sebutan untuk jenis kebutuhan khusus itu apa. Baru sejak SD Perahu ini ditunjuk sebagai rintisan sekolah inklusi, beliau mulai mencari tahu tentang anak kebutuhan khusus dan cara penanganannya.

Saat wawancara berlangsung, Bu Ina mengungkapkan persepsinya tentang hiperaktif seperti yang terlihat dari pernyataan beliau. “Hiperaktif

biasanya gak mau duduk kan? Ciri khususnya biasanya mereka kan tidak bisa duduk di dalam kelas.” Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa hal

(59)

adalah anak hiperaktif tidak mau duduk. Hal ini merujuk pada ciri-ciri yang dapat dilihat secara kasat mata saat berada di dalam kelas saat Bu Ina mengajar. Selain itu, merujuk pada pernyataan Bu Ina yang lainnya dalam wawancara diketahui bahwa anak hiperaktif itu banyak bergerak, tidak bisa duduk tenang, dan tidak bisa konsentrasi.

Bu Ina mengungkapkan bahwa motivasi siswa dengan hiperaktif ini cenderung naik turun. “Ya, tergantung moodnya dia juga kan, kan emosinya

anak hiper ini kan ngga tentu. Kan kalo kira-kira dia udah bosen kan ditinggal mbak”. Dilihat dari jawaban yang dikemukakan oleh Bu Ina, berarti

motivasi ini berkaitan erat dengan mood siswa itu sendiri.

Selain itu, Bu Ina juga mengungkapkan tentang prestasi siswa yang paling menonjol di bidang apa. “Olahraga atau seperti menyanyi, pokoknya

dengan kegiatan yang dia selalu gunakan activity”. Bu Ina juga sempat

menyebutkan bahwa Gema itu sangat menonjol dalam bidang seni musik. Selain suka bermain gitar dan gamelan, Gema juga suka bernyanyi. Apa yang diungkapkan oleh Bu Ina ini menunjukkan bahwa siswa dengan hiperaktivitas juga dapat berprestasi meskipun bukan dalam bidang akademik.

Pokok Permasalahan

Bu Ina dulu pernah mengajar Gema saat kelas I dan II SD. Meskipun saat ini Bu Ina tidak lagi mengajar Gema, namun bukan berarti Bu Ina tidak mengetahui perkembangan Gema. Menurut Bu Ina, Gema memang memiliki bakat di dalam seni musik. “Ya, seni trus apa ya kayak kalo keterampilan sih

(60)

40

kita kayaknya belum bisa, tapi keseniannya banyak kayak menyanyi itu kami baru lihat kalo kelas-kelas atas.” Pernyataan Bu Ina tersebut merujuk kepada

beberapa siswa di kelas atas yang memang sering berprestasi di bidang musik, salah satunya adalah Gema.

Bu Ina mengungkapkan bahwa prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas cenderung kurang baik. “Prestasi mereka sebenernya juga

sangat buruk ya. Ya kasihan sih sebenarnya, kasian mereka. Tapi kalo memang mereka sudah melalui terapi, itu banyak yang lebih baik. Istilahnya sudah tidak...tidak down banget. Tapi ya sudah paling nggak, dia mengikuti tuh bisa. Tapi ya hanya itu tadi, kalo dia sudah bosen, ya sudah. Jadi, cenderung mereka itu cenderung senengnya, sukanya buru-buru kan.”

Berdasarkan dari informasi yang telah diperoleh peneliti selama mewawancarai Bu Ina, dapat diambil kesimpulan bahwa Gema lebih berprestasi dalam bidang non akademik dalam hal ini seni musik dibandingkan dengan bidang akademiknya.

4.1.2.4. Partisipan 4 (Guru Pendamping Khusus Sekolah) Latar Belakang Partisipan 4

Peneliti mewawancarai GPK Sekolah yang dalam penelitian ini namanya disamarkan sebagai “Bu Ani”. Selama penelitian ini, wawancara dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Sabtu, 5 September 2015. Pada pertemuan pertama ini, wawancara dilakukan pada pukul 10.47 WIB – 10.48 WIB bertempat di SD Perahu. Wawancara

Gambar

Gambar 3.1. Tabel Jadwal Penelitian..........................................................................22  Gambar 3.2
Gambar 2.1 Literature Map  2.2 Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir  2.3 Pertanyaan Penelitian
Gambar 3.1 Tabel Jadwal Penelitian  N
+5

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini mengukur transaksi pihak-pihak istimewa hanya menggunakan penjualan kepada pihak-pihak istimewa dan pembelian dari pihak-pihak

dipeianggu.gjavabkm keahlidnya ymg di*lmskm denge P€rahnd Akad€nik yme lelal dnebpkn nala pada aknn progrm pcndidika4 nandiswa diwjibka membut Tugas AkIi dan kenldid

Berangkat dari persoalan ini, penulis berpendapat bahwa keterhubungan antara negara dan BUMN dalam kaitannya dengan penyertaan modal dan pengelolaan asset BUMN harus dipilah secara

4 - 18 Hybrid Structure Vice President Sales and Marketing Vice President Research and Development Vice President Materials Management CEO Vice President Finance Canned

Hal yang membedakan dengan teks sebelumnya adalah citra negatif yang dihadirkan lebih mengarah pada paham atau ideologi ormas Islam, yaitu wadah berkembangnya paham yang berlawanan

Ketegangan berlanjut ketika kedua belah pihak mengirim tentara di perbatasan kedua negara. Insiden tembak menembakpun terjadi pada tanggal 17 September 1980. Selanjutnya

B Kotoran sapi tingkatkan kesejahteraan