• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upacara Mengket Rumah Mbaru Etnik Karo Kabupaten Langkat: Kajian Semiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upacara Mengket Rumah Mbaru Etnik Karo Kabupaten Langkat: Kajian Semiotik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia, yang memiliki keberadaan masyarakat yang

heterogen, dengan berdasar kepada nilai-nilai multikulturalisme. Etnik-etnik yang

mendiami kawasan Sumatera Utara ini, dalam konteks pemerintahan Republik

Indonesia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) delapan etnik setempat yang

terdiri dari: Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Batak Toba, Mandailing-

Angkola, Pesisir, dan Nias; (2) etnik pendatang dari Nusantara: Minangkabau,

Aceh, Banjar, Jawa; serta (3) etnik pendatang dari luar negeri: Tionghoa, Tamil,

Benggali, dan Eropa. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta

yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam

bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,

yaitu mengolah atau mengerjakan. Dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah

atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam

bahasa Indonesia. (Sitepu 2015:1)

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok manusia dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat

(2)

Kebudayaan dapat didefenisikan sebagai suatu sistem, di mana sistem itu

terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Hal ini berkaitan

erat dengan adanya gerak dari masyarakat, di mana pergerakan yang dinamis dan

dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem

tersendiri dalam kumpulan masyarakat.

Etnik Karo adalah salah satu dari lima subetnik Batak yang sudah

memiliki kebudayaan sendiri sejak dahulu. Daerah persebaran etnik Karo

memiliki letak geografis yang berbeda-beda yang salah satunya adalah Karo Jahe

yang terdapat di Kabupaten Langkat dan sekitarnya. Namun, perbedaan letak

geografis tersebut tidak menimbulkan persoalan dalam tata cara pelaksanaan

kebudayaannya, karena pada umumnya kebudayaan itu masih mempunyai unsur

kesamaan yang amat besar.

Pada dasarnya adat istiadat etnik Karo tidak lepas dari peran sangkep

nggeluh atau rakut sitelu terangkum dalam kebudayaan dan sistem yang dikenal

dengan istilah sangkep nggeluh atau rakut sitelu yang terdiri dari:

1. Kalimbubu, yaitu pihak yang anak perempuannya dinikahi dan semua teman

semarganya.

2. Senina Sembuyak, yaitu saudara semarga.

3. Anak Beru, yaitu pihak laki-laki yang mengawini putri pihak kalimbubu.

Rakut sitelu ini membuat hubungan antara merga yang satu dengan yang

lain diatur sedemikian rupa sehingga tercipta suatu keseimbangan dan keserasian

hidup bermasyarakat. Senina harus seia sekata, sepenanggungan dan seperasaan

(3)

anak beru diharapkan dapat memberi sumbangan tenaga dan meteri sedangkan

kepada kalimbubu harus hormat karena kalimbubu dianggap pemberi berkat.

Kalimbubu juga sering disebut dengan istilah Dibata nidah atau Allah yang

tampak. Rakut sitelu ini sangat selaras, seimbang, dan teguh terutama dalam

upacara mengket rumah mbaru ini. Sehingga dapat dikatakan rakut sitelu sangat

berperan penting untuk melaksanakan upacara mengket rumah mbaru.

Dalam etnik Karo, ada beberapa pesta budaya/pesta adat yang disebut

"Kerja Adat". Salah satu diantara pesta budaya yang sifatnya meriah (sukacita)

adalah pesta memasuki rumah baru, yang dikenal dengan sebutan Mengket Rumah

Mbaru. Pesta ini tergolong sebagai pesta sukacita dan mulia karena pesta ini

menggambarkan kesuksesan tuan rumah (penyelenggara pesta). Dalam Upacara

Mengket Rumah Mbaru, Sangkep Nggeluh sangat berperan penting untuk

kelangsungan upacara tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini, telah mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan zaman yang kita alami sekarang

ini sangat berdampak besar terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu

dampak dari perkembangan zaman sekarang ini adalah pada kebudayan.

Kebudayaan bangsa Indonesian telah banyak tergilas oleh perkembangan zaman

sekarang ini.

Hal ini ditegaskan Sibarani dalam bukunya Kearifan Lokal : Hakikat,

Peran, dan Metode Penelitian Tradisi Lisan (2014:3) tradisi budaya atau tradisi

lisan selalu mengalami transformasi akibat perkembangan zaman dan akibat

(4)

pada proses transformasi itu karena sebuah tradisi tidak akan hidup kalau tidak

mengalami transformasi. Dalam tradisi budaya atau tradisi lisan yang mengalami

transformasi terdapat inovasi akibat persingungan sebuah tradisi dengan

“modernisasi” atau akibat penyesuaiannya dengan konteks zaman. Berdasarkan

pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwasanya kebudayaan bangsa Indonesia

telah mengalami perubahan, salah satunya adalah perubahan pada budaya Upacara

Mengket Rumah Mbaru Etnik Karo. Maka dari itu penulis merasa prihatin

terhadap hal tersebut sehingga sangat baik untuk diteliti.

Memberikan makna tertentu pada lembaga, gagasan, atau orang adalah

realitas sosial budaya yang sudah ada dan tumbuh sejak lama dalam kehidupan

sehari-hari, gejala ini disebut gejala sosial budaya (Hoed 2011 : 175). Dalam hal

ini makna yang dikonvensikan dengan simbol tertentu banyak juga didapati dalam

upacara adat di Indonesia yang memang sebagian besar acaranya banyak

menggunakan simbol dan tanda yang memiliki makna yang berbeda pada setiap

daerah. Untuk memahami simbol ini peneliti ingin mengkaji salah satu budaya

etnik Karo yang memiliki banya simbol yang digunakan sebagai media

pendukung terjadinya sebuah komunikasi yang bersifat simbolis.

Dalam penelitian ini akan dijelaskan makna tanda yang terkandung dalam

upacara Mengket Rumah Mbaru pada masyarakat Batak Karo di Kabupaten

Langkat. Penelitian terhadap upacara Mengket Rumah Mbaru pada etnik Karo di

Kabupaten Langkat sangat minim. Meskipun selama ini sudah banyak ahli budaya

yang meneliti tentang upacara Mengket Rumah Mbaru di Kabupaten Langkat,

(5)

lambang yang ada pada upacara Mengket Rumah Mbaru tersebut. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji makna yang terdapat

pada tanda yang ada pada upacara Mengket Rumah Mbaru pada masyarakat Batak

Karo di Kabupaten Langkat. Penulis akan mengkaji upacara Mengket Rumah

Mbaru pada masyarakat Batak Karo di Kabupaten Langkat ini dari segi semiotik,

karena penulis merasa tertarik untuk mengetahui arti atau makna dari tanda atau

simbol-simbol yang ada pada upacara Mengket Rumah Mbaru pada masyarakat

Batak Karo di Kabupaten Langkat.

Selain ketertarikan terhadap simbol yang terdapat dalam upacara mengket

rumah mbaru, penulis juga sangat tertarik dengan upacara adat etnik Karo.

Namun karena kesempatan yang telah diberikan, penulis akan melanjutkan

penelitian mengenai upacara mengket rumah mbaru.

Selain tertarik dengan objek tersebut, ada kekhawatiran penulis terhadap

objek tersebut yaitu mulai minimnya pelaksanaan upacara mengket rumah mbaru

dilaksanakan oleh masyarakat Karo di kabupaten Langkat. Oleh karena itu penulis

merasa pesta adat ini akan semakin dilupakan oleh masyarakat. Penulis berharap

supaya masyarakat lebih memperhatikan dan mempertahankan budaya yang ada.

Berdasarkan ketertarikan penulis terhadap simbol yang terdapat dalam

upacara mengket rumah mbaru, maka penulis akan menggunakan teori semiotik

yang dikemukakan oleh Peirce. Berdasarkan objeknya, peirce membagi tanda atas

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Subagyo (1991:79) mengatakan bahwa permasalahan yang dijadikan

sasaran untuk pemecahan dalam mencari ada atau tidak adanya suatu kebenaran

dalam kaitannya dengan teori atau pengalaman, dapat dijadikan sebagai patokan

dan sekaligus sebagai ruang lingkup pembahasan dalam kaitannya dengan

pencarian data.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat rumusan

masalah pada proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan upacara Mengket Rumah Mbaru pada

masyarakat Etnik Karo di Kabupaten Langkat?

2. Simbol apa saja yang terdapat dalam upacara mengket rumah mbaru pada

etnik karo di kabupaten Langkat?

3. Apa fungsi dan makna simbol yang terdapat dalam upacara mengket rumah

mbaru pada etnik Karo di kabupaten Langkat?

1.3 Tujuan Penelitian

Pengetahuan yang baik pada kebudayaan daerah akan menunjang

pembinaan sikap serta pengertian yang wajar dan tepat terhadap masyarakat Batak

Karo sehingga benar benar bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang

memiliki sikap sosial yang baik pada kehidupan masyarakat.

Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data atau fakta

serta pelaksanaan konsep untuk mencari dan memperoleh atau mendapatkan

(7)

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan tahapan-tahapan pelaksanaan upacara Mengket Rumah Mbaru

2. Mendeskripsikan bentuk simbol yang ditemukan dalam upacara Mengket

Rumah Mbaru

3. Mendeskripsikan fungsi dan makna simbol pada upacara mengket rumah

mbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitan ini diharapkan bermanfaat bagi semua pembaca.

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di

atas maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan pemahaman kepada etnik Karo pada umumnya dan juga kepada

pembaca tentang upacara adat Mengket Rumah Mbaru pada masyarakat Batak

Karo di Kabupaten Langkat.

2. Mengungkapkan makna yang terdapat pada upacara Mengket Rumah Mbaru

pada masyarakat Karo di Kabupaten langkat.

3. Menjadi arsip di Departemen Sastra Daerah untuk dibaca oleh mahasiswa

Sastra Daerah dan agar dapat dijadikan sebagai sumber penelitian bagi ilmu

lainnya.

4. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang upacara adat pada

masyarakat Karo di Kabupaten Langkat khususnya upacara Mengket Rumah

Referensi

Dokumen terkait

Menurut kepercayaan lama masyarakat Karo (yang belum beragama) di Kabupaten Langkat, orang yang meninggal cawir metua apabila tidak dilakukan upacara adat yang layak pada

masyarakat Pesisir dengan masyarakat Karo yang tinggal di Dataran Tinggi menjadi salah satu penyebab Etnik Karo berimigrasi ke daerah Dataran Rendah atau Pesisir

terkandung dalam upacara adat Sulang-sulang pahompu pada Etnik Batak Toba. Salah satu yang akan diteliti oleh penulis adalah struktur atau

karena penulis merasa tertarik untuk mengetahui arti bentuk, fungsi, makna, nilai, simbol yang ada dalam tradisi nengget pada etnik Karo. 1.2

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa simbol yang terdapat pada tradisi nengget pada etnik Karo dibagi dalam empat

tersebutlah keterlibatan anak dalam berbakti kepada orangtua akan diperlihatkan. Upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalungun merupakan salah satu dari..

kematian cawir metua pada masyarakat Batak Karo di Kabupaten Langkat ini dari segi semiotik, karena penulis merasa tertarik untuk mengetahui arti atau makna dari tanda

Mungkin dengan adanya hubungan perdagangan yang dilakukan masyarakat Pesisir dengan masyarakat Karo yang tinggal di Dataran Tinggi menjadi salah satu penyebab Etnik