• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN NGAWI

(2)

i

DAFTAR ISI

Daftar Isi

... i

Kata Pengantar

... ii

Daftar Gambar

... iii

Daftar Tabel

... iv

Bab I Pendahuluan

... 1

Bab II Gambaran Umum

... 2

A.

Kondisi Geografis

... 2

B.

Wilayah Adminstrasi

... 3

C.

Demografi

... 3

D.

Keadaan Lingkungan

... 4

E.

Keadaan Perilaku Masyarakat ... 6

Bab. III Situasi Derajat Kesehatan

... 10

A.

Mortalitas

... 10

B.

Morbiditas

... 11

C.

Status Gizi

... 19

Bab IV Situasi Derajat Kesehatan

... 21

A.

Pelayanan Kesehatan Dasar ... 21

B.

Pemanfaatan Obat Generik ... 27

C.

Perbaikan Gizi Masyarakat ... 27

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

... 30

A.

Sarana Kesehatan

... 30

B.

Tenaga Kesehatan

... 32

C.

Pembiayaan Kesehatan ... 34

Bab V Penutup

... 36

Lampiran-lampiran

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi Tahun 2013 ini merupakan salah

satu Sarana untuk memberikan gambaran dari berbagai hasil Program Kesehatan yang

dilaksanakan di Kabupaten Ngawi pada periode Tahun 2013 baik itu dari sektor Pemerintah

maupun Swasta.

Diharapkan berbagai data dan Informasi yang ada di dalam buku ini dapat

dipergunakan sebagai bahan monitoring maupun evaluasi dari program-program yang

sedang berjalan dan selanjutnya dapat dijadikan masukan guna penyusunan program yang

akan datang. Mengingat pentingnya Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi ini sebagai salah

satu acuan bagi para perencana, pelaksana dan pengevaluasian program Kesehatan serta

mengambil keputusan khususnya di bidang Kesehatan, maka kualitas dan Validitas Informasi

sangatlah dibutuhkan. Namun demikian kami menyadari bahwa Profil Kesehatan Kabupaten

Ngawi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan oleh sebab itu kritik,saran,tanggapan dan

peran serta dari semua pihak terutama pengelola Program Kesehatan sangatlah kami

harapkan.

Didalam Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi Tahun 2013 ini kami

sampaikan rasa terima kasih kepada :

1.

Kepala BPS Kabupaten Ngawi beserta Staf.

2.

Direktur RSUD Dr. Soeroto, RSS Widodo Kabupaten Ngawi beserta Staf.

3.

Semua Kepala Bidang Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Ngawi beserta Staf.

4.

Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.

Karena telah membantu dalam pemberian Informasi data penunjang sehingga bisa tersusun

buku ini.

Akhir kata semoga Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi Tahun 2013 ini bisa

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pengelola Program Kesehatan pada

khususnya. Amin.

Ngawi, Tgl. 18 Juli 2014

KEPALA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN NGAWI

Dr. PUJI RUSDIARTO ADI

Pembina Utama Muda

NIP. 19630904 198903 1 013

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

NO

GAMBAR

JUDUL GAMBAR

HAL

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Gambar 3.3

Gambar 3.4

Gambar 3.5

Gambar 3.6

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 5.1

Gambar 5.2

Gambar 5.3

Wilayah Kabupaten Ngawi

Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun

2013

Estimasi Piramida Penduduk

Peta Sebaran Keluarga Dengan Sumber Ai

Minum terlindung Di Kabupaten Ngawi Tahun

2013

Prosentase Rumah Tangga ber PHBS di

Kabupaten Ngawi 2013

Prosentase Pemberian ASI Ekslusif di Kabupaten

Ngawi Tahun 2013

Proporsi Posyandu Menurut Strata di Kabupaten

Ngawi 2013

Peta Sebaran Kasus HIV/AIDS di Kabupaten

Ngawi tahun 2013

Penemuan Kasus HIV/AIDS sd tahun 2013.

Peta Sebaran kasus DBD Di Kabupaten Ngawi –

Tahun 2013.

Peta Sebaran Kasus Diare Di Kabupaten Ngawi

Tahun 2013

Perkembangan Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten

Ngawi – Tahun 2013.

Peta Sebaran Kasus Gizi Burukl di Kabupaten

Ngawi tahun 2013.

Grafik K1 dan K4 di Kabupaten Ngawi Tahun

2013

Grafik Perkembangan Linakes di Kabupaten

Ngawi

Grafik KN Lengkap dan Kunjungan Bayi

Kabupaten Ngawi Tahun 2009 sd 2013

Grafik Cakupan UCI Desa Tahun 2009 sd 2013

Peta Sebaran Desa UCI dan Non UCI Kabupaten

Ngawi Tahun 2013

Grafik Perkembangan N/S & N/D Balita di

Kabupaten Ngawi tahun 2013

Grafik Perkembangan Pemberian Fe90 tablet

pada Bumil di Kabupaten Ngawi Tahun 2013

Peta Sebaran Posyandu Mandiri di Kabupaten

Ngawi Tahun 2013

Grafik SDM Kesehatan Menurut Unit Kerja di

Kabupaten Ngawi Tahun 2013

Grafik SDM Kesehatan Menurut Kategori di

Kabupaten Ngawi Tahun 2013

2

3

4

5

7

8

9

13

14

17

18

20

20

22

23

24

26

28

29

28

31

32

33

(5)

iv

DAFTAR TABEL

NO

GAMBAR

JUDUL TABEL

HAL

1.

2.

3.

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 5.1

Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Indonesia

Hasil SDKI tahun 1994-2007

Case Fatality Rate (CFR) pada KLB Diare di

Indonesia Tahun 2006 – 2010

Anggaran Kesehatan di Kabupaten Ngawi

tahun 2013

11

17

(6)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak diberlakukannya desentralisasi, beberapa peraturan perundang-undangan bidang

kesehatan sebagai tindak lanjut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No.

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang

kemudian juga diganti dengan Undang-Undang No 33 Tahun 2004, telah dan terus disusun.

Peraturan Perundang-Undangan kesehatan bidang kesehatan antara lain :

1.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

2.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator

Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan

Kabupaten Sehat.

3.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan

Dasar Puskesmas

4.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 741/Permenkes/VII/2008 tentang Standart

Pelayanan Minimal ( SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Untuk mengukur keberhasilan penbangunan kesehatan tersebut diperlukan Indikator

antara lain Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari SPM Bidang Kesehatan.

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap

pencapaian Kabupaten Ngawi Sehat dan Hasil Kinerja dari penyelenggaraan pelayanan

minimal adalah Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi ini pada intinya berisi berbagai data/informasi yang

menggambarkan tingkat pencapaian Kabupaten Ngawi Sehat dan Penyelenggaraan Pelayanan

Kesehatan sesuai dengan SPM bidang Kesehatan, untuk itu perlu dibuat Profil Kesehatan

Kabupaten.

(7)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

2

BAB II

GAMBARAN UMUM

A.

Kondisi Geografis

Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung

dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana

sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara geografis Kabupaten

Ngawi terletak pada posisi 7o21’-7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’-111o40’ Bujur Timur.

Gambar 2.1

Wilayah Kabupaten Ngawi

Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan

terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki

Gunung Lawu.

Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara

: Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah)

dan Kabupaten Bojonegoro.

Sebelah Timur

: Kabupaten Madiun.

(8)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

3

Sebelah Barat

: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa

Tengah).

B.

Wilayah Administrasi

Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 19 kecamatan, dan 217 desa,

dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan.

Kecamatan yang terluas adalah kecamatan Kedunggalar (129,65 km) adapun

kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Karangjati (17 Desa).

C.

Demografi

Berdasarkan data proteyeksi Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Ngawi 819.999

jiwa . Tingkat kepadatan penduduk rata-rata 632,11 jiwa per km2. Kecamatan Ngawi

memiliki kepadatan penduduk tertinggi (1.135 jiwa/km2) dan kecamatan

Karanganyar memiliki kepadatan penduduk terendah (184,5 jiwa/km2).

Gambar 2.2

Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi

Jumlah penduduk perempuan (421.169 jiwa) ddi kabupaten Ngawi lebih banyak

dibandingkan dengan penduduk laki (398.030 jiwa). Adapun kelompok umur

terbanyak pada kelompok umur lebih dari 65 tahun.

(9)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

4

Gambar 2.3

Estimasi Piramida Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2012

D.

Keadaan Lingkungan

1.

Rumah Sehat

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu

rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,

sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang

sesuai dan lantai rumah tidak berbuat dari tanah.

Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi,

prosentase Rumah Sehat sebesar 16,94 % dari 43.705 rumah yang

diperiksa. Sedangkan

target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80,00 %. Dari rumah yang diperiksa tidak terdapat

penjelasan, misalnya rumah yang diperiksa berlokasi di pedesaan atau perkotaan. Perlu upaya

program terkait untuk meningkatkan persentase rumah sehat. (Tabel 62).

2.

Institusi dan Tempat Pengelolaan Makanan.

Institusi yang dibina meliputi ( Sarana Pelayanan Kesehatan Instalasi Pengelolaan Air,

Sarana Pendidikan, Sarana Ibadah, Perkantoran dan Sarana Lainnya) jumlah yang ada

sebanyak 2.451 yang diperiksa sebanyak 2.049 atau 83,6 % ( tabel 68 ).

(10)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

5

Tempat Umum Pengelolaan Makanan merupakan suatu sarana yang dikunjungi

banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi : Pasar,

Hotel, Restoran/Rumah makan TPUM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan

makanan dan minuman yang memenuhi syarat Kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih,

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai

(luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang

yang memadai.

Untuk TUPM yang ada sebanyak 2368 buah sedang yang diperiksa sebanyak 1647

TUPM sedangkan yang sehat 1278 (77,60 %). (Tabel 67).

3.

Akses Terhadap Air Minum

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan,

ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak

terlindung,air sungai, air hujan dan lainnya. Data dari hasil kompilasi Profil Kabupaten pada

tahun 2013 seperti dapat dilihat pada tabel 65 ternyata yang ada datanya hanya berasal dari

24 Puskesmas. Jumlah KK yang diperiksa air minumnya sebanyak 276.439 di 24 Puskesmas,

Sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak 153.164 Keluarga dengan rincian

sebagai berikut yang menggunakan air kemasan sebanyak 14 KK (0,07 %) Air Isi Ulang

247(1,18%), Leding Meteran 21.086 (7,63 %), Leding Eceran 1.061 (5,07%), yang terbanyak

adalah menggunakan sumur terlindungi yaitu 6.520 (31,19 %).

Gambar 2.4

Peta Sebaran Keluarga Dengan Sumber Air Minum Terlindung

Di Kabupaten Ngawi Tahun 2013

(11)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

6

4.

Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar.

Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga (Tabel 66) meliputi

Jamban, Tempat Sampah dan Sarana Pengelolaan Air Limbah (SPAL). Dari 230.293 KK yang

ada, yang diperiksa 20.907 (9,08 %) yang memiliki 16.392 (38,93%) yang sehat 10.055 (61,34

%).

Untuk Tempat Sampah yang memenuhi syarat sebanyak 10.415 ( 64,48 %),

sedangkan Jamban yang sehat sebanyak 11.615 (47,02 %).

E.

KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT.

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap

derajat kesehatan masyarakat, disajikan dalam beberapa indikator yaitu persentase

penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan, persentase

penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat, persentase anak 2 – 4 tahun yang

pernah disusui, kebiasaan merokok, persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik, dan

kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan sehat. Sedangkan indikator komposit rumah tangga

sehat terdiri dari 10 indikator yaitu pertolongan persalinan oleh nakes, balita diberi ASI

eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan aktifitas

fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedianya akses terhadap air bersih,

tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan

dari tanah.

a.

Rumah Tangga Ber-PHBS.

Dari tabel 61 menunjukan bahwa di Kabupaten Ngawi, terdapat Rumah Tangga Sehat

Ber-PHBS sebesar 11.416 (40,51 %) Rumah Tangga Sehat yang dipantau, jika dibandingkan

dengan target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80,00 % maka cakupan rumah tangga ber

PHBS masih jauh di bawah target nasional.

(12)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

7

Gambar 2.5

Prosentasi Rumah Tangga Ber PHBS di kabupaten Ngawi tahun 2013

Dari grafik diatas, prosentasi terbesar rumah tangga ber PHBS pada puskesmas

Karanganyar (89 %) dan terkecil di Puskesmas Jogorogo (0,19%).

2. ASI Eksklusif.

Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberikan manfaat bagi bayi baik

sisi/aspek gizi (kolostrum yang mengandung imunoglobulin A/IgA, whei – casein,

decosahexanoic / DHA dan arachidonic / AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik

(selain IgA, terdapat laktoferin,lysosim dan 3 jenis leucosit yaitu brochus – associated

lymphocyte/BALT, gut associated lymphocyte tissue/GALT, mammary associated

lymphocyte tissue/MALT serta factor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang

antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI

bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta penundaan kehamilan

(metode amenorea laktasi/MAL). Selain Aspek – aspek tersebut, dengan ASI juga dapat

melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (sudden infant death

syndrome/SIDS).

Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 343 (17,34 %) dari seluruh jumlah bayi

umur (0-6) sebesar 11.592 bayi. (Tabel 41).

(13)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

8

Gambar 2.6

Prosentase Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Di Kabupaten Ngawi Tahun 2013

3. Posyandu.

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai

upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di

masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan

minimal 5 program prioritas. Posyandu dikelompokan menjadi 4 strata. Posyandu

Purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan

kegiatan 8 kali atau lebih per tahun. Untuk cakupan Posyandu Purnama 756 (64,2 %),

Cakupan Posyandu Mandiri 49 (4,16 %), cakupan Posyandu Madya 756 (64,2 %) dan

cakupan Posyandu Pratama 31 (2,63 %). (Tabel 72).

Gambar 2.7

(14)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

9

4. Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan,

sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi

masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan praupaya,

yaitu dana sehat, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja (Astek) / Jamsostek,

Jamkesmas/Jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya. Untuk pembiayaan kesehatan di

Kabupaten Ngawi yang telah mencapai target untuk Jamkesmas/ASKESKIN sebanyak

419.450 Jamkesda sebanyak 23.181, Askes 48.214 dari 24 Puskesmas, kepesertaan

jamkeskin tertinggi Puskesmas Karangjati dengan jumlah peserta 31.331. (Tabel 55).

(15)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

10

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A.

MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari

kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian

juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan

dan program pembangunan kesehatan lainnnya. Angka kematian pada umumnya dapat

dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

1. Angka Kematiam Bayi ( AKB ).

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survey,

karena sebagaian besar kematian terjadi dirumah, sedangkan data kematian pada fasilitas

pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia berasal dari berbagai sumber yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas dan

Survei demografi dan Kesehatan Indonesia (SDIK).

Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup

besar, AKB menurut hasil Suskesnas/Susenas.

Kabupaten Ngawi tidak bisa menyebutkan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2013 karena

jumlah bayi lahir hidup kurang dari 100.000 maka diganti dengan jumlah Lahir Mati 64

bayi, dengan perincian 36 bajyi laki-laki dan 28 bayi perempuan. (Tabel 6).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk

menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor

aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan

masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam

bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB.

Menurut AK dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanyan peningkatan

dalam kualitas hidup dan pelayanan masyarakat.

b.

Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI ).

Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) diperoleh berbagai survey yang dilakukan secara

khusus. Dengan dilaksanakannya Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei

(16)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

11

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi

lebih luas disbanding survey sebelumnya.

Kabupaten Ngawi tidak bisa menyebutkan Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) tahun 2012

karena jumlah ibu kelahiran kurang dari 100.000 maka diganti dengan Jumlah Kematian

ibu Maternal 12orang (tabel 8).

Tabel. 3.1

Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI ) Indonesia

Hasil SDKI tahun 1994 - 2007

No

Jenis Penelitian/Survei

Tahun

Perkiraan AKI

1.

2.

3.

4.

SDKI

SDKI

SDKI

SDKI

1994

1997

2002

2007

390

334

307

228

Sumber : Profil Indonesia 2010, Depkes.

B. MORBIDITAS.

Angka Kesakitan penduduk didapat dari data yang berhasil dari masyarakat

(community based data) yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas dan hasil

pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun dari sarana pelayanan

kesehatan (Facility based data) yang diperoleh melalui sestem pencatatan dan pelaporan.

1. Penyakit Menular.

Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan propinsi, antara lain penyakit

malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

1.a.

Penyakit Malaria.

Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,

perkembangan penyakit malaria dipantau melalui annual parasite incidence

(API), dari hasil SPM terdapat penderita malaria 16 orang(Tabel 24).

1..b.

Penyakit TB Paru.

Menurut hasil Suskesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab

kematian umum, selain menyerang paru, Tuberculosis dapat menyerang

organ lain (extra pulmonary). Dari data (Tabel 11 dan 12) yang berhasil

dikumpulkan menunjukan kasus BTA (+) pada tahun 2013 dikumpulkan

sebanyak 438 orang, diobati 438 orang, Sembuh 384 Orang (88 %).

(17)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

12

1.c. Penyakit HIV/AIDS.

Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukan peningkatan, meskipun

berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin

tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra – sentra

pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatkan perilaku seksual yang

tidak aman dan meningkatkan penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan,

secara simultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS.

Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai Negara dalam tingkat epidemic

yang konsentrasi, yaitu adanya prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi

tertentu, missal pada kelompok pekerja sexsual komersil dan

penyalahgunaan NAPZA. Tingkat epidemic ini menunjukan tingkat perilaku

beresiko yang cukup aktif menularkan dilalam suatu sub populasi tertentu.

Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es,

yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil dari pada jumlah yang

sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia

yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan jumlah orang

dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000

orang.

Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31

Desember 2013 di kabupaten Ngawi terdapat 15 kasus HIV yang terdiri dari 6

penderita laki-laki dan 9 penderita permpuan, untuk kasus AIDS 17 kasus,

dengan 15 penderita laki-laki dan 2 penderita AIDS Perempuan. Sedangkan

kematiannya sejumlah 14 kematian. Cara penularan AIDS yang terbesar

adalah melalui hubungan hetero seksual dan melalui suntikan, yang ada

kaitannya dengan penyalahgunaan NAPZA. Serta melalui skrening HIV/AIDS

terhadap darah donor dan upaya pemantauan dan pengobatan penderita

penyakit menular seksual ( PMS ).

(18)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

13

Gambar 3.1

Peta sebaran HIV/AIDS di Kabupaten Ngawi 2013

Berdasarkan waktu peningkatan penderita HIV/AIDS di kabupaten Ngawi

meningkat cukup tajam. Pada tahun 2008 di kabupaten Ngawi ditemukan

hanya 4 kasus HIV/AIDS, pada akhir tahun 2013 ditemukan 32 kasus

HIV/AIDS.

Berikut adalah grafik penemuan penderita HIV/AIDS di kabupaten Ngawi

Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2013

Gambar 3.2

(19)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

14

1.d.

Infeksi Saluran Pernafasan ( ISPA ).

ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di

Indonesia. Dari beberapa hasil kegiatan SKRT diketahui bahwa 80,00% sampai

90,00% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan pneumonia. Pneumonia

merupakan penyebab kematian pada balita dengan peringkat pertama hasil

dari Suskesnas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan

balita diduga karena pneumonia dan merupakan penyakit yang akut dan

kualitas penata laksananya masih belum memadai.

Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut

lebih difokuskan pada penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan

tepat terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan. Jumlah balita

penderita Pneumonia yang dilaporkan pada tahun 2013 yaitu 568 Balita atau

9 % dari jumlah perkiraan kasus Pneumonia pada balita. Selanjutnya lihat

Tabel 13.

1.e.

Penyakit Kusta.

Dalam kurun waktu 10 tahun (1991-2001), angka prevalensi penyakit kusta

secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 2001.

Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95 dan pada tahun

2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk. (Profil kesehatan

Indonesia 2003, Depkes).

Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertengahan tahun

2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti masih tingginya jumlah penderita

kusta di Indonesia dan merupakan Negara dengan urutan ketiga penderita

terbanyak didunia. Penyakit kusta dapat mengakibatkan kecacatan pada

penderita. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma dikalangan

masyarakat dan sebagaian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian penderita

dan mantan penderita dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses

pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya

angka kemiskinan.

(20)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

15

Diketahui di Indonesia masih banyak menyimpang kantong - kantong kusta

yang kebanyakan berada di kawasan Timur.

Indonesia salah satunya adalah Jawa Timur.

Kabupaten Ngawi pada tahun 2013 terdapat 7 Penderita PB dan 78 Penderita

MB, tahun 2011 terdapat 6 Penderita PB dan 35 penderita MB, tahun 2010

terdapat 5 penderita RFT PB dan 4 penderita PB sedangkan tahun 2009

terdapat 0 penderita MB dan 0 penderita RFT MB. (Tabel 19 dan 20).

2. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31).

PD31 merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan

pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus

Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis, Polio dan Hepatitis B. (Tabel 21).

2.a.

Tetanus Neonatorium. ( TN )

Jumlah kasus tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak

175 kasus dengan angka kematian (CFR) 565 (Sumber : Profil Kesehatan

Indonesia 2003, Depkes). Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun

sebelumnya, hal ini diduga karena meningkatnya cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan, namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi.

Penanganan tetanus neonatorum tidak mudah, yang terpenting adalah usaha

pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan

imunisasi TT pada ibu hamil.

Kasus Tetanus Neonatorum di Kabupaten Ngawi pada tahun 2013 hasil dari

kompilasi data/informasi 24 Puskesmas, tidak terdapat kasus Penderita

Tetanus Neonatorium.

2.b.

Campak.

Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian

luar biasa. Sepanjang tahun 2003 frekuensi KLB campak menempati urutan ke

empat, setelah DBD, Diare dan chikungunya dengan CFR 0,34 %. Angka

kematian berfrekuensi, pada tahun 2001, sebesar 1,6 %, tahun 2002 turun

menjadi 1,45% dan pada tahun 2003 turun lagi menjadi 0,3 %. (Profil

Kesehatan Indonesia 2003, Depkes).

(21)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

16

Untuk jumlah kasus campak di kabupaten Ngawi tahun 2013, hasil dari

kompilasi data / informasi di 24 Puskesmas sebanyak 193 kasus dan kasus

tertinggi di temukan wilayah kerja Puskesmas Ngawi sebanyak 38 kasus. (

Tabel 22 ).

2.c.

Difteri.

Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relative rendah,

rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi,

namun KLB difteri masih terjadi dan CFR nya tinggi.

Di Kabupaten Ngawi tahun 2013 ditemukan 2 Penderita Difteri yaitu di

wilayah kerja Puskesmas Kedunggalar ( Tabel 21 ).

2.d.

Pertusis.

Kasus Pertusis pada tahun 2013 di Kabupaten Ngawi hasil dari kompilasi

data/Informasi dari 24 Puskesmas tidak terdapat kasus

2.e.

Hepatitis B.

Kasus Hepatitis pada tahun 2013 di Kabupaten Ngawi hasil dari kompilasi

data/Informasi dari 24 Puskesmas tidak terdapat kasus.

2.f.

AFP .

Di Puskesmas Kabupaten/Kota Ngawi pada tahun 2013 terdapat 7 kasus AFP

yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Sine, Kendal, Karangjati, Padas dan

Gemarang (Tabel 9).

3. Penyakit Potensi KLB / Wabah.

3.a.

Demam berdarah Dengue.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh

propinsi. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan

kematian relative tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfungsi dari

tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan,

namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan

dengan cenderung menurun.

(22)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

17

Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi

masyarakat

untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3

M), pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan

penanggulangannya di rumah tangga.

Jumlah kasus DBD di Kabupaten Ngawi tahun 2013 dari hasil kompilasi dari 24

Puskesmas, terdapat 143 kasus, sedangkan yang ditangani 143 kasus (100 %)

yang meninggal 6 penderita (tabel 23).

Gambar 3.3

Peta sebaran Kasus DBD di Kabupaten Ngawi 2013

3.b.

Diare.

Pada tahun 2010 kejadian luar biasa (KLB) diare di 11 Propinsi dengan jumlah

penderita sebanyak 4.204 orang, jumlha kematian sebanyak 73 orang dengan

CFR 1.74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Kecenderungan

CFR pada periode tahun 2006 s/d 2010 terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.2.

Case Fatality Rate (CFR) pada KLB Diare

di Indonesia Tahun 2006 - 2010

NO.

Tahun

CFR

1

2006

2,16

2

2007

1,79

3

2008

2,94

4

2009

1,74

5

2010

1,74

(23)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

18

Untuk kasus di kabupaten Ngawi yang tercatat melalui Profil Kesehatan di 24

Puskesmas , jumlah penderita Diare pada tahun 2013 perkiraan kasus

sebanyak 17.531, sedang yang ditangani 12.937 (73,39 %). Lihat di Tabel 16.

Gambar 3.4

peta sebaran Kasus Diare di Kabupaten Ngawi 2013

3.c.

Filariasis.

Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO

tahun 2000 yaitu “ The Global of Elimination of Lymphatic as a Public Health

Problem the Year 2020 “.

Di Indonesia sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah

menyebar ke 30 propinsi dan ditemukan 3 spesies cacing filarial, yaitu

Wucherecia banccrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penderita Filariasis di

Kabupaten Ngawi tahun 2013 diketemukan 6 kasus, 1 kasus pada laki-laki

dan 5 kasus pada perempuan (tabel 25.)

F.

STATUS GIZI.

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indokator, antara lain bayi

dengan Berat Badan Lahir rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur

Kurang energi Kronis (KEK).

(24)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

19

1. Bayi dengan berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ).

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu

faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR

dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena intrauterine

growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya

kurang. Dinegara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk,

anemia, malaria dan menderita penyakit menular sexual (PMS) sebelum konsepsi atau

pada saat kehamilan. Sementara itu jumlah BBLR di Kabupaten Ngawi sebanyak 402

(3,36%) dari jumlah kelahiran sebanyak 11.977 (Tabel 26).

2. Status Gizi Balita.

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran

secara anthropometric yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U).

Dari hasil Susenas diperoleh gambaran pekembangan status gizi balita. Dari laporan hasil

Survei komsumsi Garam Yodium Rumah Tangga diketahui bahwa di Indonesia, balita yang

gizi kurang/buruk (KKP) sebesar 25,82 % pada tahun 2002 dan 28,17 % pada tahun 2003

(Depkes, 2003).

Jumlah Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ngawi tahun 2013 adalah 555 Balita (3,48 %) dan

yang mendapatkan Perawatan 555 (100 % ), kasus gizi lebih ditemukan 210 (1,32%)

Balita. (Tabel 27)

Gambar 3.5

(25)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

20

Gambar 3.6

(26)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

21

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat.

Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan khususnya pada tahun 2013.

A.

Pelayanan Kesehatan Dasar.

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting

dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan

kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagaian besar masalah kesehatan

masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan

oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi.

Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan

perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu bisa

berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa

pertumbuhan bayi dan anaknya.

a. Pelayanan Antenatal.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan

perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program

pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan

promotif dan preventif. Hasil pelayan antenatal dapat dilihatkan cakupan

pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebutkan akses pelayanan ibu hamil merupakan

gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke

fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan

pelayanan ibu hamil sesuai dengan srandar serta paling sedikit empat kali

kunjungn, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

(27)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

22

dus dan dus kali pada trimester ke tiga. Angka ini dapat dimanfatkan untuk

melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 Kabupaten Ngawi pada tahun 2013

sebesar 12.221(90,58 %) dari seluruh ibu hamil sebanyak 13.492 orang.

Sedangkan target cakupan kunjungan ibu hamil K4 target tahun 2013 sebesar

95,00 %. (Tabel 28).

Gambar 4.1

Grafik K1 dan K4 diu Kabupaten Ngawi Tahun 2013

Dari grafik diatas, cakupan K4 tertinggi adalah Puskesmas Ngawi Purba (105,3%)

dan terendah Puskesmas Kwadungan (67 %) .

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi

Kebidanan.

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian

besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan

tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidana

(professional).

(28)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

23

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan di 24

Puskesmas tahun 2013 menunjukan bahwa cakupan persalinan pertolongan

oleh tenaga kesehatan (NAKES) 12.878 (92,96 %) orang dari 24 Puskesmas yang

ada. (Tabel 28).

Gambar 4.2

Grafik Perkembangan Linakes di Kabupaten Ngawi

c. Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Dirujuk.

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan

Puskesmas, beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus resiko

tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan.

Jumlah ibu Hamil Risti di Kabupaten Ngawi tahun 2013 sebesar 2.698 dengan

Risti Ditangani 2.555 (94,69 %). Jumlah perkiraan neonatal Resiko tinggi

1.796, Jumlah Neonatal Risti di rawat 1.531 (85,24%). Untuk lebih lengkap

dapat dilihat pada Tabel 31.

Target Indonesia Sehat 2010 untuk ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk

sebesar 100,00%. Untuk Kabupaten Ngawi bila dibandingkan dengan target

Indonesia Sehat 2010 sudah mencapai target namun perlu peningkatan

pelayanan secara kualitas.

d. Kunjungan Neonatus.

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang

paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya

(29)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

24

kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain

dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan

pelayanan kesehatan pada neonatus, petugas kesehatan di samping

melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan

bayi kepada ibu.

Jumlah proyeksi neonatus pada tahun 2013 sebanyak 11.974 di lakukan

kunjungan lengkap sebanyak 11.708 (97,78%). Untuk kunjungan neonatus

dapat dilihat pada tabel 36.

e. Kunjungan Bayi.

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari

24 Puskesmas menunjukkan cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Ngawi

pada tahun 2013 dengan Jumlah Bayi 11.974 dengan Kunjungan 12.086

(100,94 %). (Tabel 37)

Gambar 4.3

Grafik KN Lengkap dan Kunjungan Bayi

Di Kabupaten Ngawi tahun 2009 sd 2013

2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dan

remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang

dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah

dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh

(30)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

25

tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader

kesehatan guru UKS dan Dokter kecil.

Dari hasil pengumpulan data/indikator Kinerja SPM bidang kesehatan dari 24

Puskesmas menunjukan bahwa cakupan deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita dan

Pra Sekolah sebesar 48.319 yang di deteksi 35.684 (73,85 %)( Tabel 43 ), Siswa

SD/MI Jumlahnya 74.742 yang di periksa 74.742 (100 %) ( Tabel 47 ).

3. Pelayanan Keluarga Berencana.

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) menurut hasil pengumpulan data pada

tahun 2013 sebesar 197.593 sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar

143.175 (72,46 %), sedang Peserta KB Baru 12.884 (6,52 %). (Tabel 35).

4. Pelayanan Imunisasi.

Pencapaian universal child immunization pada dasarnya merupakan suatu

gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara

lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam

wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkatan kekebalan masyarakat

terhadap penularan PD3I.

Pada tahun 2012 dilaporkan Kabupaten Ngawi telah mencapai desa/kelurahan UCI

sebesar 186 (85,71 %) dari 217 desa/kelurahan yang ada. Dari 24 Puskesmas yang

telah mencapai UCI 100% adalah Puskesmas Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal,

Widodaren, Karangjati, Kasreman, Ngawi, Ngawi Purba, Teguhan , Gemarang, Pitu,

Kauman, Mantingan dan Tambakboyo (Tabel 38).

Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT ( 3 kali), Polio (4 kali),

Hepatitis B (3 kali) dan imunisasi Campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan

rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Cakupan imunisasi BCG

sebesar 11.791 (98,47 %), DPT1 + HB1 11.921 (107,91 %), DPT3 + HB3 11.744 (95,45

%), Polio3 11.967 (97,26 %), Campak 11.867 (96,44 %). Dapat dilihat pada tabel 39

dan 40.

(31)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

26

Gambar 4.4

Grafik Cakupan UCI Desa Tahun 2009 sd 2013

Gambar 4.5

Peta Sebaran Desa UCI dan Non UCI kabupaten Ngawi Tahun 2013

5.

Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia lanjut.

Cakupan Pelayanan kesehatan Usila (60 tahun +) pada tahun 2013 di Kabupaten Ngawi

yang dilayani kesehatan sebesar 59.900 (52,24 %) dari seluruh jumlah pra usila dan usila

yang dilaporkan sebanyak 114.667 ( Tabel 48 ).

(32)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

27

6.

Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar

Pada Tahun 2013 jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan Puskesmas

sebanyak 397.884 kunjungan dengan perincian 232.567 (58,45%) perempuan dan

165.317 (41,55) pengunjung laki-laki. Untuk Rawat Inap Puskesmas dimanfaatkan oleh

masyakarat sebanyak 33.878 orang. (tabel 58)

7.

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia

Sekolah Dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya kesehatan gigi

danmulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi

permanen dan merupakan kelompok umur dengan resiko kerusakan gigi yang tinggi.

Pada tahun 2013 cakupan kegiatan pemeriksaan gigi pada program UKGS 8.863 anak

(11,6%) anak SD yang dilakukan pemeriksaan dengan hasil 1.765 anak perlu

mendapatkan perawatn gigi dan sebanyak 1.420 anak (80,45%) mendapatkan

perawatan gigi. (tabel 53)

Dari kompilasi data yang dilakukan di 24 Puskesmas angka tumpatan gigi tetap 1.746

dan angka pencabutan gigi tetap 4.287 , adapaun rasio tumpatan/pencabutan sebesar

0,41. (tabel 52)

B. Pemanfaatan Obat Generik.

Hasil pengumpulan data pelayanan penggunaan obat generic, penulisan resep obat

generic di Kecamatan menunjukan bahwa dari 24 Puskesmas di Kabupaten Ngawi yang

datanya berhasil dikumpulkan, ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan pelayanan

kesehatan dasar yang terdiri dari 71 item terpenuhi tapi stok kurang dari 100%, 49 item

terpenuhi dan 15 item tidak tersedia. (Tabel 69).

Rendahnya cakupan obat generic ini bisa jadi disebabkan karena beberapa hal seperti

masih terbatasnya item obat generic yang tersedia, masih kuatnya persepsi bahwa obat

paten lebih ampuh dibanding obat generik.

C. Perbaikan Gizi Masyarakat.

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk

menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi

(33)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

28

sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan

vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia gizi besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita.

Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan

penimbangan diposyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari kompolasi data dari 24

Puskesmas, jumlah balita yang ada sebanyak 60.295 balita yang ditimbang sebanyak

38.586 (64%) dengan hasil penimbangan jumlah balita dengan berat badan naik

sebanyak 20.190 (52,32 %). Sementara itu balita dengan bawah garis merah ( BGM )

sebesar 555 (1,44 %) (Tabel 44.).

Gambar 4.6

Grafik Perkembangan N/S & N/D Balita Di Kabupaten Ngawi 2013

2. Pemberian Kapsul Vitamin A.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A 2 kali pada balita pada tahun 2013, hasil

dari kompilasi 24 Puskesmas Kabupaten Ngawi sebanyak 40.221 (83,24 %) dari jumlah

balita yang ada sebanyak 48.321. Target pencapaian untuk tahun 2013 sebesar 90 %

(Tabel 32).

3. Pemberian Tablet Besi.

Pada tahun 2012 jumlah ibu hamil yang ada sebesar 13.492 dan yang

mendapatkan pemberian tablet besi Fe1 12.305 (91,25 %) dan Fe3 12.221 (90,58 %),

adapun target pencapaian untuk tahun 2013 sebesar 90,00% (Tabel 30).

(34)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

29

Gambar 4.7

Grafik Perkembangan Pemberian Fe 90 Tablet pada Bumil

di Kabupaten Ngawi 2013

(35)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

30

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan dalam

sajian data dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai sarana kesehatan dintaranya Puskesmas,

Rumah Sakit, sarana Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dan institusi

pendidikan tenaga kesehatan. Data dapat dilihat pada Tabel 70 s/d 78

1. Puskesmas.

Pada tahun 2013 jumlah Puskesmas di Kabupaten Ngawi sebanyak 24 buah.

Dengan jumlah Puskesmas Perawatan 7, jumlah UGD 15 buah, Puskesmas Non

Perawatan 17 buah. Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu 62 buah.

2. Rumah Sakit.

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit

(RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya

diukur dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah

penduduk.

Jumlah seluruh RS di Kabupaten Ngawi pada tahun 2013 sebanyak 2 buah

dengan rincian RS Umum sebanyak 1 buah, dan RS Swasta 1 buah, sedangkan Rumah

Bersalin 4 Buah

.

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi

dan alat kesehatan.

Data yang berhasil di kumpulkan tahun 2013 adalah Jumlah apotek di

Kabupaten Ngawi sebanyak 68 buah, Gudang Farmasi 1 unit, toko Obat 0 buah dan

BP 9 buah.

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber

(36)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

31

daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)

diantaranya adalah Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa (POD).

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan

penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokan

menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan

Posyandu Mandiri.

Jumlah posyandu di Kabupaten Ngawi menurut hasil kompilasi dari Profil

Kesehatan tahun 2012, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebesar 1177 buah,

dengan rincian Posyandu Pratama 40 buah (3,4 %), Posyandu Madya 392 buah (33,31

%), Posyandu Purnama 702 buah (59,64 %), dan Posyandu Mandiri 43 buah (3,65 %).

Gambar 5.1

Peta sebaran Posyandu Mandiri di Kabupaten Ngawi 2013

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka

mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan

(37)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

32

persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

.

Pada tahun 2012 jumlah Desa Siaga di Kabupaten Ngawi berjumlah 217 buah, sedag

Desa Siaga Aktif 213 (98,16 %), untuk jumlah Poskesdes sebanyak 217.

.

B.

TENAGA KESEHATAN

Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya

dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran

situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja disektor pemerintah maupun

swasta perlu diketahui. Data ketenagaan ini diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh

Seksi Pengembangan kelembagaan dan Kebutuhan Tenaga Kesehatan, Sub Dinas

Penyusunan Program. Data yang dapat dikumpulkan meliputi data jumlah dan jenis

sumber daya manusia kesehatan yang ada pada Dinas Kesehatan baik Propinsi maupun

Kabupaten, UPT Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum, Puskesmas, RS, RB, BP Swasta ,

TNI POLRI, Institusi Pendidikan.

Jumlah dan jenis Sumber Daya Manusia Kesehatan di Kabupaten Ngawi sebesar

1.807 orang, yang tersebar di Puskesmas 891 orang, Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi

46 orang, RSUD 234, RS Swasta 171 orang dan di Rumah Bersalin 85 orang.

Gambar 5.2

(38)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

33

Adapun jumlah SDM kesehatan dibedakan menurut 9 kelompok yaitu, medis,

perawat, bidan, farmasi, gizi, kesmas, sanitasi, teknisi medis dan fisioterapi.

Gambar 5.3

Grafik SDM Kesehatan Menurut Katagori Di Kabupaten Ngawi 2011

Sementara bila per jenis tenaga dirinci berdasarkan rasio per 100.000 penduduk adalah

sebagai berikut :

1.

Dokter Spesialis berjumlah 33 orang, sehingga rasio dokter spesialis sebesar 4,03 per

100.000 penduduk. Kondisi tersebut dibawah target sebesar 6 per 100.000 penduduk.

2.

Dokter Umum berjumlah 71 orang, sehingga rasio dokter umum sebesar 8,54 per

100.000 penduduk. Kondisi tersebut masih dibawah target sebesar 40 per 100.000

penduduk.

3.

Dokter Gigi berjumlah 18 orang, sehingga rasio dokter gigi sebesar 2,08 per 100.000

penduduk. Kondisi tersebut masih dibawah target sebesar 11 per 100.000 penduduk.

4.

Tenaga Keperawatan disini terdiri atas S-1 keperawatan, D-III perawat dan lulusan

SPK. Jumlah tenaga keperawatan sebanyak 609 orang, sehingga rasio perawat

sebesar 74,1 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut masih dibawah target sebesar

117,5 per 100.000 penduduk.

(39)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

34

5.

Jumlah tenaga bidan sebanyak 362 orang, sehingga rasio tenaga bidan sebesar 43,95

per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut masih dibawah target sebesar 100 per

100.000 penduduk.

6.

Tenaga Kefarmasian disini terdiri atas tenaga Apoteker, S-1 farmasi, D-III farmasi dan

asisten apoteker. Jumlah tenaga farmasi sebanyak 19 orang dan 51 orang diantaranya

adalah teraga apoteker dengan rasio tenaga kefarmasian sebesar 6,59 per 100.000

penduduk. Kondisi masih dibawa target yaitu 10 per 100.000 penduduk.

7.

Tenaga Ahli Gizi disini terdiri atas D-IV/S-1 Gizi, D-III gizi dan D-I gizi. Jumlah tenaga

gizi di Kabupaten Ngawi tahun 2013 sebanyak 47 orang dengan rasio tenaga ahli gizi

sebesar 5,37 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut masih dibawah target sebesar

22 per 100.000 penduduk.

8.

Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat disini terdiri dari Sarjana Kesehatan Masyarakat

dan D-III Kesmas. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Ngawi tahun

2013 sebanyak 27 orang dengan rasio tenaga ahli kesehatan masyarakat sebesar

3,52 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut masih jauh dari target sebesar 40 per

100.000 penduduk.

9.

Tenaga Ahli Sanitasi disini terdiri dari D-III dan D-I Sanitasi. Jumlah tenaga ahli

sanitasi di Kabupaten Ngawi tahun 2013 sebanyak 60 orang dengan rasio tenaga ahli

sanitasi sebesar 12,06 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut masih jauh dari target

sebesar 40 per 100.000 penduduk.

10.

Tenaga Keterapian Fisik disini terdiri atas Fisioterapi, Terapi Okupasi, Terapi Wicara,

dan Akupunturis. Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Kabupaten Ngawi tahun 2013

sebanyak 13 orang dan semuanya merupakan tenaga Fisioterapi.

11.

Tenaga Keteknisian Medis disini terdiri dari tenaga Radiografer, Radioterapis, Teknisi

Elektromedis, Teknisi Gigi, Analis Kesehatan, Refraksionis Optisien, Ortotik Prostetik,

Rekam Medis, Teknisi Transfusi darah, dan Ahli Madya Kardiovaskuler. Jumlah tenaga

keteknisian medis di Kabupaten Ngawi tahun 2013 sebanyak 64 orang .

C.

PEMBIAYAAN KESEHATAN.

Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah dan Masyarakat. Anggaran

Pemerintah bersumber dari APBN, PHLN dan APBD. Total Anggaran Kesehatan pada

tahun 2013 sebesar Rp. 1.311.213.690.254,00, adapaun bila dihitung perkapita maka

(40)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

35

anggaran kesehatan adalah Rp. 206.392,45 per kapita. Anggaran kesehatan dibandingkan

dengan total APBD adalah 11,77%. (tabel 79)

Tabel 5.1

Anggaran Kesehatan di Kabupaten Ngawi Tahun 2013

NO

SUMBER BIAYA

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN

Rupiah

%

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA

A. RUMAH SAKIT

56.371.346.922

33,34

B. DINAS KESEHATAN

97.973.328.547

57,95

2 APBD PROVINSI

1.408.278.925

0,83

Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan

1.408.278.925

3 APBN :

13.323.532.800

7,88

a. Dana Dekonsentrasi

b. Tugas Pembantuan

3.820.190.000

c. Jamkesmas Dasar

5.225.990.000

d. Jamkesmas Rujukan

-

e. Jampersal

2.191.752.800

f. Lain-Lain (BOK)

2.085.600.000

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)

-

-

(sebutkan

project

dan sumber dananya)

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN

-

-

6 BANTUAN LUAR NEGERI (BLN)

-

0,00

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN

169.076.487.194

TOTAL APBD KAB/KOTA

1.311.213.690.584

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA

11,77

(41)

Profil Kesehatan Ngawi Tahun 2013

36

BAB VI

PENUTUP

Data informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi

dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat

diperlukan ebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Dibidang kesehatan, data

dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan dari system informasi kesehatan, sejak

tahun 1998 telah dikembangkan paket sajian data dan informasi oleh Pusat Data Kesehatan

RI, merupakan kumpulan informasi yang sangat penting, karena dibutuhkan baik oleh jajaran

kesehatan, lintas sector maupun masyarakat.

Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum

dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam era

desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Kabupaten/Kota menjadi relative lebih

sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam profil

Kesehatan Kabupaten yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun

demikian, diharapkan profil kesehatan Kabupaten dapat memberikan gambaran secara garis

besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah

dicapai.

Walaupun profil Kesehatan Kabupaten sering kali belum mendapatkan apresiasi yang

memadai, karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan,

namun ini merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian

standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Pencapaian MDGs tahun 2015. Oleh karena itu dalam

rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kabupaten, perlu dicari terobosan dalam

mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi kekosongan data

agar dapat tersedia data dan informasi khususnya yang bersumber dari Kabupaten/Kota.

(42)

KAB

U

PAT

EN/KO

TA

N

G

AWI

TAH

U

N

2013

L

P

L + P

Sa

tua

n

A.

G

A

MBA

R

A

N

UMUM

1

Lu

as

W

ilaya

h

1

,2

96

KM

2

2

Ju

mla

h De

sa

/Ke

luraha

n

217

De

sa

/Ke

l

3

Ju

mla

h Pen

dud

uk

39

8,0

30

4

21

,1

69

8

19

,1

99

Ji

wa

4

Ra

ta

-R

ata

Jiwa

/R

uma

h T

angg

a

3.2

8

Ji

wa

5

Ke

pa

da

ta

n Pen

dud

uk

/KM

2

63

2.1

1

Ji

wa

/KM

2

6

Ra

sio

Be

ba

n T

angg

un

ga

n

45

.9

3

7

Ra

sio

Je

nis

Kel

amin

94

.5

1

8

Pe

nduduk 10

T

ahu

n ke

A

ta

s M

ele

k H

uru

f

0.0

0

0.0

0

0.0

0

%

9

Pe

nduduk 10

T

ahu

n ke

A

ta

s d

enga

n Pen

did

ik

an T

ert

ingg

i

SMP+

#D

IV/0!

#D

IV/0!

#D

IV/0!

%

B.

DE

R

A

JA

T

K

E

S

E

H

A

TA

N

B.1

Angka

Kem

atia

n

10

Ju

mla

h La

hir

Hi

dup

6,0

43

5,9

34

11

,9

77

Ba

yi

11

Angka

La

hir

M

ati (

dila

po

rka

n)

5.9

2

4.7

0

5.3

2

12

Ju

mla

h Ba

yi

M

ati

5

3

3

6

8

5

Ba

yi

13

Angka

Kem

atia

n Ba

yi

(

dila

po

rka

n)

0.0

0

0.0

0

0.0

0

per 1.0

00

KH

14

Ju

mla

h Ba

lita

M

ati

4

2

6

Ba

lita

15

Angka

Kem

atia

n Ba

lita

(

dila

po

rka

n)

0.0

0

0.0

0

0.0

0

per 1.0

00

KH

16

Ju

mla

h Ke

ma

tia

n I

bu

1

2

Ibu

17

Angka

Kem

atia

n I

bu

(d

ilap

orka

n)

10

0.1

9

per 10

0.0

00

KH

RESU

ME

PROFI

L KES

EH

AT

AN

AN

G

KA/N

ILAI

NO

INDIKAT

OR

Gambar

TABEL 8 JU MLAH  KEM AT IA N  I BU  M ENU RU T KELOMPOK  UMU R  DAN  KEC AMAT ANKABUPATEN/KOTANGAWITAHUN2013JUMLAH KEMATIAN  I BU< 20 Thn20-34 Thn≥35 ThnJUMLAH< 20 Thn20-34 Thn≥35 ThnJUMLAH< 20 Thn 20 -34  T hn ≥3 5 T hn JU MLAH < 20  T hn 20 -
TABEL 9 KABUPATEN/KOTA NGAWI TAHUN  2013 NO KECAMATAN NAMA  PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK <15 TAHUN
TABEL 1 1 JU MLAH  KASU S DAN ANG KA PE N EMUAN  KASU S T B P ARU  BT A+ ME N U RU
TABEL 1 1A JU MLAH  SU SPEK  DAN  KASU S T B SERT A  AN G KA PE N EMUAN  KASU S T B P ARU  BT A+ ME N U RU
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan bentuk kegiatan tersebut maka layanan yang diberikan oleh konselor sekolah dapat bersifat preventif, kuratif, dan preseveratif atau developmental

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran Bahasa Jawa (materi tembang dolanan) berbasis pendidikan karakter religius dalam kurikulum 2013.. Jenis

Penelitian ini menggunakan jenis penyakit ayam antara lain Avian Influenza, Cronic Respiratory Disease, Corryza, Newcastle Disease, Gumboro, dan Koksidiosis..

Et al ., 2019 Sulawesi Tengah Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan, kebiasaan merokok, riwayat keluarga, hewan peliharaan terhadap kejadian asma Penelitian survey

Dari hadits di atas, sangat jelas bahwa apabila ada yang melakukan perbuatan liwath (homoseks) maka hukumannya adalah dibunuh baik pelakunya maupun

Hoi 4 dari 13 halaman Putusan Nomor 0004/Pdt.G/2017/PTA.Pdg Memperhatikan, bahwa para pihak berperkara telah diberi kesempatan untuk memeriksa berkas perkara (image) sebelum dikirim

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan etnografi pada materi geometri yang menjadi salah satu konten dari PISA.Tujuan dari penelitian ini untuk

Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk diagram batang pada setiap nama dosen dengan responden mahasiswa S1 Farmasi dan DIII Farmasi STIKES Borneo Lestari. Hasil