SEJARAH, INTISARI DAN MASALAH METODE ILMIAH
Makalah Filsafat Sains
Oleh :
Nama : Dedy Adrianus Bilaut
Nim : 11010210008
Prodi : Pendidikan Fisika
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dan tuntunannya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah di tentukan dan makalah ini sebagai salah satu tugas matakuliah Filsafat Sains yang berjudul “Sejarah, Intisari dan Metode Ilmiah ”
Penulis sangat menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, telah dikerjakan
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki, karena itulah kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis agar menjadi lebih baik. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Tangerang, Februaari 2013
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...2
1.3 Tujuan Penulisan ...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah perkembangan manusia menjadi metode imlmiah ...3
2.2 Metode ilmiah
2.2.1 Langkah-langkah ...6
2.2.2 Bagaimana metode ilmiah bekerja ...9
2.2.3 Contoh nyata penerapan ilmiah ...11
2.3 Masalah mendasar metode ilmiah dan cara menyikapinya
2.3.1 Masalah-masalah ...16
2.3.2 Cara menyikapi ...19
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ...21
3.2 Saran ...21
1
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam, juga berusaha untuk memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi, serta berusaha untuk memahami masalah itu sendiri, ini semua menyebabkan manusia mendapatkan pengetahuan yang baik.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambahnya dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya, setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini, maka lahirlah ilmu pengetahuan yang mantap atau bagus. Jadi, perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang mantap, melalui 4 (empat) tahap yaitu tahap mitos, tahap penalaran deduktif (rasionalisme) atau tahap pemikiran rasional, tahap penalaran induktif (empirisme) atau tahap pemikiran empiris, dan akhirnya sampai ke tahap pengkristalan konsep metode ilmiah.
Bagi siapa saja yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan, selayaknya memahami metode ilmiah. Metode ilmiah erat kaitannya dengan filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara fisik mengkaji hakekat ilmu (terkhusus bagaimana cara mendapatkan pengetahuan ilmiah), dan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah itu diperlukan metode yang tepat pula. Dengan mengkaji filsafat ilmu khususnya mendalami metode ilmiah, diharapkan dapat memahami hakekat ilmu sekaligus mengembangkan ilmu dalam segala aspeknya. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara kerja pikiran dengan cara kerja inilah metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis, karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
2
Tafsir,1995:9). Sementara metode ilmiah menurut Jujun S. Suriasumantri (2003:119) merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah
Metode ilmiah ini pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin keilmuan yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu–ilmu sosial. Bilapun terdapat perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan ini maka perbedaan tersebut sekedar terletak pada aspek-aspek tekniknya dam bukan pada struktur berpikir atau aspek metodologinya.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana proses perkembangan pemikiran manusia hingga mencapai metode ilmiah sebagai salah satu prinsipnya
• Apa itu metode ilmiah dan langkah-langkah apa saja yang ada dalam metode ilmiah
• Apa itu masalah-masalah dasar metode ilmiah (induksi dan verifikasi) dan bagaimana cara menyikapi masalah-masalah tersebut
1.3 Tujuan Permasalahan
• Agar dapat mengetahui proses/sejarah perkembangan pemikiran manusia hingga mencapai metode ilmiah sebagai salah satu prinsipnya
• Agar dapat mengetahui dan mengerti akan langkah-langkah apa saja yang ada dalam metode ilmiah
3
Bab 2 Pembahasan
2.1
Sejarah pemikiran manusia menjadi metode ilmiah
1. Perkembangan Pikiran manusia
Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan
rohani, akal budi, dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak mempunyai
tanduk, taji, ataupun sengat, maka untuk membela diri terhadap serangan dari
makhluk lain dan untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang
merugikan, manusia harus memanfaatkan akal budinya yang cemerlang.
Kemauannya yang keras menyebabkan manusia dapat mengendalikan jasmaninya.
Hal ini dapat menimbulkan efek yang negatif misalnya, manusia dapat mogok
makan, dapat minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan dapat bunuh
diri. Kalau tubuh mendapat pengaruh yang negatif dari lingkungan, maka timbul
reaksi yang mendorong tubuh supaya melepaskan diri dari lingkungan yang
merugikan itu. Tetapi kemauan keras dapat memaksa tubuh supaya tetap
menerima pengaruh yang negatif itu. Jadi, sifat unik manusia itu adalah akal budi
dan kemauannya menaklukkan jasmaninya.
2. Rasa Ingin Tahu
Dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara untuk
melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal
budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Akal budi
manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah dimiliknya, mendorong manusia
untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan mencari jawaban atas apa yang
muncu di pikirannya.
Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan
tujuannya sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya
tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat
yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang
makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan yang dianggap lebih serasi dan
4
Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
1. Penyelidikan langsung.
2. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain.
3. Kerjasama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan
soal yang sama atau yang sejenis.
Sebenarnya setiap orang mempunyai rasa ingin tahu, meskipun kekuatan atau
intensitasnya tidak semua sama, sedangkan bidang minatnyapun berbeda-beda. Rasa
ingin tahu inilah yang dapat diperkuat ataupun diperlemah oleh lingkungan.
3. Rasa tahu menyebabkan alam pikiran manusia berkembang
Ada dua macam perkembangan yang akan kita tinjau, yaitu:
1. Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
2. Perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya.
Perkembangan alam pikiran dapat juga disebabkan oleh rangsangan dari luar, tanpa dorongan
dari dalam yang berupa rasa ingin tahu. Jadi dengan kata lain, bahwa alam pikiran manusia
berkembang terutama karena ada dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu.
Metode keilmuan atau pendekatan ilmiah adalah perpaduan antara rasionalisme dan empirisme. Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau menggunakan metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Metode keilmuan itu bersifat obyektif, bebas dari keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi, serta bersifat terbuka.
Rasionalsme adalah suatu paham yang menganggap bahwa semua ilmu pengetahuan itu diperoleh melalui proses berpikir secara rasional dan sistematis. Paham ini ingin mengatakan bahwa sebenarnya ilmu itu sudah tertanam dibenak umat manusia tinggal bagaimana caranya manusia itu dapat menggali dan memahami semua itu secara akal atau rasio. Secara ringkas, cara ini telah memberikan suatu kerangka berpikir secara koheran dan logis. Dengan metode berpikir deduksi, metode ini menghantarkan kita pada suatu pemahaman mengenai suatu objek tertentu yang kita kaji. Dalam proses penelitian misalnya, kita mengenal adanya hipotesis sebagai dugaan sementara yang menjadi pedoman kita selama proses penelitian. Disini rasionalis lah yang memnghasilakan hipotesis tersebut. Hanya saja, dalam proses penggalian ilmu pengetahuan tersebut ternyata rasionalisme ini belum mampu memberikan hal yang konkret yang dapat kita lihat secara kasat mata. Semua yang disajikan adalah dalam bentuk yang abstrak, inilah yang menjadi titik kelemahan dalam rasionalisme. Bertolak belakang dengan paham empirisme yang menyakini bahwasanya ilmu pengetahuan yang kita peroleh adalah dalam bentuk pengalaman semua yang kita peroleh melalui panca indera.
5
Oleh karena ilmu pengetahuan sangat menjunjung tinggi kebenaran, maka banyak golongan yang mengganggap metode ini yang paling tepat. Tetapi, tidak sedikit pula golongan-golongan tertentu yang tidak setuju dengan empirisme. Pasalnya, dengan empirisme ini bisa saja terjadi salah penafsiran. Panca indera kita yang terbatas bisa saja membawa kita ke arah yang buruk. Contohnya saja ketika kita memasukkan sebatang pensil yang lurus ke dalam gelas yang berisi air. Maka pensil tadi akan tampak patah. Selain itu, jika hanya berupa sebuah pengalaman tanpa diiringi penafsiran yang sungguh-sungguh, maka apa yang kita lihat dan rasakan tadi hanyalah berupa sesuatu yang tak berguna dan tak berarti apa-apa.
Berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris membentuk dua kutub yang saling bertentangan. Kedua belah pihak, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Gabungan antara dua pendekatan rasional dan pendekatan empiris dinamakan metode ilmiah. Rasionalisme memberi kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedangkan empirisme dalam memastikan kebenarannya memberikan kerangka pengujiannya. Dengan demikian, maka pengetahuan yang dihasilkan yaitu pengetahuan yang konsisten dan sistematis serta dapat diandalkan, karena telah diuji secara empiris. Metode ilmiah merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dan dapat juga dikatakan bahwa metode ilmiah merupakan gabungan antara rasionalisme dan empirisme. Cara-cara berpikir rasional dan empiris tersebut tercermin dalam langkah-langkah yang terdapat dalam proses kegiatan ilmiah tersebut.
Kerangka dasar, prosedurnya dapat diuraikan atas langkah-langkah seperti berikut:
1. Penemuan atau penentuan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menghadapi berbagai masalah. Kesadaran mengenai masalah yang kita temukan secara empiris tersebut menyebabkan kita mulai memikirkannya secara rasional.
2. Perumusan kerangka masalah
Langkah ini merupakan usaha untuk mendeskripsikan permasalahannya secara lebih jelas.
3. Pengajuan hipotesis
Hipotesis adalah kerangka pemikiran sementara yang menjelaskan hubungan antara unsur-unsur yang membentuk suatu kerangka permasalahan.
4. Deduksi hipotesis
Kadang-kadang, dalam menjembatani permasalahan secara rasional dengan pembuktian secara empiris membutuhkan langkah perantara.
5. Pengujian hipotesis
Langkah ini merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan deduksi hipotesis.
6. Keterbatasan dan keunggulan metode ilmiah.
6
dapat menolak kesimpulan ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaran ilmu yang baru. Keterbatasan lain dari metode ilmiah adalah tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistem nilai, tentang seni dan keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.
Keunggulan: Ilmu atau Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai ciri khas yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan terbimbing sedemikian rupa hingga padanya terkembangkan suatu sikap ilmiah.
Yang dimaksud dengan sikap ilmiah tersebut adalah sikap:
a. Mencintai kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil.
b. Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut.
c. Tidak percaya pada takhayul, astrologi, maupun untung-untungan.
d. Ingin tahu lebih banyak.
e. Tidak berpikir secara prasangka.
f. Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
g. Optimis, teliti, dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan ilmiahnya adalah benar.
2.2
Metode ilmiah
2.2.1 Langah-Langkah
Pengertian Metode Ilmiah, Metode ilmiah merpakan sebuah metode yang sistematis yang sering digunakan oleh para ilmauan untuk memecahkan sebuah masalah yang sedang dihadapi. Metode ilmiah mempunyai karakteristik antara lain; Karya ilmiah harus berdasarkan fakta, sebuah karya ilmiah harus berdasarkan pertimbangan yang objektif, karya ilmiah harus menggunakan asa analisis karya ilmiah, karya ilmiah menggunakan logika deduktif – hipotetik, sebuah karya ilmiah harus menggunakan logika induktif generalisasi langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan karya ilmiah, metode ilmiah memiliki sebuah langkah-langkah yang sistematis.
Berikut adalah langkah-langkah dalam meetode ilmiah : 1. Perumusan masalah
7
mengamati ombak di lautan. Pada saat itu mungkin timbul pertanyaan, mengapa terjadi ombak? Atau bagaimana terjadinnya ombak? Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita fokus dalam pemecahan masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah : a. Masalah hendaknya dapat dinyatakan dalam kalimat tanya.
b. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas, dan mudah dipahami.
c. Rumusan masalah hendaknya masalah yang dapat dicari cara penyelesaian masalahnya. Permasalahan mengapa benda bergerka dapat dicari jawabannya jika dibandingkan dengan permasalahan apakah dosa dapat diukur.
2. Perumusan hiptosis
Ketika kita mengajukan atau merumuskan pertanyaan peneliti, maka sebenarnya pada saat itu jawabannya sudah ada dalam pikiran kita. Jawaban tersebut memang masih meragukan dan bersifat sementara, akan tetapi jawaban tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita untuk mencari jawaban yang sebenarnnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan maka hipotesis yang kita buat mungkin saja salah. Oleh karena itu, kita harus melakukan sebuah percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis yang sudah kita buat.
3. Perancangan penelitian
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu harus dipersiapkan rancangan penelitiannya. Rancangan penelitian ini berisi tentang rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan setelah penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian.
Penelitian yang kita lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Penelitian deskripsi merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian deskriptif, misalnya penelitian untuk mengetahui populasi hewan komodo yang hidup di Pulau komodo pada tahun 2008. Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya penelitian tentang perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena matahari dengan pertumbuhan tanaman
di tempat yang gelap.
Selain rancangan penelitian, terdapat beberapa faktor lain yang juga harus diperhatikan. Faktor pertama adalah variabel penelitian, sedangkan yang kedua adalah populasi dan sampel. Variabel merupakan faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Populasi merupakan kumpulan/himpunan dari semua objek yang akan diamati ketika melakukan penelitian, sedangkan sampel merupakan himpunan bagian dari populasi. Di dalam penelitian, variabel dapat dibedakan menjadi :
8
b. Variabel terikat yaitu variabel yang mengalami perubahan dengan pola teratur (dipengaruhi oleh variabel bebas)
c. Variabel control yaitu variabel yang digunakan sebagai pembanding dan tidak mengalami pelakuan atau tidak diubah-ubah seklama penelitian.
4. Pelaksanaan penelitian
Langkah-langakh penelitian sebagai beriktu : a. Persiapan penelitian
Persiapan Penelitian biasannya diwujudkan dalam pembuatan rancangan penelitian. Alat, bahan, tempat, waktu dan teknik pengumpulan data juga harus dipersiapkan dengan baik.
b. Pelaksanaan
➢ Pengumpulan/pengambilan data
a) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan alat indra, seperti indra penglihatan (mata), indra penciuman (hidung), indra pengecap (lidah), indra pendengaran (telinga), dan indra peraba (kulit). Contohnya adalah ketika kita melakukan pengamatan buah mangga maka data kualitatif yang dapat kita peroleh adalah mengenai rasa buah, warna kulit, dan daging buah, serta wangi atau aroma buah.
b) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga akan diperoleh data berupa angka-angka. Contohnya adalah data mengnai berat buah mangga,ketebalan daging buah, diameter buah mangga.
➢ Pengolahan data
Setelah data-data yang kita perlukan berhasil dikumpulkan maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan atau analisis data. Data yang kita peroleh dapat ditulis atau kita nyatakan dalam beberapa bentuk, seperti table, grafik dan diagram.
➢ Menarik Kesimpulan
Setelah pengolahan data melalui analisis selesai dilakukan maka kita dapat mengetahui apakah hipotesis yang kita buat sesuai dengan hasil penelitian atau mungkin juga tidak sesuai. Selanjutnya kita dapat mengambil kesimpilan dari penelitian yang telah kita lakukan. Kesimpulan yang kita peroleh dari hasil penelitian dapat mendukung hipotesis yang kita buat, tetapi kesimpulan yang kita ambil harus dapat menjawab permasalahan yang melatarbelakangi penelitian.
5. Pelaporan Penelitian
9 Pendahuluan
Bagian pendahuluan merupakan bagian awal dari laporan hasil penelitian dan berisi tentang latar belakang dilaksanakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan hipotesis
Telaah kepustakaan/kajian teori
Bagian kajian teori merupakan bagian yang berisi tentang hasil telaah yang dilakukan oleh peneliti terhadap teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Metode Penelitian
berisi segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti mulai dari persiapan, pelaksanaan dan akhir dari sebuah penelitian. Bagian metode penelitian berisi tentang teknik pengambilan data, cara atau teknik pengolahan data, populasi dan sampel, alat, bahan, tempat dan waktu penelitian.
Hasil dan pembahasan penelitian
Berisi tentang data hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan selama penelitian. Data yang diperoleh disampaikan dalam bentuk grafik, tabel , atau diagram. Kesimpulan dan saran
Berisi tentang kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban terhadp hipotesis yang sudah diuji kebenarannya. Saran dari peneliti kepada pihak lain, yaitu pembaca dan bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
2.2.2 Bagaimana metode ilmiah bekerja
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
dengan ilmu. Jadi jika seseorang hendak mengklaim mendapatkan pengetahuan yang dapat
disebut dengan ilmu, mutlak harus menggunakan metode ilmiah. Hal ini berarti tidak semua
pengetahuan bisa disebut dengan ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan
metode ilmiah.
Secara filosofis metode ilmiah dibangun dari cara berpikir deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif memberikan ‘warna’ sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat
konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Berpikir induktif
dimaksudkan untuk memberikan pembenaran empirik kepada pengetahuan yang yang telah
dirasionalisasi oleh berpikir deduktif. Kedua hal ini sangat penting, bagaimana kita bisa
10
atau ketika kita melihat fenomena empirik tentang hujan kemudian diartikan bahwa para
dewa-dewa sedang menangis tersedu-sedu.
Di dalam metode ilmiah setelah pengetahuan diberikan penjelasan rasional (deduktif),
sebelum teruji secara empirik (induktif) semua penjelasan tersebut hanyalah bersifat
sementara, penjelasan sementara ini biasa kita sebut dengan istilah hipotesis. Secara filosofis
sebenarnya kita dapat mengajukan hipotesis sebanyak-banyaknya sesuai dengan hakikat
rasionalisme yang bersifat pluralistik. Namun dalam kesimpulan akhir hanya satu hipotesis
yang diterima, yaitu hipotesis yang didukung oleh fakta-fakta empirik. Terkait dengan
penjelasan tersebut, oleh karena itu sering kali metode ilmiah dikenal sebagai proses
logiko-hipotetiko-verifikatif, yang merupakan ‘perkawinan’ antara deduksi dan induksi. Meminjam
kalimat Jujun Suriasumantri (2001) secara sederhana metode ilmiah dapat digambarkan
dalam kalimat sederhana sebagai berikut ‘jelaskan pada saya lalu berikan buktinya!’
Masih menurut Jujun Suriasumantri (2001) kerangka berfikir ilmiah
logico-hipotetiko-verivikatif pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
• Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empirisme yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
• Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara faktor yang saling terkait
dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir di susun secara rasional
berdasar premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenaranya dengan memperhatikan
faktor empirik yang relevan dengan permasalahan.
• perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikri
yang dikembangkan.
• pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak
• Penarikan kesimpulan, merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu di tolak atau diterima, sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup
mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima, begitu sebaliknya. Hipotesis yang
diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah
11
Keseluruhan langkah di atas harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah.
Secara lebih jelas Jujun (2001) mendiagramkan alur kerja metode ilmiah seperti pada gambar
1 berikut.
Gambar 1.Skema metode Ilmiah
2.2.3 Contoh nyata penerapan metode ilmiah
Pada bagian ini penulis mengambil contoh penulisan metode ilmiah dengan judul Grafitasi Bumi. Penulis mengambil contoh berdasarkan apa yang telah dilakukan/dipraktekannya waktu masih di SMA yaitu mencari besar gaya grafitasi bumi di lingkungan sekitar SMA N 3 KUPANG. Sesuai dengan penjelasan diatas maka contoh perincian penulisan metode ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah
Penyusunan Kerangka Berfikir Khasanah
Pengetahuan Ilmiah
Perumusan Hipotesis
Pengujian Hipotesis
Deduk
si Kohere nsi
Induks i Korespond ensi
Ditolak Diterim
12
a) Bagaimana mencari nilai oercepatan grafitasi bumi di SMA N 3 KUPANG dengan menggunakan sebuah bandul
2. Perumusan Hipotesis
b) Apakah besar nilai grafitasi bumi di SMA N 3 KUPANG sesuai dengan nilai konstanta percepatan gravitasi bumi (g = 9.8 m/s²)
3. Perancangan Penelitian
4. Pelaksanaan penelitian
a. Persiapan Penelitian
Persiapan tempat/ruangan, persiapan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan. b. Pelaksanaan Penelitian
13
sumber-sumber buku atau literature lain yang menyebutkan bahwa percepatan gaya gravitasi bumi adalah 9,8 m/s
b. Kajian teori
Untuk menentukan gravitasi bumi dilakukan percobaan ayunan bandul sederhana dengan peralatan sederhana. Dengan mengmati gerak harmonis bandul yang memiliki simpangan maksimal 15o. Serta menentukan waktu yang diperlukan untuk 10 getaran dengan panjang tali yang berbeda-beda. Yang kemudian dihitung nilai gravitasinya sesuai dengan persamaan berikut:
c. Metode Penelitian
- Tempat / waktu : SMA NEGERI 3 KUPANG / 08-11-2010 - Alat & bahan :
• Statif • Benang
• Bandul (beban) • Stopwatch • Mistar
• Kertas secukupnya
- Langkah Kerja :
14
• Ulangi langkah no.1 dengan mengubah panjang tali 110 cm, 100 cm, 90 cm, dan 80 cm. catat pula hasilnya ke dalam
data pada lembaran data Anda
• Ulangi langkah no.1 dan no.2 dengan mengubah massa beban menjadi 100 gr.
• Jika titik O adalah titik keseimbangan ayunan dan titik P adalah simpangan terjauh beban, maka perhitungan 1
getaran adalah diawali dari P melalui O ketitik yang lain Q
(misalnya) kembali melalui O dan berakhir di titik P lagi
)lihat gambar diatas).
• Tebtukan periode untuk masing-masing ayunan
• Tentukan pula harga T² dan 1/T²
• Tentukan harga percepatan grafitasi g dengan rumus :
d. Hasil dan pembahasan
a) Hasil
Massa beban 50 gr, jumlah getaran = 10 x ayunan
No. Panjang
Massa beban 100 gr, jumlah getaran = 10 x ayunan
15 b) Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, mendapatkan hasil Percepatan gravitasi pada percobaan
pertama dan kedua dengan mengganti panjang tali.
1. Pada panjang tali 120 cm diperoleh periode 2.2 s dengan percepatan gravitasi 9.76 m/s²
•
g=
T =
• g= 1.2 =• = 1.2 x 8.14 = 2.2
• = 9.76 cm/s²
2. Pada panjang tali 110 cm diperoleh periode 2.1 s dengan percepatan gravitasi 9.83 m/s²
•
g=
T =
• g= 1.1 =
• = 1.1 x 8.94 = 2.1
• = 9.83 cm/s²
3. Pada panjang tali 100 cm diperoleh periode 2.0 s dengan percepatan gravitasi 9.85 m/s²
•
g=
T =
• g= 1.0 =
• = 1.0 x 9.85 = 2.0
• = 9.85 cm/s²
4. Pada panjang tali 90 cm diperoleh periode 1.9 s dengan percepatan gravitasi 9.80 m/s²
•
g=
T =
• g= 0.9 =
• = 0.9 x 10.89 = 1.9
• = 9.80 cm/s²
5. Pada panjang tali 80 cm diperoleh periode 1.8 s dengan percepatan gravitasi 9.73 m/s²
•
g=
T =
16
• = 0.8 x 12.17 = 1.8
• = 9.73 m/s²
Hasil percepatan gravitasi yang di peroleh tidak berbeda jauh dari percepatan gravitasi yang
sudah diputuskan 9,8 m/s² karena setelah di rata-rata hasilnya 9.79 m/s² yaitu mendekati
rumus yang sudah ditentukan.
e. Kesimpulan dan saran
- Kesimpulan :
Jika kita mengukur mungkin pada penghitungan atau pengukuran dilakukan dengan teliti maka hasilnya akan tepat.Ternyata hasil dari praktikum yang saya lakukan saat mengukur percepatan grafitasi di lingkungan sekolah yaitu SMA NEGERI 3 KUPANG dapat membuktikan teori yang ada pada sumber-sumber buku atau literatur yang lain yang
mengatakan bahwa percepatan gravitasi bumi adalah 9,8 m/s2 walaupun harus mencoba
beberapa kali hingga mendapat ketelitian data yang tepat.
- Saran :
Dalam melakukan percobaan tersebut harus teliti dan cermat dalam mengamati waktu dan menghitung getaran yang terjadi. Karena akan mempengaruhi periode yang dihasilkan. Jika dalam perhitungan periode terjadi kesalahan maka akan berpengaruh pada besarnya percepatan gravitasinya.
2.3 Masalah Mendasar Metode Ilmiah dan Cara Menyikapinya
2.3.1 Masalah-masalah
1. Induksi dalam metode ilmiah
Induksi adalah kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu lalu diatarik kesimpulan yang dianggap benar dan berlaku umum. Kebenaran kesimpulan itu hanyalah bersifat sementara dan tidak mutlak. Metode induksi ini sendiri dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Inti dari induksi gaya bacon adalah bahwa ilmu pengetahuan harus berawal dan dikendalikan oleh pengamatan yang tidak terpengaruh oleh pengandaian apapun. Tiga hal pokok mengenai induksi bacon adlahsebagai berikut :
• Ketika mengadakan penelitian ilmiah, ilmuan harus bebas dari segala macam pengandaian, spekulasi awal, anggapan, dugaan, pikiran teori agar penelitian bebas dari bias ilmiah sehingga mencapai kebenaran objektif.
17
• Setelah pengamatan atas objek sebagaimana adannya, dan mengumpulkan data dan fakta tentang objek itu, fakta dan data tersebut dievaluasi, diklasifikasi, dirumuskan dan disimpulkan. Jadi baru pada tingkat inilah ilmuan dapat menggunakan berbagai konsep dan teori untuk mengolah data dan fakta.
Manfaat Induksi gaya bacon :
• Ilmuan benar-benar dapat melihat kenyataan secara objektif. Kenyataan tidak dipaksakan untuk cocok dengan apa yang dipikirkan oleh ilmuawan.
• Kegiatan ilmiah tidak jatuh menjadi ideologi. Pola pikir dan cara kerja ideologis selalu cenderung membenarkan ideologi yang ada, yaitu rumusan-rumusan baku yang dianggap benar dengan sendirinya, dan karena itu semua macam hal dipaksakan unutk
membenarkan “ keluhuran “ ideologi itu.
Ada dua keberatan atas induksi gaya bacon
1. Menurut Bacon, demi menjamin objektifitas penelitian sekaligus mencega terjadinnya bias, ilmuawan harus menyingkirkan teori, anggapan dan asumsi-asumsi yang dimilikinya. Ilmuwan harus memperhatikan data. Pendirian ini nampaknya mustahil karena setiap pengamatan manusia terhadap apapun, termasuk data-data untuk penelitian, sedikit atau banyak dipengaruhi oleh asumsi dan anggapan yang sudah dimiliki. Induksi selalu tidak pernah lengkap karena :
• Hanya berdasarkan data dan fakta yang ditemukan saja, kemudian menarik kesimpualanumum yang berlaku untuk semua data dan fakta, termasuk data dan fakta yang belum ditemukan.
18
Langkah-langkah dalam metode induksi :
2. Verifikasi dalam metode ilmiah
Penelitian yang bermaksud mengulangi penelitian dengan masalah dan objek yang sama, dengan tujuan mengoreksi penelitian sebelumnya.
Terdapat dua jenis verifikasi yaitu :
1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka
Kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis ini maka metode ilmiah sering dikenal sebagai proses HYPOTHETICO-DEDUCTIVE METODE atau disebut proses LOGICO-HYPOTHETICO VERIFIKASI, yang menurut Tyndall dikatakan
“perkawinan yang berkesinambungan antara deduktif dan induktif”. Dalam hal ini proses induksi mulai memegang peranan dalam tahap verifikasi atau pengujian hipotesis di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak. Pada tahap pembuktian sebenarnya dilakukan proses menuju vonis apakah teori ilmiah yang mengandung penjelasan sementara tadi dapat diterima kebenarnya atau tidak secara ilmiah.Seorang ilmuwan harus selalu bersifat skeptis: dia selalu meragukan segala sesuatu.Ketika dihadapkan pada suatu masalah maka yang pertama-tama ada dalam pikirannya adalah mencari penjelasan yang masuk akal dan tidak bersifat kontradiktif dengan pengetehauan ilmiah yang diketahuinya. Kemudian dia melakukan pembuktian sebab konsistensi secara logis saja tidak cukup, dengan kata lain menghendaki verifikasi secvara empiris. Baru setelah penjelasan itu ternyata didukung oleh fakta-fakta dalam dunia fisik yang nyata maka dia akan percaya.
Jadi secara sederhana proses berpikir seorang ilmuwan dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang dimulai dengan ragu-ragu dan diakhiri dengan percaya atau tidak percaya. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
19
beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah yang berintikan proses logico-hypotetico –verifikasi sebagai berikut:
Langkah-langah verifikasi
2.3.2 Cara menyikapi
Metode verifikasi yang menggunakan logika induksi memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah permasalahan induksi. Anda bisa membacanya di tulisan mengenai problema induksi. Selain itu ada juga masalah penerapannya dalam ilmu pengetahuan. Pada masa sebelumnya aliran filsafat ilmu pengetahuan dikuasai oleh metode verifiaksionisme, suatu metode yang terdapat pada positivisme logis yang dianut oleh linkaran wina. Pada masa itu para filsuf yang tergabung di lingkaran Wina ingin memisahkan apa yang ilmu dan apa yang bukan ilmu. Mereka memisahkannya dengan apa yang mereka sebut verifikasi. Mereka menyatakan bahwa semua yang pantas disebut ilmu harus bisa diverifikasi. Verifikasi berarti adalah suatu proses pembuktian untuk menentukan apakah sesuatu itu benar atau tidak, proses ini haruslah empiris atau berdasarkan pengalaman. Misalnya saja: Pernyataan bahwa di luar sedang hujan adalah pernyataan verifikasionis – karena seseorang bisa membuktikan dengan cara ke luar dan melihat apakah di luar hujan atau tidak. Sebaliknya pernyataan misalnya: Malaikat itu ada, hakikat manusia itu baik dan sebagainya tidak bisa di verifikasi. Sifat-sifat tidak bisa diverifikasi itu menyebabkan pernyataan kedua bidang baik itu agama dan filsafat tidak bermakna. Ini disebabkan kedua pernyataan itu tidak bisa di-verifikasi. Pernyataan agama seringkali tidak bisa dibuktikan oleh orang kebanyakan, memerlukan kondisi khusus untuk bisa membuktikannya, misalnya mendapat wahyu atau mati. Begitu pula pemikiran-pemikiran metafisis, pernyataan mengenai hakikat manusia dan realitas hanya akan membuat perdebatan sengit yang tak pernah selesai. Keduanya dimasukkan kategori tidak bermakna. Tidak memiliki arti pengetahuan, karena orang tidak bisa membuktikan secara empiris. Walau tidak memiliki arti secara pengetahuan bisa jadi mereka memiliki arti secara emosional.
Induksi didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti. Pendekatan induksi sangat berbeda dengan deduksi. Tidak ada hubungan yang kuat antara alasan dan konklusi. Proses pembentukan hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi
20
21
BAB 3
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1. Sifat dasar manusia yang selalu dan selalu untuk mengetahui seuatu menyebabkan pikiran manusia terus berkembang. Asal mula metode ilmiah sebenarnya disebabkan karena hal yaitu ; Perkembangan pikiran manusia, rasa ingin tahu manusia yang cukup tinggi, dan rasa ingin tahu menyebabkan pikiran mansusia berkembang. Setelah itu agar mendapat pengetahuan yang tetap/baku maka tahap-tahap pemikiran manusia itu disusun secara sistematis, dan kemudian disebut dengan metode ilmiah.
2. Metode ilmiah merpakan sebuah metode yang sistematis yang sering digunakan oleh para ilmauan untuk memecahkan sebuah masalah yang sedang dihadapi. Metode ilmiah mempunyai karakteristik antara lain; Karya ilmiah harus berdasarkan fakta, sebuah karya ilmiah harus berdasarkan pertimbangan yang objektif, karya ilmiah harus menggunakan asa analisis karya ilmiah, karya ilmiah menggunakan logika deduktif – hipotetik, sebuah karya ilmiah harus menggunakan logika induktif generalisasi langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan karya ilmiah, metode ilmiah memiliki sebuah langkah-langkah yang sistematis.
3. Langkah-langkah metode ilmiah
• Menyusun Rumusan Masalah
• Menyusun Kerangka Teori
• Merumuskan Teori
• Melakukan Eksperimen
• Mengolah dan Menganalisis Data
• Menarik Kesimpulan
4. Induksi adalah kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu lalu ditarik kesimpulan yang dianggap benar dan berlaku umum.
3.2Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sumadi. 2010. Filsafat Ilmu Pengantar Konsep dan Analisis. Ciamis: Institut Agama Islam Darussalam.
A. Mirawihardja, Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah,
http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/
http:// Metode Induksi dan Deduksi, istanailmu.com/2011/04/12/ /html.
hira, anna . 2011. "Langkah - Langkah Metode Ilmiah Mempermudah Penelitian"
http://www.anneahira.com
http://anggaariyanto.blogspot.com