• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Berdasarkan data BPS (2011), jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) diperkirakan sebanyak 51,95 juta jiwa atau 25,69% dari penduduk Indonesia yang berjumlah 241,13 juta jiwa. Dari data tersebut diketahui kelompok umur pemuda yang berusia 16-20 tahun sebesar 32,06%.

Berbagai upaya pembangunan untuk menggali potensi remaja dilakukan, sehingga menyebabkan perubahan pada kehidupan remaja. Apabila upaya pembangunan yang dilakukan seimbang dan proporsional tentu tidak akan menimbulkan masalah yang cukup berarti, akan tetapi adanya ketidakseimbangan upaya pembangunan yang dilakukan terutama terhadap remaja, akhirnya menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri. Salah satu masalahnya adalah terjadinya perubahan mendasar yang menyangkut sikap dan perilaku seksual pranikah di kalangan remaja (Notoatmodjo, 2007).

(2)

dan rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja serta median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun.

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) (2011), yang mencatat perilaku seksual di 27 dari 32 negara-negara Afrika sub-Sahara, di Bangladesh, India dan Nepal dan Yaman, dan dalam semua 10 Amerika Latin dan negara-negara Karibia, diketahui sebanyak 40% sampai 80% perempuan telah aktif dalam seksualitas pada usia 18 tahun, begitu juga di Uganda, sebanyak 4% dari anak laki-laki berusia 10 tahun yang mengatakan mereka sudah melakukan hubungan seksual, 10% pada usia 12 tahun, 22% pada usia 14 tahun, dan lebih dari 70% pada usia

Menurut data BPS, BkkbN, DEPKES RI dan Macro Internasional, 2008, yang mencatat Indonesian Young Adult Reproductive Health Survey (IYARHS) tahun 2007, bahwa remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 15-24 tahun yang menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing 1% pada wanita dan 6% pada pria (SKRRI, 2007). Masih berdasarkan survei yang sama, menunjukkan pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka seperti berpegangan tangan dimana pada laki-laki 69% dan perempuan 68,3%, berciuman pada laki-laki 41,2% dan perempuan 29,3% serta meraba/ merangsang pada laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1%.

18 tahun.

(3)

35,9% remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah.

BkkbN (2012) yang mengutip hasil penelitian dari Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia <17-24 tahun), menunjukkan bahwa 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Dari data tersebut terdapat proporsi yang relatif tinggi pada remaja yang melakukan pernikahan disebabkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Banun dan Setyorogo (2013) pada suatu sekolah tinggi di Jakarta Timur, memaparkan proporsi responden berisiko perilaku seksual pranikah yaitu berciuman bibir 53%, meraba-raba dada 18,4%, kegiatan meraba-raba kelamin 7,7%, menggesek-gesek kelamin 5,7%, hubungan seksual 6,5%. Dan perilaku seksual yang tidak berisiko yaitu berpacaran sebesar 94,3%, kegiatan berpegangan tangan 90,8%, berangkulan 80,1%, berpelukan 69,3% dan berciuman pipi 73,9%.

(4)

Hal ini diperjelas dari penelitian BkkbN (2010), pada remaja di kota Medan yang telah melakukan hubungan seks pranikah sebesar 52%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar tahun 2012 di SMA Bhayangkari Medan, dari 194 responden berdasarkan perilaku seksual remaja sebagian besar yaitu 102 orang (52,6%) berperilaku seksual ringan dan sebanyak 92 orang (47,4%) berperilaku seksual berat. Perilaku seksual yang melanda remaja ini cenderung meningkat. Akibat dari segala dampak yang muncul seperti kehamilan di luar nikah, kawin muda, anak-anak lahir diluar nikah, aborsi, penyakit menular seksual, depresi pada wanita yang terlanjur berhubungan seks dan lain sebagainya (Sarwono, 2012).

Hasil survei di Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2012, diketahui bahwa jumlah remaja usia 10-19 tahun adalah sebanyak 70.861 orang, tetapi tidak dapat diketahui secara pasti jumlah remaja yang telah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan data Puskesmas Tanjung Leidong bahwa jumlah remaja putri yang berusia 15-19 tahun di Kecamatan Kualuh Leidong sebanyak 1.344 orang.

(5)

peneliti dengan tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan Kualuh Leidong banyaknya remaja yang membeli tes kehamilan beberapa bulan terakhir ini. Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Kualuh Leidong, pada tahun 2012 terdapat 9% remaja yang menikah usia dini. Hal ini juga dampak dari perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja sehingga masih tingginya angka remaja yang menikah usia dini. Kondisi tersebut sangat meresahkan masyarakat Kualuh Leidong sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menekan tingginya kasus tersebut.

Menurut United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) (2009) Remaja didefinisikan sebagai periode antara 10 dan 19 tahun. Hal ini berkelanjutan dari perkembangan fisik, kognitif, perilaku dan psikososial, perubahan ditandai dengan meningkatnya kebebasan individual, yang menumbuhkan rasa identitas dan harga diri serta kemandirian yang lebih baik daripada orang dewasa

Menurut Santrock (2007), remaja merupakan transisi perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan secara fisik, kognitif dan perubahan sosial. Perkembangan itu dipelajari dan dipengaruhi secara kuat oleh lingkungan. Santrock (2007) juga mengutip pendapat Bandura (2000) menyatakan bahwa perilaku, lingkungan dan personal/kognisi merupakan faktor yang penting dalam perkembangan remaja.

.

(6)

seksual pranikah remaja. Selanjutnya Rahmahwati (2002), juga mengatakan bahwa paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Suryoputro (2006) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah faktor internal meliputi pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan, kemudian faktor eksternal yang meliputi kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu.

Dalam penelitian ini teori diatas akan dijabarkan menjadi faktor-faktor yang akan dianalisis sebagai faktor yang memengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2013, yaitu diantaranya pengetahuan, sikap, efikasi diri, nilai agama, lingkungan teman sebaya, lingkungan masyarakat, pengawasan orang tua, media informasi, dorongan biologis dan pandangan tentang konsep cinta.

(7)

Menurut Wang (2007) dalam Nuranti (2009), sikap remaja terhadap seks saat ini telah berubah sangat cepat, hubungan seksual pranikah telah dianggap sebagai sesuatu yang wajar oleh remaja. Sikap remaja terhadap seks dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja, yaitu semakin permisif sikap remaja, semakin mengarahkan remaja untuk melakukan hubungan seksual lebih dini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuranti di SMA Purwokerto, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi orangtua-remaja dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah.

Efikasi diri ini merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. Konsep dasar dari teori efikasi diri ini adalah pada masalah adanya keyakinan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk mengontrol pikiran, perasaan dan perilakunya.

(8)

Agama merupakan hal yang penting dalam kehidupan remaja. Menurut Santrock (2007), salah satu pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah berkaitan dengan aktivitas seksual. Menurut Santrock (2007) yang mengutip pendapat Gallup dan Benzilla (1992), bahwa dalam seuah survei tentang remaja di Amerika terdapat 95% dari para remaja yang berusia antara 13 hingga 18 tahun menyatakan bahwa mereka percaya akan adanya Tuhan atau spirit universal.

Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku teman sebayanya. Albert (2012), mencatat hasil survei yang dilakukan oleh The National Campaign (2012), remaja mengatakan bahwa orangtua paling besar mempengaruhi keputusan mereka tentang seks, lebih daripada teman sebaya, budaya, guru dan lain-lain.

(9)

Azwar (2007) menyebutkan bahwa sikap seseorang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan media massa. Menurut Yulianto (2010), dalam penelitiannya yang menggambarkan sikap siswa yang dikaitkan dengan sumber informasi tentang seksualitas didapatkan data sebanyak 100 subjek (46,9%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari televisi, 82 subjek (38,5%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari internet, 16 subjek (7,5%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari koran, 13 subjek (6,1%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari majalah serta 2 subjek (0,9%) mendapatkan informasi tentang seksualitas dari film seks.

Berdasarkan latar belakang dan banyaknya faktor – faktor yang memengaruhi perilaku seksual, maka penelitian ini akan menganalisis faktor perilaku seks pranikah pada remaja putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2013.

1.2Permasalahan

Tingginya kasus remaja yang menikah usia dini dan hamil diluar nikah yang diakibatkan dari perilaku seks pranikah pada remaja.

1.3Tujuan Penelitian

(10)

1.4Manfaat Penelitian

1 Remaja diharapkan agar mampu memberi kesan yang baik tentang dirinya, mengendalikan dorongan seksualnya kearah positif dan tidak terjebak dalam perilaku seksual pranikah sehingga mampu berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan indikasi buruknya perilaku seks pranikah di sekolah ini dan banyaknya faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja, maka penting

Studi kasus Terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya seks pranikah, pada remaja putri di Desa Sumberarum, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro yaitu adanya

menyenangkan.Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula.Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang

Listwise deletion based on all variables in the procedure..

Hal ini dikarenakan remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang perilaku seks pranikah sehingga akan mempengerahui sikap remaja, apabila remaja menpunyai

Studi kasus Terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya seks pranikah, pada remaja putri di Desa Sumberarum, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro yaitu adanya

Hasil penelitian Seotjiningsih (2006), menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua remaja, tekanan negatif

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja Di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015”