7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Landasan Teori Dan Penelitian Terdahulu 1.1.1 Landasan Teori
Dalam penulisan ini tentunya akan sangat baik dengan adanya teori dengan tujuan agar dapat memperkuat argumen penulis, maka teori yang digunakan adalah teori Liberalsime dan perdagangan internasional.
a. Liberalisme
Pada dasarnya liberalisme ekonomi adalah keyakinan bahwa Negara harus menjauhkan diri dari campur tangan ekonomi hingga individu yang berprestasi dalam pasar merasa bebas dalam mengatur dirinya sendiri. Dalam beberapa pemahaman yang ditawarkan oleh para ahli sebagai hal yang dapat membantu memberikan pengertian maka dalam hal ini teori liberalisme digunakan sebagai salah satu paham untuk melihat suatu fenomena yang ada. Salah satu teori liberal mengajukan argumen bahwa interdependensi ekonomi akan mencegah negara agar tidak menggunakan daya paksa dalam berinteraksi satu-sama lain karena perang akan merusak kemakmuran masing-masing. (M.Saeri, 2012)
Di samping itu juga dalam liberalisme menewarkan adanya pasar bebas (free trade) yang di mana setiap negara dapat bergandeng tangan untuk membangun hubungan kerja sama. Tidak hanya negara yang dapat bergerak di dalam membangun hubungan kerja sama namun dari aktor-kator lain seperti NGO, MNC, ataupun dari orang per orang.
8 menggunakan kekuatannya dalam melakukan banyak hal karena pada dasarnya liberal tidak menentang otoritas. Dalam hal ini Negara dibutuhkan hanya untuk memastikan adanya persaingan di pasar dan memastikan adanya kebebasan karena hal tersebut yang paling efesien jika tidak maka monopoli akan berkembang untuk membongkar kebebasan. (Fred Hayek 1973, dalam Anonim (n.d))
Kebebasan ekonomi dilihat dapat mengatasi manjadi cara yang paling baik untuk menciptakan kemakmuran secara umum dan dilihat bahwa kebebasan ekonomi dapat memungkinkan orang untuk dapat menyeyuasikan kebutuhan masing-masing dan melakukan kerja sama untuk memperoleh keuntungan.
Dalam hubungan kerja sama yang dilakukan tentunya ada kompetisi sehingga kaum liberal klasik melihat bawha persaingan yang terbuka menjadi pendorong utama dimana produsen harus mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara efesien yang dimana produsen harus menciptakan harga yang menarik untuk dapat membedakan penawaran agar dapat menarik pelanggan yang beragam.
Pada era abad ke 18 seorang ahli ekonomi dan falsafah dari Scotlandia, Adam Smith (1723-1790) memperkenalan sebuah teori baru yang mengatakan bahwa seorang atau individu dapat membina kehidupan bermoral dan berekonomi tanpa bimbingan atau arahan dari negara. Dan suatu negara dapat menjadi kuat apabila rayatnya bebas.
Menurut Adam Smith kemakmuran dan kekayaan negara hanya dapat diperoleh dengan menjalankan prinsip-prinsip laissez – faire di dalam negara dan prinsip perdagangan bebas dengan negara-negara lain. Menurut Smith, tugas pemerintah tidak lain hanya: (Dr. Soelistyo MBA & Drs. Nopirn MA, 1977) a. Mempertahankan negara terhadap serangan dari luar,
b. Melaksanakan tata hukum dan keadilan dalam negeri, dan
9 karena keuntungan yang diharapkan dari usaha itu memadai walaupun faedah bagi masyarakat seluruhnya adalah sangat besar.
Smith juga menyarankan untuk usaha-usaha yang lain diserahkan kepada pihak swasta sebab dengan demikian dapat dijamin penggunaan dan alokasi faktor-faktor produksi yang paling efesien, sehingga dapat mencapai hasil keseluruhan yang maksimal.
b. Neoliberalisme
Pada umunya diyakini bahwa neoliberalisme secara bebas diadopsi oleh mekanisme pasar di mana hal tersebut adalah cara untuk mengatur semua pertukaran barang dan jasa. (Friedman 1962, dalam Dag Einar T dan Amund Lie (n.d))
Adanya pasar bebas dan perdagangan bebas diyakini akan membebaskan potensi yang kreatif serta semangat kewirausahaan yang dibangun dalam tatanan yang spontan dari setiap orang yang kemudian menyebabkan adanya kebebasan dan kesejahteraan secara individual dan lebih efesien. (Hayek 1973, dalam Dag Einar T dan Amund Lie (n.d))
Sehingga hubungan kerja sama yang terjadi antara negara dengan negara, negara dengan swasta atau kelompok kecil atau individu dan swasta dengan swasta atau kelompok kecil dan individu.
10 Berbeda dengan kerja sama negara dengan negara, kerja sama negara dengan swasta tidak bisa terlalu banyak dintervensi dari negara terhadap piha swasta karena jika negara terlalu intervensi maka pihak swasta dalam hal ini termasuk kelompok kecil dan individu akan sulit untuk memperoleh laba atau keuntungan.
Sedangkan hubungan kerja sama yang dilakukan oleh swasta dengan swasta, kedua pihak harus saling menguntukan karena hal tersebut yang dicari dan dapat melakukan perdagangan baik barang maupun jasa sebebas-bebasnya namun perlu untuk memperhatikan aturan yang telah berlaku dalam negara agar hubungan kerja sama dapat terus berkelanjutan.
11 Maka dari itu secara umum menurut Indrawati, liberalisasi akan menguntungkan bagi negara berkembang penduduk dan penduduk miskin dari kelompok pendapatan menengah karena ekspor produk yang bersifat padat karya akan meningkat (terutama produk manufaktur). Namun demikian derajat-derajat manfaat dan keuntungan liberalisasi perdagangan sangat tergantung pada reformasi kebijaksanaan yang diambil dan keadaan struktur perekonomian domestik negara berkembang itu sendiri.
Studi mengenai dampak liberalisasi perdagangan terhadap pertanian Indonesia oleh Erwidodo menunjukan bahwa ada beberapa temuan sebagi berikut. Pertama, sebelum tahun 1985 Indoensia sangat mengutamakan kebijakan proteksi pasar domestik. Hal ini menimbulkan biaya eknomi yang tinggi dan manfaat ekonomi lebih banyak dinikmati oleh sebagian besar penerima proteksi.
c. Perdagangan Internasional
Perdagangan masih memegang peran penting dalam meningat perekonomian baik secara global atau domestik. Perdagangan internasional sendiri melibatkan berbagai aktor baik negara, NGO, MNC maupun orang per orangan. Perdagangan internasinal juga dapat diartikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara yang mengcangkup ekspor-impor. Seperti yang kita ketahui bahwa ekspor-impor merupaan kegiatan transaksi yang sederhana yaitu jual-beli barang. (Astuti dan Sri, 2013)
12 Sedangkan menurut Basri dan Munandar (2010), “Perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara yang berdagang karena memiliki sumber daya yang berbeda satu sama lain. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi”. Maksudnya, jika setiap negara memproduksi barang tertentu, negara tersebut dapat memproduksi barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan lebih efisien dibandingkan dengan negara yang memproduksi semua barang.
Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa, antara lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi, pembayaran bunga, dan remittance seperti gaji tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dan pemakaian jasa konsultan asing di Indonesia serta fee atau royalty teknologi (lisensi).
Namun dalam perdagangan internasional sendiri memiliki hambatan seperti pajak negara, biaya tambahan yang ditambahkan pada barang ekspor dan barang impor dan juga regulasi non tariff pada barang impor.
Dalam perdagangan internasional sendiri sangat berkaitan dengan aliran klasik yang dianut oleh Adam Smith dan David Ricardo yang telah ditulis sebelumnya. Untuk aliran klasik sendiri lebih berorintasi pada keunggulan absolut dan keunggulan komparatif: (Arifin,dkk. 2004)
1. Keunggulan Absolut
13 2. Keunggulan Komparatif
Pada awal abad 19 seorang David Ricado menyampaikan bahwa teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith memiliki kelemahan. Maka dari itu menurut David Ricardo, perdagangan luar negeri terjadi bila masing-masing negara memilki keunggulan komparatif pada produk yang berbeda. David Ricardo menggunakan beberapa asumsi sederhana sebagai dasar teorinya, yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditas, (2) terdapatnya perdagangan bebas, (3) mobilitas sempurna pada faktor tenaga kerja di dalam negeri tetapi tidak bebas (immobile) diantara kedua negara, (3) biaya produksi yang konstan, (5) tidak ada biaya transportasi, dan (6) tidak ada perubahan teknologi.
Di samping itu pemerintah dalam negeri sendiri juga memiliki arah kebijakan mengenai hortikultura yang bertujuan untuk mempermudah para petani dalam melakukan berbagai aktivitas seperti perdagangan dan lain sebagainya.
2.1.2 Penelitian Terdahulu
Sesuai dengan judul yang ada, maka pembahasan mengenai peluang dan tantangan perdagangan internasional bukan lagi hal baru namun sudah ada penelitian terdahulu seperti yang ditulis oleh beberapa orang.
14 mekanisme skema sertifikasi, untuk kakao adalah mengembangkan sertifikasi yang berkelanjutan dan berbasis bibit SE (Embriogenesis Somatik), untuk karet menggabungkan klonal yang berbasis pengembangan dan perlindungan hutan, untuk jambu mete memperkenalkan sertifikasi asal dan rehabilitasi lahan, dan untuk mempromosikan pengembangan hortikultura terpadu di daerah dataran tinggi.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Fitri Bahari (12020110130077) yang membahas mengenai “Analisis Perdagangan Intra Industri Di Sektor Pertanian (Studi Kasus Indonesia Dengan Sembilan Negara Mitra Dagang Tahun 2009 – 2013)”. Dalam analisisnya dikatakan bahwa Indonesia sebagai mitra dagang dari Sembilan negara yaitu Australia, China, Malaysia, India, Thailand, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan Singapura. Dari kesembilan negara tersebut, India merupakan tujuan besar negara Indonesia dalam melakukan kegiatan ekspor dengan presentase sebesar 19,21.
Tidak hanya itu namun peneliti juga melihat bagaimana derajat integrasi produk pertanian Indonesia dengan Sembilan mitra dagang, menganalisa pengaruh faktor perbedaan GDP, GDP per capita, perbedaan GDP, perbedaan GDP per capita dan pengaruh faktor differensasi produk perdagangan intra industry di Indonesia di sektor pertain. (Fitri Bahari. (2015). Analisis Perdagangan Intra Industri Di Sektor Pertanian (Studi Kasus Indonesia Dengan Sembilan Negara Mitra Dagang Tahun 2009 – 2013).
15 Global Resources Singapura yang dilihat dari prespektif perdagangan internasional.
2.2 Kerangka Pikir
Peluang dan tantangan produk pertanian organik dalam perdagangan internasional
Kelompok Tani Tranggulasi
Landasan Teori:
1. Teori Liberalisme 2. Teori Perdagangan
Internasional
Ekspor Pertanian Hortikultura