BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini perkembangan teknologi komunikasi tumbuh dengan pesat mulai dari radio, televisi, telepon, telepon seluler/handphone, komputer,
internet sampai dengan alat komunikasi lainnya. Dengan cepatnya perkembangan
teknologi komunikasi, telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Disamping itu, teknologi komunikasi mampu dalam memperpendek jarak,
menghemat biaya, serta mampu menembus ruang dan waktu (Saputra, 2013). Short Message Service (SMS) merupakan salah satu fitur dari handphone
yang banyak digunakan. Short Message Service atau yang lebih dikenal orang dengan istilah SMS merupakan fitur yang digunakan untuk berkirim pesan dalam format teks. SMS ini dapat dinikmati oleh seluruh pengguna handphone (Saputra,
2013).
SMS Reminder merupakan fitur pesan yang bisa membantu setiap orang
mengingat sesuatu yang biasanya terdapat di handphone (Wilieyam, 2013). Wilieyam dan Nina pada tahun 2013 pernah melakukan penelitian tentang
Aplikasi Reminder Pengobatan Pasien Berbasis SMS Gateway yang bermanfaat membantu pihak rumah sakit untuk meningkatkan kinerja rumah sakit dalam mengontrol atau mengawasi pasien yang sedang dalam kondisi rawat jalan. Selain
itu juga dapat membantu proses pengobatan pada pasien yang menderita sakit yang memerlukan pengobatan secara rutin, seperti pasien tuberkulosis, tekanan
pengobatannya dari awal karena lupa meminum obatnya. Penggunaan reminder berbasis SMS ini juga pernah dilakukan oleh Riyadi dan Dianty pada tahun 2012
tentang Layanan SMS Pengingat Minum Obat KB dan Info Obat yang bermanfaat untuk masyarakat khususnya wanita yang sedang menggunakan
program Pil KB. SMS Reminder berbasis SMS Gateway merupakan solusi meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam mengontrol dan mengawasi pasien yang sedang dalam kondisi rawat jalan dan yang memerlukan pengobatan rutin
secara langsung.
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Penyakit ini memerlukan waktu pengobatan selama 6 bulan. Penatalaksanaan pengobatan dengan meminum obat
anti tuberculosis (OAT) secara rutin selama 6 bulan dan tidak boleh terputus (Kemenkes RI, 2013).
Pada tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+) sebanyak 196.310 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2012 yang sebesar 202.301 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang
dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga provinsi tersebut
hampir sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada masing-masing
dibandingkan perempuan. Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Sumatera Utara, kasus pada laki-laki dua kali lipat dari kasus pada
perempuan. Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,40% diikuti kelompok umur
35-44 tahun sebesar 19,41% dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,39% (Kemenkes RI, 2013).
Menurut hasil Riskesdas 2013 dalam Kemenkes RI 2013, prevalensi
Tuberkulosis berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400 orang yang
didiagnosis kasus Tuberkulosis oleh tenaga kesehatan. Penyakit Tuberkulosis paru ditanyakan pada responden untuk kurun waktu ≤ 1 tahun berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks
atau keduanya. Hasil Riskesdas 2013 tersebut tidak berbeda dengan Riskesdas 2007 yang menghasilkan angka prevalensi Tuberkulosis paru 0,4%. Prevalensi
Tuberkulosis paru berdasarkan gejala batuk ≥ 2 minggu secara nasional sebesar 3,9% dan prevalensi Tuberkulosis paru berdasarkan gejala batuk darah sebesar 2,8%.
Penyakit Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kasus Tuberkulosis Paru di Kota Medan
tahun 2012 secara klinis terjadi peningkatan dari tahun 2011. Tuberkulosis paru klinis pada tahun 2011 sebesar 11.179 kasus sedangkan pada tahun 2012 sebesar 21.079. Selain itu BTA+ paru juga mengalami peningkatan dimana tahun 2011
tuberkulosis ini masih tetap ada, yaitu masih rendahnya kepatuhan pasien tuberkulosis dalam minum obat anti tuberculosis (OAT), sehingga mengakibatkan
tidak sembuh atau kuman menjadi resisten/kebal dengan pengobatan standar (Dinkes Kota Medan, 2013).
Dari gambaran di atas bisa dibayangkan ketidakpatuhan untuk minum obat bagi penderita tuberkulosis paru masih menjadi hambatan untuk mencapai angka kesembuhan yang tinggi. Ketidakpatuhan berobat akan mengakibatkan tingginya
angka kegagalan pengobatan penderita tuberkulosis paru dan menyebabkan makin banyak ditemukan penderita tuberkulosis paru dengan BTA yang resisten dengan
pengobatan standar. Hal ini akan mempersulit pemberantasan penyakit tuberkulosis paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah.
Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan, Puskesmas Terjun merupakan salah
satu yang memberikan pelayanan pengobatan tuberkulosis yang ada di Kota Medan. Angka kesembuhan penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Terjun
tahun 2012 (97%), dari jumlah pasien tuberkulosis paru BTA+ yang diobati sebanyak 59 orang, yang dinyatakan sembuh 57 orang dan tahun 2013 angka kesembuhan (96,88%), dari jumlah pasien tuberkulosis paru BTA+ yang diobati
sebanyak 64 orang dan yang dinyatakan sembuh 62 orang. Hal ini menunjukkan angka kesembuhan penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Terjun sudah
melebihi target yang ditetapkan WHO yaitu 85%. (Dinkes Kota Medan, 2014). Berdasarkan hasil survey awal pada bulan Januari tahun 2015 yang dilakukan peneliti di Puskesmas Terjun jumlah pasien tuberkulosis setiap bulan
menggunakan metode PMO (pengawas minum obat). Petugas tuberkulosis juga mengungkapkan bahwa terdapat 2 orang pasien tuberkulosis mdr dan 3 orang
pasien yang putus obat. Dari hasil survey peneliti, dapat dilihat bahwa penderita tuberkulosis setiap tahun nya meningkat di Puskesmas Terjun. Oleh karena itu,
peneliti berpikir bahwa hal ini bisa saja dikarenakan pasien yang putus obat memperbesar resiko penularan penyakit tuberkulosis.
Dari kedua permasalahan di atas peneliti tertarik untuk memanfaatkan
fasilitas SMS yang dimiliki handphone agar berguna dalam bidang kesehatan dan memudahkan pelayanan kepada masyarakat terkhusus dalam kepatuhan minum
obat pasien tuberkulosis di Puskesmas Terjun. Yaitu ingin membangun sebuah aplikasi berbasis layanan Short Message Service (SMS) reminder dalam kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis di Puskesmas Terjun. Dalam
membangun sebuah aplikasi berbasis layanan Short Message Service (SMS) reminder ini peneliti menggunakan jenis aplikasi sms gateway yaitu komunikasi
dua arah. SMS remainder dapat mempermudah petugas tuberculosis di puskesmas terjun dalam mengingatkan dan mengawasi minum obat anti tuberculosis (OAT) pasien dan diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kepatuhan minum
obat pasien dan menurunkan tingkat kegagalan atau resisten obat dalam pengobatan tuberkulosis (TBC).
1.2 Rumusan Masalah
SMS reminder dalam kepatuhan minum obat pasien penyakit tuberkulosis (TBC) di Puskesmas Terjun Kec. Marelan Medan 2015.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat rancangan dan implementasi suatu layanan SMS reminder dalam kepatuhan minum obat pasien penyakit tuberkulosis (TBC) di Puskesmas Terjun Kec. Marelan Medan 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Membuat Form Login
2. Membuat Form Home 3. Membuat Form Pasien 4. Membuat Form Jadwal SMS
5. Membuat Form History SMS 6. Membuat Form Balasan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menghasilkan layanan sms reminder minum obat untuk pasien tuberkulosis (TBC) di Puskesmas Terjun
2. Meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kesehatan di Puskesmas Terjun terutama kualitas dalam pemanfaatan teknologi
3. Memudahkan dalam penyampaian informasi minum obat pasien tuberkulosis (TBC) di Puskesmas Terjun
4. Memberikan dukungan terhadap kepatuhan minum obat pasien