• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLTN Pembangkit Listrik Tenaga Listrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PLTN Pembangkit Listrik Tenaga Listrik"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

DASAR KONVERSI ENERGI

Oleh :

1. ADHITYA INAS FARIZAN121910201041

2. DINAR ADIBYA WIRAWAN 121910201042

3. AHMAD ROFII 121910201043

4. ACHMAD ALI FATONI 121910201044

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir” ini dengan sebaik-baiknya.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Triwahju Hardianto selaku dosen pengajar yang telah membimbing kami. Dalam makalah ini berisi tentang informasi mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat kami butuhkan demi melengkapi makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca sekalian dan bagi yang membutuhkan.

Jember, 28 April 2013

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... 1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI... 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 4

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan... 5

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi PLTN... 6

2.2 Prinsip Kerja PLTN... 7

2.3 Tipe – Tipe PLTN... 9

2.4 Permasalahan Pemanfaatan PLTN ... 14

2.5 Keuntungan dan Kerugian PLTN... 16

2.6 Perkembangan PLTN di Indonesia... 17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 22

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya masih dapat dirasakan sampai sekarang. Di samping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang telah memikirkan bagaimana caranya memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Sampai saat ini, tenaga nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), di mana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan.

Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5 Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor (GCR + Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe. Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi di 18 negara.

Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia, dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ?

(5)

5. Apa keuntungan dan kerugian dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ?

6. Bagaimana potensi dan perkembangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di dunia maupun Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dan komponen utama dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

2. Mengetahui prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). 3. Untuk mengetahui tipe-tipe dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

4. Mengetahui permasalahan yang muncul dari pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

5. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi PLTN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reaktor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 MWe.

Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah sistem yang dalam operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil panas.

Komponen utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yaitu : 1. Reaktor

Komponen dasar dari reaktor nuklir antara lain:

1. Bahan bakar nuklir, berbentuk batang logam berisi bahan radioaktif yang berbentuk pelat. Sebagai contoh bahan bakar nuklir adalah:

a. Uranium-235 (U-235) b. Pu-239

c. U-233

2. Moderator, berfungsi menyerap energi neutron. 3. Reflector, berfungsi memantulkan kembali neutron.

(7)

5. Batang kendali, berfungsi menyerap neutron untuk mengatur reaksi fisi. 6. Perisai, merupakan pelindung dari proses reaksi fisi yang berbahaya.

2.2 Prinsip Kerja PLTN

Gambar 1. Prinsip kerja sederhana PLTN

Prinsip kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik konvensional, yaitu air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik. Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas. Sisa pembakaran tersebut akan ter-emisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bisa menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global.

Sedangkan pada PLTN panas yang digunakan untuk menghasilkan uap yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam reaktor nuklir. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium ini tidak melepaskan partikel seperti CO2, SO2, atau NOx, juga tidak mengeluarkan asap atau

(8)

Panas yang digunakan untuk membangkitkan uap diproduksi sebagai hasil dari pembelahan inti atom yang dapat diuraikan sebagai berikut : Apabila satu neutron (dihasilkan dari sumber neutron) tertangkap oleh satu inti atom uranium-235, inti atom ini akan terbelah menjadi 2 atau 3 bagian/fragmen. Sebagian dari energi yang semula mengikat fragmen-fragmen tersebut masing - masing dalam bentuk energi kinetik, sehingga mereka dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Oleh karena fragmen-fragmen itu berada di dalam struktur kristal uranium, mereka tidak dapat bergerak jauh dan gerakannya segera diperlambat. Dalam proses perlambatan ini energi kinetik diubah menjadi panas (energi thermal). Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa energi thermal yang dihasilkan dari reaksi pembelahan 1 kg uranium-235 murni besarnya adalah 17 milyar kilo kalori, atau setara dengan energi thermal yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2400 ton) batubara. Selain fragmen-fragmen tersebut reaksi pembelahan menghasilkan pula 2 atau 3 neutron yang dilepaskan dengan kecepatan lebih besar dari 10.000 km per detik. Neutron-neutron ini disebut neutron cepat yang mampu bergerak bebas tanpa dirintangi oleh atom-atom uranium atau atom-atom kelongsongnya. Agar mudah ditangkap oleh inti atom uranium guna menghasilkan reaksi pembelahan, kecepatan neutron ini harus diperlambat. Zat yang dapat memperlambat kecepatan neutron disebut moderator.

Seperti telah disebutkan di atas, panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan, oleh air yang bertekanan 160 atmosfir dan suhu 3000 C secara terus menerus dipompakan

ke dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor. Air bersirkulasi dalam saluran pendingin ini tidak hanya berfungsi sebagai pendingin saja melainkan juga bertindak sebagai moderator, yaitu sebagai medium yang dapat memperlambat neutron. Neutron cepat akan kehilangan sebagian energinya selama menumbuk atom-atom hidrogen. Setelah kecepatan neutron turun sampai 2000 m per detik atau sama dengan kecepatan molekul gas pada suhu 3000 C, barulah ia mampu membelah inti atom uranium-235.

Neutron yang telah diperlambat disebut neutron thermal.

(9)

Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi pembelahan inti disebut hasil belahan, yang kebanyakan berupa atom-atom radioaktif seperti xenon-133, kripton-85 dan iodium- 131. Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain dengan memancarkan radiasi alpha, beta, gamma atau neutron. Selama proses peluruhan, radiasi yang dipancarkan dapat diserap oleh bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor, sehingga energi yang dilepaskan berubah menjadi panas. Panas ini disebut panas peluruhan yang akan terus diproduksi walaupun reaktor berhenti beroperasi. Oleh karena itu reaktor dilengkapi dengan suatu sistem pembuangan panas peluruhan. Selain hasil belahan, dalam reaktor dihasilkan pula bahan radioaktif lain sebagai hasil aktivitas neutron. Bahan radioaktif ini terjadi karena bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor (seperti kelongsongan atau bahan struktur) menangkap neutron sehingga berubah menjadi unsur lain yang bersifat radioaktif. Radioaktif adalah sumber utama timbulnya bahaya dari suatu PLTN, oleh karena itu semua sistem pengamanan PLTN ditujukan untuk mencegah atau menghalangi terlepasnya zatradioaktif ke lingkungan dengan aktivitas yang melampaui nilai batas ambang yang diizinkan menurut peraturan yang berlaku.

2.3 Tipe-Tipe PLTN

PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang berbeda.

Tipe – tipe reaktor PLTN yang telah beroperasi di dunia antara lain : 1. Reaktor air didih (Boiling Water Reactor, BWR)

(10)

Gambar 2. Reaktor air didih (Boiling Water Reactor, BWR)

2. Reaktor Air Tekan ( Pressurized Water Reactor, PWR)

Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer. Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk mempertahankan tekanan sistem pendingin primer.

Gambar 3. Reaktor Air Tekan ( Pressurized Water Reactor, PWR)

(11)

Tekanan pada sistem pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC. Pada tekanan udara normal, air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC. Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistem pembangkit uap sehingga terjadi pertukaran panas antara sistem pendingin primer dan sistem pendingin sekunder. Dalam hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistem pipa. Terjadinya pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistem pendingin sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di dalam sistem pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.

Dari uraian di atas tergambar bahwa sistem kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih rumit dibandingkan dengan sistem Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistem keselamatannya, Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistem pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin. Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistem pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.

3. Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor)

(12)

pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan tinggi pada sistem pendingin primer. D2O dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistem pendingin primer, sedang sistem pendingin sekundernya menggunakan H2O.

Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian D2O harus dijaga pada tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan secara langsung dengan H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D2O baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran D2O dapat diketahui secara dini.

4. Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)

Reaktor Magnox menggunakan bahan bakar dalam bentuk logam uranium atau paduannya yang dimasukkan ke dalam kelongsong paduan magnesium (Mg). Reaktor Magnox menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, dan uranium alam sebagai bahan bakar. Panas hasil fisi diambil dengan mengalirkan gas CO2 melalui elemen bakar menuju ke sistem pembangkit uap. Dari pertukaran panas ini akan dihasilkan uap air yang selanjutnya dapat dipakai untuk memutar turbin.

Gambar 4. Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)

(13)

Gas-cooled Reactor). Dalam reaktor ini juga menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, namun bahan bakarnya berupa uranium sedikit diperkaya yang dibungkus dengan kelongsong dari baja tahan karat. Pengayaan bahan bakar ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi thermal dan fraksi bakar bahan bakarnya.

6. Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)

ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC dengan efisiensi thermalnya sekitar 40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan menggunakan pendingin He (sistem primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini panas akan diserap oleh sistem uap air umpan (sistem sekunder) dan uap yang dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistem pemisah antara sistem pendingin primer yang radioaktif dan sistem pendingin sekunder yang tidak radioaktif.

Gambar 5. Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)

(14)
(15)

2.4 Permasalahan Pemanfaatan PLTN

Limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun. Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif dilakukan untuk menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika diinginkan dan dapat tetap dipertahanan dalam keadaan aman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untuk ini panas peluruhan yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan bahaya akibat pemanasan lebih pada reaktor.

Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun system kendali gagal beroperasi.

(16)

dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistem pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal + 7 cm dan beton setebal 1,5 - 2 m yang kedap udara.

Desain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi:

a. Lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang, dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir.

b. Lapis keselamatan kedua PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-akibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN.

c. Keselamatan ketiga, PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan, yang dapat diandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis, atau kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun kecelakaan tersebut kemungkinannya tidak akan pernah terjadi selama umur PLTN.

Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reaktor. Sedangkan gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun) sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70–80%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu:

 Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.

 Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan.

(17)

Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan di dalam drum/beton dengan semen. Sedangkan limbah padat yang tidak dapat dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan lembah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat.

2.5 Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Keuntungan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah:

 Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal).

Gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika generator diesel darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas.

 Tidak mencemari udara

Tidak menghasilkan gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia.

 Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal).

 Biaya bahan bakar rendah

Hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan

 Ketersedian bahan bakar yang melimpah karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan.

 Baterai nuklir

Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir :

(18)

Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan

hingga ribuan tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan Reaktor Riset. Limbah tidak harus disimpan di negara pemilik PLTN dan Reaktor Riset. Untuk limbah dari industri pengguna zat radioaktif, bisa diolah di Instalasi Pengolahan Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki oleh BATAN Serpong.

2.6 Perkembangan PLTN di Indonesia

Sebenarnya Indonesia sudah mengoperasikan tiga unit reaktor nuklir untuk keperluan penelitian serta beberapa fasilitas nuklir yang meliputi fabrikasi elemen bakar nuklir, produksi isotop, pengolahan limbah nuklir dan iradiator/akselerator. Semua fasilitas tersebut dioperasikan dan dirawat oleh SDM Indonesia.

Sampai saat ini memang Indonesia belum mempunyai atau mengoperasikan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir), akan tetapi didasari oleh pertimbangan bahwa kebutuhan energi listrik nasional mengalami peningkatan terus seiring dengan pertumbuhan ekonomi sedangkan cadangan sumber energi fosil, khususnya minyak bumi, sudah semakin menipis, maka pilihan untuk mulai membangun dan mengoperasikan reaktor nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik tidak dapat dielakkan lagi. Wajar saja kalau muncul pertanyaan atau keraguan di masyarakat bahwa SDM Indonesia mampu mengoperasikan PLTN, karena memang belum mempunyai pengalaman untuk itu.

(19)

Dalam rangka penyiapan SDM kenukliran secara umum, BATAN telah menjalin kerjama dengan beberapa perguruan tinggi di dalam negeri di antaranya Fakultas Teknik – UGM untuk bidang studi teknik nuklir dan Departemen Fisika – UI untuk bidang studi fisika medik, serta beberapa perguruan tinggi negeri lainnya misalnya ITB, Undip, Unpad dan IPB. Selain itu BATAN memiliki sekolah kedinasan di bidang nuklir yaitu Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) di Yogyakarta yang merupakan pendidikan program diploma IV. BATAN juga secara reguler menyelenggarakan pelatihan kenukliran baik bagi para personilnya maupun bagi instansi lain pengguna teknologi nuklir. Jenis pelatihan kenukliran yang diselenggarakan oleh Pusdiklat BATAN dapat dikelompokan sebagai berikut.

o Keselamatan nuklir dan radiasi

o Aplikasi isotop dan radiasi

o Reaktor nuklir dan energi

o Bahan Bakar Nuklir dan Bahan Nuklir

o Instalasi dan Instrumentasi Nuklir

(20)

Sehubungan dengan penyiapan SDM PLTN ini, Pusdiklat BATAN maupun tim nasional telah menjalin kerjasama dengan beberapa negara produsen PLTN diantaranya Jepang dan Korea, serta aktif berpartisipasi dalam forum internasional/regional misalnya IAEA (International Atomic Energy Agency), ANSN (Asian Nuclear Safety Network), dan FNCA (Forum for Nuclear Cooperation in Asia).

Reaktor Penelitian di Indonesia adalah Reaktor TRIGA Mark II Bandung merupakan reaktor penelitian yang sesuai dengan namanya TRIGA (Training Reseach Isotopes production by General Atomic). Pada awalnya yaitu tahun 1965 reaktor mempunyai daya maksimum 250 kW, kemudian tahun 1971 dayanya ditingkatkan menjadi 1000 kW. Dalam tahun 2000 dayanya ditingkatkan lagi menjadi 2000 kW. Selain di Bandung, terdapat reaktor TRIGA Mark II Yogyakarta, dengan daya maksimum 250 kW, dan reaktor RSG (Reaktor Serba Guna) di Serpong dengan daya maksimum 30 MW. Sejak tahun 2000, nama reaktor TRIGA Mark II Bandung diubah menjadi Reaktor TRIGA 2000 Bandung.

Reaktor Kartini memiliki daya 100 kW dan terletak di kawasan nuklir Yogyakarta dengan luas lahan sekitar 8,5 ha. Di samping Reaktor Kartini, kawasan ini juga memiliki fasilitas perangkat subkritik, laboratorium penelitian bahan murni, akselerator, laboratorium penelitian D2O, laboratorium fisika dan kimia nuklir, fasilitas keselamatan kerja dan kesehatan, perpustakaan, fasilitas laboratorium untuk pendidikan, Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, serta Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN).

Kawasan Nuklir Pasar Jumat Jakarta dibangun pada 1966 di atas lahan sekitar 20 ha. Di kawasan ini terdapat beberapa fasilitas, yaitu tiga unit Iradiator Gamma (y) kobalt-60, 2 mesin berkas elektron, laboratorium pengolahan uranium, perangkat alat ukur radiasi, laboratorium kimia, biologi, proses dan hidrologi, fasilitas pendidikan dan latihan, serta Gedung Peragaan Sains dan Teknologi Nuklir (Perasten).

Di kawasan ini terdapat beberapa unit organisasi Batan, seperti: Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Pusat Pendidikan dan Pelatihan serta Pusat Diseminasi Iptek Nuklir. Berbagai kegiatan penelitian dilakukan di kawasan ini, yang meliputi litbang radioisotop dan radiasi serta aplikasinya di berbagai bidang, litbang eksplorasi dan pengolahan bahan nuklir, geologi dan geofisika, litbang keselamatan radiasi dan biomedika nuklir, pendidikan dan pelatihan serta kegiatan sosialisasi dan diseminasi hasil Litbangyasa Iptek Nuklir kepada masyarakat yang dilakukan Batan.

(21)

nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Pembangunan instalasi dan laboratorium Kawasan Nuklir Serpong dilaksanakan melalui tiga fase yang dimulai sejak 1983 dan selesai secara keseluruhan 1992. Kawasan Nuklir Serpong terletak di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek).

Selain fasilitas utama Reaktor Siwabessy, di kawasan nuklir Serpong terdapat beberapa fasilitas utama lainnya, seperti Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, Instalasi Radioisotop dan Radiofarmaka, Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif, Instalasi Radiometalurgi, Instalasi Keselamatan dan Keteknikan Reaktor, Fasilitas Pengembangan Informatika, Instalasi Mekano Elektronik Nuklir, Instalasi Spektometri Neutron, serta Instalasi Penyimpanan Elemen Bakar Bekas dan bahan Terkontaminasi.

Terkait rencana pembangunan PLTN, pihak Kepala Pusat Badan Pengembangan Energi Nuklir (BPEN) dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) melakukan studi kelayakan untuk pembangunan PLTN di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka Barat yang akan selesai pada 2013. Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Dewan Energi Nasional serta Pemerintah Provinsi Bangka Belitung telah menetapkan dua kabupaten di Bangka Belitung untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik nuklir (PLTN), demi mengantisipasi kebutuhan listrik di masa datang dan menyokong pesatnya pertumbuhan ekonomi. Babel tempat yang cocok untuk di bangun PLTN karena termasuk daerah yang bebas dari ancaman alamiah seperti gempa, gunung api atau tsunami.

(22)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pusat Listrik Tenaga Nuklir adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.

2. Komponen utama PLTN terdiri dari Reaktor, Sistem Kendali, Instrumentasi, Bejana tekan berpendingin utama, Pengungkung, Sistem keselamatan, Turbin Uap, Generator Listrik dan Pompa

3. Prinsip kerja PLTN adalah uap dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam reaktor nuklir. Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik.

4. Jenis-jenis PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor, ada 2 jenis yaitu jenis reaktor menurut perbedaan tipe reaktor daya yang digunakan dan jenis reaktor yang beroperasi di berbagai negara.

5. PLTN mempunyai kelebihan antara lain tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, tidak mencemari udara, sedikit menghasilkan limbah padat, biaya bahan bakar rendah, ketersedian bahan bakar yang melimpah.

6. PLTN mempunyai kekurangan antara lain risiko kecelakaan nuklir dan limbah radioaktif nuklir tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun. 7. Perkembangan PLTN di Indonesia yaitu dapat diliat dari rencana pembangunan PLTN

(23)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com

http://AlQoimKaltim.com.htm http://www.ut.ac.id

http://sttn-batan.ac.id

http://www.wikipedia.org

http://gopltnindonesia.blogspot.com http://kamuslistrik.blogspot.com

Anonim. Peningkatan Peranan Energi Nuklir di 15 Negara. Buletin BATAN: Th. XII (3)

Gambar

Gambar 1. Prinsip kerja sederhana PLTN
Gambar 3. Reaktor Air Tekan ( Pressurized Water Reactor, PWR)
Gambar 4. Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)
Gambar 5. Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)

Referensi

Dokumen terkait

 jumlah penduduk miskin Kota Kupang tahun 2013 paling rendah di antara kabupaten lain, yaitu hanya sebesar 10,57 persen, sedangkan Sumba Timur tertinggi dengan 32,42

Kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan problema yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko yang paling utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner di

[r]

Konsultan Perencana di Sumatera Barat. Hasil penelitian secara jelas menggambarkan bahwa terdapat dua tema penting pentingnya mengimplementasikan peraturan gempa SNI

Rajawali Nusindo Cabang Bandung, saat ini perusahaan belum memiliki sistem yang baik dalam membantu keuangan perusahaan terutama pada pengelolaan transaksi akuntansi

Maksudnya mahasiswa dalam mengajar didampingi oleh guru pembimbing yang bersangkutan. Praktikan mengajar didepan kelas, sedangkan guru pembimbing mengawasi dari

Menurut PNPM Mandiri, pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran

Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pengembangan usaha agribisnis pembibitan kakao sambung pucuk di Kecamatan Marioriwawo