BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses
komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok yaitu komponen pengirim
pesan atau guru, komponen penerima pesan atau siswa, dan komponen pesan itu
sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Terkadang dalam proses
pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Untuk menghindari semua itu, maka
guru dapat menyusun strategi pembelajaran salah satunya dengan memanfaatkan
berbagai media dalam pembelajaran (Sanjaya, 2007).
Suatu proses dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar ketika di
dalamnya mengandung kegiatan interaksi antara siswa dan guru dan komunikasi
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
belajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar yang dimaksud tidak sekedar
hubungan komunikasi antara siswa dan guru, tetapi interaksi edukatif yang tidak
hanya menyampaikan materi pembelajaran melainkan menanamkan sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Namun dalam prosesnya, terkadang
komunikasi yang terjadi tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Salah satunya
komunikasi terjadi hanya satu arah dan kurang efektif (Rustaman et al., 2005).
Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses belajar
mengajar karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara, kerumitan bahan yang akan
disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata
atau kalimat tertentu bahkan, keabstarakan bahan dapat dikonkretkan dengan
kehadiran media. Dengan demikian, anak didik akan lebih mudah mencerna bahan
dari pada tanpa bantuan media. Disini nilai praktis media terlihat, yang
bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar (Djamarah et al.,
2010).
Hadirnya media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses
sekedar alat bantu mengajar, tetapi lebih merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam proses pembelajaran. Selain dapat menggantikan sebagian tugas guru
sebagai penyaji materi, media juga memiliki potensi-potensi yang unik yang dapat
membantu siswa dalam belajar (Hamalik, 2006).
Saat ini Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu era yang ditandai
dengan makin banyaknya medium informasi, tersebarnya informasi yang makin
meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji
dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era informasi ini akan selalu
menggunakan berbagai media. Terkait dengan kehadiran media yang terorganisasi
secara rapi mempengaruhi secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti
lembaga keluarga, agama dan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran
media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan termasuk sistem pendidikan,
meskipun dalam derajat yang berbeda-beda (Dimyati et al., 2006).
Banyak sekali macam-macam media pembelajaran salah satunya yaitu media
model atau alat peraga. Utomo (2010) dalam jurnal pendidikan tentang peranan
alat peraga menyatakan, bahwa alat peraga sangat erat hubungannya dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan. Dengan menggunakan alat peraga dalam
setiap kegiatan belajar mengajar akan lebih mengena dari pada tanpa
menggunakan alat peraga, karena dengan menggunakan alat peraga berarti kita
akan meninggalkan hal-hal yang bersifat verbalisme.
Berdasarkan hasil observasi di salah satu sekolah, terdapat berbagai macam
alat peraga biologi yang dapat membantu guru dalam menjelaskan konsep saat
pembelajaran. Namun pada kenyataannya penggunaan alat peraga Biologi saat
pembelajaran di sekolah belum membudaya, dalam artian tidak semua guru
memanfaatkan alat peraga yang telah ada dalam proses kegiatan pembelajaran.
Alat peraga yang sudah cukup lengkap kurang dioptimalkan penggunaannya dan
hanya disimpan begitu saja, sehingga alat peraga yang tersedia banyak mengalami
kerusakan bahkan hilang. Guru lebih mendominasi dalam pembelajaran dan masih
menggunakan metode ceramah dengan dibantu slide powerpoint, sehingga siswa
cenderung pasif dan kurang memaksimalkan potensinya saat pembelajaran
Buku-buku teks masih menjadi sumber utama sehingga selama pembelajaran
siswa hanya dituntut untuk membaca materi pada buku tersebut. Pembelajaran
masih belum dikembangkan menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan sehingga siswa cenderung jenuh, bosan dan pada akhirnya tidak
memiliki ketertarikan dalam belajar biologi. Hal ini tentu berdampak pada
kurangnya pengalaman langsung yang didapat oleh siswa, serta kurangnya
pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang dipelajari, sehingga berakibat pada
hasil belajar yang akan berdampak pada prestasi siswa yang kurang maksimal.
Kurangnya hasil belajar pada mata pelajaran biologi siswa kelas XI Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Cimahi ditunjukkan dengan nilai semester I tahun
pelajaran 2015/2016. Nilai rata-rata biologi yang diperoleh hanya 72,45, hal
tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan sekolah yaitu 75.
Berkaitan dengan hasil observasi di atas maka penelitian ini akan berfokus
pada salah satu konsep di kelas XI. Konsep yang dipilih yaitu konsep sistem
ekskresi pada manusia. Konsep ini dipilih karena konsep sistem ekskresi
merupakan konsep yang cukup rumit, karena di dalamnya dibahas keterkaitan
antara suatu organ lainnya sehingga menciptakan suatu sistem kerja pada sistem
ekskresi, baik secara fisik maupun fungsional. Kompetensi Dasar sebagai standar
minimal yang harus dikuasai oleh siswa pada sistem ekskresi adalah siswa mampu
menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
ekskresi dan mengaitkannya dengan proses ekskresi sehingga dapat menjelaskan
mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi
manusia (Kemendikbud No. 69 th 2013). Dengan demikian diperlukan adanya
suatu proses pembelajaran yang mendorong situasi kreatif, inovatif dan bermakna
sehingga siswa dapat memahami konsep sistem ekskresi tanpa adanya kesulitan.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini akan
meneliti seberapa efektifkah penggunaan media pembelajaran pada konsep sistem
ekskresi. Media yang dipilih dalam penelitian ini yaitu media model pembentukan
urin pada ginjal manusia. Efektif atau tidaknya media tersebut akan diukur
melalui beberapa pengukuran yang dapat menentukan apakah media tersebut
melalui hasil belajar. Maka penelitian ini tertuang dalam judul “Efektivitas Media
Model Pembentukan Urin terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Ekskresi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimana efektivitas media model pembentukan urin pada konsep sistem ekskresi?”
Rumusan masalah di atas akan dijabarkan melalui beberapa pertanyaan
penelitian yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan media model
pembentukan urin pada konsep sistem ekskresi?
2. Bagaimana kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media model pembentukan urin pada konsep sistem ekskresi?
3. Bagaimana tanggapan terhadap penggunaan media model pembentukan urin
pada konsep sistem ekskresi?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan menggunakan media model
pembentukan urin pada konsep sistem ekskresi?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah agar penelitian menjadi
lebih spesifik dan terarah sesuai dengan tujuan yang akan diteliti. Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Efektivitas media model dalam penelitian ini yaitu efektivitas dari segi
kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang diukur
melalui lembar observasi penilaian efektivitas menurut Millar (2009) yang
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan data penelitian, serta efektivitas dari
segi hasil belajar siswa setelah menggunakan media model pembentukan
urin yang diukur melalui hasil pretest-posttest.
2. Media model yang dimaksud dalam penelitian ini berupa rangkaian alat yang
terbuat dari beberapa botol bekas, selang, manik-manik, gliter dan corong
3. Pembelajaran sistem ekskresi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
sistem ekskresi pada ginjal manusia yang meliputi peranan ginjal, struktur
ginjal, proses pembentukan urin pada ginjal, faktor yang mempengaruhi
pembentukan urin serta beberapa kelainan pada ginjal.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas penggunaan
media model pembetukan urin pada konsep sistem ekskresi. Adapun tujuan
khususnya yaitu sebagai berikut:
1. menganalisis kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran melalui
penggunaan media model pembentukan urin
2. mengukur hasil belajar siswa melalui penggunaan media model pembentukan
urin
3. menjaring tanggapan melalui penggunaan media model pembentukan urin
4. memperoleh informasi mengenai kelebihan dan kekurangan melalui
penggunaan media model pembentukan urin
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis
sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain:
1. Bagi Siswa
Penggunaan media model pembentukan urin dalam pembelajaran dapat
membantu dan memudahkan siswa dalam memahami konsep sistem ekskresi
ginjal yang disampaikan oleh guru, serta dapat meningkatkan ketertarikan siswa
pada pelajaran biologi sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi Guru
Penggunaan media model pembentukan urin dalam pembelajaran dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan guru dalam upaya mengembangkan
inovasi media pembelajaran yang lebih efektif, serta dapat meningkatkan
kreatifitas guru dalam membuat media pembelajaran yang lebih menarik
sehingga akan membantu pemahaman siswa dalam memahami konsep sistem
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dan beberapa keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini
dapat dijadikan salah satu rujukan atau pertimbangan untuk penelitian mengenai
efektivitas media pembelajaran pada pokok bahasan yang berbeda.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang telah disesuaikan
dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmian UPI Tahun 2015. Berikut uraian dari
setiap bab yang terdapat dalam skripsi yang telah dibuat oleh peneliti.
Bab I. Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang akan memaparkan
konteks yang akan diangkat oleh peneliti. Setelah mengetahui topik atau isu yang
akan diteliti kemudian identifikasi rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan
penelitian. Dibuat batasan-batasan masalah agar penelitian lebih terarah dengan
apa yang ingin diteliti. Setelah itu dibuatlah tujuan penelitian yang akan tercermin
dari perumusan masalah yang terdiri dari tujuan umum dan khusus sehingga akan
terlihat jelas cakupan yang akan diteliti. Kemudian dibuatlah manfaat dari
penelitian ini yang akan memberikan gambaran mengenai nilai lebih atau
kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang dilakukan. Struktur
organisasi skripsi pun tak lupa dipaparkan untuk memberikan gambaran
kandungan dari skripsi yang telah dibuat.
Bab II. Pada bagian ini terdiri dari kajian pustaka atau landasan teori yang
akan memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang
diangkat dalam penelitian. Bagian ini memiliki peran yang sangat penting.
Melalui kajian pustaka ditunjukkan the state of the art dari teori yang sedang
dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.
Bab III. Bab ini merupakan metode penelitian yang bersifat prosedural yang
akan memaparkan rancangan atau alur dari penelitian yang akan diteliti, mulai
dari pendekatan penelitian yang diterapkan, instrument yang digunakan, tahapan
pengumpulan data, hingga langkah-langkah dalam menganalisis data. Pola
paparan yang digunkan dalam menjelaskan bagian metode penelitian skripsi yakni
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan penelitian ini, peneliti
penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur
penelitian, analisis data, serta bagan alur penelitian.
Bab IV. Bab ini menyampaikan dua hal utama yakni temua penelitian
berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data sesuai dengan urutan rumusan
masalah penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun pola yang
digunakan dalam memaparkan temuan dan pembahasan peneliti menggunakan
pola tematik yakni setiap temuan kemudian dibahas secara langsung sebelum
maju ke temuan berikutnya.
Bab V. Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian
sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil