• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi I Tahun 2007 SALATIGA H I A S Y A. Perspektif dari Pembuatan Peraturan BUAT KTP DAN KK GRATIS. Dinilai Usang,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Edisi I Tahun 2007 SALATIGA H I A S Y A. Perspektif dari Pembuatan Peraturan BUAT KTP DAN KK GRATIS. Dinilai Usang,"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

5 Perda Diperbarui

5 Perda Diperbarui

5 Perda Diperbarui

Dinilai Usang,

Perspektif

Perspektif

dari Pembuatan Peraturan

dari Pembuatan Peraturan

Perspektif

dari Pembuatan Peraturan

BUAT KTP

BUAT KTP

DAN KK GRATIS

DAN KK GRATIS

BUAT KTP

DAN KK GRATIS

Jiwaraga

Jiwaraga

Jiwaraga

Jendela Informasi Wakil Rakyat Salatiga

Jendela Informasi Wakil Rakyat Salatiga

Jendela Informasi Wakil Rakyat Salatiga

(2)
(3)

Karuniawati; SETTING & LAY OUT Budi Susilo, S.Sos; Joko Sutrisno AW; Ady Indriasari, S.Sos; DISTRIBUSI Aris Diyanto, SH; Mujiharjo; Ngatno, SE; Sutarno. ALAMAT REDAKSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SALATIGA Jl. Letjen. Sukowati No. 51 Salatiga 50731 Telp/Fax. (0298) 326674.

Redaksi menerima sumbangan naskah, tulisan, karikatur. Redaksi berhak mengubah atau mengedit tanpa menghilangkan esensinya. Tulisan/naskah 3-4 halaman folio spasi rangkap dialamatkan ke Redaksi. Bagi yang dimuat, akan mendapat imbalan.

4

SEKAPUR SIRIH

Sangat Penting,

Dukungan dan

Partisipasi Warga

5

MIIMBAR

Gundhul-Gundhul

Pacul : Cermin

Pemimpin Ideal

6

LAPORAN UTAMA

Dinilai Usang, 5 Perda

Diperbarui

20 WARTA

Kegiatan Anggota

DPRD Kota Salatiga

dalam menjaring

aspirasi masyarakat

29 SOSOK

Ny. Sri Utami Djatmiko,

“Politisi Perempuan

Sejati”.

30 TEBAK WAJAH

Laporan Utama 6

Hingga berita ini ditulis, lima Raperda tentang perubahan itu bersama tiga Raperda baru masih dalam proses pengajuan ke Gubernur Jawa Tengah untuk mendapatkan pengesahan.

Lima Perda yang diperbarui tersebut masing-masing Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 1998, tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum; Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 1998, tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir; Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000, tentang R e t r i b u s i I j i n M e n d i r i k a n Bangunan; Peraturan Daerah Kota

Salatiga Nomor 5 Tahun 2004, tentang P e n y e l e n g g a r a a n d a n R e t r i b u s i Pelayanan Kependudukan dan Akta Catatan Sipil; serta Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2003, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Vokal 14

Mengingat suatu produk peraturan perundangan dibuat d e n g a n t u j u a n u n t u k mendatangkan manfaat, maka f a k t o r k e t e l i t i a n d i d a l a m pembuatan peraturan merupakan

unsur yang tidak dapat dipandang remeh. Ketelitian atau kecermatan sangat menentukan di dalam rangka mencegah akibat yang bertentangan dengan kemanfaatan sebuah peraturan p e r u n d a n g a n - u n d a n g a n s e b a g a i sebuah produk.

Ibarat seseorang yang membuat makanan yang akan disantap, maka sang pembuat makanan tersebut harus benar-benar memastikan bahwa bahan-bahan yang akan digunakan u n t u k m e n g h a s i l k a n m a k a n a n dimaksud benar-benar merupakan bahan-bahan pilihan yang bermutu alias tidak beracun.

Apabila bahan yang dipilih oleh sang pembuat makanan dimaksud adalah bahan-bahan pilihan bermutu tinggi makan makanan yang akan dihasilkan pasti akan bergizi tinggi; sedangkan sebaliknya apabila bahan-bahan yang dipilih dalam pembuatan makanan tersebut bermutu rendah maka akibatnya adalah suatu produk makanan yang bermutu rendah, dan bencana atau malapetaka.

(4)

UJI syukur sudah sepantasnya kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

P

Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan nikmatnya, kita semua masih

dapat melaksanakan tugas dan kewajiban melayani masyarakat. Hidup ini

akan terasa lebih berguna dan bermanfaat jika hari-hari yang kita lewati senantiasa dihiasi

dengan kerja keras yang berorientasi pengabdian dan memiliki makna ibadah.

Beberapa agenda penting di awal tahun 2007 ini perlu dicatat bahwa, anggota DPRD

Kota Salatiga telah menyelesaikan berbagai rangkaian kegiatan yang mempunyai makna

sangat strategis. Diantaranya adalah pembahasan RAPBD (Rencana Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah) yang saat ini telah disahkan menjadi APBD (Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah).

Pengesahan APBD ini sangat penting, sebagai tonggak awal dapat terlaksananya

semua kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat. Tidak

bisa dibayangkan jika semua kegiatan yang sangat urgen tersebut tiba-tiba mandeg hanya

gara-gara pembahasan RAPBD menyisakan masalah.

Tentu saja hal itu cukup memungkinkan, karena dalam pembahasan RAPBD tidak

mudah, karena harus dilakukan secara teliti, kritis, rasional, obyektif dan transparan.

Mengingat, deretan huruf dan angka-angka yang tertuang dalam RAPBD tersebut

menyangkut kepentingan segenap masyarakat Kota Salatiga tercinta. Namun,

Alhamdulillah, APBD Kota Salatiga akhirnya dapat disahkan tepat waktu.

Agenda lain yang tidak kalah penting untuk dicatat adalah, DPRD Kota Salatiga telah

membahas, mengkritisi dan akhirnya menyetujui 8 Raperda (Rancangan Peraturan

Daerah) untuk ditetapkan menjadi Perda (Peraturan Daerah) Kota Salatiga. Anggota DPRD

beriktikat sungguh-sungguh dalam pembahasan sejumlah Raperda tersebut. Sehingga

dari 15 Raperda yang diajukan Walikota ke DPRD, baru 8 Raperda yang disetujui. Sisanya

masih dalam proses pembahasan yang cukup alot.

DPRD Kota Salatiga tidak ingin gegabah dalam membahas Raperda. Pasalnya, jika

Raperda tersebut telah diundangkan menjadi Perda, maka akan menimbulkan implikasi

yang tidak sederhana terhadap berbagai kepentingan orang banyak, khususnya warga

Kota Salatiga tercinta.

Masih banyak lagi agenda yang harus dicatat mengenai kinerja anggota DPRD Kota

dalam malaksanakan tugas sebagai lembaga perwakilan rakyat. Meski demikian, masih

banyak pula agenda dan persoalan yang belum tersentuh dan butuh penyelesaian

secepatnya. Untuk itu, hanya atas dukungan dan partisipasi segenap warga Kota Salatiga,

semua agenda dan persoalan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat, akan terasa ringan untuk dipecahkan dan dilaksanakan. Semoga.

Ketau DPRD Kota Salatiga

Sutrisno Supriantoro, SE.

Sangat Penting,

Sangat Penting,

Dukungan dan Partisipasi Warga

Dukungan dan Partisipasi Warga

Sangat Penting,

(5)

Gundhul-gundhul pacul (gemelengan)

Nyunggi-nyunggi wakul (gemelengan)

Wakul ngglempang segane dadi saratan

optimal. Wakul adalah tugas-tugas. Wakul (tempat nasi), tempat untuk menampung dan menghitung hasil dari tugas yang telah dilaksanakan untuk kemudian dipertanggungjawabkan. Tugas ibarat materi ujian yang harus dikerjakan dan akan mendapat predikat “nilai”.

Jabatan dan tugas merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Ketika gundhul sedang nyunggi wakul, j a b a t a n s e d a n g m e n g e m b a n t u g a s , d a l a m pelaksanaanya harus sesuai peraturan yang berlaku, yang telah disepakati dan ditentukan. Tapi ketika Gundhul yang sedang nyunggi wakul, gemelengan (arogan/cenderung melanggar aturan yang berlaku), wakulnya akan ngglempang dan segane wutah dadi saratan. Hasil, kegagalannya dalam melaksanakn tugas adalah aib. Dan aib itu akan diketahui oleh orang banyak dan akan menjadi pembicaraan umum. Ratan adalah masyarakat (jalan-fasilitas umum yang efektif sepanjang waktu).

K o n s e k u e n s i l o g i s d a r i j a b a t a n a k a n mendapatkan penilaian. Lulus atau tidaknya dari jabatan tergantung dari pelaksananya. Kegagalan berarti aib yang melekat pada pelaksana jabatan sepanjang waktu (meski sudah meninggal sekalipun). Dan tidak akan pernah hilang dengan upaya apa pun. Itu berarti merupakan degradasi eksistensi. Dampaknya bisa menambah pada keluarga bahkan sampai pada wangsa-nya (generasi keturunannya).

Jabatan merupakan terminal rangkaian kedudukan dari ambisi ( baca: prestasi ) tentunya didasari bekal yang memadai dan kewaspadaan yang teruji. Gundhul-gundhul yang ketika nyunggi wakul diperlukan kesadaran religius agar wakulnya tidak ngglempang. (inga' inga'-sekali berarti, sudah itu mati).

Penulis adalah Djisno Zero '45, budayawan tinggal di Kota Salatiga.

EMBANG dolanan anak-anak di atas

T

sudah sangat akrab di masyarakat. Tidak

hanya di kalangan anak-anak tapi juga di kalangan dewasa.

Tembang yang tidak jelas penciptanya itu sangat populer bahkan di kalangan anak-anak, dilagukan secara kelompok untuk mengejek temannya yang kepalanya dicukur gundhul atau plonthos.

Tembang yang terkesan lucu itu apabila dipahami secara seksama ternyata juga bisa untuk mengejek orang dewasa. Apalagi kalau dipahami secara filosofis, lagu dolanan itu mengandung nilai yang dalam dan bermanfaat untuk kehidupan khususnya untuk para pemimpin.

Tembang dolanan (anak-anak) pada dasarnya adalah “pesan” yang awalnya sebagai media “bermain” kelompok anak-anak pada waktu senggang. Dulu, sering ditembang-mainkan (operrete) di halaman depan rumah yang cukup luas dan disaksikan oleh beberapa orang tua mereka yang sekaligus sebagai penasihan atau “sutradara” permainan itu.

Umumnya tembang dolanan itu diciptakan dengan nada yang sederhana, yang mudah dilagukan dan mudah dihafal, sehingga tembang dolanan yang telah lebih dari lima puluh tahun tidak ditembangkan akan tetap hafal kalau ditembangkan kembali. Tembang dolanan yang enak dan akrab ketika dilagukan itu pada umumnya secara implisit mengandung petuah: pendidikan, moral, poltik, etika maupun religius.

Gundul dan Jabatan

Gundhul (Indonesia: kepala) posisinya paling atas dari tubuh manusia dan letaknya pada bagian penting organ manusia, seperti: mata, telinga, otak, mulut, hidung. Dan kenyataanya pada lembaga, instansi atau kelompok, posisi paling tinggi dan mempunyai otoritas tertinggi disebut kepala.

Pada dasarnya, Gundhul adalah jabatan, (ada yang menyebut amanah), operasionalnya diatur oleh peraturan yang telah disepakati bersifat mutlak ditaati agar dalam melaksanakan tugas memperoleh hasil yang

CERMIN PEMIMPIN

CERMIN PEMIMPIN

IDEAL

IDEAL

CERMIN PEMIMPIN

IDEAL

Djisno Zero ‘45

(6)

Ketua DPRD Kota Salatiga, Sutrisno Supriantoro, SE dan Wakil Walikota Salatiga John Manuel Manoppo, SH menandatangani Raperda

Dinilai Usang

5 Perda Diperbarui,

P

E R U B A H A N a t a s lima Perda yang d i n i l a i u s a n g tersebut masih dalam bentuk Raperda. Hingga berita ini ditulis, lima Raperda tentang perubahan itu bersama tiga Raperda baru masih dalam proses pengajuan ke Gubernur Jawa Tengah untuk mendapatkan pengesahan.

Lima Perda yang diperbarui tersebut masing-masing Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 1998, tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum; Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 1998, tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir; Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000, tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan; Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 5 Tahun 2004, tentang P e n y e l e n g g a r a a n d a n R e t r i b u s i P e l a y a n a n

Kependudukan dan Akta Catatan Sipil; serta Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2003, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Sedangkan tiga Raperda produk baru yang telah disahkan adalah Raperda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga; Raperda tentang Majalah Hati Beriman; serta Raperda tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga.

Sedikitnya 5 (lima)

Peraturan Daeah atau

Perda Kota Salatiga resmi

diperbarui. Pasalnya,

Perda-perda tersebut

dinilai sudah tidak relevan

alias usang dengan

situasi perkembangan

zaman. Sementara itu, 3

(tiga) Rancangan

Peraturan Daeah

(Raperda) yang tergolong

produk baru resmi

disetujui.

(7)

Dengan demikian, total terdapat 8 (delapan) Raperda yang telah digodong anggota DPRD Kota Salatiga, dan telah mendapatkan persetujuan. Kedelapan Raperda tersebut sebenarnya diajukan oleh sejumlah jajaran eksekutif melalui Bagian Hukum Setda Kota Salatiga sejak akhir tahun 2006. Setelah melalui proses pembahasan panjang, akhirnya baru bisa disetujui oleh anggota DPRD Kota Salatiga dalam Rapat Paripurna, akhir Februari 2007 lalu. Hadir dalam acara tersebut pimpinan DPRD Kota Salatiga beserta anggota, Wakil Walikota John Manuel Manoppo, SH, anggota Muspida, dan pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di lingkungan Pemerintah Kota Salatiga.

Kepala Bagian Hukum Setda Kota Salatiga Ign. Ucok Kuncoro, SH, MH, dihubungi reporter Majalah Jiwaraga mengatakan, terkait 5 Perda yang telah diubah tersebut diakui sudah sangat mendesak untuk segera disesuaikan. Mengingat telah terjadi perubahan situasi dan kondisi serta tuntutan untuk menyesuaikan aturan hukum yang lebih tinggi.

Ucok mencontohkan Perda Nomor 9 Tahun 1998 dan Perda Nomor 12 Tahun 1998, dinilai sudah tidak relevan. “Setelah pelaksanaan kedua Perda tersebut berjalan selama 7 (tujuh) tahun, kemudian dilakukan evaluasi ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan situasi

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7

TAHUN 2003,

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR.

5 PERDA YANG DIPERBARUI :

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 9

TAHUN 1998,

TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN

UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR

12 TAHUN 1998,

TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7

TAHUN 2000,

TENTANG RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN

BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5

TAHUN 2004,

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI

PELAYANAN KEPENDUDUKAN DAN AKTA

CATATAN SIPIL

masyarakat akan memahami dan tidak merasa keberatan. Sebab, kenaikan retribusi yang diatur dalam Perda perubahan itu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

Ucok menjelaskan, pendapatan daerah dari sektor penarikan retribusi tersebut akan digunakan untuk menopang pelaksanaan pembangunan serta sebagai sumber pembiayaan penyelenggaraan pemeritahan. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik lahir maupun batin.

“Pendapatan dari retribusi sebagai salah satu sumber pendapatan daerah diharapkan mampu menjadi s u m b e r p e m b i a y a a n d a l a m p e n y e l e n g g a r a a n pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Kota Salatiga serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya landasan hukum yang dapat memberikan pedoman bagi Pemerintah Kota Salatiga dalam pemungutan retribusi daerah,” kata Ucok.

Sementara itu, lanjut ia, perubahan atas Perda Nomor 5 Tahun 2004, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Kependudukan dan Akta Catatan Sipil disebabkan karena tuntutan untuk menyesuaikan aturan hukum yang lebih tinggi. Yakni, sebagai tindak lanjut diberlakukannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah.

Terpisah, Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga Drs. Kasmun Saparaus, M.Si, menanggapi soal kenaikan tarif parkir di tepi jalan umum di Salatiga yang dinilainya sudah sangat mendesak. Dikatakan ia, kenaikan ini juga bertujuan untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah yang tahun ini ditargetkan sebesar Rp 35 miliar.

"Selain tarif parkir di tepi jalan umum, dalam Perda baru ada tarif parkir khusus kendaraan bermotor di halaman pusat-pusat perbelanjaan, seperti di Ramayana Mall, dan Plaza. Sebagaimana ditetapkan, kendaraan roda dua Rp 1.000, roda tiga dan empat Rp 2.000, sedangkan roda lebih dari empat Rp 4.000,” terangnya.

Dikatakan Kasmun, sebelum melakukan revisi Perda lama dan membuat Perda baru, DPRD Salatiga telah menggelar serangkaian kunjungan kerja ke berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakara untuk mendapatkan masukan. Ternyata sektor parkir diberbagai daerah memberikan kontribusi besar bagi PAD. ”Adanya kenaikan retribusi parkir ini tidak akan mengejutkan masyarakat. Karena yang terjadi di lapangan selama ini sesuai dengan peraturan baru yang telah disahkan,” tandasnya.(ano)

(8)

BUAT KTP DAN KK GRATIS

Sukses Usulan Dewan,

Sukses Usulan Dewan,

Sukses Usulan Dewan,

membenarkan soal p e n g g r a t i s a n pembuatan KTP, K K d a n a k t a kematian tersebut. T i d a k hanya itu, tambah Darmono, Raperda t e n t a n g Perubahan Perda Nomor 5 Tahun 2 0 0 4 , j u g a m e n g a t u r p e l a y a n a n pencatatan dan penerbitan akta kelahiran secara cuma-cuma alias gratis. H a l i n i s e b a g a i m a n a merujuk Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah.

Menurut Darmono, pelayanan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran ini di tiap-tiap daerah diberlakukan secara berbeda. Dalam perumusan teknik, Kota Salatiga lebih banyak mengikuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 41 ayat 4 bahwa, kutipan akta kelahiran yang pelaporannya dilakukan tepat waktu (paling lama 60 hari kerja) sejak kelahiran diberikan kepada penduduk tanpa dipungut biaya. ”Kami menyambut baik usulan anggota DPRD Kota Salatiga yang membebaskan biaya pembuatan KTP, KK dan akta kematian. Hal ini sebagai bentuk pelayanan prima aparat pemerintah kepada masyarakat,” tutur Darmono.

Kendati demikian, Darmono mengimbau agar masyarakat bersabar karena Raperda yang telah disetujui anggota DPRD Kota tersebut masih dalam proses pengajuan ke Gubernur Jawa Tengah sebelum ditetapkan menjadi Perda. Setelah itu akan dibuatkan Perwali (Peraturan Walikota) beserta payung hukum pelengkap Perda beserta juklak.

”Selama proses hukum pembuatan Perda beserta payung hukum lainnya belum selesai, maka pembuatan KTP, KK, akta kelahiran dan akta kematian masih menggunakan aturan lama, yakni masih dipungut biaya retribusi,” tandasnya.(ano)

DA kabar gembira yang tersiar dari Rapat

A

Paripurna DPRD Kota Salatiga, dalam

rangka persetujuan delapan Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) menjadi Perda (Peraturan Daerah), akhir Februari 2007 lalu.

Apa itu? DPRD Kota melalui Pansus (Panitia Khusus) I DPRD, berhasil mengusulkan pembuatan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) tidak dipungut biaya alias gratis. Usulan tersebut langsung dituangkan dalam Raperda tentang Perubahan Perda Nomor 5 Tahun 2004, tentang Penyelenggaraan dan Pelayanan Kependudukan dan Akta Catatan Sipil.

Tidak hanya itu, Dewan juga sukses mengusulkan agar biaya retribusi pelayanan pencatatan dan penerbitan akta kematian dicoret. Pasalnya, hasil pungutan retribusi dari pembuatan KTP, KK dan akta kematian ditengarai tidak signifikan. Dalam setahun, pungutan retribusi pembuatan KTP dan KK hanya mampu memberi kontribusi Pendapat Asli Daerah (PAD) tahun 2006 sekitar Rp 150 juta. Padahal, dari sektor ini ditargetkan mampu menyumbang PAD mencapai Rp 280 juta. Sedangkan pendapatan dari penerbitan akta kematian pertahun kurang dari Rp 1 juta.

Kepala Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kota Salatiga Darmono, SH didampingi seorang staf Sri Suharyani, saat dihubungi

Ketentuan Baru :

Jenis Retribusi Biaya Cetak

No. Tarif untuk

WNI Tarif untuk WNA 1. 2. 3. 4. Kartu Keluarga (KK) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kutipan Akta Kelahiranuntuk WNI < 60 hari; dan untuk WNA < 10 hari Kutipan Akta Kematian Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 5.000 Rp. 25.000 Rp. 0 Rp. 0

Ketentuan Lama :

Jenis Retribusi Biaya Cetak

No. Tarif untuk

WNI Tarif untuk WNA 1. 2. 3. 4. Kartu Keluarga (KK) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kutipan Akta Kelahiranuntuk WNI < 60 hari; dan untuk WNA < 10 hari Kutipan Akta Kematian Rp. 3.000 Rp. 6.000 Rp. 15.000 Rp. 12.000 Tidak diatur Rp. 25.000 Tidak diatur Tidak diatur Darmono, SH

(9)

Penarikan Retribusi

Penarikan Retribusi

Harus Sebanding Pelayanan

Harus Sebanding Pelayanan

Penarikan Retribusi

Harus Sebanding Pelayanan

F

RAKSI Partai Golkar (FPG) DPRD

Kota Salatiga mencatat bahwa terdapat enam Raperda dari delapan Raperda yang diajukan Walikota Salatiga yang mengatur tentang retribusi. Masing-masing Raperda tentang perubahan Perda Nomor 9 Tahun 1998, tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum; Raperda tentang perubahan Perda Nomor 12 Tahun 1998, tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir.

Selanjutnya Raperda tentang perubahan Perda Nomor 7 Tahun 2000, tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan; Raperda tentang perubahan Perda Nomor 5 Tahun 2004, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Kependudukan dan Akta Catatan Sipil; Raperda tentang perubahan Perda Nomor 7 Tahun 2003, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; serta Raperda tentang pemungutan iklan di Majalah Hati Beriman.

Dari sinilah kita harus berpikir agar penetapan tarif retribusi tidak hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan daerah. Tetapi juga harus ada keseimbangan antara biaya yang dibebankan kepada masyarakat dengan pelayanan yang diberikan pemkot.

”Masyarakat tidak akan komplain jika penarikan retribusi yang dilakukan pemerintah sudah sebanding dengan pelayanan yang diberikan. Bukan retribusi jalan terus, namun pelayanan tidak maksimal,” jelas sekretaris FPG Sarwono, SE.

FPG DPRD Kota Salatiga berpendapat bahwa, proses penyusunan Rancangan Praturan Daerah (Raperda) perlu memperhatikan aturan hukum yang lebih tinggi. Yakni, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Begitu pula dalam penyusunan delapan Raperda yang disampaikan Walikota Salatiga kepada DPRD, perlu memperhatikan aturan yang berlaku.

Sebagaimana diatur dalam pasal 5 UU Nomor 10 Tahun 2004; pembentukan peraturan perundang-undangan (termasuk di dalamnya Raperda) harus memiliki kejelasan tujuan. Lebih dari itu yang harus diperhatikan adalah kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis dan materi muatan; dapat dilaksanakan; kedayagunaan dan

kehasilgunaan; kejelasan rumusan; dan keterbukaan. Selanjutnya, dalam pasal 6 dijelasakan bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan mengandung asas pengayoman; kemanusiaan; kebangsaan; kekeluargaan; kenusantaraan; Bhineka tunggal ika; keadilan; kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah; ketertiban dan kepastian hukum; serta keseimbangan, keserasian dan keselarasan.

Dari hal tersebut di atas, sudah jelas bagi kita semua bahwa peraturan perundang-undangan tidak hanya untuk kepentingan Si pembuat peraturan tersebut. Namun, juga untuk semua pihak yang terkait.(ano/FPG)

Drs. HM. FADHOLI Ketua

SARWONO, SE

Sekretaris SUTRISNO SUPRIANTORO, SEAnggota

ROSA DARWANTI, SH, M.Si

Anggota M. KEMAT, S.SosAnggota NING INDRATI Wakil Ketua

Fraksi Partai Golongan Karya Fraksi Partai Golongan Karya

Fraksi Partai Golongan Karya

FPG :

FPG :

(10)

akhirnya akan berdampak pada kurang maksimalnya pencapaian target yang telah ditetapkan,” tandasnya.

Di sisi lain, Fraksi PDI Perjuangan menekankan agar Pemerintah Kota Salatiga tidak hanya mengejar menaikkan PAD. Sebab, yang lebih penting untuk diperhatikan adalah peningkatan pelayanan terhadap masyarakat maupun pengguna jasa agar mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum. Pembuatan Perda sudah semestinya berdampak pada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Salatiga dan sekitarnya.

Karena itu setelah Walikota menyampaikan beberapa Raperda maka penting untuk dilakukan pembahasan bersama. Utamanya Perda-perda yang dianggap sudah tidak relevan dengan situasi dan kondisi serta tidak relevan akibat adanya perubahan peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

“Fraksi PDI Perjuangan berharap dengan ditetapkannya sejumlah Raperda tersebut akan berdampak pada penegakan hukum dan perwujudan produk hukum yang lebih baik. Terlebih sebelumnya telah dilakukan pembahasan bersama dengan menyita waktu yang sangat panjang, serta telah melakukan studi banding ke beberapa daerah,” imbuhnya.(ano/FPDI-P) RAKSI PDI Perjuangan DPRD Kota

F

Salatiga menyambut baik usulan

sejumlah Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang disampaikan Walikota Salatiga kepada DPRD Kota. Sebab, sejumlah Raperda tersebut dinilai memiliki potensi untuk menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pemkot perlu mencari sumber pendapatan alternatif dari sektor yang belum tergali sebagai upaya untuk menaikkan PAD. Utamannya terhadap retribusi pasar, parkir, terminal, perhotelan, restoran, perlu dilakukan pendataan dan penetapan tarif ulang.

“Upaya untuk menaikkan PAD mempunyai arti s a n g a t p e n t i n g s e b a g a i p e n u n j a n g k e g i a t a n pemerintahan dan pembangunan yang muaranya adalah pelayanan kepada rakyat,” jelas Ketua Fraksi PDI Perjuangan, Suniprat.

Hal yang tidak kalah penting adalah memikirkan kesejahteraan petugas penarik retribusi. Langkah tersebut sebagai bentuk antisipasi terjadinya kebocoran-kebocoran uang retribusi.

“Pemerintah perlu memikirkan kesejahteraan petugas penarik retribusi agar tidak terjadi kebocoran-kebocoran, sehingga menyebabkan penyimpangan yang

Antisipasi Kebocoran

Retribusi

FPDI-P:

SRI UTAMI DJATMIKO Anggota SUNIPRAT

Ketua Y. HARIYANTOWakil Ketua

M. TEDDY SULISTIO, SE Sekretaris

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan

(11)

IRANYA perlu menjadi pemahaman kita

K

bersama, hukum atau peraturan adalah

perintah yang masuk akal, ditunjukkan untuk kesejahteraan umum, dipromulgasikan (diumumkan) oleh yang memiliki wewenang untuk membina masyarakat.

Perintah yang masuk akal mengandung makna, peraturan atau hukum disusun dan dirumuskan berdasarkan kerja akal budi. Peraturan yang semena-mena atau disusun tidak berdasarkan putusan akal sehat, bukan hukum yang benar, melainkan justru merupakan penyimpangan atas hukum.

Untuk kesejahteraan umum artinya, hukum selalu memperhatikan kebaikan umum, atau keuntungan masyarakat secara keseluruhan, bukan keuntungan atau kepentingan individu. Mengarahkan sesuatu pada kebaikan umum adalah menjadi tangung jawab masyarakat secara umum serta pemerintah yang memiliki tugas membina masyarakat.

Dipromulgasikan atau diumumkan artinya, hukum yang berlaku diumumkan kepada setiap subyek hukum supaya mereka mengetahuinya. Sekali diundankan, hukum mengikat secara obyektif, meskipun subyek hukum belum mengetahui

pengundangan tersebut. Demikian ditandaskan Fraksi Keadilan dan Persatuan Indonesia Damai (FKPID) DPRD Kota Salatiga, menanggapi delapan Raperda yang diajukan Walikota Salatiga ke DPRD Kota.

“Beberapa Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan eksekutif perlu mendapat pencermatan kita bersama, agar Peraturan Daerah tersebut nantinya benar-benar membawa masyarakat kita pada tataran yang lebih baik lagi,” ujar Ketua FKPID H. Totok Suprapto, Bc.M, SE.

Rancangan Peraturan Daerah yang sifatnya m e n g a t u r t e n t a n g r e t r i b u s i h e n d a k n y a mempertimbangkan kemampuan masyarakat yang dikenai beban retribusi tersebut. Jika memang retribusi harus naik, perlu disertai peningkatan pelayanan publik yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya kepada masyarakat.

Bagi masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan publik jangan dikenai tarif retribusi. Seperti yang sering dikeluhkan oleh warga masyarakat di kelurahan Ledok, sebagian dari mereka tidak mendapatkan pelayanan sampah oleh Pemkot, tetapi dipungut retribusi sampah.(ano/FKPID)

Soal Retribusi,

Soal Retribusi,

Pertimbangkan

Pertimbangkan

Kamampuan

Kamampuan

Masyarakat

Masyarakat

Soal Retribusi,

Pertimbangkan

Kamampuan

Masyarakat

FKP

FKPID :

ID :

FKP

ID :

Fraksi Keadilan Persatuan Indonesia Damai

Drs. KASMUN SAPARAUS, M.Si

Anggota SUGIYANTOAnggota TONY F WAKUM

Sekretaris E. DWI KURNIASIH, SH. M.Si

Wakil Ketua

H. TOTO SUPRAPTO, Bsc, SE Ketua

(12)

Ketiga, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 7 Tahun 2000, tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan. Setelah ditetapkan menjadi Perda, FAKD mendesak kepada aparat pelaksana untuk konsisten, sehingga target pendapatan dari perijinan ini dapat ditingkatkan.

Keempat, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 5 Tahun 2004, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Kependudukan dan Akta Catatan Sipil. Menyambut baik Raperda ini karena sejalan dengan usulan FAKD untuk menggratiskan pembuatan akte kelahiran.

Kelima, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 7 Tahun 2003, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. Agar pemerintah konsisten dalam menerapkan tarif retribusi pengajuan kendaraan bermotor. Sebab, selama ini biaya yang dikeluarkan masyarakat lebih besar dibanding tarif resmi yang seharusnya dibayarkan.

Keenam, Raperda tentang Majalah Hati Beriman. Sebagai corong pemerintah majalah Hati Beriman telah mampu menjadi media yang ditunggu oleh pembacanya. Namun, masih perlu ditingkatkan terutama ruang partisipasi publik dan penyebarannya diperluas lagi.(ano/FAKD)

RAKSI Amanat Kebangkitan Demokrasi

F

(FAKD) DPRD Kota Salatiga mencatat

bahwa terdapat 15 Raperda yang diajukan Walikota ke DPRD selama tahun 2006 lalu. Namun demikian, setelah melalui proses pembahasan panjang, baru delapan Raperda yang telah memperoleh ketetapan bersama pada akhir Februari lalu.

F A K D m e n y a m p a i k a n p a n d a n g a n d a n memberikan catatan terhadap sejumlah Raperda yang telah memperoleh persetujuan anggota dewan tersebut.

Pertama, terhadap Raperda tentang perubahan Perda Nomor 9 Tahun 1998, tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. Masalah retribusi parkir kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan Perda yang berlaku. Nominal retribusi yang dipungut petugas lebih besar atau melebihi sauan yang ditetapkan dalam Perda. Namun, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat kecil. Dengan perubahan ini diharapkan PAD dari retribusi parkir jalan umu meningkat 100 persen.

Kedua, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 12 Tahun 1998, tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir. Tempat parkir khusus yaitu di pusat-pusat pertokoan agar ditangani dengan baik, sehingga tidak seperti sebelumnya yang tidak seberapa memberikan kontribusi terhadap pemasukan daerah.

Aparat Pelaksana Perda

Harus Konsisten

Arief Budyanto Anggota KUSTADI DANURI

Ketua Hj. SRI YULIANIWakil Ketua

AHMADI, SH Anggota

SUPARMO IMAM AFANDI Sekretaris

Muh. Haris, SH Anggota

FA

K

D:

Fraksi Amanat Keadilan Demokrat

(13)

ERATURAN daerah dibentuk dalam rangka

P

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Demikian sebagaimana diamanatkan dalam pasal 136 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah.

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPRD Kota Salatiga, menyambut baik pengajuan 15 Raperda yang diusulkan ke DPRD Kota, dan dalam proses pembahasannya harus melibatkan stake holder.

Meskipun setelah melalui proses pembahasan yang panjang, dari 15 Rapeda tersebut baru 8 Raperda yang telah mendapatkan persetujuan anggota DPRD. Hal ini tetap harus disambut denggan baik sebagai b e n t u k u p a y a m e m a j u k a n p e n y e l e n g g a r a a n pemerintahan. Beberapa catatan terhadap 8 Raperda yang sebentar lagi akan ditetapkan menjadi Perda disampaikan oleh FPKS.

Pertama, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 9 Tahun 1998, tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. Pelaksanaan pungutan retribusi parkir selama ini tidak sesuai dengan Perda yang berlaku. Sebagaimana diatur sebelumnya, untuk parkir sepeda motor Rp. 200; dan mobil Rp. 400. Kenyataan di lapangan lebih besar dari tarif sebenarnya, sementara kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat kecil. Dengan perubahan Perda ini diharapkan retribusi parkir jalan umum memberi kontribusi ke PAD

lebih optimal.

Kedua, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 12 Tahun 1998, tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir. Mendesak supaya ditangani lebih baik, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan bagi PAD secara maksimal.

Ketiga, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 7 Tahun 2000, tentang Retribusi Ijin Mendirikan B a n g u n a n . R a p e r d a i n i d i h a r a p k a n m a m p u memberikan dorongan kepada masyarakat untuk mendapatkan IMB.

Keempat, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 5 Tahun 2004, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Kependudukan dan Akta Catatan Sipil. FPKS merespon positif perubahan Perda ini, menyusul diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah.

Kelima, Raperda tentang perubahan Perda Nomor 7 Tahun 2003, tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. Raperda ini penting untuk menindaklanjuti keputusan Dirjen P e r h u b u n g a n D a r a t N o m o r : SJ.1011/AJ.402/DRJD/2003, tentang Pedoman Teknis Buku Uji, Tanda Uji Berkala dan Tanda Samping Kendaraan Bermotor.(ano/FPKS)

FPKS : Harus Libatkan

FPKS : Harus Libatkan

Stake Holder

Stake Holder

FPKS : Harus Libatkan

Stake Holder

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi Keadilan Persatuan Indonesia DamaiBUDI SANTOSO, SE

Sekretaris M FAHURRAHMAN, SEAnggota AHMAD SUHADA, SE, MM

Wakil Ketua ASADULLAH MUNTAKHOP, S.Pd

(14)

Perspektif dari Pembuatan

Perspektif dari Pembuatan

Peraturan

Peraturan

Perspektif dari Pembuatan

Peraturan

Oleh : Jeferson Kameo

yang akan digunakan untuk menghasilkan makanan dimaksud benar-benar merupakan bahan-bahan pilihan yang bermutu alias tidak beracun. Apabila bahan yang dipilih oleh sang pembuat makanan dimaksud adalah bahan-bahan pilihan bermutu tinggi makan makanan yang akan dihasilkan pasti akan bergizi tinggi; sedangkan sebaliknya apabila bahan-bahan yang dipilih dalam pembuatan makanan tersebut bermutu rendah maka akibatnya adalah suatu produk makanan yang bermutu r e n d a h , d a n b e n c a n a a t a u malapetaka.

Faktor ketelitian ini tidak saja menyangkut ketelitian terhadap bahan dari suatu produk peraturan p e r u n d a n g a n t e t a p i j u g a menyangkut tata cara pembuatan yang benar-benar menyadarkan diri kepada ketelitian yang berstandar tinggi. Ibarat sebuah buku resep yang harus ada dan dibaca sebagai referensi utama sang pembuat makanan untuk menghasilkan suatu produk makanan yang berkualitas tinggi, maka peraturan perundangan pun menghendaki sang pembuat untuk tunduk dan taat atau patuh pada prosedur yang telah digariskan terperinci dalam buku itu. Bahkan untuk mebuat suatu makanan cepat saji sekalipun, para koki bertaraf internasional selalu taat dan tunduk pada prosedur baku A sampai Z (recipes) untuk menghasilkan makanan cepat saji yang lezat, bergizi tinggi namun menyenangkan dilihat baik dari segi kemasan maupun isinya.

Badan atau pejabat yang berwenang untuk membuat peraturan perundangan pun demikian. Di tengah tuntutan perubahan zaman yang berakselerasi dengan sangat tinggi dan supercepat badan dan pejabat dimaksud dituntut untuk dapat menghasilkan suatu produk perundang-undangan yang bermutu tinggi, namun dapat dihasilkan secara cepat tetapi koheren dan efektif serta efisien. Oleh karena itu ketelitian atas prosedur dan tata cara pembuatan peraturan di sini sangat penting artinya.

Quality control atau pengawasan terhadap kualitas peraturan perundangan yang dihasilkan hanya dapat terjadi apabila prosedur yang telah digariskan

H

U K U M m e n d i k t e

b e r b a g a i m a c a m r a m b u d i d a l a m p e m b u a t a n s u a t u p e r a t u r a n perundang-undangan. Misalnya rambu bahwa suatu peraturan perundangan harus dibuat dengan tetiti atau disusun secermat mungkin.

Disamping itu hukum juga mengisyaratkan bahwa sebuah peraturan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang mempunyai kapasitas dan kekuasaan untuk itu. Lazim pula adanya persyaratan koherensi. Maksudnya suatu peraturan yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan peraturan lainnya. Antara peraturan yang derajatnya sama, misalnya suatu u n d a n g - u n d a n g t i d a k b o l e h bertentangan dengan undang-undang atau suatu peraturan

daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan daerah. Baik antara peraturan daerah yang berada di dalam satu daerah maupun antara peraturan daerah sejenis di daerah lainnya diharapkan tidak berbeda. Dalam kaitan itu, sudah merupakan keharusan pula bahwa suatu peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Singkat kata, ada banyak faktor yang ditawarkan di dalam hukum dalam rangka dijadikan sebagai perspektif pembuatan peraturan perundangan. Berikut di bawah ini macam rambu atau perspektif dari pembuatan peraturan perundangan sebagaimana dikemukakan di atas akan dikaji secara singkat.

Faktor Ketelitian

Mengingat suatu produk peraturan perundangan dibuat dengan tujuan untuk mendatangkan manfaat, maka faktor ketelitian di dalam pembuatan peraturan merupakan unsur yang tidak dapat dipandang remeh. Ketelitian atau kecermatan sangat menentukan di dalam rangka mencegah akibat yang bertentangan dengan kemanfaatan sebuah peraturan perundangan-undangan sebagai sebuah produk.

Ibarat seseorang yang membuat makanan yang akan disantap, maka sang pembuat makanan tersebut harus benar-benar memastikan bahwa bahan-bahan

(15)

b e n a r - b e n a r d i i k u t i dengan teliti.

K a p a s i t a s d a n Kuasa

Faktor lain yang juga tak kalah penting dalam pembuatan suatu peraturan perundang-u n d a n g a n a d a l a h kapasitas dan kekuasaan d a r i s i p e m b u a t peraturan perundangan d i m a k s u d . D e n g a n k a p a s i t a s d i s i n i m a k s u d n y a a d a l a h k e s a n g g u p a n u n t u k melaksanakan pekerjaan pembuatan peraturan dimaksud. Sedangkan yang d i m a k s u d d e n g a n kekuasaan di sini adalah w e w e n a n g u n t u k

membuat peraturan dimaksud. Dalam kenyataannya, ada berlimpah badan atau orang yang sanggup untuk melaksanakan pekerjaan pembuatan peraturan. Misalnya suatu perguruan tinggi, bisa saja dianggap sanggup untuk membuat suatu peraturan tertentu di suatu Kota. Mengingat, perguruan tinggi tersebut tidak mempunyai kekuasaan pembuatan peraturan Kota maka sia-sialah usaha perguruan tinggi itu. Perguruan tinggi itu bakalan hanya dianggap sebagai suara-suara yang berseru-seru di padang gurun.

Sebaliknya, kuasa saja (power) tanpa kapasitas untuk membuat suatu peraturan tentu tidak cukup. Dewan Pewakilan Rakyat suatu Kota memang memiliki kuasa untuk membuat peraturan daerah. Namun apabila Dewan Perwakilan Kota tersebut tidak mempunyai kesanggupan atau niat untuk membuat peraturan yang tinggi kualitasnya karena bermutu bahannya serta taat dan patuh pada proses yang telah digariskan oleh Hukum dalam pembuatan peraturan dimaksud maka sia-sia saja kekuasaan membuat peraturan perundangan dari DPRD itu.

Pentingnya Koherensi

Hukum juga mendikte bahwa perlu adanya koherensi sebagai perspektif dalam pembuatan peraturan-perundangan. Hukum mengenal konsep sistemik untuk mengganti istilah koherensi dimaksud. Dengan koherensi tidak hanya dimaksudkan sebagai konsistensi horizontal dan vertikal saja, namun lebih dimaksudkan kepada kesesuaian atau keselarasan dengan landasan, fungsi, tujuan hukum dari suatu peraturan perundangan. Suatu peraturan perundangan

dikatakan koheren dengan landasan dari suatu sistem hukum apabila ia sejalan dengan tujuan keadilan yang diinginkan oleh Hukum (the ultimate standard of laws). Di dalam hukum, keadilan dimaksud adalah keadilan (Justice) yang digariskan oleh Injil (the Bible).

Selanjunya, suatu peraturan perundangan dapat dikatakan koheren dengan fungsi hukum, apabila peraturan perundangan tersebut juga dapat berfungsi sosial dan ekonomis. Yang dimaksudkan dengan fungsi sosial adalah penciptaan kerukunan dan keutuhan masyarakat. Lebih-lebih apabila di dalam masyarakat itu terdapat berbagai macam unsur kemasyarakatan atau tinggi tingkat keragaman budaya, ras, suku dan agama serta lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksudkan dengan fungsi ekonomis dari suatu peraturan perundangan adalah dengan adanya peraturan dimaksud maka hadirlah pula kesejahteraan di masyarakat dimana peraturan yang memenuhi rambu-rambu yang diuraikan di atas itu dihadirkan.(*)

Jeferson Kameo: dosen Fakultas Hukum UKSW Salatiga; memperoleh Sarjana Hukum (1992) dari FH-UKSW Salatiga; Masters of Law/LLM (1998) dari The School of Law University of Aberdeen Skotlandia dan Philosophy Doctor/PhD (2005) dari The School of Law Faculty of Law and Financial Studies, University of Glasgow, Skotlandia.

Ketua DPRD Kota Salatiga dan wakil Walikota salatiga, bersama membuat peraturan perundang undangan.

(16)

“Jadikan

“Jadikan

UMKM Aset Bangsa

UMKM Aset Bangsa

“Jadikan

UMKM Aset Bangsa

h a l p e m e n u h a n dukungan sumber daya p r o d u k t i f d a n t e r a t a s i n y a permasalahan modal. Permasalahan masih lemahnya dukungan

sumberdaya produktif merupakan permasalahan yang krusial dan memerlukan proses yang terus menerus. Khususnya dengan ditunjang sektor pendidikan dan pelatihan, sehingga muncul sumberdaya manusia yang tidak saja terampil, visioner, mampu membaca peta permasalahan dan mengembangkan alternatif-alternatif solusinya secara efektif.

Permasalahan modal hingga kini juga masih menjadi persoalan mendasar. Umumnya sebesar 90,3 persen UMKM menggunakan modal sendiri. Kalaupun harus pinjam, sebagian besar modal pinjaman dari rentenir sebesar 70,3 persen.

Apalagi dengan berkembangnya waralaba (pasar modern-mall) yang cenderung semakin menggurita di perdesaan, lambat laun dikhawatirkan kekuasaan atas produksi, distribusi dan pemasaran dalam satu tangan yang kuat, yang akan melumpuhkan UMKM setempat bila tanpa pengaturan yang tegas dan memihak pada perlindungan bagi UMKM.

Pemberdayaan masyarakat dengan mengangkat nasib UMKM perlu menjadi prioritas utama dengan memampukan masyarakat UMKM. Melibatkan keikutsertaan masyarakat UMKM dan pemberian tanggung jawab yang jelas kepada masyarakat. Memberi pelayanan sosial dasar seperti kesehatan, pendidikan dll. Memberdayakan masyarakat UMKM pada proses penetapan kebijakan publik. Memberi kesempatan kepada masyarakat UMKM atas peluang dan sumber-sumber pendapatan untuk hidup dan berkembang layak. Penyempurnaan perijinan dengan membuat pedoman penyempurnaan penyederhanaan pemberian ijin bagi UMKM dan pengembangan sistem pelayanan satu atap.

Selain itu, peningkatan akses UMKM yang berupa kemudahan kredit bagi UMKM, pemberian sertifikasi tanah bagi UMKM untuk peningkatan akses kepada kredit perbankan serta pengembangan kawasan industri UMKM menjadi kebutuhan yang perlu direalisasikan segera.

(Penulis Dewi Indah Widowati, S.Pd, M.Si, adalah Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan

Kota Salatiga).

ondisi sosial ekonomi masyarakat

K

I n d o n e s i a t a h u n i n i m e n g a l a m i k e m u n d u r a n d i b a n d i n g t a h u n sebelumnya. Dari adanya kebijakan impor beras sampai persoalan pengangguran.

Impor beras sangat merugikan petani. Tidak hanya nasional, tapi khususnya juga petani Jawa Tengah. Mengingat Jawa Tengah tahun 2006 memiliki total produksi 8.530 juta ton gabah atau setara 4.555 juta ton beras. Sedang tingkat kebutuhan hanya sebesar 3.075 juta ton beras. Logikanya, beras surplus dan harga turun. Tapi kenyataan yang terjadi beras surplus masih impor beras dan harga naik.

Persoalan lain yang dihadapi bangsa ini menyangkut pengangguran yang meningkat hingga mencapai angka 50 juta orang. Diperkirakan tiap tahun terdapat 1,2 juta orang tak mampu diserap pasar tenaga kerja formal. Ditambah lagi dengan adanya lonjakan orang miskin tahun 2004 sebesar 36,1 juta orang, maka orang miskin pada tahun 2006 menjadi 39,5 juta orang.

Menjadi tantangan Indonesia kedepan, sebagai negara yang kaya potensi namun rakyat miskin justru semakin bertambah. Walaupun anggaran penanganan kemiskinan menjadi Rp 51 triliun, namun toh jumlah rakyat miskin tidak berkurang. Yang lebih miris lagi, terkait dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT), justru menjadikan rakyat mulai bangga dengan status baru yang disandangnya.

K e b e r p i h a k a n p e m e r i n t a h t e r h a d a p pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) guna meningkatkan ekonomi masyarakat sangat diperlukan. Mengingat aset ekonomi nasional yang di kuasai rakyat semakin kecil dan sebaliknya penguasaan aset ekonomi oleh pihak asing dan pengusaha besar nasional semakin besar. Kemakmuran dan keadilan ekonomi tidak akan dapat diwujudkan kalau rakyat tidak memiliki dan menguasai aset ekonomi atau sekedar menjadi buruh.

Permasalahan yang dihadapi oleh UMKM sangat berat. Terlebih dengan makin terbukanya pasar akibat globalisasi. Produk-produk domestik harus bersaing secara ketat dengan produk impor. Padahal, 99,9 persen dari 42 juta unit usaha adalah UMKM, 99,9 persen kesempatan kerja disediakan oleh UMKM, 57 persen kebutuhan barang dan jasa disediakan oleh UMKM. UMKM memberi kontribusi 2-4 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, dan 56,7 persen PDB Nasional adalah kontribusi UMKM.

Besarnya jumlah UMKM tersebut di atas menimbulkan tantangan yang berat, terutama dalam

(17)

Peranan KIM/FIM

Peranan KIM/FIM

Sebagai Kekuatan Civil Society

Sebagai Kekuatan Civil Society

Peranan KIM/FIM

Sebagai Kekuatan Civil Society

orum Interaksi sosial apapun nama dan

F

fungsinya adalah merupakan wahana yang

memiliki peran sangat penting dalam pembangunan . Secara naluriah proses interaksi sosial adalah keniscayaan yang mutlak karena manusia sendiri adalah Makhluk sosial. Tidak ada manusia yang dapat hidup normal tanpa berinteraksi sosial. Oleh karena itu, sesungguhnya kelompok atau forum interaktif masyarakat mempunyai peranan yang strategis.

Tidak hanya dalam kontek penyelenggaraan pemerintah saja melainkan juga dalam kontek yang lebih luas dan esensial berkaitan dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Bila kita merunut peradapan manusia, sekitar tahun 500 SM Plato mempelopori pembentukan kelompok diskusi masyarakat yang independent dengan nama “ Academica “ . Melalui kelompok inilah, Plato dan kawan kawan memunculkan gagasan gagasan dan filosofi besar tentang penyelenggaraan negara, termasuk konsep demokrasi yang kemudian dianut sebagai model penyeleggaraan pemerintahan di banyak negara.

Dalam kontek sejarah nasional, bahwa ide dan gagasan kemerdekaan Indonesia berasal dari kelompok kelompok diskusi interaksi pemuda yang dipelopori oleh Soekarno, Hatta, Yamin, Budi Utomo, dll.

Dengan Realita sejarah itu, maka kita patut berharap KIM / FIM dapat membuat sejarah yang menentukan bagi perubahan yang lebih baik, tidak saja di Semarang melainkan di lingkup yang lebih luas.

KIM / FIM sebagai komponen civil society

Kita akan melihat peran dan pentingnya forum semacam KIM / FIM dalam kontek civil society. Jhon Caroll dalam bukunya Organizing for Democracy mendenifisikan sebagai berikut : “ Kelompok masyarakat yang berkumpul karena adanya kepentingan bersama yang menyangkut hubungan dengan masyarakat yang lebih luas dan meminta pada institusi institusi yang lebih besar seperti negara, partai politik dan dunia bisnis untuk memperhatikan nilai dan kepentingan mereka.”

Bila kita mengacu definisi diatas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa KIM / FIM adalah bentuk perwujudan civil society.

Dalam teori pembangunan politik kekuatan civil society adalah komponen yang dianggap penting dalam proses demokrasi . Setidaknya ada dua fungsi pokok civil society.

Pertama, Sebagai kelompok masyarakat mandiri, diharapkan mampu menjalankan sebagian fungsi pemerintahan, tidak tergantung sepenuhnya kepada pemerintah. Seperti penyelenggaraan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pengelolaan lingkungan.

Kedua, sebagai kelompok masyarakat mandiri yang mampu melakukan control terhadap peran dan kinerja pemerintah. Dengan demikian pejabat p e m e r i n t a h d a p a t d i e l i m i n i r u n t u k t i d a k menyalahgunakan kekuasaan dan dapat dipaksa untuk memberikan kinerja yang maksimal untuk kepentingan rakyat banyak.

Untuk berperan serta dalam proses pembuatan kebijakan publik ada tiga peran fungsi : 1. Menghidupkan dinamika diskusi publik terhadap suatu masalah

Melalui kelompok semacam KIM / FIM, masyarakat dapat dengan bebas membicrakan masalah bersama, mencari jalan keluar dan menyalurkan pada pihak yang terkait; 2.Meninjau ulang isi kehidupan politik. Kelompok ini dapat meminta pada kekuatan partai politik untuk melakukan investigasi, penyerapan aspirasi dan mengakomodaski kepentingan masyarakat; 3.Melakukan institusionalisasi atau kanalisasi proses proses demokrasi. Dalam hal ini kelompok dapat mengambil prakarsa atau tindakan baru apabila kepentingannya tidak bisa tersalurkan.

Dengan keseimbangan antara hak dan kewajiban itu maka sistem sosial pada suatu daerah akan mencapai suatu harmonisasi yang pada akhirnya menciptakan kehidupan yang tertib, tenang, nyaman dan menyenangkan, sebaliknya bila keseimbangan antara hak dan kewajiban tidak terjadi, maka proses harmonisasi penyelenggaraan pemerintahan akan terganggu.

KIM / FIM sebagai komponen civil society memiliki potensi yang sangat besar untuk mengakselerasikan terjadinya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bahkan berpotensi sebagai motor penggerak pembangunan. Keberadaan KIM / FIM akan lebih optimal apabila melakukan sinergi bersama kekuatan masyarakat yang lain seperti LPMK, PKK, KARANG TARUNA, NU, MUHAMMADIYAH atau LSM yang lain.

Disamping itu peranan KIM / FIM harus dijaga kemurniannya sebagai gerakan sosial yang tidak perlu menjelma menjadi alat politik, dengan demikian wadah ini dapat menjadi kenal tempat berkumpulnya seluruh komponen masyarakat dan menjadi ruang publik yang nyaman umtuk berdiskusi dan bertukar pengalaman.

Penulis adalah : Buhadi M Ketua Kelompok Interaktif Masyarakat(KIM) Kelurahan Meteseh Kota Semarang

(18)

erubahan paradikma pembangunan dari

P

sentralistik ke desentralistik, yang lebih

memberikan kewenangan kepada daerah dalam pengaturan dan pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alam sebagai aset utama daerah memunculkan masalah saat perintah daerah tidak siap dalam mengatur dan mengelola daerah.

Miskinnya pengalaman berdemokrasi di daerah karena terlalu lamanya dominasi negara dalam mengatur wilayah publik menyebabkan perubahan paradikmatik tersebut dipersepsikan sebagai sebuah arena perebutan dominasi untuk menguasai pengelolaan daerah yang pada akhirnya banyak memunculkan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme di tingkat daerah. Otonomi daerah yang semestinya dipahami sebagai kemandirian daerah dalam mengelola daerahnya, khususnya dalam hal pembutan produk hukum daerah, dan perumusan kebijakan-kebijakan publik. Namun pada prakteknya otonomi daerah dipersepsikan sebagai kebebasan pemerintah daerah yang seluas-luasnya dalam mengelola derahnya . Hal ini diperparah dengan minimnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan tiadanya peluang partisipasi dari masyarakat serta untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pengelolaan daerah, yang akhirnya menimbulkan bad governance.

Masalah mendasar yang banyak ditemui pada pemerintahan daerah adalah berkaitan dengan Munculnya Perda Perda yang kurang aspiratif, sehingga terkesan elitis. Ini disebabkan karenanya minimnya upaya untuk mengagregasi dan mengartikulasi kebutuhan masyarakat. a.Munculnya Perda-Perda yang secara substansi bertentangan dengan peraturan tingkat atas; b.Munculnya Perda Perda yang membebani masyarakat berupa pungutan daerah, seperti Denda Pajak & Retribusi Daerah; c.Munculnya Perda-Perda yang kurang menghargai hak publik untuk mengetahui proses pembentukan Perda.

Berdasarkan kondisi tersebut guna perwujudan good governace serta governance reform secara simultan dan terencana perlu dilakukan.

Hakekat Otonomi Daerah

Otonomi daerah sangat terkait dengan demokrasi dan desentralisasi. Bagir Manan dalam buku Mahfud MD (1999:187) menyimpulkan bahwa ada 3 faktor tersebut, yaitu : pertama, untuk mweujudkan kebebasan (liberty); kedua, untuk menumbuhkan kebiasaan di kalangan rakyat agar mampu memutuskan sendiri berbagai kepentingan yang berkaitan langsung dengan mereka; ketiga, untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknnya terhadap

Transparansi

Transparansi

dan Akuntabilitas Produk Hukum

dan Akuntabilitas Produk Hukum

Transparansi

(19)

tampak dari pembentukan sejumlah produk hukum daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah baik berupa Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati / W a l i k o t a ) d a n K e p u t u s a n K e p a l a Daerah. A d a n y a k e w e n a n g a n membentuk produk h u k u m d a e r a h membawa implikasi b e r u p a k e s i a p a n lembaga pembentuk p e r a t u r a n t e r s e b u t a k a n h a l - h a l y a n g bersifat substantif dan prosedural. Hal-hal substantif berkenan dengan kemampuan u n t u k m e m a h a m i urusan-urusan yang

membutuhkan pengaturan oleh masyarakat. Sementara hal-hal prosedural berkenan dengan kemampuan akan teknik dan prosedur pembentukan peraturan (legal drafting competency). Dua hal tersebut di atas merupakan pelaksanaan akuntabilitas pemerintahan daerah terhadap produk hukum yang dihasilkan.

Di samping itu, otonomi daerah juga memiliki nilai terhadap penghargaan akan hak publik untuk memperoleh informasi berkenaan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan telah dijamin dalam UU No.10 Tahun 2004. Hak publik selan mendapatkan informasi juga merupakan bentuk pengawasan publik terhadap jalannya produk hukum daerah. Dua hal ini merupakan pelaksanaan dari partisipasi publik terhadap jalnnya pemerintahan daerah.

Berkenaan dengan itu, dalam upaya menjamin hak masyarakat di daerah untuk memperoleh informasi mengenai produk hukum daerah dan memberikan pengawasan terhadap pelasanaan produk hukum daerah, maka perlu digunakan teknologi yang memudahkan akses masyarakat dalam mengetahui dan memahami produk hukum daerah. Karena pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan produk hukum daerah juga membantu meningkatkan kesadaran hukum, yang pada gilirannya menjamin penegakan hukum yang baik dan terarah.

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi yang sangat maju di Indonesia, tidak diimbangi dengan pemanfaatan teknologi tersebut secara maksimal. Teknologi banyak dikuasai dan dimanfaatkan oleh dunia bisnis dan sebagaian masyarakat menikmatnya, namun minim dimanfaatkan oleh pemerintah khususnya pemerintahan daerah. Desakan untuk menyelenggarakan pemerintahan

karakteristik/prinsip yaitu : participation,rule of law, t r a n s p a r e n c y ,r e s p o n s i v e n e s s ,c o n s e n s u s orientation,equity and inclusiveness,effectiveness and e f f i c i e n c y a n d a c c o u n t a b i l i t y ,

[Protection of Human Rights].

Namun demikian yang sangat terkait dengan t u l i s a n i n i a d a l a h t r a n s p a r a n s i d a n akuntabilitas. Adapun yang dimaksud dengan Transparansi, adalah : Decisions taken and their enforcement are done in a manner that f o l l o w s r u l e s a n d r e g u l a t i o n s , Information is freely available and directly accessible to those who will be affected by such decisions and their enforcement. Sedangkan Akuntabilitas, adalah : Governmental institutions as well as the private sector and civil society organizations must be accountable to the public and to their institutional stakeholders, In general organizations and institutions are accountable to those who will be affected by decisions or actions.

Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media untuk terwujudnnya tansparansi dan akuntabilitas perlu dilakukan. Sehingga perlu dipikirkan tentang rancang bangun sistem informasi yang tepat untuk produk-produk hukum di daerah. Rancang bangun sistem informasi produk hukum daerah, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, Produk-produk hukum daerah dilakukan pensistemadministrasian agar terkumpul produk hukum daerah yang masih berlaku; Kedua, dilakukan proses digitalisasi terhadap produk hukum daerah yang selama ini tersimpan dalam arsip berupa lembaran-lembaran ataupun file yang terpisah; Ketiga, dilakukanlah klasifikasi terhadap produk hukum daerah tersebut berdasarkan jenis produk hukumnya; Keempat, dibuatlah data based produk hukum daerah ; dan terakhir berbasis internet dibuatlah web yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat.

Dengan penggunaan sistem teknologi informasi tersebut di atas, dapat diimplementasikan kepada masyarakat luas sehingga transparansi dan akuntabilitas dari produk hukum daerah dapat terpenuhi.(*)

Penulis adalah : Dyah Hapsari Prananingrum, SH.M.Hum

Dosen fakultas Hukum UKSW Salatiga

Good governance dipahami memiliki 8

karakteristik/prinsip yaitu :

participation, rule of law, transparency,

responsiveness, consensus orientation,

equity and inclusiveness,

effectiveness and efficiency and

accountability,

(20)

Sebagai anggota DPRD Kota dan tokoh masyarakat, aktivitas Suniprat sangat padat. Di kampung, ia menjadi pengurus Majelis Taklim Asta'in, yang mengurusi TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an)

yang secara rutin memberi santunan beasiswa kepada anak-anak kurang mampu. Untuk sekarang ini terdapat 31 anak di bawah asuhan Majelis Taklim tersebut.

Selain itu, Suniprat juga sedang merealisasikan program napak tilas sejarah Makam Kyai Suro Mertonggo (Putra Pakubuwono VII) dan Nyai Sedep. Makam mereka yang terletak di Kutowingun tersebut dahulu merupakan tanah perdikan. Rencana kedepan adalah dibangunnya pagar makam dan pembuatan taman bunga. Dengan hasil dari bunga tersebut juru kunci dapat mengambil hasilnya, dengan begitu tidak harus membebani warga.

Lebih dari itu, hasil beberapa kali pertemuan dengan warga, Suniprat menerima aspirasi dari warga untuk p e m b a n g u n a n J a l a n T a n g g u l r e j o d a n J a l a n Cempakasari. Kedua jalan tersebut sudah rusak parah, terlebih lagi Jalan Cempakasari yang sudah susah untuk dilalui kendaraan sepeda motor, apalagi mobil.(lux) alatiga banjir? Tentu saja hal itu bukan

S

sesuatu yang mustahil. Rumah warga bisa

saja digenangi air di musim hujan jika saluran air tidak berfungsi normal.

Untuk mengantisipasi persoalan banjir yang tidak diinginkan tersebut, anggota DPRD Kota Salatiga asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Suniprat sibuk mengawal pembangunan saluran air di kawasan Kalinyamat, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir. Suniprat getol mengawal pembangunan di wilayah tersebut karena dia mempunyai tanggung jawab moral sebagai anggota Dewan yang terpilih dari Daerah Pemilihan Kecamatan Tingkir.

Menurut Suniprat, pembangunan normalisasi saluran air di kawasan Kalinyamat bersifat sangat mendesak. Pasalnya, dengan kondisi saluran yang belum diperbaiki maka pada musim hujan air dapat membanjiri pekarangan warga dan mengancam masuk ke permukiman.

”Selama ini aliran air dibuang ke saluran arah pasar Blauran, namun saluran tersebut melewati jalur PDAM, Telkom dan PLN. Dengan begitu sampah yang terbawa air akan mandeg di sana, akibatnya air membludak masuk ke rumah warga sekitar” tandas Suniprat.

S

e b a g a i

u p a y a peningkatan m i n a t b a c a w a r g a Salatiga, dalam waktu d e k a t p e r p u s t a k a a n kelurahan akan segera beroperasi. Untuk kali pertama, sebagai pilot project dibuka di Nobotengah, Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo.

Perpustakaan tersebut diharapkan mampu meningkatkan minat belajar masyarakat Salatiga, yang ditengarai masih relatif rendah. Utamanya untuk usia pelajar dan mahasiswa. Hal tersebut terbukti dari hasil anjangsana non formal ke sejumlah warga yang dilakukan Budi Santoso, SE. MM, anggota DPRD Kota Salatiga dari Partai Keadilan Sejahtera.

Pak Budi, begitu beliau akrab disapa, mengaku mendapat keluhan dari warga khususnya orang tua. Anak-anak mereka jarang sekali belajar di rumah. Bahkan orang tua mengaku anak mereka sering

Sweeping Lokasi Hiburan

pada Jam Sekolah

Getol

Antisipasi Banjir

membolos saat jam pelajaran berlangsung. Sebagian besar dari mereka jalan-jalan dan bermain play station.

Untuk mencegah hal tersebut, Budi meminta bantuan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga untuk melakukan sweeping di tempat-tempat bermain dan hiburan pada jam sekolah.

”Dengan kerutinan sweeping Satpol PP ke tempat hiburan dan bermain pada jam belajar akan mengurangi jumlah siswa yang membolos. Namun tidak hanya sweeping saja anak-anak juga harus diberi pembinaan agar mereka sadar akan pentingnya belajar” harap anggota dewan yang baru menyelesaikan program magisternya ini.

”Melalui perpustakaan kelurahan diharapkan minat baca masyarakat juga meningkat, karena dengan mendekatnya obyek baca masyarakat paling tidak akan merasa butuh. Pada Sabtu 31 Maret 2007, perputakaan dibuka secara resmi. Jumlah buku berkisar 250 eksemplar, terdiri dari buku-buku teknologi, pertanian, perkebunan, peternakan, ketrampilan ibu-ibu, resep masakan dan lain sebagainya. Semoga Kelurahan lain segera menyusul” tambah Budi. (lux)

Suniprat

(21)

“Dengan adanya meteran pada jaringan p e n e r a n g a n a k a n diketahui berapa beban yang telah dipakai selama satu bulan. Kemungkinan b e s a r i t u a k a n m e m p e r i n g a n j u m l a h pembayaran selama ini,” tambah ia.

Upaya efisiensi pengeluaran biaya PJU ini sangat penting, mengingat p a d a t a h u n 2 0 0 8 r e n c a n a n y a a k a n dibangun penerangan jalan meliputi seluruh jalan yang ada di Salatiga. Berdasarkan Detail Design Enginering menerangkan bahwa pembangunan tersebut akan menghabiskan dana Rp 27 miliar. Dana tersebut baru meng-cover sebanyak 4.600 titik yang tersebar di semua Kecamatan yang ada di Salatiga. “Setelah dicek, ternyata masih ada 2.000-an titik strategis (gelap) yang harus dipasang juga,” jelas Totok.(lux)

alam beberapa bulan terakhir Suparmo

D

Imam Afandi, anggota DPRD Kota Salatiga

asal Partai Demokrat, disibukkan dengan berbagai tugas kedinasan dan sosial kemasyarakatan. Saat ditemui di ruang kerjanya, ruang komisi II DPRD Kota, wajah Suparmo tampak sayup.

”Kegiatan saya masih seperti biasa mas, selain menjalankan tugas sebagai wakil rakyat di gedung dewan juga kegiatan kemasyarakatan,” tuturnya kepada Reporter Majalah Jiwaraga, baru-baru ini.

Pak Suparmo, begitu beliau akrab disapa, mengaku banyak menerima aspirasi dari warga Kecamatan Sidorejo, wilayah Dapil (Daerah Pemilihan) tempat ia menjadi caleg (calon legislatif) dulu. Diantaranya, masyarakat menginginkan proyek pembangunan jalan lingkar selatan Kota Salatiga segera terealisir.

Dibagunnya jalan lingkar yang membelah kawasan Salatiga pinggiran sebelah selatan tersebut diyakini mampu mengurangi kemacetan ruas jalan besar di wilayah Kecamatan Sidorejo. Hal tersebut juga sama dengan membangun pasar baru, artinya roda

Sekedar Wacana

w a r g a d a p a t membangun warung d a n t e m p a t u s a h a baru” jelas Suparmo.

Warga Sidorejo, lanjut ia, juga berharap k e p a d a P e m e r i n t a h a g a r s e g e r a membangun sarana pariwisata di kawasan Kelurahan Bugel. Masyarakat berharap rencana itu bukan hanya berhenti sebagai wacana akan tetapi sesegera mungkin dapat terwujud.

Sesuai dengan tugasnya di Komisi II DPRD Kota yang menangani Bidang Ekonomi dan Kesehatan, Suparmo akan memperjuangkan aspirasi warga tersebut. Dengan dibangunnya kawasan wisata baru yang bertaraf nasional, maka Salatiga akan menjadi tujuan baru dunia wisata di negeri ini.

”Seiring dengan pembangunan kawasan wisata tersebut sama saja membangun pusat perekonomian baru, warga dapat membuka warung, pusat oleh-oleh, pusat kerajinan, parkir dan lain sebagainya. Selanjutnya pendapatan Pemkot meningkat dengan perolehan pungutan retribusi,” tandasnya.(lux)

Desak

Meterisasi PJU

agasan kritis lahir dari ketua Fraksi

G

Keadilan dan Persatuan Idonesia Damai

(FKPID) H. Totok Suprapto. Mensikapi mahalnya biaya penerangan jalan umum (PJU) yang mencapai Rp 300 juta perbulan, ia mengusulkan adanya meterisasi.

Menurut Totok, biaya Rp 300 juta untuk ukuran wilayah kota Salatiga yang kecil dinilai tidak sedikit. Karena itu, perlu upaya efisiensi pengeluaran yang lebih rasional demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada sektor lainnya.

Totok yang juga ketua RW XI Dliko Indah, Kelurahan Blotongan, Kecamatan Sidorejo ini, mengakui bahwa selama ini perhitungan PJU dengan sistim langganan. Totok Yakin, jika diadakan meterisasi bisa menghemat hingga 50 persen. “Saya yakin, meterisasi bisa menghemat pengeluaran pemkot hingga 50 persen,” tandasnya.

Ia beralasan, pelayanan PLN yang belakangan ditengarai sering padam, jika perhitungan biaya menggunakan meterisasi maka dapat mengurangi tanggungan yang harus dibayarkan. Matinya PJU akibat lampu rusak juga bisa mempengaruhi beban biaya yang harus ditanggung. Meterisasi akan membantu menunjukkan angka beban biaya secara lebih transparan.

“Kita menyadari bahwa sistim langganan memiliki sisi plus-minusnya. Sistim berlangganan mengakibatkan besaran beban yang dipakai tidak diketahu jumlahnya. Meskipun lampu jalan mati tetap akan kena biaya”, jelasnya.

H. Totok Suprapto Suparmo

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukkan bahwa valuasi ekonomi sumber daya genetik padi penting untuk dilakukan supaya dapat menjadi acuan bagi para pemulia padi dalam merakit varietas

Mengerjakan tugas secara mandiri diluar jam online dengan detail tahapan yang sudah diinstruksikan oleh guru (terlampir).

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas

Dalam artian bahwa psikologis individu masyarakat tentang berminat atau tidak berminat dia untuk berpartisipasi di program tertentu sangat dipengaruhi faktor

Harga saham INDF dalam dua sesi perdagangan terakhir pekan kemarin cenderung terkoreksi ditutup di Rp.4775 atau turun 1,5% dari posisi harga sebelumnya di Rp.4850.. Secara technical,

Dalam membina hubungan baik antar perusahaan dan konsumen, salah satunya adalah melalui layanan, sehingga penting untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap layanan yang

9 diyot, şekil 3.16 'da görüldüğü gibi, gerilimi sabit tutmak istenen devre veya yük direncine paralel ve ters polarmalı olarak bağlanır.. Diyot uçlarına gelen gerilim,

Untuk meningkatkan effisiensi dan efektifitas pembelajaran IPBA melalui teleskop, dirancang perangkat sistem jaringan akuisisi astronomi yang menyambungkan komputer