• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal Bagi Usaha Kecil Dalam Program Kemitraan pada PT. Angkasa Pura II (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal Bagi Usaha Kecil Dalam Program Kemitraan pada PT. Angkasa Pura II (Persero)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Dalam Pasal 1 ayat (1) bagian e Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 dinyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah untuk turut aktif memberikan bimbingan, dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Selain itu, dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan diyatakan bahwa perusahaan BUMN wajib melaksanakan Program Kemitraan. Berdasar hal tersebut, PT. Angkasa Pura II (Persero) membuat unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang memberikan pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan usaha kecil dengan berbentuk perjanjian di bawah tangan.

Yang menjadi permasalahan dalam tesis ini adalahPerjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal bagi usaha kecil dalam Program Kemitraan, kedudukan para pihak dalam pemberian pinjaman bantuan modal bagi usaha kecil dalam Program Kemitraan, dan cara penyelesaian wanprestasi bagi para pihak dalam perjanjian pemberian pinjaman bantuan modal bagi usaha kecil dalam Program Kemitraan. Masalah-masalah tersebut akan dijawab dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis, dengan analisis data secara kualitatif.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa perjanjian antara PT. Angkasa Pura II (Persero) dan Mitra Usaha dituangkan dalam surat perjanjian/kontrak sesuai Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015 dengan judul Perjanjian Kredit disebabkan sifatnya yang hampir sama dengan kredit dimana Mitra Binaan mengembalikan dana dengan mencicil. Perjanjian tersebut dilaksanakan dengan format baku/standar yang tercantum pada Pasal 3 mengenai Bukti Perikatan, Pasal 5 mengenai Hak dan Kewajiban, Pasal 6 mengenai Sanksi, dan Pasal 7 mengenai Penyelesaian Tunggakan. Selain itu dalam perjanjian tersebut terdapat pengenaan jasa administrasi sebesar 6 % (enam persen) per tahun dari limit pinjaman yang bertentangan dengan tujuan untuk memberikan bantuan kepada Mitra Usaha. Hendaknya PT. APII dan Mitra Binaan saling bekerjasama dan bermitra agar hubungan yang saling menguntungkan dapat tercipta. Ketika Mitra Binaan tidak dapat mengembalikan pinjaman, maka usaha-usaha untuk memulihkan pinjaman dilakukan dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau dengan cara penyesuaian persyaratan (reconditioning). PT. AP II lebih memilih cara tersebut disebabkan cara tersebut lebih efektif dan efisien.

Penelitian ini menyarankan agar PT. AP II sebagai pihak yang lebih dominan dapat mengikutsertakan Mitra Binaan dalam pembuatan perjanjian, pemerintah lebih memperhatikan pengaturan tentang praktik pemberian pinjaman bantuan modal di Indonesia dan PT. AP II dapat memperbesar jumlah ekuitas yang dimilikinya sehingga pengenaan jasa administrasi kepada Mitra Binaan dapat diperkecil dan resiko Mitra Binaan yang tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjaman dapat diperkecil.

Kata Kunci : Pemberian Pinjaman, Usaha Kecildalam Program Kemitraan

(2)

ii ABSTRACT

Article 1, paragraph 1, section c of Law No. 19/2003 states that the aim of the establishment of BUMN (State’s Owned Enterprises) is to actively provide guidance and aid for small economic businesses, cooperatives, and people. Besides that, Article 2, paragraph 1 of the Regulation of the Minister of State for BUMN No PER-09/MBU/07/2015 on BUMN Partnership Program and Environmental Development Program states that BUMN companies are required to carry out Partnership program. Therefore, PT Angkasa Pura II (Persero) creates PKBL (Partnership and Environmental Development) program units which give capital loan and/or buying permanent assets in order to increase production and sale of small businesses by establishing underhanded agreement.

The problems of the thesis were how about the agreement for giving capital loan to small businesses in partnership program, how about the position of the stakeholders in giving capital loan to small businesses in partnership program, and how about the method of settling default for stakeholders in the agreement of giving capital loan to small businesses in partnership program. These problems would be answered by using judicial normative and descriptive analytic method with qualitative data analysis.

The conclusion of the research is that the agreement between PT Angkasa Pura II (Persero) and business partner embodied in the contract which is in accordance with Article 11 of the Regulation of the minister of State for BUMN No PER-09/MBU/07/2015 which is called Credit Contract because its nature is nearly the same as the credit in which fostered partners pay it by installment. The agreement is made in standard format in Article 3 on Evidence of Contract, Article 5 on Right and Obligation, Article 6 on Sanction, and Article 7 on Settling Overdue Payment. Besides that, in the contract is the charge for administrative service of 6% (six percent) per year of the credit limit which is contrary to the purpose of providing aid for business partners. It is expected that PT AP II and fostered partners cooperate and act as partners so that mutually beneficial relationship can be realized. When fostered partners are not able to return their loan, the effort to recover it is by rescheduling or by reconditioning. It seems that PT AP II chooses this method since it is more effective and efficient.

It is recommended that the management of PT AP II as the more dominant party make fostered partners participate in making the contract, the government pay more attention to organizing the practice of giving capital loan in Indonesia, and PT AP II be able to increase the amount of its equity so that the charge for administrative service can be reduced and the risk of fostered partners that cannot return the loan can also be reduced.

Keywords: Giving Credit, Small Businesses in Partnership Program

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi kadang-kadang (disebut sebagai crude napthenic) mengandung sikloalkana sebagai komponen yang terbesar, sedangkan

Secara umum tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab pokok permasalahan penelitian yakni untuk mengetahui latar belakang pengumpulan al- Qur‟ān

Belajar mudah penelitian untuk guru, karyawan dan peneliti pemula. Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang: UMM Press. Pengaruh atribut produk, harga dan promosi

[r]

[r]

But, then, accord- ing to Madjid (1992:25), the value of meaning and purpose are not automatically positive, because whatever ideologies or ways of life have possibil- ity to

The impact of higher ignition voltage of the aftermarket ignition coil was proven to be more prevalent than the influence of advanced ignition timing of the

Padahal data-data yang tidak terpakai tersebut dapat digunakan untuk menggali informasi lebih dalam, salah satunya untuk memprediksi performansi mahasiswa menggunakan teknik