• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Pemakaian Monoterapi Karbamazepin dan Asam Valproat Terhadap Fungsi Tiroid dan Fungsi Hati pada Penderita Epilepsi Primer Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Risiko Pemakaian Monoterapi Karbamazepin dan Asam Valproat Terhadap Fungsi Tiroid dan Fungsi Hati pada Penderita Epilepsi Primer Chapter III V"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP H.

Adam Malik Medan dari tanggal 22 Oktober 2015 s/d 9 September 2016.

III.2. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan

subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random secara

konsekutif.

III.2.1. Populasi Sasaran

Populasi kasus I adalah semua penderita epilepsi primer yang

ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

Electroencephalography (EEG) dan telah mengkonsumsi monoterapi karbamazepin selama > 3 bulan. Populasi kasus II adalah semua penderita

epilepsi primer yang ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

(2)

III.2.2. Populasi Terjangkau

Semua penderita epilepsi yang ditegakkan dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan EEG yang datang berobat jalan ke poliklinik Neurologi

RSUP H. Adam Malik Medan.

III.2.3. Besar Sampel

III.2.3.1 Data Independen pada Kelompok Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Triiodothyronine

= Standard deviasi karbamazepin terhadap Triiodothyronine sebesar = 0.61 (Ahmed dan Thanoon, 2006)

2

1 µ

µ − = beda rerata yang bermakna ditetapkan sebesar 1.0

Maka sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 11

(3)

III.2.3.2 Data Independen pada Kelompok Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Thyroid Stimulating Hormone

(

)

= deviat baku alpha. utk α = 0.05 maka nilai baku normalnya 1.96

)

= Standard deviasi Asam valproat terhadap Thyroid Stimulating Hormone sebesar = 1,14 (Ahmed dan Thanoon, 2006)

2

1 µ

µ − = beda rerata yang bermakna ditetapkan sebesar 1.0

Maka sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 13

orang.

III.2.4. Kriteria Inklusi

1. Penderita epilepsi primer yang datang berobat jalan ke poliklinik

Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dan jejaring

2. Penderita epilepsi primer yang berusia > 15 tahun

3. Penderita telah mengkonsumsi monoterapi karbamazepin dan asam

valproat minimal 3 bulan

(4)

III.2.5. Kriteria Eksklusi

1. Riwayat gangguan fungsi hati

2. Riwayat gangguan fungsi tiroid

3. Riwayat peminum alkohol

4. Penderita yang sedang mengkonsumsi obat-obat yang dapat

menyebabkan peningkatan kadar enzim hati

5. Penderita yang sedang mengkonsumsi obat-obat yang dapat

menyebabkan disfungsi tiroid

III.3. BATASAN OPERASIONAL

1. Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan

untuk menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus, dengan

konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi

ini mensyaratkan terjadinya minimal 1 kali bangkitan epileptik

(Kusumastuti dan Basuki, 2014).

2. Epilepsi primer adalah epilepsi dengan etiologi epilepsi idiopatik dan

kriptogenik. Epilepsi idiopatik adalah epilepsi yang tidak terdapat

lesi struktural di otak atau defisit neurologis, diperkirakan

mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan

dengan usia. Epilepsi kriptogenik dianggap sebagai epilepsi

(5)

West, Sindrom Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik (Kusumastuti

dan Basuki, 2014).

3. Karbamazepin adalah derivat iminodibenzyl

(5H-dibenzapine-5-carboxamide), yang secara struktural mirip dengan antidepresan trisiklik yang sering digunakan untuk mengobati epilepsi (Ambrosio

dkk, 2002). Dosis 400-1600 mg/hari (Gunadharma dkk, 2014).

Dalam penelitian ini dosis terbagi atas : < 400 mg/hari , > 400

mg/hari.

4. Asam valproat adalah 2-п-propylpentanoic acid yang merupakan OAE dan dapat mengontrol beberapa tipe kejang (Silva dkk, 2008).

Dosis 500-2500 mg/hari (Gunadharma dkk, 2014).

Dalam penelitian ini dosis terbagi atas : 500 1000 mg/hari, 1500

-2500 mg/hari.

5. Durasi terapi adalah lamanya pemakaian obat berlangsung; rentang

waktu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Dalam penelitian ini durasi terapi dibagi atas : < 12 bulan, > 12

bulan.

6. Tes fungsi tiroid adalah pemeriksaan penunjang pada kelainan tiroid

yang dikelompokkan menjadi pemeriksaan untuk melihat status

hormon tiroid, respons tiroid, etiologi kelainan tiroid, dan

(6)

tiroid dan respons tiroid meliputi T3, T4, FT3, FT4, dan TSH

(Saksono, 2008).

Pada penelitian ini yang diperiksa adalah T3,T4, dan TSH.

7. Nilai normal tes fungsi tiroid : T3 0,8-2 ng/dL, T4 5-14 μg/dL, TSH

0,27-4,2 μIU/mL (Laboratorium RSUP HAM Medan).

8. Gangguan fungsi tiroid adalah keadaan dimana adanya suatu

gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid sehingga tidak bisa

melakukan proses ekskresi pada hormon tiroid yang sesuai dengan

kebutuhan pada tubuh (Saksono, 2008).

Gangguan fungsi tiroid dieksklusikan dengan cara anamnesa.

9. Tes fungsi hati adalah pengukuran kadar bilirubin serum, ALP, AST,

ALT, GGT dan albumin (Amirudin, 2007).

Pada penelitian ini yang akan diperiksa adalah Bilirubin, ALP, AST,

ALT.

10. Nilai normal tes fungsi hati : Bilirubin 5-18 μmol/L , ALP 30-130

IU/L, AST 5-40 IU/L, ALT 5-35 IU/L (Amirudin, 2007).

11. Gangguan fungsi hati adalah kerusakan pada organ hati yang dapat

disebabkan oleh karena minum alkohol dan penyalahgunaan

obat-obatan atau terlaulu banyak dosis serta virus hepatitis, yang dapat

menyebabkan komplikasi pada organ hati (Amirudin, 2007).

(7)

12. Kriteria mengkonsumsi alkohol : suatu bentuk maladaptif

penggunaan alkohol, yang secara klinik menyebabkan gangguan

atau distress yang signifikan, dengan kriteria durasi yang tidak

spesifik. Risiko rendah untuk laki-laki adalah 3 unit perhari dengan

maksimal 21 unit perminggu. Risiko rendah untuk wanita yaitu

kurang dari 2 unit perhari dan 14 unit per minggu. (Satu unit adalah

setara dengan 8 gram etanol) (International Center for Alcohol

Policies, 2003).

13. Obat-obatan yang menyebabkan peningkatan kadar enzim hati

seperti anti tuberkulosis, antidepresan, kontrasepsi oral, obat

kardiovaskuler, obat herbal, obat endokrin, antibiotik, obat anti

rematik, statin , Obat Anti Inflmasi Non Steroid (OAINS), obat

kemoterapi (Bayupurnama, 2007).

14. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi tiroid seperti

dopamin, glukokortikoid, lithium, iodide, amiodaron, ferrous sulfate,

sukralfat, estrogen, tamoxifen, heroin, methadone, clofibrat,

fluorouracil, perphenazine, androgen, anabolik steroid, furosemid,

asam mefenamat, salisilat, rifampin, diazepam, propylthiouracyl,

(8)

III.4. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik retrospektif dengan metode pengumpulan

data secara potong lintang.

III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Instrumen

1. Tes fungsi tiroid diukur dengan menggunakan Roche/Hitachi Cobas

C System – Cobas 6000, dengan metode enzymatic-calorimetric

2. Tes fungsi hati diukur dengan menggunakan Roche/Hitachi Cobas

C System – Cobas 6000, dengan metode enzymatic-calorimetric

III.5.2. Pengambilan Sampel

Kelompok kasus terdiri dari dua populasi yaitu penderita epilepsi yang

sudah makan obat monoterapi karbamazepin dan asam valproat selama > 3

bulan yang datang ke poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan yang

di ambil secara konsekutif dan telah memenuhi kriteria inklusi, diambil

darahnya untuk pemeriksaan fungsi tiroid dan fungsi hati. Analisa darah akan

(9)

III.5.3. Kerangka Operasional

Pemeriksaan fungsi tiroid Pemeriksaan fungsi hati

Kriteria Eksklusi

Asam valproat Karbamazepin

Kriteria Inklusi

Surat Persetujuan Ikut Penelitian

Surat Persetujuan Ikut Penelitian

Pemeriksaan fungsi tiroid Pemeriksaan fungsi hati

Analisa Data Analisa Data

EPILEPSI PRIMER Anamnesis

(10)

III.5.4. Variabel yang diamati

Variabel bebas = karbamazepin, asam valproat

Variabel terikat = tes fungsi tiroid, tes fungsi hati

III.5.5. Analisa Statistik

Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan

program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service).

Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

III.5.5.1 Untuk mengetahui karakteristik demografi pasien epilepsi primer

yang mengkonsumsi karbamazepin dan asam valproat di RSUP

HAM Medan digunakan analisa deskriptif

III.5.5.2 Untuk mengetahui perbedaan risiko pemakaian karbamazepin dan

asam valproat terhadap fungsi tiroid pada pasien epilepsi primer di

RSUP HAM Medan dan jejaring digunakan uji chi-square, bila tidak

memenuhi syarat digunakan uji fisher’s

III.5.5.3 Untuk mengetahui besar risiko dosis pemakaian monoterapi

karbamazepin terhadap fungsi tiroid pada pasien epilepsi primer di

RSUP HAM Medan digunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP)

III.5.5.4 Untuk mengetahui besar risiko durasi pemakaian monoterapi

(11)

RSUP HAM Medan digunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP)

III.5.5.5 Untuk mengetahui besar risiko dosis pemakaian monoterapi asam

valproat terhadap fungsi tiroid pada pasien epilepsi primer di RSUP

HAM Medan digunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan

nilai Rasio Prevalensi (RP)

III.5.5.6 Untuk mengetahui besar risiko durasi pemakaian monoterapi asam

valrpoat terhadap fungsi tiroid pada pasien epilepsi primer di RSUP

HAM Medan digunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan

nilai Rasio Prevalensi (RP)

III.5.5.7 Untuk mengetahui perbedaan risiko pemakaian karbamazepin dan

asam valproat terhadap fungsi hati pada pasien epilepsi primer di

RSUP HAM Medan digunakan uji chi-square, bila tidak memenuhi

syarat digunakan uji fisher’s

III.5.5.8 Untuk mengetahui besar risiko dosis pemakaian monoterapi

karbamazepin terhadap fungsi hati pada pasien epilepsi primer di

RSUP HAM Medan digunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP)

III.5.5.9 Untuk mengetahui besar risiko durasi pemakaian monoterapi

karbamazepin terhadap fungsi hati pada pasien epilepsi primer di

(12)

III.5.5.10 Untuk mengetahui risiko dosis pemakaian monoterapi asam

valproat terhadap terhadap fungsi hati pada pasien epilepsi primer

di RSUP HAM Medan digunakan analisa penilaian risiko sehingga

(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENELITIAN

IV.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Dari keseluruhan pasien epilepsi primer yang berobat ke RSUP

Medan periode 22 Oktober 2015 sampai dengan 9 September 2016, terdapat

26 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga dimasukkan

ke dalam penelitian ini.

Dari 26 pasien yang ikut dalam penelitian ini, terdiri dari 13 orang

yang memakai monoterapi karbamazepin dan 13 orang yang memakai

monoterapi asam valproat. Dari 26 pasien, terdiri dari 17 orang (65,38%) pria

dan 9 orang (34,62%) wanita. Rerata usia subjek adalah 24,38 + 6,92 tahun.

Suku terbanyak adalah Batak yaitu 17 orang (65,38%) dan yang paling

sedikit adalah Aceh yaitu 1 orang (3,85%). Pendidikan terakhir yang

terbanyak adalah SMA yaitu 19 orang (73,08%) dan yang paling sedikit

adalah SMP yaitu 7 orang (26,92%). Pekerjaan terbanyak adalah Swasta

yaitu 15 orang (57,69%) dan yang paling sedikit adalah Ibu Rumah Tangga

yaitu 4 orang (15,38%).

(14)

Tabel 9. Karakteristik Subjek Penelitian

(15)

IV.1.2 Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap Fungsi Tiroid

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin yang mengalami

peningkatan kadar T3 sebanyak 4 orang (15,38%) dan yang tidak mengalami

peningkatan kadar T3 9 orang (34,62%), sedangkan pasien epilepsi yang

memakai asam valproat yang mengalami peningkatan kadar T3 sebanyak 6

orang (23,08%) dan yang tidak mengalami peningkatan kadar T3 sebanyak 7

orang (26,92%). Hasil analisa statistik menggunakan uji Chisquare

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p=1,00)

Tabel 10. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap T3

OAE

Karbamazepin Asam Valproat p

n % n % 0,420

T3 Tidak normal 4 15,38 6 23,08

Normal 9 34,62 7 26,92

Total 13 50,00 13 50,00

Uji Chisquare

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin yang mengalami

peningkatan kadar T4 sebanyak 4 orang (15,38%) dan yang tidak mengalami

peningkatan kadar T4 sebanyak 9 orang (34,62%), sedangkan pasien

(16)

sebanyak 2 orang (7,69%) dan yang tidak mengalami peningkatan kadar T4

11 orang (42,31%). Hasil analisa statistik menggunakan uji Fisher

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,645).

Tabel 11. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap T4

OAE

Karbamazepin Asam Valproat p

n % n % 0,645

T4 Tidak normal 4 15,38 2 7,69

Normal 9 34,62 11 42,31

Total 13 50,00 13 50,00

Uji Fisher

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin yang mengalami

peningkatan kadar TSH sebanyak 6 orang (23,08%) dan yang tidak

mengalami peningkatan kadar TSH sebanyak 7 orang (26,92%), sedangkan

pasien epilepsi yang memakai asam valproat yang mengalami peningkatan

kadar TSH sebanyak 2 orang (7,69%) dan yang tidak mengalami

peningkatan kadar TSH 11 orang (42,31%). Hasil analisa statistik

menggunakan uji Fisher menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna

(17)

Tabel 12. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap TSH

OAE

Karbamazepin Asam Valproat p

n % n % 0,202

TSH Tidak normal 6 23,08 2 7,69

Normal 7 26,92 11 42,31

Total 13 50,00 13 50,00

Uji Fisher

IV.1.3 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Fungsi Tiroid

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dimana peneliti

mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel

terikat (efek) dengan pengukuran sesaat. Untuk desain seperti ini akan

didapati nilai Rasio Prevalensi (RP), yang menunjukkan peran faktor risiko

dalam terjadinya efek.

Rasio Prevalensi tersebut akan didapatkan dengan menggunakan

rumus: RP = a/(a+b) : c/(c+d), dimana a/(a+b) merupakan proporsi

(prevalens) subjek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek,

sedangkan c/(c+d) merupakan proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor risiko

yang mengalami efek. Rasio Prevalensi harus selalu disertai dengan nilai

(18)

Bila nilai RP = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko

tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bersifat

netral. Bila nilai RP > 1 dan rentang IK tidak mencakup angka 1, berarti

variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit. Bila nilai RP < 1

dan rentang nilai IK tidak mencakup angka 1, berarti faktor yang diteliti

merupakan faktor protektif. Bila nilai IK mencakup angka 1, berarti pada

populasi yang diwakili sampel tersebut mungkin nilai RP nya 1, sehingga

belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang dikaji merupakan faktor risiko

atau faktor protektif (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).

IV.1.3.1 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T3

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan dosis > 400

mg/hari sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan T3 dan 5

orang (38,46%) untuk nilai T3 yang normal. Sedangkan untuk dosis < 400

mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan T3 dan 4

orang (30,77%) untuk nilai T3 yang normal Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian monoterapi

karbamazepin yang tidak bermakna terhadap T3 (RP=1,875;IK 95%

(19)

Tabel 13. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T3

Karbamazepin T3 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>400 mg/hari 3 (23,08%) 5(38,46%) 1,00 1,875 (0,175-32,879)

< 400 mg/hari 1(7,69%) 4(30,77%)

IV.1.3.2 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T4

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan dosis >400

mg/hari yang mengalami peningkatan T4 sebanyak 2 orang (15,38%) dan

dan 6 orang (46,15%) untuk nilai T4 yang normal. Sedangkan untuk dosis <

400 mg/hari sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan T4

dan 3 orang (23,08%) untuk nilai T4 yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian monoterapi

karbamazepin yang tidak bermakna terhadap T4 (RP=1,25;IK 95%

(20)

Tabel 14. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T4

Karbamazepin T4 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>400 mg/hari 2 (15,38%) 6(46,15%) 1,00 1,25 (0,045 -5,514)

< 400 mg/hari 2(15,38%) 3(23,08%)

IV.1.3.3 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap TSH

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan dosis > 400

mg/hari sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan TSH dan 5

orang (38,46%) untuk nilai TSH yang normal. Sedangkan pada dosis < 400

mg/hari sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan TSH dan 2

orang ( 15,38%) untuk nilai TSH yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian monoterapi

karbamazepin yang tidak bermakna terhadap TSH (RP=0,60;IK 95%

0,040-3,955).

Tabel 15. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap TSH

Karbamazepin TSH p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>400 mg/hari 3 (23,08%) 5(38,46%) 0,592 0,60 (0,040-3,955)

(21)

IV.1.4 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Fungsi Tiroid

IV.1.4.1 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T3

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan durasi > 12

bulan sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan T3 dan 9

orang (69,23%) untuk nilai T3 yang normal. Sedangkan pada durasi < 12

bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan T3 dan 0

orang (0%) untuk nilai T3 yang normal. Hasil analisa statistik menggunakan

analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio Prevalensi

(RP)menunjukkan besar risiko durasi pemakaian monoterapi karbamazepin

yang tidak bermakna terhadap T3 (RP=0;IK 95% 1,501-10,658).

Tabel 16. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T3

Karbamazepin T3 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 3 (23,08%) 9 (69,23%) 0,308 0 (1,501

-10,658) < 12 bulan 1 (7,69 %) 0 (0 %)

(22)

IV.1.4.2 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T4

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan durasi > 12

bulan sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan T4 dan 9

orang (69,23%) untuk nilai T4 yang normal. Sedangkan pada durasi < 12

bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan T4 dan0

orang (0%) untuk nilai T4 yang normal dijumpai. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian monoterapi

karbamazepin yang tidak bermakna terhadap T4 (RP=0,00;IK 95% 1,501

-10,658).

Tabel 17. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap T4

Karbamazepin T4 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 3 (23,08%) 9 (69,23%) 0,308 0,00 (1,501-10,658)

(23)

IV.1.4.3 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap TSH

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan durasi> 12

bulan sebanyak 5 orang (38,46%) yang mengalami peningkatan TSH dan

sebanyak 7 orang (53,45%) untuk nilai TSH yang normal. Sedangkan untuk

durasi < 12 bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan

TSH dan 0 orang (0%) untuk nilai TSH yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian monoterapi

karbamazepin yang tidak bermakna terhadap TSH (RP=0,00;IK 95%

1,229-4,688).

Tabel 18. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap TSH

Karbamazepin TSH p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 5 (38,46%) 7 (53,45%) 0,462 0,00 (1,229-4,688)

(24)

IV.1.5 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Fungsi Tiroid

IV.1.5.1 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T3

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan dosis >

1500 mg/hari sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan T3

dan 6 orang (46,15%) untuk nilai T3 yang normal. Sedangkan pada dosis <

1000 mg/hari sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan T3

dan 1 orang ( 7,69%) untuk nilai T3 yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian monoterapi asam

valproat yang tidak bermakna terhadap T3 (RP=0,44;IK 95% 0,012-2,368).

Tabel 19. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T3

Asam Valproat T3 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>1500 mg/hari 3 (23,08%) 6(46,15%) 0,266 0,44 (0,012-2,368)

(25)

IV.1.5.2 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T4

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan dosis >

1500 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan T4

dan 8 orang (61,54%) untuk nilai T4 yang normal. Sedangkan pada dosis <

1000 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan T4

dan sebanyak 3 orang ( 23,08%) untuk nilai T4 yang normal. Hasil analisa

statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai

Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian

monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap T4 (RP=0,44;IK

95% 0,017-8,103).

Tabel 20. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T4

Asam Valproat T4 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>1500 mg/hari 1 (7,69%) 8(61,54%) 1,000 0,44 (0,017-8,103)

(26)

IV.1.5.3 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap TSH

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan dosis >

1500 mg/hari sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan TSH

dan sebanyak 7 orang (53,45%) untuk nilai TSH yang normal. Sedangkan

pada dosis < 1000 mg/hari sebanyak 0 orang (0%) yang mengalami

peningkatan TSH dan 4 orang (30,77%) untuk nilai TSH yang normal. Hasil

analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan

nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian

monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap TSH (RP=0,00;IK

95% 0,907-1,823).

Tabel 21. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap TSH

Asam Valproat TSH p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>1500 mg/hari 2 (15,38 %) 7(53,45%) 1,00 0 (0,907-1,823)

(27)

IV.1.6 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Fungsi Tiroid

IV.1.6.1 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T3

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan durasi > 12

bulan durasi < 12 bulan sebanyak 4 orang (30,77%) yang mengalami

peningkatan T3 dan sebanyak 4 orang (30,77%) untuk nilai T3 yang normal.

Sedangkan pada durasi < 12 bulan sebanyak 2 orang (15,38%) yang

mengalami peningkatan T3 dan sebanyak 3 orang (23,08%) untuk nilai T3

yang normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko

sehingga didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko

durasi pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap

T3 (RP=1,25;IK 95% 0,156-14,420).

Tabel 22. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T3

Asam Valproat T3 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 4 (30,77%) 4 (30,77%) 1,000 1,25 (0,156 -14,420)

(28)

IV.1.6.2 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T4

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan durasi > 12

bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan T4 dan dan 7

orang (53,45%) untuk nilai T4 yang normal. Sedangkan pada durasi < 12

bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan T4 dan

sebanyak 4 orang (30,77%) untuk nilai T4 yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian monoterapi

asam valproat yang tidak bermakna terhadap T4 (RP=1,60;IK 95%

0,028-11,849).

Tabel 23. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap T4

Asam Valproat T4 p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 1 (7,69%) 7 (53,45%) 1,000 1,60 (0,028 -11,849)

(29)

IV.1.6.3 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap TSH

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan durasi > 12

bulan sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan TSH dan

sebanyak 6 orang (46,15%) untuk nilai TSH yang normal. Sedangkan pada

durasi < 12 bulan sebanyak 0 orang (0%) yang mengalami peningkatan TSH

dan 5 orang (38,46%) untuk nilai TSH yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian monoterapi

asam valproat yang tidak bermakna terhadap TSH (RP=0,25;IK 95%

0,894-1,989).

Tabel 24. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap TSH

Asam Valproat TSH p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 2 (15,38 %) 6 (46,15%) 0,487 0,25 (0,894 -1,989)

(30)

IV.1.7 Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap Fungsi Hati

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin yang mengalami

peningkatan kadar Bilirubin sebanyak 1 orang (3,85%) dan yang tidak

mengalami peningkatan kadar Bilirubin 12 orang (46,15%), sedangkan

pasien epilepsi yang memakai asam valproat yang mengalami peningkatan

kadar Bilirubin sebanyak 3 orang (11,54%) dan yang tidak mengalami

peningkatan kadar Bilirubin 10 orang (38,46%). Hasil analisa statistik

menggunakan uji Fisher menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna

(p=0,593).

Tabel 25. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap Bilirubin

OAE

Karbamazepin Asam Valproat p

N % n % 0,593

Bilirubin Tidak normal 1 3,85 3 11,54

Normal 12 46,15 10 38,46

Total 13 50,00 13 50,00

Uji Fisher

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin yang mengalami

peningkatan kadar ALP sebanyak 1 orang (3,85%) dan yang tidak mengalami

(31)

memakai asam valproat yang mengalami peningkatan kadar ALP sebanyak 1

orang (3,85%) dan yang tidak mengalami peningkatan kadar ALP 12 orang

(46,15%). Hasil analisa statistik menggunakan uji Fisher menunjukkan tidak

ada perbedaan yang bermakna (p=1,00).

Tabel 26. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap ALP

OAE

Karbamazepin Asam Valproat p

n % n % 1,00

ALP Tidak normal 1 3,85 3s 11,54

Normal 12 46,15 10 38,46

Total 13 50,00 13 50,00

Uji Fisher

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin yang mengalami

peningkatan kadar AST sebanyak 2 orang (7,69%) dan yang tidak mengalami

peningkatan kadar AST 11 orang (42,31%), sedangkan pasien epilepsi yang

memakai asam valproat yang mengalami peningkatan kadar AST sebanyak 3

orang (11,54%) dan yang tidak mengalami peningkatan kadar AST 10 orang

(38,46%) . Hasil analisa statistik menggunakan uji Fisher menunjukkan tidak

(32)

Tabel 27. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap AST

OAE

Karbamazepin Asam Valproat p

n % n % 1,00

AST Tidak normal 2 7,69 3 11,54

Normal 11 42,31 10 38,46

Total 13 50,00 13 50,00

Uji Fisher

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin yang mengalami

peningkatan kadar ALT sebanyak 5 orang (19,23%) dan yang tidak

mengalami peningkatan kadar ALT 8 orang (30,77%) , sedangkan pasien

epilepsi yang memakai asam valproat yang mengalami peningkatan kadar

ALT sebanyak 3 orang (11,54%) dan yang tidak mengalami peningkatan

kadar ALT 10 orang (38,46%) . Hasil analisa statistik menggunakan uji Fisher

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,673).

Tabel 28. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap ALT

OAE

Karbamazepin Asam Valproat p

n % n % 0,673

ALT Tidak normal 5 19,23 3 11,54

Normal 8 30,77 10 38,46

Total 13 50,00 13 50,00

(33)

IV.1.8 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Fungsi Hati

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dimana peneliti

mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel

terikat (efek) dengan pengukuran sesaat. Untuk desain seperti ini akan

didapati nilai Rasio Prevalensi (RP), yang menunjukkan peran faktor risiko

dalam terjadinya efek.

Rasio Prevalensi tersebut akan didapatkan dengan menggunakan

rumus: RP = a/(a+b) : c/(c+d), dimana a/(a+b) merupakan proporsi

(prevalens) subjek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek,

sedangkan c/(c+d) merupakan proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor risiko

yang mengalami efek. Rasio Prevalensi harus selalu disertai dengan nilai

Interval Kepercayaan (IK) (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).

Bila nilai RP = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko

tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bersifat

netral. Bila nilai RP > 1 dan rentang IK tidak mencakup angka 1, berarti

variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit. Bila nilai RP < 1

dan rentang nilai IK tidak mencakup angka 1, berarti faktor yang diteliti

merupakan faktor protektif. Bila nilai IK mencakup angka 1, berarti pada

populasi yang diwakili sampel tersebut mungkin nilai RP nya 1, sehingga

(34)

IV.1.8.1 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Bilirubin

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan dosis > 400

mg/hari sebanyak 0 orang (0%) yang mengalami peningkatan Bilirubin dan

sebanyak 8 orang (61,54%) untuk nilai Bilirubin yang normal. Sedangkan

pada dosis < 400 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami

peningkatan Bilirubin dan sebanyak 4 orang ( 30,77%) untuk nilai Bilirubin

yang normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko

sehingga didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko

dosis pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap

Bilirubin (RP=0;IK 95% 0,516-1,240)

Tabel 29. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Bilirubin

Karbamazepin Bilirubin p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>400 mg/hari 0 (0 %) 8(61,54%) 0,385 0 (0,516-1,240)

(35)

IV.1.8.2 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALP

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan dosis > 400

mg/hari sebanyak 0 orang (0%) yang mengalami peningkatan ALP dan

sebanyak 8 orang (61,54%) untuk nilai ALP yang normal. Sedangkan pada

dosis < 400 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan

ALP dan sebanyak 4 orang (30,77%) untuk nilai ALP yang normal. Hasil

analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan

nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian

monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap ALP (RP=0;IK 95%

0,516-1,240)

Tabel 30. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALP

Karbamazepin ALP p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>400 mg/hari 0 (0 %) 8(61,54%) 0,385 0 (0,516-1,240)

(36)

IV.1.8.3 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap AST

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan dosis > 400

mg/hari sebanyak 0 orang (0%) hari yang mengalami peningkatan AST dan 8

orang (61,54%) untuk nilai AST yang normal. Sedangkan pada dosis < 400

mg/hari sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan ASTdan

sebanyak 3 orang ( 23,08%) untuk nilai AST yang normal. Hasil analisa

statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai

Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis pemakaian

monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap AST (RP=0;IK 95%

0,293-1,227)

Tabel 31. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap AST

Karbamazepin AST p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>400 mg/hari 0 (0 %) 8(61,54%) 0,128 0 (0,293-1,227)

(37)

IV.1.8.4 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALT

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan dosis > 400

mg/hari sebanyak 3 orang (23,08%) yang mengalami peningkatan ALT dan

sebanyak 5 orang (38,46%) untuk nilai ALT yang normal. Sedangkan pada

dosis < 400 mg/hari sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami

peningkatan ALT dan sebanyak 3 orang (23,08%) untuk nilai ALT yang

normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis

pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap ALT

(RP=0,94;IK 95% 0,091-8,899)

Tabel 32. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALT

Karbamazepin ALT p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>400 mg/hari 3 (23,08 %) 5(38,46%) 1,00 0,94 (0,091 -8,899)

(38)

IV.1.9 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Fungsi Hati

IV.1.9.1 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Bilirubin

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan durasi > 12

bulan sebanyak 0 orang (0%) yang mengalami peningkatan Bilirubin dan

sebanyak 12 orang (92,31%) untuk nilai Bilirubin yang normal. Sedangkan

pada durasi < 12 bulan dijumpai sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami

peningkatan Bilirubin dan sebanyak 0 orang (0%) untuk nilai Bilirubin yang

normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi

pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap Bilirubin

(RP=0,00;IK 95% 0,516-1,240)

Tabel 33. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Bilirubin

Karbamazepin Bilirubin p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 0 (0%) 12 (92,31%) 0,077 0,00 (0,516-1,240)

(39)

IV.1.9.2 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALP

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan durasi > 12

bulan sebanyak 0 orang (0%) yang mengalami peningkatan ALP dan

sebanyak 12 orang (92,31%) untuk nilai ALP yang normal. Sedangkan pada

durasi <12 bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan

ALP dan 0 orang (0%) untuk nilai ALP yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian monoterapi

karbamazepin yang tidak bermakna terhadap ALP (RP=0,00;IK 95%

0,516-1,240)

Tabel 34. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALP

Karbamazepin ALP p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 0 (0%) 12(92,31%) 0,385 0,00 (0,516 -1,240)

(40)

IV.1.9.3 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap AST

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan durasi > 12

bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan AST dan

sebanyak 11 orang (91,67%) untuk nilai AST yang normal. Sedangkan pada

durasi < 12 bulan dijumpai sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami

peningkatan AST dan sebanyak 0 orang (0%) untuk nilai AST yang normal.

Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi

pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap AST

(RP=0,083;IK 95% 1,837-78,369)

Tabel 35. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap AST

Karbamazepin AST p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 1 (7,69%) 11(91,67%) 0,154 0,083 (1,837 -78,369)

< 12 bulan 1 (7,69 %) 0(0%)

(41)

IV.1.9.4 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALT

Pasien epilepsi yang memakai karbamazepin dengan durasi >12

bulan sebanyak 4 orang (30,77%) yang mengalami peningkatan ALT dan 8

orang (61,54%) untuk nilai ALT yang normal. Sedangkan pada durasi <12

bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan ALT dan

sebanyak 0 orang (0%) untuk nilai ALT yang normal. Hasil analisa statistik

menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai Rasio

Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian monoterapi

karbamazepin yang tidak bermakna terhadap ALT (RP=0;IK 95%

1,348-6,678)

Tabel 36. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap ALT

Karbamazepin ALT p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 4 (30,77%) 8 (61,54%) 0,385 0 (1,348-6,678)

(42)

IV.1.10 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Fungsi Hati

IV.1.10.1 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Bilirubin

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan dosis >

1500 mg/hari sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan

Bilirubin dan 7 orang (53,45%) untuk nilai Bilirubin yang normal. Sedangkan

pada dosis < 1000 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami

peningkatan Bilirubin dan sebanyak 3 orang (23,08%) untuk nilai Bilirubin

yang normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko

sehingga didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko

dosis pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap

Bilirubin (RP=0,89;IK 95% 0,055-13,479)

Tabel 37. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Bilirubin

Asam Valproat Bilirubin p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>1500 mg/hari 2 (15,38%) 7(53,45%) 1,00 0,89 (0,055-13,479)

(43)

IV.1.10.2 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALP

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan dosis >

1500 mg/hari sebanyak 0 orang (0%) yang mengalami peningkatan ALP dan

sebanyak 9 orang (69,23%) untuk nilai ALP yang normal. Sedangkan pada

dosis < 1000 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami

peningkatan ALP dan sebanyak 3 orang (23,08%) untuk nilai ALP yang

normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis

pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap ALP

(RP=0;IK 95% 0,426-1,321)

Tabel 38. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALP

Asam Valproat ALP p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>1500 mg/hari 0 (0%) 9(69,23%) 0,308 0(0,426-1,321)

(44)

IV.1.10.3 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap AST

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan dosis >

1500 mg/hari sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan AST

dan sebanyak 7 orang (53,45%) untuk nilai AST yang normal. Sedangkan

pada dosis < 1000 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%)%) yang mengalami

peningkatan AST dan sebanyak 3 orang (23,08%) untuk nilai AST yang

normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko

sehingga didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko

dosis pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap

AST (RP=0,89 IK 95% 0,055-13,479)

Tabel 39. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap AST

Asam Valproat AST p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>1500 mg/hari 2 (15,38%) 7(53,45%) 1,00 0,89 (0,055-13,479)

< 1000 mg/hari 1 (7,69 %) 3(23,08%)

(45)

IV.1.10.4 Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALT

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan dosis > 1500

mg/hari sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan ALT dan

sebanyak 7 orang (53,45%) untuk nilai ALT yang normal. Sedangkan pada

dengan dosis< 1000 mg/hari sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami

peningkatan ALT dan sebanyak 3 orang (23,08%) untuk nilai ALT yang

normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko dosis

pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap ALT

(RP=0,89;IK 95% 0,055-13,479)

Tabel 40. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALT

Asam Valproat ALT p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>1500 mg/hari 2 (15,38%) 7(53,45%) 1,00 0,89 (0,055-13,479)

(46)

IV.1.11 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Fungsi Hati

IV.1.11.1 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Bilirubin

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan durasi > 12

bulan sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan Bilirubin dan

sebanyak 6 orang (46,15%) untuk nilai Bilirubin yang normal. Sedangkan

pada durasi < 12 bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami

peningkatan Bilirubin dan sebanyak 4 orang (30,77%) untuk nilai Bilirubin

yang normal. Hasil analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko

sehingga didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko

durasi pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap

Bilirubin (RP=1,25;IK 95% 0,088-20,108)

Tabel 41. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Bilirubin

Asam Valproat Bilirubin p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 2 (15,38%) 6 (46,15%) 1,00 1,25 (0,088-20,108)

(47)

IV.1.11.2 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALP

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan durasi > 12

bulan sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan ALP dan 6

orang (46,15%) untuk nilai ALP yang normal. Sedangkan pada durasi < 12

bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan ALP dan

sebanyak 4 orang (30,77%) untuk nilai ALP yang normal. Hasil analisa

statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan nilai

Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian

monoterapi asam valproat yang bermakna terhadap ALP (RP=1,25;IK 95%

0,516 -1,240)

Tabel 42. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALP

Asam Valproat ALP p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 2 (15,38%) 6 (46,15%) 0,038 1,25 (0,516 -1,240)

(48)

IV.1.11.3 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap AST

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan durasi > 12

bulan sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan AST dan

sebanyak 6 orang (46,15%) untuk nilai AST yang normal. Sedangkan pada

durasi < 12 bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan

AST dan sebanyak 4 orang (30,77%) untuk nilai AST yang normal. Hasil

analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan

nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian

monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap AST (RP=1,25;IK

95% 0,088 -20,108)

Tabel 43. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap AST

Asam Valproat AST p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 2 (15,38%) 6 (46,15%) 1,00 1,25 (0,880 -20,108)

(49)

IV.1.11.4 Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALT

Pasien epilepsi yang memakai asam valproat dengan durasi > 12

bulan sebanyak 2 orang (15,38%) yang mengalami peningkatan ALT dan

sebanyak 6 orang (46,15%) untuk nilai ALT yang normal. Sedangkan pada

durasi < 12 bulan sebanyak 1 orang (7,69%) yang mengalami peningkatan

ALT dan sebanyak 4 orang (30,77%) untuk nilai ALT yang normal. Hasil

analisa statistik menggunakan analisa penilaian risiko sehingga didapatkan

nilai Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan besar risiko durasi pemakaian

monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap ALT (RP=1,25;IK

95% 0,088 -20,108)

Tabel 44. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap ALT

Asam Valproat ALT p RP(IK95%)

Tidak Normal Normal

>12 bulan 2 (15,38%) 6 (46,15%) 1,00 1,25 (0,880 -20,108)

(50)

IV.2 PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang bertujuan

untuk mengetahui risiko pemakaian monoterapi karbamazepin dan asam

valrpoat terhadap fungsi tiroid dan fungsi hati pada epilepsi primer

IV.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini dari 26 pasien yang ikut dalam penelitian, terdiri dari

17 orang (65,38%) pria dan 9 orang (34,62%) wanita. Rerata usia subjek

adalah 24,38 + 6,92 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Punal dkk

tahun 1999, dari 141 pasien epilepsi dijumpai 84 laki-laki (59,67%) dan 57

wanita (40,43%). Pada penelitian oleh Turan dkk tahun 2014, dari 58 pasien

epilepsi dijumpai 34 orang (58,6%) laki-laki dan 24 orang (41,4%) wanita.

Begitu pula pada penelitian Isojarvi dkk tahun 2001, dimana dia melakukan

penelitian fungsi tiroid pada pasien yang mengkonsumsi Karbamazepin,

Oxkarbazepin dan asam valproat. Pada penelitian Isojarvi dkk tahun 2001

menemukan bahwa rerata usia subjek yaitu 20,0 + 8,0 tahun dan 19,1 + 10,2

tahun.

Berdasarkan Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis

Saraf Indonesia (Pokdi Epilepsi PERDOSSI) mengadakan penelitian pada 18

rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan didapatkan rerata

usia kasus baru 25,1 + 16,9 tahun sedangkan rerata usia pada kasus lama

(51)

Tabel 45. Perbandingan Data Demografi

Penelitian ini 2016 • 26 pasien yang ikut dalam penelitian  17

orang (65,38%) pria dan 9 orang (34,62%)

wanita.

• Rerata usia subjek: 24,38 + 6,92 tahun

Punal dkk 1999 • 141 pasien epilepsi dijumpai 84 laki-laki

(59,67%) dan 57 wanita (40,43%).

Isojarvi 2001 • Rerata usia subjek : 20,0 + 8,0 tahun dan

19,1 + 10,2 tahun

Turan 2014 • Dari 58 pasien epilepsi dijumpai 34 orang

(58,6%) laki-laki dan 24 orang (41,4%)

wanita

Octaviana dan

Khosana

2014 • Rerata usia kasus baru 25,1 + 16,9 tahun

sedangkan rerata usia pada kasus lama

adalah 29,2 + 16,5 tahun.

IV.2.2 Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap Fungsi Tiroid

Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna

antara pemakaian karbamazepin dan asam valproat terhadap T3, T4 dan

TSH. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dkk tahun

2006 yang mendapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara

(52)

Obat Anti Epilepsi sejak lama telah diketahui mempunyai efek

samping metabolik namun sampai saat ini masih menjadi perdebatan

sehingga dianjurkan untuk dilakukan tindakan monitoring perubahan

metabolik pada pasien epilepsi. (Naithani dkk, 2010)

Pada beberapa literatur disebutkan bahwa kedua obat anti epilepsi

yaitu karbamazepin dan asam valproat memiliki efek terhadap fungsi

endokrin. Karbamazepin telah diketahui sebagai stimulan sistem enzim

mikrosomal dari metabolisme hormon tiroid-hepar, namun asam valproat

tidak memiliki efek menginduksi sistem enzim mikrosomal. (Ahmed

dkk,2006)

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ahmed dkk tahun 2006 yang mendapatkan adanya perbedaan yang

signifikan antara pemakaian karbamazepin dan asam valproat terhadap T4

(p<0,05). Dimana peneltian ini dilakukan pada 44 pasien epilepsi yang

mendapat karbamazepin yang berusia 6-50 tahun dengan durasi 6 bulan

sampai dengan 14 tahun dan dosis 400-800 mg/hari. Serta sebanyak 19

pasien epilepsi yang mendapat asam valproat yang berusia 12-40 tahun

dengan durasi 6 bulan sampai dengan 12 tahun dan dosis 400-800 mg/hari.

Sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada 13 subjek dengan pemakaian

karbamazepin dan 13 subjek dengan pemakaian asam valproat yang berusia

15-39 tahun dengan durasi 7-42 bulan dan dosis 400-600 mg/hari untuk

(53)

Tabel 46. Perbandingan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap Fungsi Tiroid

Penelitian ini 2016 • Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pemakaian karbamazepin dan asam valproat terhadap T3, T4 dan TSH (p>0,05) Ahmed dkk 2006 • Tidak ada perbedaan yang signifikan antara

pemakaian karbamazepin dan asam valproat terhadap T3 dan TSH (p>0,05).

Ahmed dkk 2006 • Perbedaan yang signifikan antara pemakaian karbamazepin dan asam valproat terhadap T4 (p<0,05)

IV.2.3. Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Fungsi Tiroid

Pada penelitian ini menunjukkan risiko dosis pemakaian

monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap T3, T4,dan TSH

(p>0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isojarvi dkk

tahun 1993 yang mendapatkan kadar TSH tidak berbeda secara signifikan

antara kelompok pasien karbamazepin dibandingkan dengan kontrol. Hal

yang serupa juga dijumpai pada penelitian oleh Punal dkk tahun 1999 yang

mendapatkan perbedaan kadar TSH yang tidak signifikan antara kelompok

dengan karbamazepin dengan kelompok kontrol (p>0,05). Penelitian oleh

Ahmed dkk pada tahun 2006 tentang efek dosis dan durasi karbamazepin

terhadap fungsi tiroid juga mendapatkan perbedaan yang tidak signifikan.

Pada dosis 400mg/hari, 600mg/hari dan 800mg/hari tidak dijumpai

(54)

Pada penelitian ini juga menunjukkan risiko durasi pemakaian

monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap T3, T4, dan TSH

(p>0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dkk

pada tahun 2006 yang mendapatkan tidak ada hubungan yang signifikan

antara durasi terapi terhadap T3 (r= -0,04), T4 (r=0,06) dan TSH (r= -0,28).

Penelitian oleh Amirsalari dkk pada tahun 2011 juga mendapatkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan pada serum T3, T4 dan TSH sebelum

dan setelah pemberian karbamazepin selama 3 bulan (p<0,05).

Beberapa literatur telah menyebutkan bahwa karbamazepin sebagai

salah satu obat anti epilepsi yang memiliki efek samping terhadap endokrin.

Namun efek karbamazepin terhadap konsentrasi hormon tiroid masih

kontroversial. Terapi dengan menggunakan karbamazepin dapat mereduksi

kadar serum hormon tiroid, namun konsentrasi serum Thyrotropin-Releasing

Hormone masih dalam batas normal, kecuali pada sebagian kecil pasien yang telah mengalami peningkatan kadar TSH. (Turan dkk, 2013)

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Punal dkk tahun 1999, yang mendapatkan perbedaan yang signifikan antara

pasien dengan terapi karbamazepin terhadap kadar T3 (p<0,05) dan T4

(p<0,001) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan

pada 61 pasien yang mendapat terapi karbamazepin yang berusia 5 – 15

tahun dan dengan durasi terapi mulai dari 12 bulan sampai dengan 161

(55)

signifikan pada pemakaian karbamazepin terhadap T4 antara pasien epilepsi

dibandingkan dengan kontrol (p<0,01). Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed

dkk (2006), dilakukan pada 44 pasien epilepsi yang terdiri dari 26 wanita dan

18 laki-laki dengan rentang usia 6-50 tahun dengan dosis 400-800 mg/hari

dan durasi dari 6 bulan sampai dengan 14 tahun. Sedangkan pada penelitian

ini dilakukan pada 13 subjek penelitian yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 6

orang laki-laki dengan rentang usia 15-39 tahun dan durasi 12-36 bulan.

Perbandingan Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Karbamazepin terhadap

Fungsi Tiroid dapat di lihat pada tabel 47.

IV.2.4. Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Fungsi Tiroid

Pada penelitian ini menunjukkan risiko dosis pemakaian

monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap T3, T4, dan TSH

(p>0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ahmed dkk pada

tahun 2006. Dimana dia melakukan penelitian efek dosis asam valproat

terhadap fungsi tiroid. Pada dosis 400mg/hari, 600mg/hari dan 800mg/hari

tidak dijumpai perbedaan yang signifikan terhadap kadar T3,T4 dan TSH

(56)

Tabel 47. Perbandingan Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Karbamazepin terhadap Fungsi Tiroid

Penelitian ini 2016 • Risiko dosis pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap T3 (p>0,05), T4(p>0,05),dan TSH (p>0,05) Isojarvi dkk 1993 • Kadar TSH tidak berbeda secara signifikan

antara kelompok pasien karbamazepin dibandingkan dengan kontrol

Punal dkk 1999 • Perbedaan kadar TSH yang tidak signifikan antara kelompok dengan karbamazepin dengan kelompok kontrol (p>0,05).

Ahmed dkk 2006 • Pada dosis 400mg/hari, 600mg/hari dan 800mg/hari tidak dijumpai perbedaan yang signifikan terhadap kadar T3,T4 dan TSH (p value >0,05)

Penelitian ini 2016 • Risiko durasi pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap T3, T4, dan TSH (p>0,05).

Ahmed dkk 2006 • Tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi terapi terhadap T3 (r= -0,04), T4 (r=0,06) dan TSH (r= -0,28).

Amirsalari dkk 2011 • Tidak ada perbedaan yang signifikan pada serum T3, T4 dan TSH sebelum dan setelah pemberian karbamazepin selama 3 bulan (p<0,05)

Punal dkk 1999 • Perbedaan yang signifikan antara pasien dengan terapi karbamazepin terhadap kadar T3 (p<0,05) dan T4 (p<0,001) dibandingkan dengan kelompok kontrol

(57)

Pada penelitian ini menunjukkan risiko durasi pemakaian monoterapi

asam valproat yang tidak bermakna terhadap T3, T4,dan TSH (p>0,05). Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dkk pada tahun

2006 yang mendapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi

terapi terhadap T3 (r=0,33), T4 (r= -0,02) dan TSH (r= -0,12). Amirsalari dkk

pada tahun 2011 juga mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan pada serum T3, T4 dan TSH sebelum dan 3 bulan setelah

pemberian asam valproat (p<0,05).

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terhadap beberapa obat

anti epilepsi terhadap fungsi tiroid, namun hasil yang paling menonjol yaitu

pada asam valproat. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa asam valproat

tidak mempengaruhi kadar hormom tiroid oleh karena ia tidak menginduksi

perubahan fungsi tiroid (Amirsalari dkk, 2011).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Punal dkk tahun

1999 yang mendapatkan bahwa kadar TSH secara signifikan berbeda

dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,001). Dimana penelitian ini

dilakukan pada 51 pasien yang berusia antara 5-15 tahun yang mendapat

terapi antikonvulsan jangka panjang selama 12 bulan sampai dengan 161

bulan. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada 13 subjek penelitian

yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 2 orang wanita dengan rentang usia

(58)

Tabel 48. Perbandingan Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Fungsi Tiroid

Penelitian ini 2016 • Risiko dosis pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap T3, T4,dan TSH (p>0,05)

Ahmed dkk 2006 • Pada dosis 400mg/hari, 600mg/hari dan 800mg/hari tidak dijumpai perbedaan yang signifikan terhadap kadar T3,T4 dan TSH (p value >0,05)

Penelitian ini 2016 • Risiko durasi pemakaian monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap T3, T4,dan TSH

Ahmed dkk 2006 • Tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi terapi terhadap T3 (r=0,33), T4 (r= -0,02) dan TSH (r= -0,12)

Amirsalari dkk 2011 • Tidak ada perbedaan yang signifikan pada serum T3, T4 dan TSH sebelum dan 3 bulan setelah pemberian asam valproat (p<0,05)

Punal dkk 1999 • Kadar TSH secara signifikan berbeda

dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,001)

IV.2.5 Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap Fungsi Hati

Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna

antara pemakaian karbamazepin dan asam valproat terhadap Bilirubin, ALP,

AST, ALT. Hal yang sama dijumpai pada penelitian yang dilakukan oleh

Husein dkk pada tahun 2013 yang mendapatkan tidak terdapat perbedaaan

(59)

karbamazepin, asam valproat dan fenitoin terhadap AST (p=0,410) dan

ALT(P=0,327).

Pada literatur disebutkan bahwa kedua obat anti epilepsi seperti

karbamazepin dan asam valproat dapat menyebabkan perubahan minimal

terhadap enzim hati, namun keadaan tersebut biasanya bersifat sementara

dan tidak berhubungan dengan injury hepatoselluler (Husein dkk, 2013).

Beberapa perbedaan dalam hubungan antara karbamazepin dan

asam valproat terhadap fungsi hati diduga akibat adanya variasi dari faktor

risiko yang meninduksi hepatotoksisitas yaitu faktor usia muda, retardasi

mental, riwayat gangguan metabolik atau gangguan metabolisme genetik,

polifarmasi, kondisi stres seperti infeksi dan penyakit hati yang mendasari.

Sebagai tambahan yaitu hipotesis keterlibatan genetik atau abnormalitas

mitokondria bawaan sebagai penyebab utama yang menginduksi

hepatotoksisitas akibat karbamazepin atau asam valproat. (Husein dkk 2013)

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Husein

dkk tahun 2013, yang mendapatkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan secara statistik antara kelompok yang memakai karbamazepin,

asam valproat dan fenitoin terhadap ALP (p=0,020).

Menurut Husein dkk, asam valproat lebih hepatotoksik

dibandingkan dengan karbamazepin. Karena asam valproat menyebabkan

(60)

hepatotoksisitas yang terjadi biasanya berhubungan dengan manifestasi

klinik lain dari reaksi alergi obat (seperti demam, ruam, dan eosinofilia).

Dimana reaksi ini terjadi secara tipikal pada pemakaian karbamazepin.

Penelitian dilakukan pada 16 pasien epilepsi dengan pemakaian

karbamazepin dan 16 pasien epilepsi dengan pemakaian asam valproat.

Dosis harian karbamazepin subjek yaitu 200-1200 mg/hari dan dosis harian

asam valproat yaitu 200-800 mg/hari. Kemudian seluruh subjek dilakukan

pemeriksaan ALT, AST dan ALP pada 2 jam setelah pemberian OAE.

Sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada 13 pasien epilepsi dengan

pemakaian karbamazepin dan 13 pasien epilepsi dengan pemakaian asam

valproat dengan dosis harian karbamazepin subjek yaitu 400-600 mg/hari

dan dosis harian asam valproat yaitu 1000-1500 mg/hari.

Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap

Fungsi Hati dapat dilihat pada Tabel 49.

IV.2.6 Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Fungsi Hati

Pada penelitian ini menunjukkan risiko dosis dan durasi

pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap

Bilirubin, ALP, AST, ALT (p>0,05). Hal ini sejalan dengan Kalapos tahun

2002, dimana dia menyebutkan bahwa pada analisa retrospektif dari data

(61)

yang mendapatkan OAE multiple, sedangkan pada usia dewasa kerusakan

hepatik cenderung bersifat reversible. Pada penelitian oleh Husein dkk tahun

2013 juga mendapatkan perbedaan yang tidak signifikan antara

karbamazepin terhadap ALT (p=0,735).

Tabel 49. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap Fungsi Hati

Penelitian ini 2016 • Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pemakaian karbamazepin dan asam valproat terhadap Bilirubin, ALP, AST, ALT. Husein dkk 2013 • Tidak terdapat perbedaaan yang signifikan

secara statistik antara kelompok yang memakai karbamazepin, asam valproat dan fenitoin terhadap AST (p=0,410) dan ALT(P=0,327).

Husein dkk 2013 • Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok yang memakai karbamazepin, asam valproat dan fenitoin terhadap ALP (p=0,020).

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Husein

dkk tahun 2013 yang mendapatkan perbedaan yang signifikan antara

pemakaian karbamazepin terhadap AST (p=0,048) dan ALP (p=0,029).

Beberapa perbedaan dalam hubungan antara karbamazepin

terhadap fungsi hati diduga akibat adanya variasi dari faktor risiko yang

menginduksi hepatotoksisitas yaitu faktor usia muda, retardasi mental,

(62)

polifarmasi, kondisi stres seperti infeksi dan penyakit hati yang mendasari.

Sebagai tambahan yaitu hipotesis keterlibatan genetik atau abnormalitas

mitokondria bawaan sebagai penyebab utama yang menginduksi

hepatotoksisitas akibat karbamazepin. (Husein dkk 2013)

Tabel 50. Perbandingan Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap Fungsi Hati

Penelitian ini 2016 • Risiko dosis dan durasi pemakaian monoterapi karbamazepin yang tidak bermakna terhadap Bilirubin, ALP, AST, ALT (p>0,05).

Kalapos 2002 • Pada analisa retrospektif  kerusakan hepatik sering dijumpai pada anak-anak yang mendapatkan OAE multiple, sedangkan pada usia dewasa kerusakan hepatik cenderung bersifat reversible.

Husein dkk 2013 • Perbedaan yang tidak signifikan antara karbamazepin terhadap ALT (p=0,735).

Husein dkk 2013 • Perbedaan yang signifikan antara pemakaian karbamazepin terhadap AST (p=0,048) dan ALP (p=0,029).

IV.2.7 Risiko Dosis dan Durasi Pemakaian Monoterapi Asam Valproat terhadap Fungsi Hati

Pada penelitian ini menunjukkan risiko dosis pemakaian

monoterapi asam valproat yang tidak bermakna terhadap Bilirubin, ALP, AST,

ALT (p>0,05), sedangkan risiko durasi pemakaian monoterapi asam valproat

(63)

AST, dan ALT (p>0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Salehiomran

dkk tahun 2010 yang mendapatkan perbedaan yang signifikan antara durasi

pemakaian asam valproat terhadap ALP setelah 3 bulan terapi (p=0,025).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Husein dkk tahun 2013

yang mendapatkan hubungan korelasi negatif yang tidak signifikan antara

durasi pemakaian asam valproat terhdap ALT (r= -0,1; p=0,739).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Salehiomran dkk

tahun 2010 yang mendapatkan perbedaan yang bermakna antara durasi

pemakaian asam valproat terhadap AST pada durasi 3 bulan (p=0,010) dan

durasi 6 bulan (p=0,0001) serta terhadap ALT pada durasi 3 bulan (p=0,015)

dan durasi 6 bulan (p=0,0001). Penelitian ini merupakan penelitian kohort

dengan 47 anak-anak yang mendapat asam valproat dengan dosis 20

mg/kg/hari sebanyak 2 kali sehari.

Husein dkk tahun 2013 mendapatkan hubungan positif yang

signifikan antara dosis asam valproat asam valproat terhadap AST

(r=0,7;p=0,004), namun hubungan negatif yang signifikan antara durasi

pemakaian asam valproat terhadap AST (r= -0,4; p=0,027), hubungan

korelasi negatif yang tidak signifikan terhadap ALP (r= -0,4; p=0,084).

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan 16 subjek yang

memakai asam valproat dengan dosis harian 200-800 mg/hari dan durasi > 6

Gambar

Tabel 9. Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 12. Perbedaan Risiko Pemakaian Karbamazepin dan Asam Valproat terhadap TSH
Tabel 15. Besar Risiko Dosis Pemakaian Monoterapi Karbamazepin terhadap TSH
Tabel 16. Besar Risiko Durasi Pemakaian Monoterapi Karbamazepin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam situs web ini juga terdapat informasi seputar udang windu mulai dari pengenalan hingga macam-macam penyakit dan cara penanggulangannya, dengan adanya website ini

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya pendidikan pemakai pada perpustakaan terutama untuk meningkatkan minat dan

Populasi ubi kayu generasi pertama CMM 25-27-143 dan UJ5 yang ditanam di Bandar Lampung memiliki keragaman genetik luas pada karakter kualitatif warna daun pucuk, warna

Since Klaster Berdaya is community-based empowerment program, then PKPU build integrated cage for all goats.. The beneficiaries would take care the goats

Indikator yang digunakan adalah: (a) jenis pendidikan yang diperlukan (b) materi yang cocok untuk pengembangan peran dan performan inovator dalam pengembangan SDM pedesaan

The conclusion of this study is the empowerment of zakah productive by Amil Zakah Institute Rumah Zakah which was shown by urban people and Amil Zakah Institution

Oleh karena itu, penyuluhan pembangunan dalam mengabdikan karyanya haruslah berorientasi pada paradigma pembangunan yang memihak kepada sasaran penyuluhan. Dan kini, orientasi pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor pengalaman karies antara maloklusi ringan dan berat pada siswa SMA Swasta Eria. Jenis penelitian ini adalah