• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSFORMASI DARI DESA KEMBALI KE NAGARI NURAINI BUDI ASTUTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANSFORMASI DARI DESA KEMBALI KE NAGARI NURAINI BUDI ASTUTI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI DARI DESA KEMBALI KE NAGARI

(Studi Kasus Di Kenagarian IV Koto Palembayan,

Sumatera Barat)

Oleh :

NURAINI BUDI ASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Transformasi Dari Desa Kembali Ke Nagari, Studi Kasus Di Kenagarian IV Koto Palembayan, Sumatera Barat” adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalan teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

Nuraini Budi Astuti

(3)

ABSTRACT

Nuraini Budi Astuti. Transformation from Desa (Sub-District Government) to Nagari (Local System of Government) (A Case Study of Kenagarian IV Koto Palembayan, Province of West Sumatera). Under the Supervision of Lala M. Kolopaking and Nurmala K. Pandjaitan).

The decentralization process in West Sumatera has become an interesting case to study after its decision to return to the traditional system of government called nagari as the lowest structure of government. Based on Law No.22/1999 amended by Law No. 32/2004, the Regional Government of West Sumatera has introduced Regional Regulation No. 9/2000 as the legal foundation which regulates the implementation of Nagari government. This study, which was conducted in Nagari IV Koto Palembayan, Agam Regency, Province of West Sumatera, was intended to 1) describe and analyze the change from nagari to desa

and its return to nagari system of government, 2) analyze potential conflicts in the transformation from desa to nagari, 3) provide inputs for a better implementation of the local system of government. With a qualitative method of research, data and information were collected by in-depth interviews, observation and a study of literature as well as written documents. From the research results it was found that 1) the government’s intervention through policies and regulations were the major factors of the social change, 2) the dynamic transformation from desa to nagari

was accompanied by the competition for dominance or power between genealogical group and groups of individuals, 3) the transformation from desa to

nagari has created a dilemmatic condition of some potential conflicts. The policies to synergize modern institutions and traditional ones in practice have not been easy to implement and become the trigger of conflicts. If such condition is not well controlled, it could become an inhibiting factor (negative function) in the implementation of nagari system of government. On the other hand, conflicts could also strengthen the nagari system (positive function) if they are well managed through various institutions existing in the community.

(4)

RINGKASAN

NURAINI BUDI ASTUTI. Transformasi dari desa Kembali Ke Nagari (studi Kasus Di Kenagarian IV Koto Palembayan, Sumatera Barat). Dibimbing oleh Dr. LALA M. KOLOPAKING, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Secara tradisional masyarakat Minang hidup berkelompok dalam suatu ikatan genealogis dan teritorial yang otonom dengan pemerintahan kolektif berdasarkan hukum adat dalam sebuah sistem pemerintahan yang disebut nagari. Keberadaan pemerintahan nagari praktis hilang secara de jure dari Sumatera Barat sejak diberlakukannya UU No. 5 tahun 1979 mengenai bentuk pemerintahan terendah yaitu desa, kebijakan ini membuat nagari terpecah ke dalam bentuk desa. Jatuhnya rezim pemerintahan orde baru telah membawa perubahan dari sistem pemerintah sentralistik menjadi desentralistik. Pemerintah kemudian mengeluarkan UU No. 22 tahun 1999 yang memberikan peluang untuk menghidupkan kembali bentuk pemerintahan asli jika masyarakat setempat menginginkannya. UU No. 22/1999 ini selanjutnya disempurnakan oleh UU No. 32/2004.

Desentralisasi, yang diimplementasikan dengan pemberian otonomi kepada daerah, memungkinkan adanya proses pemberdayaan masyarakat karena tersedianya ruang untuk berpartisipasi dan menentukan sendiri model pembangunan berdasarkan kebutuhan lokal. Penerapan desentralisasi tentu saja menuntut adanya reorganisasi dari struktur pemerintahan lokal. Hal ini direspon oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan mengelurkan Perda No 9/2000 yang kemudian disempurnakan dengan Perda No. 2/2007. Proses kembali ke nagari ini dilaksanakan secara bertahap, hingga tahun 2006 telah terbentuk 519 pemerintahan nagari.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan dan menganalisa dinamika perubahan pemerintahan nagari ke pemerintahan desa dan kembali ke pemerintahan nagari dengan melihat peran yang dimainkan oleh masing-masing komponen dalam struktur pemerintahan nagari. 2) Menganalisa potensi konflik akibat transformasi sistem pemerintahan dari desa kembali ke nagari.

Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kenagarian IV Koto Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini berusaha menggambarkan dan menganalisa dinamika yang terjadi dalam proses perubahan pemerintahan nagari ke desa dan kembali kenagari lagi serta potensi konflik yang menyertai perubahan tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum berubah ke dalam bentuk pemerintahan desa, nagari telah mengalami intervensi yang menyebabkan struktur pemerintahan nagari berkali-kali mengalami perombakan. Sejak zaman kemerdekaan, dalam pemerintahan nagari telah dibentuk lembaga khusus yang memainkan fungsi legislasi seperti DPN, DPRN dan lain-lain yang bertujuan untuk mengurangi dominasi Wali Nagari dalam pemerintahan nagari. Pada tahun 1974 pemerintahan nagari kembali hanya memiliki satu kelembagaan yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif sekaligus.

Selanjutnya berdasarkan UU No. 5/1979 yang mengharuskan penyeragaman bentuk pemerintahan terendah, nagari kemudian berubah menjadi desa. Nagari IV Koto Palembayan sendiri terpecah menjadi lima desa.

(5)

Pemerintahan desa yang bercorak nasional mengakibatkan institusi-institusi lokal menjadi terpinggirkan. Pada masa ini kelompok individu menggeser dominasi kelompok genealogis dalam pemerintahan desa. Seiring dengan bergulirnya reformasi dan diimplementasikannya kebijakan desentralisasi berdasarkan UU No. 22/1999, Pemerintah Daerah Sumatera Barat memutuskan untuk kembali menghidupkan pemerintahan nagari.

Nagari sekarang berbeda dengan nagari yang dulu (sebelum dikeluarkannya UU No. 5/1979). Pemerintah berusaha untuk memadukan organisasi modern dengan institusi tradisional dalam pemerintahan nagari saat ini, artinya ada upaya untuk mensinergikan kebijakan pemerintah dan aksi social berdasarkan adat istiadat ditingkat nagari. Untuk mewujudkan sineergi tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi yang mengatur pembentukan lembaga-lembaga dalam nagari. Lembaga-lembaga ini diharapkan dapat menjadi wadah yang menampung partisipasi masyarakat dalam membangun nagari. Dalam kenyataannya, lembaga-lembaga tersebut justru tidak bekerja optimal, bahkan saling tumpang tindih.

Sejak Nagari IV Koto Palembayan kembali dihidupkan, pemerintah nagari masih menghadapi permasalahan dalam menanamkan pemahaman mengenai bentuk nagari saat ini. Hal ini tidak terlepas dari adanya perbedaan dalam memaknai implementasi kembali ke nagari. Pada satu sisi terdapat kelompok genealogis (ninik mamak) yang memandang, bahwa kembali ke nagari sebagai momentum untuk mengembalikan dominasi ninik mamak dalam nagari. Di sisi lain, pemerintah telah mengatur dan membatasi kedudukan ninik mamak (yang tergabung dalam KAN) sebagai lembaga yang memberikan pertimbangan kepada wali nagari dalam menangani urusan yang berkaitan dengan adat istiadat.

Pada akhirnya, pengakuan kembali nagari sebagai pemerintahan terendah, justru menempatkan nagari pada kondisi yang dilematis. Nagari menerima intervensi pemerintah yang menempatkan nagari sebagai bagian dari birokrasi negara. Di sisi lain proses ini mengurangi otonomi nagari karena membuat nagari secara substansial berbentuk desa, dan mengurangi ciri utama dari pemerintahan nagari format lama, atau tradisi masyarakat Minang yaitu “kepemimpinan kolektif”. Selain itu keinginan pemerintah untuk mensinergikan kelembagaan lokal dengan organisasi modern, di lapangan justru menimbulkan berbagai berpotensi konflik. Jika hal ini tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi hambatan dalam mewujudkan nagari yang otonom karena konflik dapat melemahkan pemerintahn nagari (negatif fungsional).

Di sisi lain, jika berbagai potensi konflik yang ada bisa dikelola dengan baik, justru akan memperkuat pemerintahan nagari (positif fungsional). Hal ini dapat dicapai jika dalam nagari terdapat wadah yang berfungsi sebagai katup penyelamat. Berbagai wadah yang ada saat ini seperti, surau, kerapatan adat, rapat kaum, lembaga Bundo Kandung serta wirid pengajian, sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal. Wadah yang ada itu dapat digunakan sebagai media konsiliasi antara kelompok-kelompok yang bertikai, sehingga konflik dapat disalurkan atau diselesaikan dengan cara damai.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang – undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB

(7)

TRANSFORMASI DARI DESA KEMBALI KE

NAGARI

(Studi Kasus Di Kenagarian IV Koto Palembayan, Sumatera

Barat)

NURAINI BUDI ASTUTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Penelitian : Transformasi Dari Desa Kembali Ke Nagari (Studi Kasus Di Kenagarian IV Koto Palembayan, Sumatera Barat) Nama : Nuraini Budi Astuti

NRP : I353070011 Mayor : Sosiologi Pedesaan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, M.S Dr. Nurmala K. Pandjaitan, M.S, D.E.A

Ketua Anggota

Diketahui,

Koordinator Mayor Dekan

Sosiologi Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Nurmala K. Pandjaitan, M.S, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Transformasi Dari desa Kembali Ke Nagari, yan merupakan Studi Kasus Di Kenagarian IV Koto Palembayan, Sumatera Barat.

Demikianlah tesis ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai pelaksanaan desentralisasi dan otonomi di tingkat nagari. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan tesis ini dimasa mendatang. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2009

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rencana pencegahan pandemi negara, para mahasiswa yang tiba di Taiwan hanya dapat melakukan karantina selama 14 hari (tidak termasuk tanggal ketibaan) di

Ini dapat dipahami, karena tingkat stres yang tinggi akan memiliki kemungkinan untuk menjadi lebih tinggi bila menimpa pada individu dengan pola kepribadian tipe A,

Pemodelan bentuk kasko merupakan tahap awal dalam desain freeboard minimum (f=D-T), dimana pemodelan ini penting untuk mengetahui bentuk dan karakteristik model

atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea Saman) Dengan Level

Hal ini tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak dan juga sarana yang tersedia sebagai penunjang saya dalam penulisan artikel ini, untuk itu

Pada perawatan kuretase gingiva pasien pada regio gigi 42 dan 32 dilakukan kembali scaling dan root planning untuk memastikan tidak ada.partikel kalkulus yang

Variabel Tingkat Suku Bunga Tabungan Bank Konvensional (SBT) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah PT Bank Syariah Mandiri periode