• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Limbah Air Kolam Gurame sebagai (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi Limbah Air Kolam Gurame sebagai (1)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

i LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GANESA

Diusulkan Oleh:

Muhamad Ali Shodiqi (8635) Zulfa Ulin Nuha (8568) Charis Al-Faiz (8455)

MAN KOTA KEDIRI 3 KOTA KEDIRI

JAWA TIMUR 2013

POTENSI LIMBAH AIR KOLAM GURAME SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR YANG EKONOMIS DAN

(2)
(3)
(4)

iv

- Nya yang telah memberikan jalan dan pemikiran sehingga karya tulis yang berjudul “Potensi Limbah Air Kolam Gurame sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Organik Cair yang Ekonomis dan Ramah Lingkungan” dapat diselesaikan.

Adalah suatu kehormatan bagi penulis untuk menyajikan karya kecil ini dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Fordi Mapelar Universitas Brawijaya Gebrakan Aksi Nalar Pemuda Indonesia 2 (Ganesa) 2013. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih pada pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu :

1. Bapak Sja’roni selaku kepala sekolah MAN Kota Kediri 3.

2. Bapak Achmad Zaenal Fachris, S.Pd sebagai guru pembina KIR An-Nahl MAN Kota Kediri 3.

3. Bapak Akhmad Jamil, M.Si sebagai guru pembimbing penelitian di KIR An-Nahl MAN Kota Kediri 3.

4. Bapak dan Ibu guru MAN Kota Kediri 3 yang telah banyak memberikan pengetahuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ini.

5. Orangtua yang telah banyak mendukung dan memberikan sumbangan moral maupun material.

6. Teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sermpurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun kebaikan karya tulis ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kediri, 27 September 2013

(5)

v

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

RINGKASAN KARYA TULIS ILMIAH... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 2

1.4 Manfaat Penelitian... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Unsur Hara di Dalam Pupuk... 3

2.2 Pupuk Organik Cair…... 3

2.3 Peranan Pupuk di Wilayah Indonesia... 4

2.4 Kolam Gurame ... …… 4

2.5 Limbah Air Kolam Gurame... 6

2.6 Pemanfaatan Kolam... 7

2.7 Morfologi Jagung…... 7

2.8 Pertumbuhan Jagung (Zea Mays)………. 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 9

3.2 Alat dan Bahan ... 9

3.3 Sampel Penelitian... 9

3.4 Metode Penelitian ... 10

3.5 Prosedur Penelitian... 10

3.6 Teknik Analisis Data... 11

3.7 Skema Penelitian... 13

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Rata-Rata Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays)... 14

4.2 Uji Beda Rata-Rata dengan Fisher Test (Uji F)……….. 15

4.3 Tabel Hasil Uji Laboratorium dan Perbandingan Kadar Unsur Hara…….…… 16

4.4 Tabel Perbandingan Analisis Biaya……… 16

(6)

vi

……….

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan... 25

6.2 Saran... 25

DAFTAR PUSTAKA………..……… 26

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. 27

(7)

vii

Tabel Unsur Hara yang Dibutuhkan dalam Pupuk... 3

Tabel Variabel Penelitian... 10

Tabel Rata-Rata Pertumbuhan Tinggi Seluruh Variabel

Tanaman Jagng (Zea Mays)……….. 14

Tabel Rata Rata-Rata Pertumbuhan Diamater Seluruh Variabel

Tanaman Jagng (Zea Mays)………. 14

Tabel Rata-Rata Pertumbuhan Dauni Seluruh Variabel

Tanaman Jagng (Zea Mays)………... 15

Tabel Hasil Uji Laboratorium dan Perbandingan Kadar Unsur Hara …………...……… 16

Tabel Perbandingan Analisis Biaya………. 16

Tabel Data Tinggi Tanaman Jagung (Zea Mays)Sampai Masa Panen……… 33

Tabel Data Panjang Diameter Tanaman Jagung (Zea Mays)Sampai Masa Panen…….. 34

(8)

viii

Limbah Air Kolam Gurame... 30

Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame ... 30

Tanaman Jagung (Zea Mays) ……….… 31

Tanaman Jagung (Zea Mays)56 Hari Setalah Tanam………. 32

(9)

ix

LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI PENELITIAN... 29

LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN... 33

LAMPIRAN 3 PERHITUNGAN UJI F... 39

(10)

x

Ekonomis Dan Ramah Lingkungan

Muhamad Ali Shodiqi, Zulfa Ulin Nuha, Charis Al Faiz

MAN KOTA KEDIRI 3

Kata Kunci : Limbah Air Kolam, Pupuk Organik Cair

Budidaya ikan gurame menghasilkan limbah air kolam yang mengandung unsur hara salah satunya nitrogen yang terdapat pada protein pelet ikan yang berpotensi untuk diolah menjadi pupuk organik cair.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui limbah air kolam dapat digunakan sebagai pupuk organik cair dan mengetahui perbedaan percepatan pertumbuhan yang signifikan antar variasi. Sebagai objek penelitian yaitu jagung (Zea Mays). Penelitian dilakukan di desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri pada tanggal 31 Maret sampai 29 Juli 2013.

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi kualitatif dan metode kuantitatif untuk mengamati pertumbuhan tanaman. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis, direvisi, direduksi dan dari hasil akhir ditarik kesimpulan hasil penelitian

Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan fermentasi limbah air kolam dengan cairan EM4 selama satu minggu. Objek penelitian ditanam dengan ketentuan lima tanaman untuk satu variasi. Variasi penelitian berjumlah enam, yaitu kelompok A diberi pupuk Urea dan NPK, kelompok B diberi pupuk Urea, kelompok C diberi pupuk organik cair 40 cc, kelompok D diberi pupuk organik cair 80 cc, kelompok E diberi pupuk organik cair 120 cc, dan kelompok F diberi limbah air kolam gurame.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian di bidang pertanian. Visi dari petani sendiri adalah mengatur strategi bagaimana mempercepat pertumbuhan tanaman serta meningkatkan produk hasil panen, oleh karena itu diperlukan berbagai usaha. Salah satunya dapat melalui pemupukan.

Berdasarkan jenisnya, pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik dan organik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang mati. Pupuk organik dilihat dari wujudnya ada 2 macam yaitu pupuk cair dan pupuk padat. Sebagian besar petani lebih memilih pupuk kimia padat karena penggunaanya lebih mudah dan sederhana, selain itu kandungan dari pupuk kimia dapat memperbaiki hasil produksi. Namun pupuk kimia kini semakin langka dan mahal harganya.

Mahalnya harga dan langkanya pupuk kimia juga dirasakan masyarakat di sekitar desa Banjarejo yang pada umumnya bekerja bidang pertanian. Selain itu

masyarakat sekitar juga bekerja dibidang budidaya perikanan yaitu budidaya kolam gurame. Untuk meningkatkan produksi dan kualitas perikanan diperlukan adanya perawatan kolam. Oleh karena itu masyarakat sekitar biasanya melakukan pengurasan dan mengalirkan limbah air kolam ke lahan sekitar, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Air kolam yang sudah menjadi limbah mempunyai ciri-ciri keasaman air (pH) lebih dari 8 dan suhu air yang melebihi kisaran antara 24-28 derajat C.

Air limbah kolam gurame mengandung unsur hara salah satunya nitrogen yang ada dalam protein pelet ikan yang berpotensi dapat diolah menjadi pupuk. Untuk itu diperlukan pengolahan lebih lanjut agar bisa meningkatkan nilai guna limbah air kolam dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang berkala.

Mengetahui fenomena masyarakat tersebut, hal inilah yang melatarbelakangi peneliti menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Potensi Limbah Air Kolam

(12)

air kolam sebagai pupuk organik ke tumbuhan jagung (Zea Mays) untuk

mengetahui percepatan tumbuhan tersebut.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas rumusan masalah yang diambil adalah : 1. Apakah manfaat limbah air kolam sebagai pupuk organik cair ?

2. Bagaimanakah efektivitas air limbah kolam dalam mempercepat pertumbuhan tanaman jagung (Zea Mays) ?

3. Apa keunggulan dari penggunaan pupuk organik cair?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui manfaat limbah air kolam sebagai bahan pembuat pupuk cair. 2. Untuk mengetahui efektivitas air limbah kolam dalam mempercepat

pertumbuhan tanaman jagung (Zea Mays)

3. Untuk mengetahui keunggulan pengunaan pupuk organik air.

1.4Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan solusi kepada masyarakat untuk meningkatkan produksi pertanian dengan pupuk yang berasal dari limbah air kolam.

2. Untuk mengetahui variabel yang menunjukan hasil yang optimal.

3. Dapat membantu masyarakat dalam mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah air kolam.

(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Unsur Hara di Dalam Pupuk

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen (Hadisuwito, Sukamto. 2006: 9-10).

Menurut kebutuhan tanaman, pupuk dibagi menjadi pupuk makro dan mikro. Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, terdiri dari unsur makro primer dan sekunder. Unsur makro primer meliputi Nitrogen (N), Pospat (P), dan Kalium (K). Berikut unsur dan kegunaan makro primer (Budiyanto, pengertian dan Macam-macam Pupuk, http://budisma.web.id/ 28 maret 20013, 10:58)

Unsur Kegunaan

Nitrogen (N) Mendorong pertumbuhan daun, cabang dan batang, mendorong pertumbuhan akar,

Phosfor (P) Mempengaruhi pertumbuhan bunga dan buah

Kalium (K) Memperkokoh tubuh tanaman, dipakai oleh tanaman dalam penyerahap bahan dan energi yang dihasilkan dari fotosintessis

2.2. Pupuk Organik Cair

(14)

terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang mati. Pupuk organik termasuk

pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur mikro (Hadisuwito, Sukamto, 2006: 9-10).

Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Kelebihan dari pupuk cair adalah dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman (Hadisuwito, Sukamto 2006).

2.3. Peranan Pupuk di Wilayah Indonesia

Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitas pertanian, termasuk di dalamnya komoditas padi. Penggunaan pupuk berimbang sesuai kebutuhan tanaman telah membuktikan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan yang baik bagi petani (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2004). Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa petani cenderung tidak lagi memperhatikan penggunaan pupuk berimbang, akibat di satu sisi harga jual produk pertanian yang sangat fluktuatif dan cenderung merugikan petani, serta di

sisi lain semakin mahalnya biaya produksi. Kalau kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akan menyebabkan sektor pertanian semakin tidak menarik bagi petani di Indonesia yang pada akhirnya berdampak terhadap ketahanan pangan nasional (Adnyana dan Kariyasa, 2000).

Kasus terjadinya kelangkaan pupuk urea merupakan fenomena yang terjadi secara berulang hampir setiap tahun. Fenomena ini merupakan kasus menyimpang dan tidak semestinya terjadi, mengingat produksi Urea dalam negeri jauh melebihi kebutuhan. Bahkan Indonesia merupakan eksportir utama Urea, sementara distribusinya dikendalikan pemerintah dengan kebijakan yang lengkap untuk menjamin ketersediaan pupuk dengan HET di kios pengecer di seluruh pedesaan Indonesia (Simatupang, 2004).

2.4. Kolam Gurame

(15)

dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya, dan target produksinya.

Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat berfungsi sebagai sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat menumbuhkan makanan alami (Puspita, Lani dkk, 2005:38).

Suhu udara pada kolam gurame berkisar antara 24,5 – 38 °C. Kelembaban udara pada kolam gurame berkisar antara 49,8 – 73,6 %, Terlihat bahwa kelembaban udara terendah mencapai angka di bawah 50% padahal lingkungan kolam terdapat banyak air. Hal ini dipengaruhi oleh kejernihan dan kedalaman air sebagaimana hukum Beer Lambert. Air kolam gurame yang lebih keruh menjadikan cahaya yang mengenai kolam gurame diserap banyak, hal ini mengakibatkan suhu air kolam gurame tinggi. Suhu air yang tinggi memicu penguapan air lebih banyak, sehingga didapatkan kelembaban terendah pada kolam gurame masih tinggi (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011).

Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%

untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C (http://www.iptek.net.id).

(16)

1. Kolam penyimpanan induk

Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.

2. Kolam pemijahan

Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.

3. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan

Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

4. Kolam pembesaran

Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.

2.5. Limbah Air Kolam Gurame

(17)

2.6. Pemanfaatan Kolam

Pada awalnya kegiatan budidaya ikan dilakukan secara sederhana dengan membangun kolam di belakang rumah untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri.

Namun tingginya permintaan ikan air tawar memacu perkembangan teknik budidaya

untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Saat ini kegiatan budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha dan mata pencaharian yang menguntungkan masyarakat (Puspita, Lani dkk 2005:37).

Sejumlah petani di Gunungkidul, Yogyakarta memanfaatkan air limbah kolam ikan sebagai pengganti pupuk. Proses tersebut dilakukan seiring berkembangnya budidaya ikan di daerah tersebut. Air limbah kolam ikan bagi sebagian masyarakat biasanya akan dibuang ke aliran sungai. Namun petani di desa Plembutan, kabupaten Gunungkidul malah menggunakannya sebagai pupuk. Hasilnya, selain tanaman dapat tumbuh subur, air limbah tersebut dapat mengganti pupuk kimia. Sehingga pengeluaran petani dapat dihemat hingga Rp 500 ribu untuk setiap lahan persawahan. Teknologi tersebut diharapkan dapat dilirik pemerintah. Sebab selain menguntungkan, teknologi tersebut juga dapat melepas ketergantungan terhadap

produk berbahan kimia. (Metro TV, Petani Gunung Kidul Ubah Air Limbah Jadi Pupuk, 16 Maret, 12:13)

2.7. Morfologi Jagung (Zea Mays)

Jagung atau zea mays L. merupakan tanaman semusim yang berasal dari famili poaceae. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari, namun terkadang dapat lebih cepat atau lebih pendek tergantung lama penyinaran dan suhu (Pursegloves 1975).

(18)

2.8. Pertumbuhan Jagung (Zea Mays)

Jagung merupakan tanaman yang dapat beradaptasi baik dengan lingkungannya. Tanaman ini dapat dijumpai mulai dari lintang 550N sampai 400S dan mulai atas permukaan laut sampai ketinggian 4000 meter (Goldsworthy 1974 dalam Fisher & Palmer 1983). Untuk pertumbuhan optimal, jagung membutuhkan suhu rata-rata 24 0C selama periode pertumbuhan (Leng & Aldrich 1972, Martin et al. 1976, Muhadjir et al. 1977 dalam Muhadjir 1988).

Tanaman jagung tumbuh optimal pada pH tanah 6-7 dengan suhu udara berkisar 22-26°C. Ketinggian tempat untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung antara 200-800 mdpl, meskipun tanaman jagung masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah berketinggian sampai 1800 mdpl. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan. Tanaman jagung membutuhkan pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah tinggi selama berlangsungnya proses budidaya jagung karena tanaman jagung termasuk tanaman sensitif dan rakus terhadap nitrogen (petunjukbudidaya.blogspot.com, 29 Juli 21:10)

Kebutuhan air terbanyak dibutuhkan pada fase pembungaan dan pengisian

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian yang diperlukan mulai penentuan judul sampai penyelesaian karya tulis ilmiah memerlukan waktu kurang lebih selama empat bulan terhitung mulai 31 Maret 2013 hingga 29 Juli 2013. Waktu untuk fermentasi limbah air kolam dengan campuran EM4 dilakukan selama tujuh hari. Eksperiman pemberian pemberian pupuk cair yaitu hasil fermentasi limbah air kolam dan EM4 ke tanaman jagung. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat, yaitu :

1. Rumah peneliti yaitu di dusun Trate Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri sebagai lokasi eksperimen fermentasi limbah air kolam dan pengamatan tanaman jagung.

2. MAN Kota Kediri 3 Jalan Letjen Soeprapto No. 58 Kediri sebagai tempat pengolahan data.

3.2Alat dan Bahan

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

3.2.1 Alat :

a. Botol air mineral ukuran dua liter d. Penggaris

b. Gelas ukur e. Timba

c. Cangkul f. Benang

3.2.2 Bahan :

a. Limbah air kolam gurame d. Tanah

b. Cairan EM4 e. Pupuk kompos c. Benih jagung f. Polybag

3.3Sampel Penelitian

(20)

3.4Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah metode eksperimen, Sebagai objek penelitian yaitu jagung (Zea Mays). Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan fermentasi limbah air kolam dengan cairan EM4 selama satu minggu. Objek penelitian ditanam dengan ketentuan lima tanaman untuk satu variabel. Variabel penelitian berjumlah enam, yaitu :

 POC = Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam eksperimen ini terbagi menjadi empat tahap, yaitu : 1. Tahap pembuatan pupuk cair dari limbah air kolam gurame

a. Pengambilan air limbah kolam gurame

Dilakukan pengambilan sampel limbah air kolam gurame sebanyak dua liter yang telah melewati batas waktu masa ganti untuk kolam gurame kurang lebih dua minggu.

b. Fermentasi air limbah air kolam Gurame dengan EM4

Fermentasi limbah air kolam dan cairan EM4 selama satu minggu, ketentuan pemberian EM4 yaitu 20-50 cc/satu liter limbah air kolam. Disimpan di botol ukuran dua liter dan kedap udara untuk mempercepat proses fermentasi. Setelah proses fermentasi, pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame siap digunakan.

2. Tahap penanaman tanaman jagung

(21)

Dilakukan pengambilan tanah sebagai media penanaman dengan

menggunakan cangkul, kemudian dicampur pupuk kompos dengan perbandingan 1 : 1. Masukkan tanah kedalam 30 polybag yang telah disiapkan.

b. Penanaman benih jagung

Pertama dilakukan pemilihan benih jagung hibrida kualitas unggul. Kemudian melubangi tanah pada setiap polybag. Masukkan benih jagung kedalam lubang tanah. Tutup kembali tanah yang sudah terisi oleh benih jagung.

3. Tahap pemeliharaan tanaman jagung a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan satu kali sehari untuk menjaga kelembaban tanah, bila hujan tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan sejak tahap penanaman.

b. Pemupukan

Dilakukan eksperimen empat kali pemupukan dan melakukan pengamatan sampai masa panen, berupa pemberian pupuk cair dan pupuk padat pada

tanaman jagung dengan ketentuan yang telah disebutkan diatas. 4. Tahap pengamatan dan pengumpulan data

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi kualitatif untuk menentukan kualitas tanaman dan metode kuantitatif untuk menghitung pertumbuhan tanaman setiap minggu sampai masa panen. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan dilakukan uji statistik untuk mengetahui hasil yang paling optimum. Hasil analisis kemudian direvisi, direduksi dan dari hasil akhir ditarik kesimpulan hasil penelitian.

3.6Teknik Analisis Data

(22)

3.6.1 Pengukuran Diameter Tanaman

Pengukuran pertumbuhan jagung (Zea Mays) diasumsikan bahwa jagung berbentuk lingkaran sempurna sehingga pengukuran pertumbuhan jagung (Zea Mays) mempergunakan satuan luas lingkaran dimana sebelumnya telah dihitung diameter tanaman jagung.

3.6.2 Uji beda Rata-Rata Seluruh Variabel (Uji F)

Untuk melakukan analisa data hasil pertumbuhan jagung, digunakan uji statistik F atau Fisher test yang disebut juga dengan uji analisis ragam atau ANOVA (Analysis of Variance). Uji F digunakan untuk mencari perbedaa antara nilai rata-rata atau nilai kelompok data dan menganalisa bagaimana pengaruh perlakuan terhadap kelompok uji.

Dalam uji ini menggunakan rumus atau kuadrat standar deviasi.

(23)

= Rata-rata

xk = Besar nilai masing-masing variabel k = Banyaknya variabel

n = Banyaknya percobaan yang dilakukan

= Taksiran pertama

= Taksiran kedua

S = Selisih nilai masing-masing variabel dengan rata-rata Fh = F hitung

 Terima H0 jika F tabel > F hitung, artinya diantara keseluruhan variabel tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

 Tolak H0 jika F tabel < F hitung, artinya diantara keseluruhan variabel terdapat perbedaan yang signifikan.

3.7Skema Penelitian

Pengambilan Limbah Air Kolam

Fermentasi Limbah Air Kolam dengan Cairan EM4

(24)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays)

Setelah melakukan pengamatan sampai masa panen, diperoleh data pertumbuhan tinggi (cm), diameter (cm), dan jumlah daun tanaman jagung (Zea Mays) sebagai berikut :

4.1.1 Tabel 1 Rata-Rata Pertumbuhan Tinggi Seluruh Variabel Tanaman Jagung (Zea Mays)

No Variabel Rata-Rata Per Variabel (xk)

4.1.2 Tabel 2 Rata-Rata Pertumbuhan Panjang Diameter Seluruh Variabel Tanaman Jagung (Zea Mays)

No Variabel Rata-Rata Per Variabel (xk)

(25)

4.1.3 Tabel 3 Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea Mays)

No Variabel Rata-Rata Per Variabel (xk)

(x) = Rata-Rata Pertumbuhan Daun Tanaman Jagung

4.2Uji Beda Rata-Rata dengan Fisher Test (Uji F)

Untuk melakukan analisis data, peneliti menggunakan uji beda rata-rata statistik F

(Fisher Test) sebagai berikut :

4.2.1Uji F Terhadap Tinggi Tanaman Jagung 4.2.1.1

 Kesimpulan : terdapat perbedaan yang signifikan 4.2.2Uji F Terhadap Diameter Tanaman Jagung

4.2.1.2

 db pembilang (k-1) = (6-1) = 5

 db penyebut k(n-1) = 6(5-1) = 24

(26)

α 0,01 = 3,89 Keterangan :

 Hasil uji : F tabel > F hitung

 Keputusan : tolak H1

 Kesimpulan : terdapat perbedaan yang signifikan

4.3Tabel 4 Hasil Uji Laboratorium dan Perbandingan Kadar Unsur Hara

Setelah dilakukan uji laboratorium yang dilakukan peneliti di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang diperoleh data berupa kadar N, P, K pada pupuk organik cair (POC) dari limbah air kolam. Dan berikut beserta perbandingan dengan salah satu produk pupuk organik cair MASAGRI, sebagai berikut :

NO Pupuk Organik Cair

Kadar (g/100)

4.4Tabel 5 Perbandingan Analisis Biaya

Setelah melakukan analisis biaya pembuatan pupuk limbah air kolam dengan pupuk cair maka didapat hasil sebagai berikut:

No. Pupuk Organik

(27)

4.5Limbah Air Kolam Gurame dapat Dimanfaatkan sebagai Pupuk Organik Cair Limbah air kolam gurame merupakan salah satu larutan yang mengandung berbagai nutrisi makanan di dalamnya. Kandungan tersebut salah satunya adalah lemak dan protein yang terkandung pada pelet pakan ikan yang kemudian terlarut dalam air. Selain dari pelet ikan, sumber nutrisi lainnya di dapat dari kotoran ikan gurame. Kehidupan ikan di kolam secara rutin mengeluarkan kotoran. Ini sesuatu yang sifatnya fisiologis. Pada tingkat tertentu dan kurun waktu tertentu pula, produk kotoran ini menjadi patologis, karena bertumpuknya kotoran menimbulkan polusi, dan kondisi diperburuk dengan adanya sisa makanan yang tidak termakan. Kotoran ikan gurame ini banyak mengandung bahan organik yang berpotensi dapat diolah kembali lebih lanjut.

Limbah air kolam gurame dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair setelah dicampur dengan EM-4. Hal ini dikarenakan limbah air kolam gurame mengandung zat-zat yang dapat membantu proses pertumbuhan suatu tanaman. Penambahan EM-4 ditujukan untuk menguraikan limbah secara biologis yakni dengan fermentasi. Fermentasi tersebut dimaksudkan memberikan kesempatan mikroorganisme efektif untuk aktif dan berkembangbiak lebih banyak sehingga

dapat bekerja dengan efisien dan optimal dalam proses penguraian limbah. Sehingga limbah air kolam gurame dapat dijadikan sebagai pupuk organik cair.

4.5.1 Hasil Uji Laboratorium Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame

Tanaman memerlukan nutrisi sebagai sumber energi dan sintesis berbagai komponen sel. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak (makronutrien) diantaranya nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Protein menjadi salah satu komponen dalam pelet ikan mengandung senyawa nitrogen. Jumlah protein yang terdapat dalam pelet ikan berkisar 30%-40%. Senyawa nitrogen yang terlarut dalam air kolam merupakan salah satu senyawa organik yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan tanaman.

(28)

laboratorium kandungan N, P, K dalam pupuk organik cair dari limbah air

kolam. Hasil uji laboratorium ini didapat setelah peneliti melakukan uji laboratorium di lab kimia Universitas Muhamadiyah Malang.

Dari tabel 4.3 diketahui hasil uji laboratorium kadar N, P, K pupuk organik cair limbah air kolam. Dapat diketahui juga perbandingan kadar N,P,K pupuk organik cair limbah air kolam dengan pupuk organik cair Masagri. Perbandingan kadar Nitrogen menunjukkan perbandingan 5:1 antara pupuk organik cair limbah air kolam dengan pupuk organik cair Masagri. Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk limbah air kolam mempunyai kadar Nitrogen 0,5 % yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Selain itu kandungan fosfor dan kalium pada pupuk limbah air kolam menunjukan kadar yang tidak kalah jauh dengan pupuk organik cair Masagri.

4.5.2 Hasil Eksperimen Pemberian Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame pada Tanaman Jagung (Zea Mays)

Setelah proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah air kolam yang di fermentasi dengan EM-4, peneliti melakukan eksperimen berupa

pemberian pupuk organik cair pada tanaman jagung (Zea Mays), hal ini untuk membuktikan secara langsung bahwa limbah air kolam gurame dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.

(29)

Setelah melakukan penanaman benih jagung jenis hibrida di dalam

polybag, peneliti melakukan pengamatan selama masa pertumbuhan sampai panen. Hasil data pertumbuhan atau pertambahan pada tinggi, diameter, dan jumlah daun tanaman jagung (Zea Mays) dapat diketahui pada table pertumbuhan tanaman 4.1.1 sampai 4.1.3.

Berdasarkan tabel 4.1.1 pertumbuhan tinggi tanaman jagung (Zea Mays), dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil pertumbuhan antar variabel. Tanaman jagung pada variabel A, B, C, D, dan E mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan variabel F yang hanya diberi limbah air kolam saja. Hal ini dikarenakan pada variabel A, B, C, D, dan E diberikan perlakuan yang tidak sama dengan variabel F tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah penambahan pupuk. Pupuk Urea dan NPK untuk variabel A, pupuk Urea untuk variabel B, dan pupuk organik cair dari limbah air kolam pada variabel C, D, dan E.

Pertumbuhan tinggi tanaman jagung (Zea Mays) yang menunjukan hasil optimal ditunjukkan oleh variabel E yaitu pemberian pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame sebanyak 120 cc. Hal ini bisa dibuktikan

berdasarkan hasil data table 4.1.1.1 yaitu table rata-rata tinggi seluruh variabel setelah dilakukan pengamatan sampai masa panen. Tanaman jagung (Zea Mays) pada variabel E menunjukan nilai hasil rata-rata variabel pertumbuhan paling tinggi yaitu 26,3 cm. Sedangkan variabel A, B, C, D, F menunjukan hasil rata-rata pertumbuhan lebih kecil atau lambat, hal ini dikarenakan tanaman jagung (Zea Mays) pada variabel E memperoleh perlakuaan pemberian pupuk organik cair paling banyak yaitu 120 cc. Pupuk organik cair ini sangat berperan dalam pertumbuhan akar dan batang tanaman pada masa awal pertumbuhan. Semakin tinggi kadar atau jumlah nitrogen dalam pupuk, semakin bagus untuk pertumbuhan tanaman jagung (Zea Mays).

(30)

pertumbuhan diameter tanaman lebih besar daripada variabel C, D, E, dan F.

Pada variabel A diperoleh besar nilai rata-rata pertumbuhan (xk) 0,41 dan untuk variabel B 0,40. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan terhadap tanaman jagung. Perbedaan tersebut adalah pada variabel A dan B memperoleh perlakuan pemberian pupuk kimia, yaitu Urea+NPK pada variabel A dan pupuk urea untuk variabel B. Sedangkan variabel C, D, E diberi pupuk organik cair dari limbah air kolam dan variabel F diberi limbah air kolam saja.

Pertumbuhan diameter tanaman jagung (Zea Mays) yang menunjukan hasil optimal ditunjukkan oleh variabel A yaitu pemberian pupuk kimia lengkap Urea dan NPK. Hal ini bisa dibuktikan berdasarkan hasil data table 4.1.2 yaitu table rata-rata diameter seluruh variabel (xk) setelah dilakukan pengamatan sampai masa panen. Tanaman jagung (Zea Mays) pada variabel A menunjukan nilai hasil rata-rata variabel pertumbuhan paling tinggi yaitu 0,41 cm. Sedangkan variabel A, B, C, D, F menunjukan hasil rata-rata pertumbuhan lebih kecil atau lambat. Hal ini dikarenakan pada variabel A, tanaman mendapat unsur hara yang lebih dari pupuk Urea dan NPK.

(31)

4.6Efektifitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame pada Tanaman Jagung (Zea Mays)

Hasil uji laboratorium di Universitas Muhamadiyah Malang menunjukan adanya unsur hara dalam pupuk organik cair yang dapat membantu pertumbuhan. Setelah melakukan eksperimen dan data hasil pengamatan terkumpul, peneliti melakukan analisa statistik untuk mengetahui bagaimana efektifitas pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame. Setelah melakukan uji beda rata-rata atau uji statistik F (Fisher Test), diketahui hasil analisa statistic.

4.6.1Terdapat Perbedaan yang Signifikan pada Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung (Zea Mays) di Setiap Variabel

Dari hasil uji statistik beda rata-rata (Fisher Test), dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi yang signifikan antar variabel eksperimen tanaman jagung. Dari analisa statistik ini dapat diketahui masing-masing variabel memiliki intensitas pertumbuhan tinggi yang tidak sama.

Dari hasil perhitungan, diketahui F hitung dari pertumbuhan tinggi jagung yaitu 3,9. Untuk F table dengan derajat kebebasan 0,05 bernilai 5,24 itu berarti F table lebih besar dari F hitung, sehingga masih belum terdapat perbedaan yang

signifikan antar variabel. Namun untuk F table dengan derajat kebebasan 0,1 yang bernilai 2,1 dan F table dengan derajat kebebasan 0,01 bernilai 3,89 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi yang signifikan antar variabel, karena F hitung lebih besar dari F table.

4.6.2 Terdapat Perbedaan yang Signifikan pada Pertumbuhan Panjang Diameter Tanaman Jagung (Zea Mays) di Setiap Variabel

Dari hasil uji statistik beda rata-rata (Fisher Test), dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan diameter yang signifikan antar variabel eksperimen tanaman jagung. Hal ini dapat diketahui dari hasil analisa perhitungan uji F.

(32)

diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan pertumbuhan

diameter antar variabel.

4.7Keunggulan dan Kelemahan Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame

Limbah air kolam sebagai pupuk organik cair sangat mudah diproduksi. Pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame ini diharapkan mampu membantu sektor pertanian, selain itu warga yang mempunyai budidaya ikan dapat menambah pengetahuan untuk mengolah limbah air kolam yang selama ini dianggap tidak bermanfaat. Di dalam penelitian ini, pupuk organik cair dari limbah air kolam mempunyai keunggulan dan kelemahan yang pada masa depan masih bisa diatasi.

4.7.1 Limbah Air Kolam Gurame sebagai Bahan Pupuk Organik Cair Cukup Melimpah Terdapat di Masyarakat

Budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha yang sudah banyak terdapat di wilayah Indonesia. Pada awalnya kegiatan budidaya ikan dilakukan secara sederhana dengan membangun kolam di belakang rumah untuk

mencukupi kebutuhan pangan sendiri. Namun tingginya permintaan ikan air

tawar memacu perkembangan teknik budidaya untuk mendapatkan hasil

produksi yang maksimal. Saat ini kegiatan budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha dan mata pencaharian yang menguntungkan masyarakat (Puspita, Lani dkk 2005:37). Budidaya ikan ini tentunya menghasilkan limbah air kolam yang kemudian dibuang dan jarang dimanfaatkan. Limbah air kolam yang cukup melimpah ini dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk organik cair agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Diantaranya polusi udara karena bau limbah yang tidak teratasi.

(33)

4.7.2 Penggunaan Pupuk Organik Cair dapat Memberikan Unsur Hara Sesuai Kebutuhan Tanaman

Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitas pertanian. Penggunaan pupuk berimbang sesuai kebutuhan tanaman telah membuktikan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan yang baik bagi petani (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2004). Pupuk organik cair limbah air kolam gurame dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur, sehingga penggunaan pupuk dapat berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman.

4.7.3 Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame dapat Menekan Modal Biaya Produksi Pertanian

Berdasarkan table 4.4 mengenai perbandingan analisis biaya, harga pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame hanya membutuhkan biaya produksi Rp 18.000 untuk membeli cairan EM4 yang digunakan untuk proses fermentasi.. Harga ini sangat terjangkau apabila dibandingkan dengan harga pupuk kimia ataupun pupuk organik cair Masagri seharga Rp 150.000 yang dijadikan objek perbandingan. Pupuk organik cair limbah air kolam ini sudah

siap diproduksi dan akan menjadi penghasilan tambahan apabila warga yang mempunyai budidaya ikan mau memanfaatkannya. Pupuk limbah air kolam juga akan menekan biaya modal para petani untuk menghasilkan suatu produk pertanian.

4.7.4 Masih Dibutuhkan Pengembangan Lebih Lanjut Guna Meningkatkan Kuantitas Unsur Hara dalam Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam

(34)

Hasil uji laboratorium menunjukan rata-rata kadar nilai unsur hara yang masih

belum tinggi.

(35)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Limbah air kolam gurame dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik cair. Hasil eksperimen menunjukan ada pengaruh pemberian pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame pada pertumbuhan. Telah dilakukan uji laboratorium dan hasil menunjukkan terdapat unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang cukup sebanding dengan produk pupuk organik cair lain. Variabel E menunjukan hasil terbaik rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung (Zea Mays) dan variabel A menunjukan hasil terbaik rata-rata pertumbuhan diameter tanaman.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antar variabel dalam pertumbuhan tinggi dan panjang diameter tanaman jagung menggunakan pupuk organik cair dari limbah air kolam.

3. Pupuk organik cair dari limbah air kolam bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi para petani dan warga yang mempunyai budidaya ikan gurame.

4. Keunggulan pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame diantaranya yaitu keberadaan limbah air kolam gurame sebagai bahan pupuk organik cair cukup melimpah, penggunaan pupuk organik cair dapat memberi unsur hara sesuai kebutuhan tanaman, biaya produksi pupuk organik cair sangat murah.

5.2Saran

1. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame.

2. Petani sebaiknya beralih menggunakan pupuk organik cair karena dapat menekan biaya dan dapat memberikan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman. 3. Warga yang mempunyai budidaya ikan di kolam sebaiknya tidak membuang

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Yunus. (2009) Model Simulasi Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Bogor :

Departemen Geofisika Dan Meteorologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Hadisuwito,Sukaamto. (2006) Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta : Agro Media Pustaka

Kariyasa, Ketut, dkk (2004) “Usulan Tingkat Subsidi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang Relevan Serta Perbaikan Pola Perindustrian Pupuk di Indonesia”, AKP.

Volume 2 No 3 : 277-287.

Puspita, L., E. Ratnawati, I N. N. Suryadiputra, A. A. Meutia. (2005) “Lahan Basah Buatan di Indonesia”: Bogor: Wetlands International -Indonesia Programme. Simarmata, Tualar. Revitalisasi Kesehatan Ekosistem Lahan Kritis Dengan

Memanfaatkan Pupuk Biologis Mikoriza Dalam Percepatan Pengembangan Pertanian Ekologis Di Indonesia. No. 15 : 289-306

Sitanggang, M. (1999) Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya

Budisma (2004) Pengertian dan Macam-macam Pupuk. From:

http://budisma.web.id/materi/sma/pembibitan-tanaman/pengertian-dan-macam-macam-pupuk/ 28 Maret 2013

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2011) diakses pada tanggal 15 Juli 2013 Metro TV (2012) Petani Gunungkidul Ubah Air Limbah Jadi Pupuk. From :

http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/03/12/146981/Petani-gunungkidul-Ubah-Air-Limbah-Jadi-Pupuk/6, 16 Maret 2013

(37)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua

Nama : Muhamad Ali Shodiqi

NIS : 8635

Tempat, Tanggal lahir : Kediri, 01 September 1996

Alamat : Dusun Trate Desa Banjarejo

Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri Nomor Telepon/HP : 085649009062

E-mail : shodiqiali@yahoo.co.id

Sekolah/Instansi : MAN Kota Kediri 3

Karya ilmiah yang pernah dibuat : Fenomena Botoh dalam Pemilihan Kepala Desa di Kediri

Motto : Self‐ trust is the first secret of success (Percaya

(38)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggota I

Nama : Zulfa Ulin Nuha

NIS : 8568

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 19 April 1996

Alamat : Desa Bendosari Kecamatan Kras Kabupaten Kediri

Nomor Telepon/HP : 085749167334

E-mail : ulinnuhazulfa@rocketmail.com

Sekolah/Instansi : MAN Kota Kediri 3

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Pemanfaatan Kulit Durian Sebagai Bahan Alternatif Lotion Anti Nyamuk (Juara 3 LKTI MTs/MA se-Kota Kediri dalam rangka peringatan HAB Kementrian Agama RI ke-67)

(39)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggota II

Nama : Charis Al Faiz

NIS : 8455

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 13 Mei 1996

Alamat : Desa Slumbung Kecamataan Ngadiluwih Kab. Kediri

Nomor Telepon/HP : 085790290596

E-mail : averata@ymail.com

Sekolah/Instansi : MAN Kota Kediri 3

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Kesenian Barongsai Di Klenteng Tjoe Hwie Kiong Sebagai Media Asimilasi Masyarakat Etnis Jawa Dan Tionghoa Di Kota Kediri (Juara 3 LKTI MTs/MA se-Kota Kediri dalam rangka peringatan HAB Kementrian Agama RI ke-67)

(40)

LAMPIRAN 1

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 : Limbah Air Kolam Gurame

(41)

Gambar 3 : Tanaman Jagung dalam Polybag (Zea Mays)

(42)
(43)

LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN

(44)

B. Tabel 2 Data Diameter Tanaman Jagung (Zea Mays) Sampai Masa Panen

(45)
(46)

T23 5 4 30 31 25 59 26

D. Tabel 4 Pertumbuhan Pamjang Diameter Tanaman Jagung (Zea Mays)

(47)

Tanaman

A. Tabel 4 Pertumbuhan Daun Tanaman Jagung (Zea Mays)

(48)
(49)

LAMPIRAN 3 PERHITUNGAN UJI F

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang signifikan pada masing-masing varibel baik pertumbuhan tinggi maupun panjang diameter, digunakan uji beda rata-rata Fisher Test. Rumus perhitungan untuk F hitung sebagai berikut :

dengan

n = Banyaknya percobaan yang dilakukan

A.Perhitungan Uji F (Fisher Test) Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung

Dari table 4.1.1.1 diketahui xk yaitu besar nilai/rata-rata masing-masing variabel dan rata-rata pertumbuhan tinggi seluruh variable.

=

= 3,38

16,91

(50)

B.Perhitungan Uji F (Fisher Test) Pertumbuhan Panjang Diameter Tanaman Jagung (Zea Mays)

Dari table 4.1.2.1 diketahui xk yaitu besar nilai/rata-rata masing-masing variabel dan rata-rata pertumbuhan tinggi seluruh variable.

=

= 0,008

0,04

=

0,00072

(51)
(52)

Gambar

Tabel 1 : No 1
Tabel 5 Perbandingan Analisis Biaya Setelah melakukan analisis biaya pembuatan pupuk limbah air kolam dengan
Gambar 1 : Limbah Air Kolam Gurame
Gambar 3 : Tanaman Jagung dalam Polybag (Zea Mays)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tim di dalam pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari Masayu Endang Apriyanti, S.E, M.Pd sebagai ketua dan Fitriyah Puspita, S.E, M.Pd sebagai anggota,

Hipotesis yang diajukan adalah diduga terdapat hubungan yang berarti antara explosive power otot lengan dan bahu dengan hasil pukulan forehand smash pada siswa

SMA Batik 2 Surakarta yang dipilih dengan purposive sampling .Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.Validitas data dengan

Ketidakpedulian terhadap realitas masyarakat akan membuat fatwa atau ijtihad seorang ulama tidak sempurna dan cenderung keliru, demikian pula ijtihad yang dilontarkan ke

Aturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi kaitannya dengan gratifikasi, dapat disimpulkan bahwa tidak benar dalam atuan tersebut melarang memberikan hadiah

Bab ini memaparkan hal-hal yang meliputi: latar belakang penelitian yang diawali dengan fenomena perubahan dari Telkom Learning Center menjadi Telkom Corporate

Pasien refrakter (±25%-30% pada ITP) didefinisikan sebagai kegagalan terapikortikosteroid dosis standar dan splenektomi serta membutuhkan terapi lebih lanjut karena ATyang rendah

Konsumsi protein hewani bersifat protektif terhadap kejadian stunting, balita yang tidak menghabiskan makanannya setiap kali makan berisiko 3 kali lebih besar