BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam mengemukakan prinsip pedoman dan serangkaian aturan bagi semua aspek kehidupan manusia, termasuk aspek ekonomi. Upaya untuk menjelaskan prinsip dan aturan ekonomi dan finansial Islam dalam terminology analitis modern baru berlangsung dua dekade terakhir ini. Walaupun demikian, terlepas dari publikasi yang cukup banyak, masih terjadi kebingungan dalam mendefinisikan secara tepat berbagai ilmu sosial yang ditambah dengan istilah “Islam”, seperti “Ilmu ekonomi Islam” atau “Keuangan Islam.” Salah satu alasan utama kebingungan ini adalah kecenderungan melihat berbagai aspek dalam sistem seperti itu secara sendiri-sendiri, tanpa melihatnya dalam sebuah kesatuan utuh.1
Lahirnya bank pada mulanya hasil dari perkembangan cara penyimpanan harta benda. Para saudagar merasa khawatir membawa perhiasan dan harta benda lain sebagainya berpindah dari satu tempat ketempat lain, sedang mata pencuri mengikutinya.2
Bank memberi jaminan atas penyimpanan dan penyimpan pun dapat pula mempergunakan uang penyimpananya dengan mempergunakan cek, surat wesel Bank merupakan tempat yang dipercayai dan terpelihara dengan kekuatan tenaga karena rapinya penjagaan bank itu, kepercayaan umum pun tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya.
1
Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam (Teori dan Praktek), Jakarta: Prenada Media Group, hal 1
2
dan sebagainya. Bank yang pertama berdiri di Venesia dan Genua di Italia, kira para abad ke-4. Kota-kota tersebut dikenal dengan Kota-kota dagang. Manusia dagang menuju ke kota-kota ini untuk tukar menukar barang-barang dagangnya. Dari kedua kota ini berpindahlah sistem bank ke Eropa Barat.3
Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank). Secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”.
Pada jantung sistem ekonomi Islam terdapat peraturan abadi yang tak lekang oleh waktu yang ditentukan oleh syariah, yang mempengaruhi perilaku dan
output ekonomi ekonomi. Pada lingkaran luar sistem tersebut, terdapat peraturan yang mempengaruhi perilaku ekonomi, tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi. Aturan yang disebut belakangan tesebut adalah hasil dari keputusan yang diambil oleh otoritas yang sah dalam masyarakat Islam sebagai upaya menjalankan kebijakan, seperti intervensi dalam bidang ekonomi. Semua kebijakan dan tindakan diambil dalam upaya mengejar tujuan tertentu, yang harus sesuai syariah. Sistem ekonomi Islam yang diadopsi ke dalam berbagai tempat mungkin akan bervariasi karena peraturan dan institusi ekonomi “sekunder” ini, namun peraturan dan institusi intinya akan selalu sama.
3
Ketentuan perundangan yang dipergunakan untuk keberadaan dan pengelolaan perbankan mulai disahkan sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan yang telah mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang selanjutnya diubah lagi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, menjadikan eksistensi perbankan syariah dengan paying hukumnya sudah terpenuhi. Demikian juga ketentuan yang mengatur masalah penyelesaian sengketa perbankan syariah sebelum diberlakukan Undang-Undang Perbankan Syariah, landasan hukum dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah secara yuridis ada di dalam lingkungan Peradilan Agama sesuai dengan klausul yang ada dalam Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan selanjutnya Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, tetapi prakteknya seringkali penyelesaian sengketa tersebut diselesaikan dalam lingkungan peradilan yang lain.
barang jaminannya untuk mendapatkan sejumlah uang yang dipinjam kepada kreditur. Sehingga barang Jaminan tersebut masih bisa digunakan oleh debitur guna mendukung usahanya.
Pengaturan bank berdasarkan prinsip bagi hasil ini dilandasi oleh pemikiran bahwa perbankan nasional sebagai suatu sistem, perlu mengakomodasi kepentingan seluruh masyarakat dan bahwa perbankan dengan prinsip bagi hasil merupakan perbankan alternative yang berlandaskan pada nilai-nilai kemaslahatan yang sesuai dengan keyakinan mayoritas masyarakat, serta bahwa secara factual perbankan dengan prinsip bagi hasil dalam berbagaim hal memiliki karakteristik yang berbeda dengan perbankan konvensional yang berdasarkan bunga.4
Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Yang Objeknya
Disamping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga (interest free), posisi lainnya dari Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional adalah diperbolehkannya Bank Syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat multi-finance dan perdagangan (trading). Hal ini berkenaan dengan sifat dasar transaksi Bank Syariah yang merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan yang dapat dilakukan Bank Syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip murabahah (jual beli), ijarah (sewa) atau ijarah wa iqtina (sewa beli) dan lain-lain. Selain semua sistem yang terdapat dalan bank syariah, perlu juga adanya perlindungan hukum bagi nasabah bank syariah yang terikat dalam perjanjian kredit.
4
Jaminan Perorangan (Studi Pada PT. Bank Mandiri Syariah, Kantor Cabang Pembantu Kesawaan)
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini, antara lain:
4. Bagaimanakah Pelaksanaan perjanjian kredit yang objeknya jaminan perorangan pada Bank Mandiri Syariah, Kantor Cabang Pembantu Kesawaan?
5. Bagaimanakah Kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit yang objeknya jaminan perorangan?
6. Bagaimanakah Perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian kredit yang objeknya jaminan perorangan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit yang objeknya jaminan perorangan pada Bank Mandiri Syariah, Kantor Cabang Pembantu Kesawaan
2. Untuk mengetahui kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit yang objeknya jaminan perorangan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang hukum jaminan perorangan yang keberadaannya sangat dibutuhkan berkaitan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah
2. Manfaat praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berupa masukan bagi pemerintah maupun lembaga perbankan dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah perlindungan hukum bagi nasabah dalam perjanjian kredit yang objeknya jaminan perorangan.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Objeknya Jaminan Perorangan (Studi Pada PT. Bank Mandiri Syariah, Kantor Cabang Pembantu Kesawaan).
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan secara yuridis empiris, yaitu suatu pendekatan yang dipergunakan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian data primer di lapangan.5
Berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, nantinya akan bersifat deskriptif analitis yang artinya bahwa hasil penelitian ini berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti.
2. Spesifikasi Penelitian
6
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hal. 45 6
Ibid
3. Sumber Data
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat hukum, seperti : Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi lapangan PT. Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Pembantu Kesawaan Medan menjadi bahan hukum primer yang membantu dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas bahan hukum primer.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lainnya.7
7
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data primer dan sekunder adalah dengan cara studi kepustakaan dan wawancara kepada pihak PT. Bank Mandiri Syariah, Kantor Cabang Pembantu Kesawaan
5. Analisis data
Metode yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dengan teknik induksi, hal ini dilakukan terhadap data yang sifatnya data sekunder yang diperoleh melalui kajian kepustakaan. Teknik induksi digunakan untuk menganalisis data primer maupun data sekunder yang berbentuk dokumen perjanjian. Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan yang selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik editing yaitu memeriksa data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah dapat dipertanggungjawabkan.
F. Keaslian Penulisan
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah : BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
Bab ini berisikan Perjanjian pada umumnya yang terdiri dari Pengertian Perjanjian, Syarat sahnya perjanjian, Berakhirnya perjanjian, dan Perjanjian Kredit, Pengertian Perjanjian Kredit, Jenis-jenis Kredit, Tujuan dan Fungsi Kredit
BAB III TINJAUAN TENTANG JAMINAN PERORANGAN
Bab ini berisikan Pengertian Jaminan Perorangan, Jenis-jenis Jaminan, Prinsip-Prinsip Hukum Jaminan dan Fungsi Jaminan Dalam Pemberian Kredit
BAB IV PERJANJIAN KREDIT YANG OBJEKNYA JAMINAN PERORANGAN (STUDI PADA PT. BANK MANDIRI SYARIAH, KANTOR CABANG PEMBANTU KESAWAAN)
hukum bagi para pihak dalam perjanjian kredit yang objeknya jaminan perorangan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN