• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jam Kerja Dan Pelayanan Terhadap Stres Kerja Perawat Rumah Sakit Sundari Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jam Kerja Dan Pelayanan Terhadap Stres Kerja Perawat Rumah Sakit Sundari Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Jam Kerja

Jam kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan sumber potensial dari stres kerja para karyawan ditempat kerja (Robbins, 2006: 156). Apabila seseorang karyawan terlalu lama bekerja tanpa istirahat, maka dengan sendirinya kelelahan akan bertambah sehingga produktivitas akan menurun. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat menentukan waktu jam kerja yang tepat, dimana dengan memberikan waktu istirahat diharapkan akan tercapai produktivitas yang tinggi pada karyawan. Jam kerja kerja dapat menjadi pemicu stres jika terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan atau tidak terdapat waktu yang cukup untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau dengan kata lain pekerja dituntut untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu (Ivancevich, 2009: 298).

(2)

jasa agar dapat memenuhi kepuasan konsumen. Jam kerja dapat menjadi pemicu stres kerja jika terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan atau tidak terdapat waktu yang cukup untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau dengan kata lain pekerja dituntut untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu (Ivancevich, 2009: 298).

Jam kerja ideal karyawan yaitu 8 jam dalam 1 hari. Apabila Jam kerja yang di realisasikan dengan tidak baik maka bisa menyebabkan terjadinya waktu yang tidak efektif dalam bekerja sehingga menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam melaksanakan pekerjaan. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85 Pasal 77 ayat 1, UU No. 13/2003 mewajibkan kepada tiap-tiap pengusaha untuk melaksanakan mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Ketentuan jam kerja telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telah disebutkan diatas yaitu:

a. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.

(3)

2.1.2. Dampak Jam Kerja terhadap Stres Kerja

Dampak jam kerja terhadap stres kerja menurut Thoha (2009 : 38 ) 1. Turunnya Produktivitas Kerja Karyawan

Rasa kelelahan akan dapat menimbulkan rasa malas alam bekerja. Karena itu salah satu akibat dari stress kerja yaitu turunnya produktivitas kerja. turunnya produktivitas kerja menyebabkan karyawan akan bermalas malasan dalam bekerja, menimbulkan tidak adanya semangat kerja dan dalam jangka waktu tertentu karyawan akan mencari pekerjaan yang lebih baik di perusahaan lain. 2. Tingkat kejenuhan meningkat

Jam kerja dapat mempengaruhi kejenuhan karyawan. Jam kerja yang tinggi dapat mempengaruhi karyawan dalam melakukan pelayanan terhadap konsumen. Karyawan akan merasa jenuh apabila tuntutan jam kerja tinggi tetapi hak yang diterima karyawan tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti pendapatan karyawan yang tidak sebanding dengan tuntutan jam kerja yang dibebankan kepada karyawan, harapan masa akan datang (jenjang karir) dan lain-lain.

3. Tingkat absensi karyawan meningkat

(4)

2.1.3. Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah hal penting yang harus dilakukan perusahaan demi meningkatkan citra perusahaan. Menurut Davis (2006: 27), pelayanan adalah suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata, yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-hal yang disediakan organisasi pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang diayani. Pelayanan yang baik adalah hal penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan citra suatu perusahaan. Citra perusahaan dapat dilihat dari kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen (pasien). Kualitas pelayanan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (pasien) sesuai dengan ekspektasi konsumen (pasien).

(5)

Siagian (2004: 105) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan konsep yang terdiri dari lima dimensi, yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Lima dimensi ini sangat berperan dalam membentuk tingkat loyalitas pelanggan.

1. Tampilan Fisik (tangible), yaitu dimensi penampilan yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti fasilitas fisik, perlengkapan, keramahan, pegawai akan mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan (pasien). Perusahaan yang lebih mengutamakan tangible akan memberikan respon positif kepada pelanggan (pasien) bahwa perusahaan tersebut telah melayani kebutuhan pasiennya dengan baik dan mempengaruhi pemikiran positif pelanggan (pasien) untuk kembali datang ke perusahaan tersebut.

2. Kehandalan (Reliability), yaitu dimensi kehandalan dari pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk kecepatan, keakuratan dan memuaskan akan berdampak pada tingginya tingkat loyalitas mereka terhadap produk perusahan tersebut. Perusahaan yang mampu meningkatkan kecepatan pelayanannya dalam memuaskan keinginan pelanggan (pasien) akan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan perusahaan tersebut.

(6)

4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat yang dapat dipercaya karyawan terhadap konsumen.

5. Empati (Emphaty), yaitu dimensi empati mencakup hubungan komunikasi, perhatian dan pemahaman kebutuhan konsumen. Jika konsumen merasa bahwa para karyawan perusahan dapat memberikan empati kepada konsumen maka mereka tidak lagi merasa ragu untuk tetap mengkonsumsi jasa yang diberikan. Hal ini akan membentuk tingkat loyalitas pelanggan.

2.1.4. Pentingnya Pelayanan pada Pasien

Pada perusahaan yang bergerak bidang jasa, faktor pelayanan adalah hal yang utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Faktor pelayanan berhubungan dengan tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen (pasien) terhadap perusahaan jasa tersebut khususnya rumah sakit. Menurut Matondang (2002: 56), mendefenisikan kepuasan sebagai tingkat persaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. tingkat kepuasan pelayanan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Bila kinerja sesuai harapan, maka konsumen (pasien) akan puas. Sedangkan jika hasil pelayanan tidak sesuai dengan harapan maka konsumen (pasien) akan kecewa.

(7)

mendapatkan profit yang lebih baik. Nitisemito (2001: 25), menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan pelayanan yang diberikan maka konsumen akan merasa puas. Jika pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan, maka konsumen tidak puas.

Menurut Gibson (2003: 12), hal-hal penting yang diharapkan konsumen (pasien) dalam hal pelayanan terhadap perusahaan khususnya perusahaan jasa adalah sebagai berikut:

1. Kualitas pelayanan

Pasien konsumen (pasien) akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Konsumen (pasien) akan merasa puas bila produk (pelayanan jasa) yang digunakan berkualitas.

2. Harga

Harga merupakan faktor terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan konsumen (pasien). Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan. Artinya jika biaya yang dikeluarkan konsumen (pasien) lebih tinggi daripada perusahaan jasa lain (rumah sakit), maka konsumen (pasien) mengharapkan pelayanan yang lebih baik (berkualitas) dari perusahaan tersebut.

3. Komunikasi

(8)

oleh pihak perusahaan (rumah sakit). Seperti adanya tombol panggilan di dalam kamar rawat inap (opname).

4. Estetika

Merupakan daya tarik perusahaan (rumah sakit) yang dapat ditangkap oleh panca indera seperti kontak fisik perawat (mudah tersenyum) jika konsumen mengalami kendala dalam hal pelayanan rumah sakit, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk. 5. Fasilitas

Kelengkapan fasilitas perusahaan (rumah sakit) menentukan penilaian tingkat kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan naik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan kepuasan, namun rumah sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.

2.1.5. Pengertian Stres Kerja

(9)

bekerja sama (Robbins, 2006: 796). Menurut Sugiyono (2002: 17), ada beberapa alasan mengapa masalah stres berkaitan dengan organisasi, diantranya adalah: 1. Masalah stres adalah masalah yang sering dibicarakan dan posisinya sangat

penting dalam kaitannya dengan kinerja karyawan.

2. Selain dipengaruhi oleh faktor faktor yang bersumber dari luar organisasi, stres juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. 3. Pemahaman akan sumber-sumber stress yang disertai dengan pemahaman

terhadap cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.

Menurut Hurrel (dalam Munandar, 2002), stres menyebabkan seorang individu tidak optimal dalam bekerja sehingga-menyebabkan seseorang mudah terkena berbagai macam jenis penyakit dan dalam waktu tertentu akan menimbulkan defresi sehingga individu tersebut tidak akan optimal dalam bekerja. Menurut Hariandja (2006: 62), stres kerja adalah konsekuensi setiap tindan dan situasi lingkungan kerja yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang berlebih pada seorang individu.

2.1.6. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja

(10)

Faktor- faktor penyebab stres kerja yaitu: 1. Beban Kerja

Beban kerja adalah keadaan dimana karyawan dihadapkan pada sejumlah pekerjaan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Beban kerja yang cukup banyak menuntut seorang karyawan harus bekerja dengan maksimal namun waktu jam kerja terbatas, hal ini membuat karyawan akan stres dalam bekerja.

2. Waktu Kerja

Karyawan selalu dituntun untuk segera menyelesaikan tugas pekerja sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam melakukan pekerjaannya karyawan merasa dikejar oleh waktu untuk mencapai target kerja namun pendapatan tidak sesuai dengan waktu kerja yang diberikan sehingga karyawan akan stress dalam bekerja. 3. Sikap Pimpinan

Dalam setiap organisasi kedudukan pemimpin sangat penting, seorang pemimpin melalui pengaruhnya dapat memberikan dampak yang sangat berarti terhadap aktivitas kerja karyawan. Pemimpin yang bijaksana dalam mengatur karyawannya akan membuat karyawannya nyaman dalam bekerja, sebaliknya pemimpin yang otoriter akan membuat karyawan stres dalam bekerja.

Menurut Robbins (2003: 370) ada tiga kategori potensi pemicu stres yaitu: 1. Faktor lingkungan

(11)

teknologi adalah faktor lingkungan yang dapat menyebabkan stres, karena inovasi-inovasi baru yang dapat membuat keterampilan dan pengalaman seorang karyawan berkurang dalam waktu singkat. Komputer, sistem robotik, otomatisasi dan berbagai bentuk inovasi lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat seorang karyawan akan stres.

2. Faktor-Faktor Perusahaan:

a. Tuntutan tugas: faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang, meliputi: desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja dan tata letak fisik pekerjaan.

b. Tuntutan peran: peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada.

3. Faktor-Faktor Pribadi

Faktor-faktor ini terutama adalah masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak merupakan masalah hubungan yang menciptakan stres kerja bagi karyawan, kemudian terbawa sampai ke tempat bekerja.

2.1.7. Dampak Stres Kerja pada Karyawan

(12)

mudah merasa lelah dan hasil kerja karyawan itu tidak akan memuaskan. Dampak stres kerja bagii individu menurut Henry (2004: 15), antara lain:

1. Kesehatan

Tubuh manusia dalam mencegah dan engatasi pengaruh penyakit tertent, dengan cara memproduksi antibodi sehingga orang yang terkena stres mudah pula terkena penyakit.

2. Psikologis

Stres akan menyebabkan kekhatiran atau ketegangan secara terus menerus, dan akan menyebabkan kurangnya ketelitian, kerapian dan ketuntasan dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Interaksi interpersonal

Karyawan yang bekerja di suatu organisasi menunjukkan bahwa stres kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan dengan pihak manajemen. Tingginya emosi berpotensi mengambat kerja sama antara individu satu dengan yang lain. Adanya pertentangan dengan satu individu dengan individu lain menimbulkan kurangnya tingkat kenyamanan dalam bekerja.

2.1.8. Mengelola Stres Kerja

(13)

Ada dua pendekatan dalam mengelola stres kerja yaitu: 1. Pendekatan Individual

Seorang karyawan memiliki tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stress. Strategi individual yang telah terbukti efektif meliputi penerapan manajemen waktu, penambahan waktu olah raga, pelatihan relaksasi dan perluasan jaringan dukungan sosial. Karyawan yang teratur, sering dapat merampungkan pekerjaan dua kali lebih banyak daripada karyawan yang tidak teratur. Karena itu pemahaman dan pemanfaatan prinsip-prinsip dasar manajemen waktu dapat membantu individu mengatasi ketegangan akibat tuntutan kerja secara lebih baik. Sofyan (2005: 134) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah hal yang harus diterapkan seorang individu dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, karena hal tersebut memudahkan seorang individu dalam mencapai tujuan tertentu yang diperioritaskan.

Menurut Mondy (2005: 362) beberapa prinsip manajemen waktu yang dapat dipraktekkan adalah:

a. Membuat daftar kegiatan harian yang harus dirampungkan.

b. Memprioritaskan kegiatan berdasarkan tingkat kepentingan dan urgensinya; c. Menjadwalkan kegiatan menurut prioritas yang telah disusun, serta

(14)

2. Pendekatan Perusahaan

Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan tuntutan peran dikendalikan oleh manajemen. Dengan sendirinya faktor-faktor tersebut dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang bisa manajemen pertimbangkan meliputi: seleksi personel dan penempatan kerja yang lebih baik, pelatihan, penetapan tujuan yang realistis, pendesainan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan dalam komunikasi perusahaan, penawaran cuti panjang atau masa sabatikal (biasanya untuk penelitian, kuliah atau bepergian) kepada karyawan dan penyelenggara program-program kesejahteraan perusahaan. Rivai (2004: 145) menyatakan bahwa langkah pertama dari program penanggulangan stres adalah mengakui bahwa stres itu ada, dan harus difikirkan bagaimana cara seseorang individu menghilangkan stres tersebut.

2.2. Penelitian Terdahulu

(15)

dengan analisis Regresi Linier Berganda, dengan menggunakan uji t dan uji f . berdasarkan hasil uji secara simultan (ujia F) bahwa Berdasarkan hasil uji secara simultan (uji-F) bahwa ( P value = 0,000) < 0,05 -> Ho ditolak yang artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu jam kerja (X1) dan disiplin kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu stres kerja (Y). Berdasarkan hasil uji parsial (uji-t) bahwa jam kerja dan disiplin kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stress kerja karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda.

Damanik (2007), melakukan analisis mengenai kualitas pelayanan yang berjudul “Analisis Kualitas Pelayanan terhadap Citra Gleni International Hospital

Medan“. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear

berganda dan berdasarkan hasil uji-f diketahui bahwa secara simultan variabel bebas yang terdiri dari bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati berpengaruh terhadap citra Gleni Hospital International, berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa secar parsial seluruh variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap citra Gleni International Hospital. Berdasarkan koefisien determinan diketahui bawa variabel bebas mempengaruhi citra rumah sakit sebesar 81 %.

(16)

analisis kuantitatif, uji validitas dan reliabilitas. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan dengan cara memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) dan melakukan wawancara (interview) kepada karyawan, yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistik dengan program SPSS, yaitu uji-t dan koefisien determinan (R2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel stress kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan dan variabel hukuman disiplin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai R square (angka korelasi atau r yang dikuadratkan) sebesar 0,669. R square disebut juga dengan koefisien determinasi. Besarnya nilai koefisien determinasi 0,669 atau sama dengan 66,9 %. Artinya 66,9 % produktivitas kerja karyawan pada PTPN III dapat dijelaskan oleh variabel stress kerja dan variabel hukuman disiplin, sedangkan sisanya sebesar 33,1 % dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.

(17)

akan melaksanakan operasi atau dalam keadaan kritis , serta menjalin komunikasi yang baik dengan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel beban kerja fisik dan mental dengan stres kerja pada perawat di IGD RSUD Cianjur. Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory research dengan desain cross sectional dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan Pearson Product Moment serta regresi linear sederhana. Sample diambil secara purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan beban kerja fisik (p=0,322) dan ada pengaruh beban kerja mental (p=0,048)s

2.3. Kerangka Konseptual

Jam kerja adalah suatu standar waktu yang diberikan kepada individu atau kelompok maupun perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan apapun sehingga tercapai tujuan yang diharapkan dari waktu jam kerja tersebut. Jam kerja sangat mempengaruhi hasil dari suatu pekerjaan yang dilakukan. Jam kerja kerja dapat menjadi pemicu stres jika terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan atau tidak terdapat waktu yang cukup untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau dengan kata lain pekerja dituntut untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu (Ivancevich, 2009: 298).

(18)

secara obyektif adalah berbahaya (Novitasari, 2003: 6). Apabila seseorang karyawan terlalu lama bekerja tanpa istirahat, maka dengan sendirinya kelelahan akan bertambah sehingga produktivitas akan menurun, menyebabkan karyawan akan stress dalam bekerja.

Stres dapat berdampak negatif baik terhadap karyawan yang sedang bekerja dan juga kepada perusahaan. Stres berdampak negatif kepada karyawan bila stres tersebut menimbulkan sikap malas dalam bekerja, kurang bertanggung jawab dan produktifitas kerja menurun.

(19)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Sumber: Ivencevich (2009: 298), Siagian (2003: 6), Novitasari (2003: 6) diolah

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antara variabel yang sedang diteliti dan merumuskan hipotesis yang berbentuk alur yang dilengkapi dengan penjelasan kualitatif.

Berdasarkan kerangka konseptual, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut “Jam kerja dan Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap stres kerja

karyawan”.

Pelayanan (X2)

Gambar

Gambar 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah ROA berpengaruh positif terhadap tax avoidance, leverage berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate (ETR) sebagai proksi tax

Santri religious variants in this film are rooted in traditionalist, fundamentalist, modernist, and liberalist Islam in Indonesia and are closer to urban culture, and those

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi melalui penerapan model think talk write berbantuan media gambar seri meningkat

bakteri patogen pada bahan dasar pembuatan minuman dapat menjadi salah satu. faktor terjadinya keracunan minuman

Menurut Frederick Herzberg terdapat dua faktor besar yang mempengaruhi motivasi seseorang yaitu faktor motivator (intrinsik) dan faktor hygine (ekstrinsik).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai konsentrasi pestisida golongan karbamat dengan jenis karbofuran dan metomil di perairan Pantai Mlonggo, Kabupaten

Hardinalis. Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Disiplin Pegawai pada Kantor Bappeda Kabupaten Pasaman. Jurnal Ekonomi Universitas Mahaputra. Vol VII No 1

Sedangkan data yang digunakan oleh dinas perkebunan dan kehutanan kabupaten garut pada tahun 2002, luas kawasan hutan Garut 120.478,32 hektar atau 39,31% dari luas kabupaten