BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik retrospektif dengan sumber data adalah rekam medis pasien yang telah didiagnosa dengan Osteosarkoma di RSUP Haji Adam Malik Medan.
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu BedahFK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan .Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober hingga November 2016.
3.3.Populasi dan Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian:
1. Populasi target : Penderita Osteosarkoma
2. Populasi terjangkau: Penderita osteosarkoma yang dirawat di SMF Bedah Orthopaedi RSUP. H. Adam Malik Medan dari tahun 2011-2016.
3.3.2. Subjek Penelitian: Penderita osteosarkoma yang dirawat di SMF Bedah Orthopaedi RSUP. H. Adam Malik Medan dari tahun 2011- Agustus 2016yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4.Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi
1. Tidak ada pemberian kemoterapi, radioterapi, dan transfusi darah sebelum pengambilan sampel darah.
3.Tidak ada penyakit/ gangguan hematologi 4.Tidak dijumpai infeksi dan hiperpireksia 3.4.2. Kriteria Eksklusi
Data rekam medis pasien tidak lengkap
3.5.Variabel Penelitian
Variabel Bebas : Rasio Limfosit Monosit
Variabel Tergantung : Prognosis pasien dihitung dari kematian
3.6.Perkiraan Besar Sampel
Penelitian ini menggunakantotal sampling sebagai landasan perhitungan besar sampel.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :
2 2
N =Zα +Zβ+3 =1,96 + 0,842+3 0,5ln1+r0,5ln1+0,40
1-r 1-0,40 = 50
Maka n = 50 orang Keterangan :
n = jumlah sampel
Zα = deviasi baku α (tingkat kesalahan tipe I) = 5 %, maka Zα = 1,96
Zβ = deviasi baku β (tingkat kesalahan tipe II) = 20%, maka Z β = 0,842
3.7. Definisi Operasional
a. Analisa pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi yang diambil untuk menghitung rasio limfosit-monosit adalah pemeriksaan hematologi yang dilakukan dimana sampel darah yang diambil adalah pre operasi.
b. Osteosarkoma
Diagnosis osteosarkoma ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dan klasifikasi berdasarkan Enneking kriteria.
c. Rasio Limfosit Monosit (RLM)
Rasio limfosit monosit adalah nilai limfosit dibagi nilai monosit yang didapatkan pada pemeriksaan hematologi pre operasi.
d. Penentuan cut-off value
Nilai ketahanan hidup total (overall survival) digunakan sebagai end-point maka nilai cut-off optimal dari rasio limfosit monosit diambil pada nilai maksimal dari Youden index.
e. Overall survival
Data pasien yang diambil dari tindakan operasi sampai dengan meninggal dunia.
f. High RLM(HRLM)
Pasien dengan RLM diatas nilai cut-off. g. LowRLM(LRLM)
h. Follow-up pasien
Setiap pasien di follow up secara teratur sampai meninggal dunia atau sampai dengan Agustus 2016 paska operasi.Pemeriksaan fisik, laboratorium dan imaging dilakukan pada tiap kunjungan/ kontrol.
3.8. Analisa Data Statistik
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi dari penderita osteosarkoma yang dirawat di SMF Bedah Orthopaedi RSUP. H. Adam Malik Medan, disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan.
b. Untuk menentukan cut-off value dari rasio limfosit-monosit digunakan kurva ROC. c. Perbandingan antara variable kategorikal dilakukan dengan menggunakan
Chi-Square test.
3.9. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
OSTEOSARKOMA
Enneking Kriteria dan Histopatologi (+)
- Pemeriksaan hematologi pre operasi untuk melihat jumlah limfosit dan monosit pre operasi
RLM (High/ Low)
Tindakan operasi
OUTCOME (Mortalitas)
ANALISA STATISTIK
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian melibatkan pasien osteosarkoma yang dilakukan tindakan operasi sebanyak 41subjek yang berasal dari Departemen Ortopedi Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. Pada data awal terdapat 56 pasien yang didiagnosisdengan osteosarkoma, terdapat 15 subjek yang tidak memenuhi kriteria inkulusi, sehingga jumlah subjek pada penelitian ini adalah 41 subjek penelitian. Subjek merupakan pasien yang diperoleh dari tahun 2011 hingga tahun 2016. Karakteristik subjek penelitian digambarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Karakteristik N %
Usia (mean ± SD) 22.41 + 13,79
< 20 tahun 21 51,2
>20 tahun 20 48,8
Tabel 4.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Frekuensi %
Jenis kelamin Laki-Laki 28 68.3
Perempuan 13 31.7
Total 41 100.0
Tabel 4.2 ini menjelaskan distribusi jenis kelamin pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Pada tabel di atas terlihat bahwa pasien terbanyak adalah pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 subjek penelitian (68,3%).
Tabel 4.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi Tumor
Karakteristik N %
Lokasi tumor
Humerus 7 17,3
Femur 23 56,0
Tibia 10 24,3
Fibula 1 2,4
Tabel 4.4 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Operasi
Karakteristik N %
AKA (Above Knee Amputation)
30 73,3
Fore quarter amputation 7 17,0
Disartikulasi sendi panggul 4 9,7
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa operasi terbanyak adalah AKA (Above Knee Amputation) dengan jumlah 30 subjek penelitian (73,3%).
Tabel 4.5 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Metastasis
Frekuensi %
Metastasis Metastasis (+) 25 61,0
Metastasis (-) 16 39,0
Total 41 100.0
Tabel 4.6. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Stadium Klinis
Frekuensi %
Stadium Stage III 25 61,0
Stage I-II 16 39,0
Total 41 100.0
Tabel 4.6 ini menjelaskan tentang distribusi stadium osteosarkoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Pada tabel di atas menjelaskan bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan stadium III yaitu sebanyak 25 subjek penelitian (61,0%).
Tabel 4.7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kemoterapi
Frekuensi %
Kemoterapi Kemoterapi (+) 30 74,6
Kemoterapi (-) 11 25,4
Total 41 100.0
Tabel 4.8 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Prognosis
Frekuensi %
Prognosis Mati 36 87,8
Hidup 5 12,2
Total 41 100.0
Tabel 4.8 ini menjelaskan tentang distribusi prognosis pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Pada tabel di atas menjelaskan bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan kematian yaitu sebanyak 36 subjek penelitian (87,8%).
Gambar 4.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan kematian 0
0-6 bulan 7-12 bulan 13-18 bulan 19-24 bulan > 24 bulan
4.2. Analisis Bivariat
Pada analsis bivariat terlebih dahulu dicari nilai ROC dari rasio limfosit monosit. Dari diagram di bawah ini terlihat bahwa nilai AUC rasio limfosit monosit yang diperoleh adalah 2,34. Lebih lengkap dapat terlihat di bawah ini.
Gambar 4.2 ROC Rasio Limfosit-Monosit
Tabel 4.9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Rasio Limfosit-Monosit
Frekuensi %
Rasio Limfosit-Monosit (RLM)
RLM Rendah 23 56,1
RLM Tinggi 18 43,9
Total 41 100.0
Tabel 4.9 ini menjelaskan tentang distribusi rasio limfosi-monosit pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Pada tabel di atas menjelaskan bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan rasio limfosi-monosit rendah yaitu sebanyak 23 subjek penelitian (56,1%).
Tabel 4.10 Distribusi RLM Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Metastasis, Stadium, Kemoterapi dan Lokasi Tumor
Variabel Low RLM High RLM
Usia 0-20 tahun 15 6
Usia > 20 tahun 8 12
Laki-laki 18 10
Perempuan 5 8
Metastasis (+) 16 9
Stage I-II 7 9
Stage III 16 9
Kemoterapi (+) 16 14
Kemoterapi (-) 7 4
Femur 11 12
Tibia 7 3
Humerus 5 2
Fibula 0 1
Pada tabel 4.10 diatas tampak hubungan antara variabel bebas dengan rasio limfosit monosit.
4.2.1.Chi Square Test
Tabel 4.11 Cross Tabulation antara Rasio Limfosit-Monosit dan Prognosis
RLM Rendah
RLM
Tinggi Jumlah
prognosis Mati 21 15 36 p =0,083
Hidup 2 3 5
Total 23 18 41
Chi-Square Test
Pada tabel di atas terlihat bahwa data paling banyak adalah pasien osteosarkoma dengan nilai RLM rendah dan mengalami kematian. Dengan diperoleh nilai p = 0,083. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara Rasio Limfosit-Monosit dan Prognosis pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
4.2.2. Kurva Kaplan Meier
Gambar 4.3 Kurva Kaplan Meier
Pada kurva di atas tampak angka overall survival pada HRLM lebih baik dibandingkan LRLM, pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP. H. Adam Malik Medan. Pada HRLMnilai one year survival dan two years survival didapatkan masing-masing 0,5 dan 0,38. Pada LRLM nilai one year survival dan two years survival 0,38 dan 0,08. Hal ini menunjukkan bahwa one year survival dan two year survival pada HRLMlebih baik daripada LRLM.
4.3. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini target sampel minimal tidak terpenuhi yaitu 50 sampel peneltian,
yang diperoleh hanya 41 sampel.
Terdapat sebagian pasien osteosarkoma yang tidak dapat dihubungi sehingga ada
beberapa data yang tidak diperoleh.
Pada penelitian ini tidak dilakukan homogenitas data sehingga dapat menimbulkan
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian melibatkan pasien osteosarkoma yang dilakukan tindakan operasi sebanyak 41 orang yang berasal dari Departemen Ortopedi Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. Pada data awal terdapat 56 pasien yang didiagnosis osteosarkoma di RSUP. H. Adam Malik Medan. Dari keseluruhan populasi terdapat 15 subjek yang tidak memenuhi kriteria inkulusi dan ekslusi, sehingga jumlah subjek pada penelitian ini adalah 41 subjek penelitian. Subjek merupakan pasien yang diperoleh dari tahun 2011 hingga tahun 2016.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rerata usia subjek penelitian adalah 22.41 + 13,79. Pada tabel terlihat bahwa subjek dengan usia< 20 tahun tahun dibandingkan dengan usia > 20 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa insidens yang tinggi dari osteosarkoma pada usia 10 – 20 tahun dan >40 tahun. Pada penelitian lain disebutkan bahwa Osteosarkoma dapat terjadi pada rentang usia 2 sampai 92 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dekade kedua (60%) dan dekade ketujuh (10%). Puncak pertama pada usia 10 – 20 tahun dan puncak kedua pada usia 60 tahun (Ottaviani, 2009).
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa pasien terbanyak adalah pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 subjek penelitian (68,3%). Sesuai dengan Penelitian Ottaviani dengan hasil kejadian pada laki-laki dibandingkan perempuan lebih kurang1,4 : 1. Berdasarkan lokasi lesi, osteosarkoma intraosseus sering terjadi pada dekade kedua, sedangkan osteosarkoma ekstraskeletal sering terjadi pada orang dewasa.
jumlah 30 subjek penelitian (75,2%). Pada penelitian Bielack disebutkan bahwa osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth plate) sangat aktif, yaitu pada distal femur, proksimal tibia/fibula, proksimal humerus dan pelvis (Bielack, 2009). Osteosarkoma intraosseus umumnya terjadi di tulang panjang anggota tubuh dekat lempeng pertumbuhan metafiseal. Paling sering dijumpai pada femur (42% dengan tujuh puluh lima persennya pada distal), tibia (19% dengan delapan puluh persennya berada di tibia proksimal), humerus (10% dengan sembilan puluh persennya berada di humerus proksimal), tengkorak atau rahang (8%) dan pelvis (8%) (Geller, 2010).
Pada tabel 4.5 menjelaskan tentang terjadinya metastase pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Pada tabel di atas menjelaskan bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan metastase yaitu sebanyak 25 subjek penelitian (61,0 %). Hal yang berbeda tampak pada penelitian Liu yang menyebutkan bahwa pasien tanpa metastase lebih banyak daripada dengan metastase yaitu 60,2 %.
Pada tabel 4.6 menjelaskan bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan stadium III yaitu sebanyak 25 subjek penelitian (61,0%). Hal ini berbeda dengan penelitian Liu, yang menyebutkan bahwa stadium klinis I-II lebih banyak yaitu 51.4%. Pada tabel 4.7 di atas menjelaskan bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan kemoterapi yaitu sebanyak 30 subjek penelitian (74,6 %). Hal ini sesuai penelitian dari Liu dengan hasil pasien yang menjalani kemoterapi lebih banyak daripada tidak dengan jumlah 50,5%.
Pada tabel 4.8 di atas menjelaskan bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan kematian yaitu sebanyak 36 subjek penelitian (87,8%).
nilai RLM rendah dan mengalami kematian. Dengan diperoleh nilai p = 0,083. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara RLM dan prognosis pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada pada pasien osteosarkoma Tao Liu,dkk melaporkan bahwa rasio limfosit-monosit pre operasi yang rendah berhubungan prognosis yang buruk dan rasio limfosit monosit dapat digunakan sebagai prediktor independen terhadap prognosis pasien. Pada penelitiannya didapatkan nilai cut-off rasio limfosit-monosit pre operasi sebesar 3,34 dari total 327 pasien osteosarkoma yang diteliti. (Liu, 2015)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan antara Rasio Limfosit-Monosit dan Prognosis pada pasien dengan osteosarkoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan dengan nilai p = 0,083. 2. One year survival dan two year survival pada high rasio limfosit monosit lebih baik
daripada low rasio limfosit monosit.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian dan instrumen yang lebih akurat untuk mengontrol faktor risiko lainnya yang mempengaruhi prognosis pada pasien osteosarkoma.