• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG USAHA KECIL DAN MENENGAH

A. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.12

Usaha Mikro Kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha, yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

(2)

200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.13

Berikut ini adalah batasan atau kriteria usaha kecil dan menengah menurut beberapa organisasi dan peraturan yang berlaku :

1. Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pengertian UMKM :14

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 15

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

13

https://dayintapinasthika.wordpress.com/2011/04/12/usaha-kecil-menengah-ukm/(diakses tanggal 21 Mei 2016)

14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pasal 1 angka 1.

15

(3)

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.16 2. Badan Pusat Statistik

Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut badan pusat statistik adalah:17

a. Usaha mikro. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang, termasuk tambahan anggota keluarga yang tidak dibayar.

b. Usaha kecil. Usaha yang memiliki pekerja 5 sampai 19 orang. c. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 19 sampai 99 orang. 3. Bank Indonesia

Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Indonesia adalah: a. Usaha mikro. (SK. Direktur BI No.31/24//Kep/DER tanggal 5 Mei 1998).

Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry.

b. Usaha kecil. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

16 Ibid, angka 3

(4)

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha Menengah (SK Dir. BI No.30/45/Dir/Uk tgl 5 Jan 1997). Omzet

tahunan < 3 Milyar Asset = Rp. 5 milyar untuk sektor industri Asset = Rp.600 juta di luar tanah dan bangunan untuk sektor non industri manufacturing.

4. Bank Dunia

Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Dunia adalah: a. Usaha kecil. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 20 orang.

b. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 250 orang dan asset = US$ 500 ribu di luar tanah dan banguan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa UKM adalah sebuah bangunan usaha yang berskala kecil. Umumnya, dimiliki oleh perseorangan maupun kelompok. Bidang yang digarap oleh UKM antara lain: toko kelontong, salon kecantikan, restoran, kerajinan, dan lain-lain. Biasanya usaha tersebut digagas oleh satu atau dua orang pendiri.

Ketentuan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

(5)

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan program bina lingkungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-20/MBU/2012 Tanggal 27 Desember 2012, Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan dengan kriteria sebagai berikut : 18

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

18

(6)

2. Milik Warga Negara Indonesia.

3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

4. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

5. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun. 7. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable)

Dari masing-masing jenis usaha diatas batas jumlah tenaga perusahaan tidaklebih dari 300 orang oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sealigus pengelola perusahaan, serta memanafaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.19 Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum.

B. Dasar Hukum Usaha Kecil dan Menengah

Pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada 4 Juli 2008. Undang-undang ini merupakan landasan dan payung hukum untuk memberdayakan

(7)

UMKM di tanah air. Maksudnya, pemberlakuan undang-undang tersebut memberikan implikasi yang luas bagi semua stakeholder untuk menjadikannya sebagai pedoman bersama ke arah perubahan paradigma pemberdayaan UMKM.20

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, tentang UMKM terdiri dari 11 bab, 44 Pasal, dan 45 ayat. Diantara pasal-pasal tersebut terdapat lima pasal yang mendelegasikan secara tegas pengaturan beberapa substansi secara lebih detail dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Pertama, Pasal 12 ayat (2), tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Usaha bagi UMKM. Kedua, Pasal 16 ayat (3) tentang Tata Cara Pengembangan UMKM. Ketiga, Pasal 37, tentang Kemitraan. Keempat, pasal 38 ayat (3), tentang Penyelenggaraan Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM. Kelima, Pasal 39 ayat (3), tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Dalam Hubungan Kemitraan Usaha.

Usaha Kecil menegah memiliki landasan hukum berupa Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan berdasarkan dari TUPOKSI 33 masing-masing. Koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dengan dasar hukum pasal 33 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

(8)

Undang-Undang ini, unsurnya adalah Pemberdayaan, di mana esensi dari pemberdayaan itu adalah unsur penciptaan iklim usaha serta pembinaan dan pengembangan. Penciptaan iklim usaha merupakan refleksi tugas Pemerintah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kebijakan, peraturan dan perundangan yang mengarahkan untuk mengatasi permasalahan ekternal yang dihadapi UMKM dan memfasilitasi terbukanya peluang berusaha secara berkeadilan. Pada undang-undang ini penciptaan iklim usaha mencakup aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, perijinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan.

Undang-undang ini juga memberikan porsi pengaturan bersifat umum untuk semua pelaku UMKM. Selain itu terdapat pula bagian pengaturan yang bersifat khusus hanya untuk pelaku usaha tertentu, yaitu usaha mikro dan kecil saja dan atau bagi usaha menengah saja. Hal ini disebabkan dasar kebutuhan dari ketiga rumpun bisnis UMKM itu memang dalam tingkatan kemampuan yang berbeda sehingga perlu diatur secara berbeda.

Adapun yang menjadi landasan hukum UKM adalah sebagai berikut:21 1. Untuk usaha kecil industri diatur oleh Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995. 2. Undang-Undang No.20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha mikro, Kecil, dan Menengah.

(9)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.

6. Inpres Nomor 10 Tahun 1999 Tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.

7. Keppres No. 127 Tahum 2001 Tentang Bidang/Jenis Usaha yang Dicadangkan Untuk Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat kemitraan.

8. Keppres No. 56 Tahun 2002 Tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah.

9. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 Tentang program Kemitraan badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina lingkungan.

C. Peranan dan Manfaat Usaha kecil dan Menengah

(10)

Negara sebelum berkembang, UKM berada dalam posisi terdesak dan tersaingi oleh usaha skala besar.22

Usaha Kecil Menengah sendiri memiliki berbagai ciri kelemahan, namun begitu karena UKM menyangkut kepentingan rakyat/masyarakat banyak, maka pemerintah terdorong untuk mengembangkan dan melindungi UKM. Sedangkan di negaranegara maju UKM mendapatkan perhatian karena memiliki faktor-faktor positif yang selanjutnya oleh para cendekiawan (sarjana –sarjana) diperkenalkan dan diterapkan ke NSB. Peranan UKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen: 1. Departeman Perindustrian dan Perdagangan

2. Deparetemen Koperasi dan UKM

Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum, terlihat hasil yang memuaskan, kenyataanya kemajuan UKM masih sangat kecil dibandingkan dengan usaha besar. Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. UKM juga mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena itu selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil hasil pembangunan. Kebijakan yang tepat untuk mendukung UKM seperti: perizinan – teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan.

Pertumbuhan UKM di Indonesia membawa dampak baik bagi perkembangan ekonomi. Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah rasio kredit

(11)

bermasalah alias non performing loan (NPL). Jumlah pelaku usaha industri UMKM Indonesia termasuk paling banyak di antara negara lainnya, terutama sejak tahun 2014. Terus mengalami perkembangan sehingga diperkirakan tahun 2016 jumlah pelaku UMKM di Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan. Saat ini populasi penduduk dengan usia produktif lebih banyak daripada jumlah lapangan kerja yang tersedia. Hal ini memicu khususnya para pemuda untuk menciptakan peluangnya sendiri dengan membuka bisnis. Sebagian besar tergolong sebagai pelaku usaha sektor industri UKM.23

Associate Director Fitch Ratings Julita Wikana mengungkapkan,

berdasarkan diskusi dengan perbankan, penyumbang NPL terbesar adalah sektor small medium enterprise (SME) UKM, lalu sektor kredit korporasi. Sedangkan

NPL di sektor kredit konsumen tergolong stabil. Selain itu, UKM juga memiliki pengaruh besar terhadap jumlah pendapatan Negara.24 Beberapa jenis UKM menjadi sumber devisa Negara, dengan kata lain UKM telah menjadi investasi bagi Negara. Terutama UKM dibidang pertanian dan kerajinan. Sektor pertanian di Indonesia telah menjadi salah satu komoditas yang besar bagi kebutuhan dalam negeri atau bahkan sebagai komoditas ekspor bagi Indonesia. Tidak lain halnya dengan produksi kerajinan Indonesia, produksi kerajinan beberapa daerah di Indonesia tidak hanya laku di pasaran domestik saja, namun telah mampu merambah di pasar dunia khususnya Negara di Asia. Selain bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, tanpa disadari UKM juga mampu mengurangi angka pengangguran di masyarakat, sekaligus juga meningkatkan

23http://www.lisubisnis.com/2016/02/perkembangan-jumlah-umkm-di-indonesia.html (diakses tanggal 21 Mei 2016).

24

(12)

tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebab banyaknya UKM yang berdiri telah mampu memperkerjakan jutaan tenaga kerja yang tadinya menjadi pengangguran. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat akan meningkat serta lebih terjamin.

D. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah

Perkembangan UKM dihalangi oleh banyaknya hambatan. Permasalahan-permasalahan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain, antara perdesaan dan perkotaan, antarsektor, ataupun antarsesama perusahaan di sektor yang sama. Namum demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua UKM di negara manapun juga. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi, kualitas sumber daya manusia yang rendah, kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energy yang tinggi, keterbatasan komunikasi, biaya yang tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks, khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan-peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak tentu arah.

Permasalahan umum yang biasa terjadi pada UKM tersebut secara garis besar antara lain :25

(13)

1. Kesulitan dalam pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis bagi perkembangan UKM. Dari hasil studi yang dilakukan Kenneth James dan Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah Negara ASEAN, dalam bukunya menyimpulkan bahwa UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti penigkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalh pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri. 26 2. Keterbatasan finansial

Dua masalah utama di dalam kegiatan UKM di Indonesia, yaitu dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat dibutuhkan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umunya modal awal bersumber dari modal atau tabungan sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun banyak skim-skim kredit dari perbankan dan Universitas Sumatera Utara bantuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang

26

(14)

tinggal di daerah, persyaratan yang terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UKM juga sulit memperoleh kredit.

3. Keterbatasan sumber daya manusia

Salah satu kendala serius bagi banyak UKM di Indonesia ialah keterbatasan sumber daya manusia terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak UKM di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan karena harga yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usahanya dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatsan bahan baku. 27

5. Keterbatasan teknologi

Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang

27

(15)

bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal dan kualitas produk relatif rendah.

6. Kemampuan manajemen

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil, baik dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. 7. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara sebagai mitra kerja.28

Masalah lain dari UKM adalah dalam rantai pasokan. Kadang-kadang mereka menemukan kesulitan dalam memberikan produk kepada pelanggan. Mereka membutuhkan organisasi yang lebih besar atau jaringan untuk mendistribusikan produk. Hal ini disebut sebagai kemitraan bisnis yang membangun berdasarkan kepercayaan, loyalitas, dan bersatu antara bisnis. 29

Menurut Andang, permasalahan UKM dapat dikategorikan sebagai berikut:30

28

Ibid

29Library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00393-IF%20Bab2001.pdf (diakses tanggal 21 Mei 2016)

(16)

1. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UKM (basic problems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang umumnya non formal, sumber daya manusia (SDM), pengembangan produk dan akses pemasaran;

2. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor;

3. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam kewirausahaan.

Sedangkan menurut Tambunan masalah mendasar yang dihadapi oleh usaha mikro meliputi:

a. Keterbatasan Sumber daya Manusia (SDM); b. Kesulitan Pemasaran;

c. Keterbatasan Finansial; d. Masalah Bahan Baku; e. Keterbatasan Teknologi.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dalam pelaksanaannya pegawai pengawas membuat suatu sistem skala prioritas untuk setiap perusahaan yang melapor kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa

Data kubikal yang menyimpan data utuk memetakan pergerakan revolusi sosial dunia Data kubikal ini akan dilakukan analisa, mencaup drilling data generalisasi,

Berdasarkan hasil validasi cipta lagu yang telah peneliti lakukan pada saat “Pelatihan Penciptaan Lagu Anak Usia Dini bagi Guru PAUD di Kabupaten Kediri” yang

Hasil perencanaan ini telah memberikan layanan yang sangat baik untuk user dan pelanggan.Setelah diketahui jumlah antena pRRU yang digunakan, panjang kabel, tata

1. Proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Nurul Huda Banyuputih Batang tersirat satu kegiatan yang utuh terpadu dan tidak terpisahkan antara guru dan

Dramatari tradisional ini berkembang di seluruh kabupaten dan kota di Bali, dan topeng yang menjadi fokus dari dramatari topeng merupakan seni pertunjukkan yang bisa ditampilkan

Berdasarkan pernyataan di atas, yaitu penelitian tentang Tari Legong Lasem gaya Peliatan di Bengkel Tari Ayu Bulan, maka peneliti dalam kesempatan ini menggunakan

Kegiatan pelatihan ini mendapat respon positif dari peserta pelatihan, adapun manfaat yang didapat oleh peserta pelatihan adalah menumbuhkan minat guru dalam