BAB I PENDAHULUAN
1.5. Latar Belakang
Manusia tidak pernah lepas dari segala masalah yang berhubungan dengan tempat dimana manusia itu bernaung dan tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi manusia, tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (besic need), disamping kebutuhannya akan pangan dan sandang.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, program sejuta rumah merupakan salah satu agenda penjabaran Nawa Cita, menunjukan bahwa kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan yang sangat penting dan menjadi ukuran akan pencapaian kesejahteraan rakyat.
Maslow dalam Ronald (2013) menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan jasmaninya yaitu sandang, pangan dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi. Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam melangsungkan kehidupannya. Peran tempat tinggal bagi kelangsungan tempat tinggal bukan lagi sekedar tempat untuk bernaung, tetapi juga merupakan tempat untuk melindungi diri dari kondisi alam yang tidak selamanya menguntungkan.
Pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman baik di pedesaan
maupun di kawasan perkotaan harus senantiasa memperhatikan penataan ruangan
yang berlaku di daerah yang bersangkutan sehingga terdapat sinkronisasi atau
kesesuaian antara pembangunan perumahan dan permukiman dengan penataan
ruang wilayah itu sendiri. Bahwa perumahan salah satu kebutuhan dasar manusia,
selain kebutuhan akan pangan dan sandang. Dalam kehidupan sehari-hari
perumahan mempunyai fungsi strategis sebagai tempat dimana perikehidupan
yang saling berinteraksi baik dari segi kultur budaya, pembinaan generasi muda,
pencarian jati diri, dan sekaligus sebagai aset ekonomi. Oleh karena itu,
pembangunan perumahan merupkan sektor yang startegsi dan merupakan salah
satu indikator keberhasilan yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka
menciptakan kesejahteraan bagi segenap lapisan masyarakat.
Menurut Departemen Kimpraswil (2002) dalam Hartadi (2009),
pertambahan dan perkembangan penduduk selain sangat menentukan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan kota juga berpengaruh terhadap pola pengaturan
kota dan kemungkinan perluasan kota, kemungkinan penyediaan lapangan kerja
serta besaran jenis dan susunan fasilitas dan pelayanan kota. Dengan semakin
banyaknya penduduk maka kegiatan diperkotaanpun menjadi bertambah dan
berdampak pada meningkatnya kebutuhan lahan untuk menampung kegiatan
tersebut. Salah satu kebutuhan lahan yang diperlukan penduduk adalah untuk
perumahan yang tentunya juga diiringi oleh kebutuhan akan fasilitas dan
pelayanan sosial beserta prasarana lainnya, yang kesemuanya membutuhkan
Ditambahkan Departemen Kimpraswil (2002) dalam Hartadi (2009), salah satu persyaratan fisik dasar suatu permukiman adalah aksesbilitas. Aksesbilitas didefenisikan kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan permukiman tersebut dimana semakin mudah pencapaian pada suatu kawasan akan semakin meningkatkan aktivitas di wilayah itu termasuk dengan makin berkembangnya penduduk ataupun perumahannya.
Struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran sistem perkotaan wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten.
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan dan kesinambungan sistem wilayah baik daerah maupun nasional.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat tahun 2014 – 2034 bahwa dalam sistem perkotaan Kecamatan Lahomi merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Kabupaten Nias Barat merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran dari Kabupaten Nias sesuai Undang Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Sirombu, Kecamatan Lahomi, Kecamatan Ulu Moro’o, Kecamatan Lolofitu Moi, Kecamatan Mandrehe Utara, Kecamatan Mandrehe, Kecamatan Mandrehe Barat dan Kecamatan Moro’o dan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan Lahomi.
Pada kenyataannya Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas di Kabupaten Nias Barat masih terdapat bertempat tinggal di luar wilayah Nias Barat diperkirakan sejumlah 475 orang dari 2.142 orang jumlah keseluruhan PNS. hal ini tanpa disadari menjadi kerugian, dan bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Nias Barat.
Kecamatan Lahomi sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan dimana saat ini terjadi peningkatan aktivitas penduduk dan berpotensi peningkatan jumlah penduduk bila dibandingkan dengan kecamatan yang lain oleh karenanya perlu dilakukan kajian untuk mengetahui lahan – lahan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan permukiman dengan mempertimbangkan faktor aksesbilitas, fasilitas pelayanan umum, kerawanan terhadap bencana, perubahan lahan, kemiringan lereng, daya dukung tanah dan ketersediaan air.
1.6. Perumusan Masalah
Dengan menjadi ibukota Kabupaten Nias Barat, Kecamatan Lahomi
kabupaten atau beberapa kecamatan dimana aktivitas dan jumlah penduduk
menunjukan adanya peningkatan, sehingga mendorong permintaan akan tempat
hunian juga semakin meningkat dan bisa memicu terjadinya penggunaan lahan
yang tidak terencana yaitu konversi lahan non-mukim menjadi permukiman yang
berakibat kerusakan lahan dan lingkungan.
Berkaitan dengan program pemerintah yaitu Program Nasional Sejuta
Rumah memberi kemudahan mendapatkan kredit perumahan bagi masyarakat,
bertujuan agar masyarakat memiliki rumah yang layak huni maka dalam
menyikapinya Pemerintah Daerah menyiapkan kawasan yang layak untuk
dijadikan kawasan perumahan dan permukiman.
Selain dari itu, untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal bagi PNS
yang bertugas di Kantor Pemerintahan Kabupaten Nias Barat, agar mau dan
bersedia tinggal di wilayah Kabupaten Nias Barat sehingga dapat berkontribusi,
dan menjadi potensi untuk dioptimalkan pada pertumbuhan ekonomi wilayah.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan dianalisis dalam
penelitian ini adalah :
1. Dimana mendapatkan lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi
kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi
2. Bagaimana mengembangkan kawasan perumahan dan permukiman di
Kecamatan Lahomi.
1.7. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis melakukan penelitian ini untuk
1. Untuk mengetahui lahan yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi.
2. Untuk mengetahui kawasan prioritas pengembangan menjadi kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi.
1.8. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini penulis berharap akan memberikan manfaat kepada :
1. Pemerintah Kabupaten Nias Barat sebagai bahan masukan dalam menyusunan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kecamatan Lahomi sebagai kawasan perkotaan.
2. Masyarakat sebagai bahan informasi untuk memilih lokasi yang tepat sebagai kawasan hunian yang baik.