• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Behaviour Skill Training untuk Meningkatkan Asertivitas pada Korban Bullying

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Behaviour Skill Training untuk Meningkatkan Asertivitas pada Korban Bullying"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif dan efisien pada satuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu di antaranya adalah suasana kondusif yang diciptakan oleh semua komponen sekolah yang berperan dalam pelaksanaan layanan pembelajaran bagi peserta didik sehingga tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun kenyataannya tujuan pendidikan di sekolah belum sepenuhnya tercapai. Sekolah yang seharusnya merupakan tempat untuk menuntut ilmu dan mengembangkan karakter diri ternyata malah menjadi lokasi utama praktik-praktik bullying. Hal ini sangat bertentangan dengan Undang-Undang (UU) no.23 tahun 2002 pasal 54 tentang perlindungan anak, yang menyatakan bahwa sekolah harus menjadi zona anti kekerasan.

(2)

sering di bully. Dari data National Mental Health and Education Centre tahun 2004 di Amerika menunjukkan bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial. Sekitar 15% hingga 30% siswa adalah pelaku dan korban bullying.

Di Indonesia sendiri, kasus bullying juga sudah marak terjadi. Bahkan, survei global yang dilakukan oleh The Health Behavior in School-Aged Children (HBSC) terhadap 200.000 siswa di 40 negara pada tahun 2005-2006 menemukan bahwa Indonesia menduduki urutan kedua dengan kasus bullying tertinggi di dunia (Kaman, 2012). Berikut ini merupakan data dari berbagai sumber mengenai kasus bullying di Indonesia:

a. Berdasarkan data laporan kasus yang masuk ke Komnas Perlindungan Anak per November 2009, setidaknya terdapat 98 kasus kekerasan fisik dan 176 kekerasan psikis pada anak yang terjadi di lingkungan sekolah. Dan data tersebut terus meningkat sampai tahun ini, berikut merupakan hasil laporan setiap tahunnya yang disajikan dalam bentuk tabel,

Tabel 1.1 Kasus kekerasan yang diterima Komisi Nasional Perlindungan Anak

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Laporan kekerasan

274 2.413 2.508 2.637 2.792 3.339

(3)

c. Pada tahun 2014, seorang siswi berusia 14 tahun yang merupakan pelajar kelas satu di SMPN 10 Bantar Gebang Bekasi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena merasa malu dengan ejekan anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya.

d. Pada tahun 2015 baru-baru ini kota Binjai dihebohkan dengan kasus bullying yang dilakukan oleh seorang sisiwi SMP dengan mengancam, memukul dan memnendang teman sekelasnya dan kemudian direkam oleh teman lainnya lalu disebar melalui facebook sehingga kasus tersebut mencuat ke publik.

Berkaitan dengan kasus bullying di Medan, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa anak dan orangtua di linkgungan X. Mereka semua mengakui bahwa tindakan bullying pernah terjadi di sekolahnya. Di lingkungan X, terdapat enam anak yang berasal dari sekolah yang berbeda yang sering diganggu dan diejek oleh teman-temannya karena penampilannya yang terlihat kurang rapi, rambutnya yang berkutu dan bau, serta anak yang kemampuannya di bawah rata-rata. Reaksinya ketika diejek hanyalah diam. Mereka merasa kesal dan bingung mengenai alasan teman-temannya berperilaku seperti itu.

Bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan yang sering dilakukan

(4)

mengalami kesulitan dalam membela dirinya sendiri. Korban bullying secara signifikan merasa terancam dan kurang mampu mengontrol situasi mereka.

Menurut Olweus (2009), perlakuan negatif atau agresif yang dialami oleh korban bullying yaitu berupa pernyataan atau sebutan kasar dan menyakitkan, diperlakukan sebagai sesuatu yang lucu, diabaikan atau dikeluarkan dari kelompok, atau ditinggalkan dengan tujuan tertentu. Selain itu, terdapat juga perlakuan fisik seperti dipukul, ditendang, ditekan, didorong, atau dikunci di dalam sebuah ruangan. Mereka juga menerima penyebaran berita yang salah mengenai dirinya atau membuat siswa lain untuk tidak menyukai, serta hal menyakitkan lainnya.

Semakin banyaknya kasus bullying yang terjadi di Indonesia tidak diiringi dengan perkembangan intervensi dalam menangani kasus tersebut (Fadil, 2007). Terdapat kesalahpahaman terkait fenomena bullying yang dianggap sebagai sesuatu yang wajar, tanpa menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkan bagi korban maupun pelaku. Akibatnya, tindakan bullying terus terjadi sampai terkadang menimbulkan korban jiwa dan trauma, yang tentunya menghambat proses belajar dan proses perkembangan jiwa seorang anak.

(5)

dialami yaitu self-esteem yang rendah, depresi, atau bunuh diri. Selain itu, korban bullying juga memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku bullying di masa

yang akan datang (Harris & Petrie, 2003).

Kajian mengenai bullying, pada umumnya korban dipilih karena mereka terlihat menampilkan perilaku yang berbeda atau memiliki karakteristik eksternal tertentu, misalnya berbeda secara fisik, usia, etnis, agama, atau latar belakang budaya (Murphy, 2009). Walaupun pada awalnya korban bullying dipilih berdasarkan faktor eksternal, para ahli setuju bahwa kebanyakan dari mereka memiliki karakteristik internal yang sama sehingga pelaku tidak hanya memilih mereka pada satu waktu, tetapi juga terus-menerus menjadikan mereka target sepanjang waktu. Salah satu karakteristik tersebut yaitu berespon pasif ketika dihadapkan pada situasi bullying (Murphy, 2009; Sharp & Cowie, 1994). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bruyan, Cillesen, & Wissink (2010), Mize (2005), serta Fax & Belton (2006) juga menemukan bahwa anak yang tidak memiliki keahlian sosial lebih besar kemungkinan untuk dikucilkan dan di bully oleh teman sebayanya (Beane, 2003; Moghtadaie, et al., 2012).

Berdasarkan contoh kasus di Medan, respon yang pasif ketika di bully juga ditunjukkan oleh korban bullying khususnya lingkungan X. Mereka tidak berusaha untuk membela diri atau tidak mencoba untuk melawan ketika teman-temannya mengejek penampilannya yang ‘culun’ atau diejek ‘gendut’ atau ‘idiot’.

(6)

merupakan target yang mudah dan mendapatkan penguat untuk tetap melakukan tindakan bullying.

Penelitian mengenai perilaku dan karakteristik korban bullying mengindikasikan bahwa kelompok tersebut membutuhkan pelatihan keterampilan berperilaku yang mengajarkan teknik-teknik asertivitas (Sharp & Cowie, 1994). Selain itu, korban bullying di lingkungan X Medan menyatakan bahwa mereka merasa tidak tahu harus berespon seperti apa ketika menghadapi ejekan teman-temannya. Hal ini membuat mereka cenderung pasif ketika di bully, misalnya diam atau menangis. Selain itu terkadang mereka akan berperilaku agresif dengan menyerang balik pelaku bullying, namun hal tersebut tidak menyelesaikan situasi bullying tersebut. Justru yang terjadi korban akan mendapat tindakan bullying yang lebih parah dari sebelumnya.

(7)

Ketika merespon perilaku bullying secara asertif, seseorang membela hak-hak yang dimiliki tanpa melanggar hak-hak orang lain (Sharp & Cowie, 1994). Asertivitas melibatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan tidak ambigu, serta pada waktu yang bersamaan menjadi sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan respon mereka dalam situasi tertentu (Rees & Graham, 1991; Sharp & Cowie, 1994; Stein & Book, 2006; Pipas & Jaradat, 2010). Asertif yaitu percaya bahwa pendapat, pemikiran, kepercayaan, dan perasaan pribadi sama pentingnya dengan yang dimiliki orang lain.

Behaviour skill training merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku

yang bertujuan untuk membantu subjek memperoleh kemampuan tertentu yang akan bermanfaat dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, seperti anak-anak korban bullying yang tidak memiliki pengetahuan mengenai bagaimana caranya berespon dengan asertif saat dibully (Miltenberger, 2012).

Pada penelitian behaviour skill trainng ini, kemampuan asertivitas yang akan diajarkan menggunakan pendekatan behavioristik yaitu pendekatan yang menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk membantu seseorang dalam mengubah perilaku yang tidak sesuai (Corey, 1996). Subjek diharapkan terlibat dalam tindakan-tindakan spesifik untuk mempelajari dan melatih kemampuan baru sesuai dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini.

(8)

orang sekitar, dan tetap tenang dalam situasi menekan (Sharp & Cowie, 1994). Metode behaviour skill training ini memiliki empat prosedur (instruksi, modeling, latihan, feedback) yang akan digunakan di setiap sesi pelatihan untuk membantu subjek mempelajari teknik-teknik asertivitas (Miltenberger, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu untuk diteliti tentang efektivitas Behaviour Skill Training untuk meningkatkan asertivitas pada korban bullying di lingkungan X, Medan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena latar belakang masalah, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Apakah Behaviour Skill Training Efektif untuk

Meningkatkan Asertivitas Korban Bullying?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas maka tujuan dari penelitian adalah “Untuk Menguji Efektivitas dari Behaviour Skill Training dalam

Meningkatkan Asertivitas Korban Bullying”.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Psikolog Klinis Anak

(9)

upaya untuk meningkatkan asertivitas pada anak-anak yang menjadi korban bullying, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal.

b. Perkembangan Pelayanan Psikologi

Hasil penelitian behaviour skill training ini kiranya dapat menjadi acuan atau program pelatihan untuk membantu dalam menangani anak-anak yang menjadi korban bullying sebagai cara untuk meningkatkan asertivitas mereka.

c. Dunia Pendidikan

Hasil penelitian behaviour skill training dapat berguna untuk mengembangkan asertivitas anak yang menjadi korban bullying melalui rancangan program pendidikan dan kurikulum di sekolah.

2. Manfaat Teoritis

a. Perkembangan Riset Psikologi

(10)

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Menguraikan latarbelakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisikan kajian yang diperoleh dari penelaahan pustaka meliputi kajian literatur dan hal-hal yang terkait Behaviour Skill Training, Asertivitas, dan perilaku Bullying.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai rancangan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional penelitian, subjek penelitian, alat ukur yang digunakan, tahap-tahap penelitian, kriteria keberhasilan program intervensi, dan metode analisa data.

Bab IV Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian

Pada bab ini berisikan pelaksanaan intervensi, hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian efektivitas Behaviour Skill Training untuk meningkatkan asertivitas pada korban bullying. Selain itu, akan dibahas pula mengenai keterbatasan penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Peserta Lelang yang merupakan badan usaha dapat diwakilkan dengan ketentuan WAJIB membawa surat kuasa atau surat tugas dari pimpinan perusahaan (isi surat tugas memuat nama

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Alkhairat Towera Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. Numbered Head

Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match kelas IV.. SDN Kragilan

Bantuan dari pemerintah daerah Kabupaten Barru ini berupa penguatan modal usaha kelompok (PMUK) untuk pengadaan ternak sapi bagi masing-masing anggota kelompok

Jika EVA negatif (< 0), menunjukkan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari tingkat pengembalian

“Ya Allah yang mengetahui yang Ghaib dan yang Nyata, Wahai Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya, Aku bersaksi tiada ilah yang berhak

Pemeriksaan  kinerja  adalah  pemeriksaan  atas  pengelolaan  keuangan  negara  yang  terdiri   dari  aspek  ekonomi  dan  efisiensi  serta  pemeriksaan

5.2.4. Persiapan Sebelum dilakukannya Pembajakan/Pengolahan Tanah.. Sebelum pembajakan ada persiapan-persiapan yang harus dilakukan. Pertama tanah harus dibersihkan