• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINERGITAS LEMBAGA SOSIAL DALAM PENCAPAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SINERGITAS LEMBAGA SOSIAL DALAM PENCAPAI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SINERGITAS LEMBAGA-LEMBAGA SOSIAL DALAM PENGOPTIMALAN PEMBELAJARAN

(ARTIKEL)

ABSTRAK

Sejarah mencatat pemerintah Indonesia sudah beberapa kali mengubah kurikulum pendidikan nasional, mulai dari kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, serta 2006 dan Kurikulum 2013. Dan Hasilnya? Iya pertumbuhan memang ada dan cukup terasa, namun tetap saja dunia pendidikan dihadapkan dengan masalah yang terkesan itu-itu saja. Masalah keabsahan kurikulum, pemeratan pendidikan, kesejahteraan gaji guru, bahkan pendidikan yang di politisasi. Solusinya? Kemajemukan dalam memandang pendidikan sebagai hak semua warga Negara dan memandang pendidikan adalah cerminan masa depan sebuah bangsa sangatlah dibutuhkan. Dalam lingkup kelas misalnya, yang dimaksud pembelajaran integrative (dalam K-13) itu adalah integrasi antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya, dan integrasi moral spiritual beserta etika terhadap bidang pelajaran lainnya sehingga tercipta peserta didik yang berintegritas utuh sebagai manusia dan warga negara yang baik. Dalam lingkup pendidikan nasional tidak hanya seputar persekolahan formal yang bertaggung jawab mendidik seluruh anak atau warga Negara, tapi ada beberapa lembaga lain yang ikut serta membantu dan sangat bertanggungjawab pula dalam sinergitas pembangunan pendidikan.

Hemat saya, dalam trias politika, tiga lembaga tinggi Negara yaitu lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif adalah tiga lembaga terpisah tetapi wajib bersinergi satu sama lain. Setiap lembaga memiliki fungsi dan peran tersendiri, memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, tetapi wajib bersinergi agar roda pemerintahan berputar. Bagaimana jika pada pendidikan kita terapkan hal yang tersebut?. Sistem seperti apakah yang ideal guna menjalankan model seperti itu?.

(2)

PEMBAHASAN

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar dan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu lama. Sebaliknya, jika bahan belajar mudah dan siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan waktu singkat.

Pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ditemukan dua subjek, yaitu siswa dan guru. Proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru. Dalam proses belajar, ditemukan tiga tahap penting yaitu :

1. Sebelum belajar yaitu mencakup ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar.

2. Proses belajar, yaitu suatu kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali, dan unjuk berprestasi.

3. Sesudah belajar merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar. Secara wajar, diharapkan agar hasil belajar menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan sebelum belajar.

Dalam usaha pembelajaran siswa, maka guru melakukan pengorganisasian belajar, penyajian bahan belajar dengan pendekatan pembelajaran tertentu, dan melakukan evaluasi belajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar, siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut :

1. Sikap terhadap belajar

(3)

matematika menolak ikut ulangan di kelas lain. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian siswa.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi akan melemahkan kegiatan belajar sehingga mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

3. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran, kekuatan perhatian siswa selama tiga puluh menit telah menurun. Sehingga guru disarankan agar memberikan istirahat selingan selama beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa akan meningkat kembali.

4. Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan siswa mengolah bahan belajar menjadi makin baik bila siswa berpeluang aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori.

5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

(4)

Proses belajar terdiri dari proses pemasukan, proses pengolahan kembali dan hasil, serta proses penggunaan kembali. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti bahwa semua proses tersebut berjalan lancar. Ada siswa yang mengalami kesukaran dalam proses penyimpanan, dan sebagainya. Akibatnya, proses penggunaan hasil belajar akan terganggu dan kurang baik. 6. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan

Menggali hasil belajar tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah terterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama.

Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh, maka siswa tidak berketerampilan dengan baik.

7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau gagal berprestasi.

Dalam belajar ranah kognitif ada gejala lupa. Lupa merupakan peristiwa biasa meskipun demikian dapat dikurangi. Pesan yang dilupakan belum tentu hilang dari ingatan. Kadang kala siswa memerlukan waktu untuk membangkitkan kembali pesan yang terlupakan. Dengan berbagai pancingan dalam waktu tertentu, pesan terlupakan dapat diingat kembali. Bila pesan tersebut sudah dibangkitkan maka dapat digunakan untuk unjuk prestasi belajar maupun transfer belajar.

8. Rasa Percaya Diri Siswa

(5)

tugas, maka rasa percaya diri semakin kuat. Begitu pun sebaliknya, kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri dan siswa akan takut belajar.

Guru harus mendorong keberanian siswa terus menerus, memberikan bermacam-macam penguat, dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah berhasil. Sebagai ilustrasi, siswa yang gagal ujian bahasa Inggris, bila dimotivasi terus akhirnya akan berhasil lulus. Bahkan bila kepercayaan dirinya timbul, ia dapat lulus pada saat ujian akhir dengan nilai baik pada mata pelajaran bahasa Inggris.

9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar.

Di Indonesia, ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar yang rendah. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor seperti :

1) Kurangnya fasilitas belajar di sekolah dan rumah di berbagai pelosok.

2) Siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal. 3) Kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak memahami apa yang

dipelajari oleh anaknya di sekolah.

4) Keadaan gizi yang rendah sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik.

Dengan perolehan hasil belajar rendah yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Oleh karena itu, siswa didorong untuk belajar di bidang-bidang keterampilan sebagai bekal hidup. 10. Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik seperti: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan bergaya minta belas kasihan tanpa belajar.

(6)

11. Cita-Cita Siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke hal yang semakin sulit. Dalam mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

Lingkungan merupakan salah satu pendorong proses belajar siswa. Aktivitas belajar dapat meningkat apabila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rakayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor ekstern belajar. Ditinjau dari segi siswa, ditemuka beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar, diantaranya :

1. Guru sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Sebagai pendidik, guru memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khusunya mengenai kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelolah kegiatan belajar siswa di sekolah. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang mengembangkan diri menjadi pribadi utuh, dan menyandang profesi guru bidang studi tertentu. Guru menumbuhkan diri secara profesional, bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Hal-hal yang dipelajari oleh setiap guru, adalah:

a. Memiliki integritas moral kepribadian

b. Memiliki integritas intelektual berorientasi kebenaran

c. Memiliki integritas religius dalam kontaks pergaulan dalam masyarakat majemuk

d. Mempertinggi mutu keahlian bidang studi sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

e. Memehami, menghayati, dan mengamalkan etika profesi guru f. Bergabung dengan asosiasi perofesi

g. Mengakui dan menghormati martabat siswa sebagai klien guru Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa, meliputi :

(7)

b. Menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar c. Mengorganisasi belajar

d. Melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat e. Mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif

f. Melaporkan hasil belajar siswa pada orang tuanya guna orientasi masa depan siswa 2. Prasarana dan Sarana Pembelajaran

Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Apabila prasarana dan sarana pembelajaran ini dikelolah dengan baik, maka dapat tercipta proses belajar yang hasilnya baik pula. Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, gedung ibadah, ruang kesenian dan peralatan olahraga. Sedangkan sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Prasarana dan sarana proses belajar adalah barang yang dibeli untuk mempermudah siswa belajar sehingga menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya. Dengan adanya peran siswa diharapkan dapat mengatasi masalah kebiasaan menggunakan prasarana dan sarana yang kurang baik.

Adapun peran siswa terhadap prasarana dan sarana pembelajaran, yakni : a. Ikut serta memelihara dan mengatur prasarana dan sarana secara baik.

b. Ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara tepat guna. c. Menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka pencerdasan kehidupan

generasi muda bangsa.

d. Adapun peran guru terhadap prasarana dan sarana pembelajaran, yakni :

e. Memelihara dan mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

f. Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan siswa belajar.

g. Mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasarana dan sarana secara tepat guna. 3. Kebijakan Penilaian

(8)

menilai hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar, atau hasil pembelajaran yang terkait dengan bahan pelajaran. Siswa merupakan pelaku aktif dalam belajar, sedangkan guru merupakan pelaku aktif pembelajaran.

Hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi. Dasi sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Secara menyeluruh proses belajar berjalan dalam waktu beberapa tahun sesuai dengan jenjang sekolah. Kumpulan hasil penggal-penggal tahap belajar tersebut merupakan hasil belajar sebagai tingkat perkembangan mental siswa secara utuh. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran terkait dengan tujuan penggal-penggal tujuan pengajaran. Peran guru menilai hasil belajar berorientasi pada ukuran-ukuran pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu tingkat sekolah, wilayah, dan tingkat nasional. Dengan ukuran tersebut siswa dapat digolongkan lulus dan tidak lulus. Dari segi proses belajar, keputusan tentang hasil belajar berpengaruh pada tindak siswa dan tindak guru, yang merupakan umpan balik bagi siswa dan guru.

4. Masyarakat (Lingkungan Sosial) Siswa di Sekolah

Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal dengan lingkungan sosial siswa. Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan, dan tanggung jawab sosial tertentu. Selain itu, tiap siswa dalam lingkungan sosial di sekolah memiliki peran dan kedudukan yang diakui oleh sesamanya. Adapun pengaruh lingkungan sosial tersebut, berupa :

a. Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang dapat memperkuat dan melemahkan konsentrasi belajar.

b. Lingkungan sosial terwujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan damai; serta sebaliknya terwujud dalam suasana perselisihan, bersaing, dan saling menyalahkan. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar siswa.

c. Lingkungan sosial siswa di sekolah atau di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas.

Begitupun dengan guru, tiap guru akan disikapi secara tertentu oleh lingkungan sosial siswa. Sikap positif dan negatif terhadap guru tergantung pada kewibawaan guru.

(9)

Program pembelajaran di sekolah didasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Program pembelajaran di sekolah sesuai dengan sistem pendidikan nasional, dimana guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat, yakni suatu rencana pembangunan lima tahunan yang diberlakukan oleh pemerintah.

Perubahan kurikulum disekolah dapat menimbulkan masalah, diantaranya : a. Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah

b. Isi pendidikan berubah

c. Kegiatan belajar mengajar berubah d. Evaluasi berubah

Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya menimbulkan masalah bagi guru dan siswa, tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa. Guru perlu mengadakan perubahan pembelajaran, sedangkan siswa perlu mempelajari cara-cara belajar, buku pelajaran dan sumber belajar yang baru. Begitupun dengan petugas pendidikan, ia perlu mempelajari tata kerja pada kurikulum baru. Sedangkan bagi orang tua, mereka perlu mempelajari maksud, tata kerja, teknik belajar, peran guru, dan peran siswa dalam belajar pada kurikulum baru.

6. Peran Lembaga Keluarga

Pola asuh dan Pendidikan Anak merupakan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan. Jika dihitung sampai usia 8 tahun, maka terdapat beberapa tahap perkembangan yang harus dilalui oleh seorang anak. Beberapa Kemampuan mulai digunakan untuk menyesuaikan diri dengan dunia sosialnya. Jika seseorang anak mampu menjalankan tugas perkembangannya maka selanjutnya akan mematangkan kepribadiannya, Disinilah peran dan tanggung jawab orang tua sangat dibutuhkan dalam memberikan pendidikan disiplin dalam keluarga.

(10)

kehidupan manusia dan tersirat bahwa perlindungan terhadap tumbuh kembang anak yang merupakan sarana untuk menyiapkan generasi mendatang yang lebih tangguh merupakan tanggungjawab yang relatif cukup besar dalam satu keluarga.

Kekokohan pondasi mental dan kejiwaan pada fase awal akan menjadi filter dalam menghadapi berbagai persoalan hidupnya di kemudian hari rumah tangga adalah asal mula di mana benih-benih sopan santun ditanam dan ditumbuh-kembangkan di mana anak-anak bukan saja belajar tata cara, tapi juga nilai-nilai utama dan etika di sinilah surga di mana anak-anak belajar kebaikan, toleransi dan sikap menghargai mereka belajar berbagi dan menghargai ruang pribadi masing-masing anggota keluarga menerapkan landasan semua etiket sosial yang mereka perlu bawa sepanjang hidup mereka keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera seorang ibu dituntut untuk lebih manjaga anak-anaknya agar tidak terseret dalam pergaulan yang salah.

Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling awal dikenal dan dekat dengan anak, maka peranannya dalam pendidikan dan proses pembentukan pribadi tampak dominan. Tumbuh dan berkembangnya aspek manusia baik fisik, psikis atau mental, sosial dan spiritual, yang akan menentukan bagi keberhasilan bagi kehidupannya, sangat ditentukan oleh lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga yang kondusif sangat menentukan optimalisasi perkembangan pribadi, moral, kemampuan bersosialisasi, penyesuaian diri, kecerdasan, kreativitas juga peningkatan kapasitas diri menuju batas-batas kebaikan dan kesempurnaan dalam ukuran kemanusiaan. Dalam mengembangkan pola asuh anak untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan persiapan dan perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai dengan kondisi anak. Sebagai manusia, setiap anak mempunyai ciri individual yang berbeda satu dengan yang lain.

(11)

Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan pola asuh anak, jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya juga menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak di rumah. Kesalahan dalam pengasuhan anak di keluarga akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa pola asuh sangat tergantung pada pendidikan pola asuh anak-anak mereka dalam keluarga.

7. Peran Lembaga Pemerintah (Negara)

Peran negara dalam dunia pendidikan dilaksanakan oleh pemerintah didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 (UUD). Dalam UUD 1945 hasil amandemen Pasal 31 ayat 1- 4 disebutkan bahwa: (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah wajib menguasahakan dan menyelanggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Isi dari pasal ini adalah pengembangan dari UUD 1945 awal yang hanya terdiri dari dua pasal. Hasil amandemen mengamanatkan untuk pemerintah agar menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter (akhlak mulia) lengkap dengan pembiayaannya, yaitu 20 APBN dan 20 APBD (I dan II). Nampaknya, pasal tentang pendidikan ini muncul terkait dengan kejadian pada masa penjajahan yang mengalami diskriminasi dal;am pendidkan. Anak-anak pribumi saat itu sangat sulit mengakses pendidikan sebagaimana kaum priyayi dan warga Belanda. Kemudian direspon dengan bunyi pasal tentang hak warga negara yang tanpa diskriminasi.

(12)

oleh pemerintah. Pada wilayah sertfikasi, antrian giliran guru di bawah kemenag untuk mendapatkan tunjangan sertifkasi relatif lebih cepat dibanding dengan guru di bawah kemendikbud. Ini disebabkan ‘antrian’ di masing-masing kementerian yang tidak sama. Antrian di kemenag lebih pendek dibanding di kemendikbud.

Peran pemerintah sangat penting dalam dunia pendidikan. Pemerintah menata pendidikan menuju otonomi daerah dengan cara menata profesionalisme guru, permasalahan profesionalisme guru, memperbaiki kualitas dan gaji guru, perbaikan fasilitas pendidikan serta membangun siswa yang berkualitas.

a. Menata profesionalisme guru.

Pengembangan sumber daya manusia saat ini sedang digiatkan oleh berbagai pihak, baik lembaga-lembaga non pemerintahan maupun masyarakat luas. Tentu, ketika membicarakan SDM tidak bias dipisahkan dari tenaga-tenaga yang menghasilkan SDM itu sendiri yakni guru.

b. Permasalahan profesionalisme guru.

Citra profesi guru masih tersisih dibandingkan profesi lain seperti dokter, insinyur, pegawai swasta. Karena gaji guru paling rendah dibandingkan gaji profesi lainnya. Permasalahan rendahnya gaji guru dan berbagai persoalan yang membuntutinya dipastikan berakibat pada lamban dan tidak profesionalnya kinerja guru. Banyak saja guru yang pagi hari mengajar sore atau malam hari dilakukan untuk kerja sampingan. Profesionalisme guru yang demikian akan berdampak negative kepada suasana proses belajar mengajar yang tidak kondusif. Padahal peran guru sangat berperan serta dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk masa depan Indonesia. c. Memperbaiki kualitas dan gaji guru

(13)

atau kesejahteraan. Sebagai seorang yang professional, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dijamin kesejahteraan hidupnya dengan cara memperbaiki system imbalan dan pengaturan pemenuhan kebutuhan lainnya sampai tingkat kecukupan yang wajar. Dengan demikian diharapkan para guru dapat mengabdikan diri secara penuh kepada pelayanan pendidikan.

d. Perbaikan fasilitas pendidikan

Sarana fisik sekolah seperti yang kita ketahui bersama banyak sekolah dasar khususnya dipelosok-pelosok yang tidak terurus dan tidak tertata serta tidak memiliki sarana yang memadai. Padahal sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu guna menghadapi masa depan. Sekolah juga dipercaya sebagai dasar yang baik bagi pengembangan manusia. Pemerintah memperhatikan fasilitas pendidikan seperti rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang rusak dan pembangunan gedung baru yang permanen. Begitu juga ruang belajar dibuat agar anak didik bisa merasa nyaman dalam belajar. e. Membangun siswa yang berkualitas

Referensi

Dokumen terkait

alokasi bandwidth untuk trafik yang memiliki kebutuhan berbeda, seperti layanan Voice over Internet Protocol ( VoIP ) yang membutuhkan pengiriman paket yang

Penentuan karakter seleksi didapatkan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah gabah isi per malai, dan produktivitas dapat dijadikan sebagai karakter seleksi untuk padi sawah tadah

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi (392,224) PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT 1,638,616

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan ( Research and Development ). Pengembangan sistem informasi ini menggunakan model pengembangan waterfall

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rumput lokal dan mengetahui potensi hijauan makanan ternak yang berada di wilayah pesisir pantai Desa Mangunlegi sebagai makanan

Dengan memperhitungkan akurasi dan waktu pada saat pengenalan tahap kematangan buah manggis hasil pelatihan pada Tabel 6, maka model jaringan yang terbaik untuk penentuan

Lebih lanjut tentang plugin, Anda pun telah belajar bagaimana cara mencari dan memasang plugin sesuai dengan kebutuhan Anda, mulai dari melakukan backup data WordPress

Abstract: Pepper Plantation is currently experiencing a significant decline from both the quality as well as the difficult treatment. These problems are difficult to