MENINGKATKAN MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK
BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS
SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
MELITINA HALAWA NIM: 071134081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
MENINGKATKAN MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK
BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS
SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
MELITINA HALAWA NIM: 071134081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
iv
PERSEMBAHAN
Karyaku ini kupersembahkan
Kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Maria
Para dosen Pembimbingku
Kedua orangtua dan sanak keluarga saya
Seluruh persaudaraan FCJM
v
MOTTO
Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa.
(Roma 12:12)
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri
vi
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 03 Desember 2010
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA IMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Melitina Halawa
Nomor Mahasiswa : 071134081
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Meningkatkan Minat Serta Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat Peraga Pada Siswa Kelas Dua SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya, maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 03 Desember 2010 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
MENINGKATKAN
MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK
BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS
SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010-2011
Melitina Halawa Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui minat serta prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan pada siswa kelas dua SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011.
Peneliti menggunakan metode pembelajaran tematik dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit. Subyeknya adalah siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 28 orang siswa. Instrumen –instrument yang digunakan peneliti adalah teknik nontes yaitu siswa mengisi kuesioner untuk menyimpulkan minat siswa dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan selama proses pembelajaran berlangsung, dan teknik tes yaitu tes tertulis (teknik tanpa menyimpan, teknik menyimpan dan bentuk cerita) dengan tujuan untuk menyimpulkan prestasi siswa dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa pada akhir siklus kedua, peneliti menyimpulkan dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit dapat meningkatkan minat serta prestasi belajar siswa. Alat peraga ini digunakan dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas dua SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011.
ix ABSTRACT
TO IMPROVE INTEREST AND ACHIEVEMENT IN THE MATHEMATIC LEARNING PROCESS
ESPECIALLY ADDITIONAL TOPIC WIT USING VISUAL AIDS TO THE ELEMENTARY STUDENTS SECOND GRADE OF CANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA YEAR OF ACADEMIC
2010/2011
Melitina Halawa Sanata Dharma University
2010
The main purpose of this thesis is to show the interests and the achieve-ments in the Mathematic learning process especially additional topic to the stu-dents of Canisius Sorowajan Second grade year of academic 2010/2011.
Researcher uses learning method such as concrete objects. The subject is student second grade of Canisius Sorowajan years academic 2010/2011, total 28 students. The instruments used is test note-technical where the students fill the quizioner to make a conclude student’s interest in Mathematic topic additional during the class, and test technical by answer questions aim to conclude students achievement in the Mathematic learning process topic additional.
According to the result from the final second cycle, researcher conclude that with using visual aids such as concrete objects can improve interest and achievement of to students. It used in Mathematic learning process especially ad-ditional topic. This research is implemented in Sorowajan Canisius Elementary School.
x
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik yang selalu melindungi, menyer-tai saya, menerangi hati dan pikiran serta memberikan kesehatan kepada peneliti selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini diberi judul Meningkatkan Minat Serta Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat Peraga Pada Siswa Kelas Dua SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
Peneliti merasakan bahwa karya ilmiah ini selesai berkat cinta kasih dari banyak pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan limpah terima kasih kepada yang disebutkan berikut ini.
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku ketua prodi PGSD Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. A. Sardjana, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan tulus membimbing peneliti selama proses menyusun karya ilmiah ini.
4. Bapak Drs. J. Sumedi selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar, teliti, dan rela membimbing peneliti selama proses menyusun karya ilmiah ini. 5. Bapak B. Suwardi, S. Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
xi
7. Segenap staf guru dan karyawan serta siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
8. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah membimbing dan mengajari peneliti selama belajar di PGSD.
9. Kepada Orangtua dan saudara-saudariku yang selalu memberikan dorongan kepada peneliti untuk tetap setia menjalani tugas perutusan di meja studi. 10. Seluruh persaudaraan FCJM, secara khusus pada suster FCJM komunitas
“Laverna” Yogyakarta yang dengan cinta memberi dukungan kepada peneliti. 11. Saudariku Sr. Rafaela, SCMM, sebagai sahabat untuk berbagi suka duka dan
yang selalu bersedia membantu.
12. Kepada semua teman-teman PGSD angkatan 2007/2008 terimakasih atas semua kebaikan.
13. Kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini, meskipun demikian peneliti berharap semoga karya tulis ini bermanfaat.
Yogyakarta, 03 Desember 2010 Peneliti
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
xiii
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Pengertian Minat Belajar ... 7
1. Definisi Minat ... 7
2. Ciri-ciri Minat ... 10
3. Cara Menumbuhkan Minat dan Motivasi ... 12
4. Definisi Belajar ... 14
5. Fungsi Minat dalam Belajar ... 17
B. Teori Pembelajaran Matematika ... 18
1. Definisi Pembelajaran Matematika ... 18
2. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Matematika ... 21
3. Pengertian Minat Belajar Matematika ... 22
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa dalam Belajar Matematika ... 22
C. Pembelajaran Tematik ... 23
1. Definisi Pembelajaran Tematik ... 23
2. Tujuan Pembelajaran Tematik ... 24
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 24
4. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik ... 25
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik ... 26
6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 26
7. Perencanaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator .... 27
D. Definisi Penjumlahan ... 29
E. Alat Peraga ... 33
1. Definisi Alat Peraga ... 33
xiv
3. Syarat dan Ciri Media Alat Peraga ... 36
4. Tujuan, Fungsi dan Nilai Alat Peraga ... 37
5. Prinsip-prinsip dan Langkah-langkah Penggunaan Alat Peraga ... 39
6. Keuntungan dan Hambatan Penggunaan Alat Peraga ... 40
H. Kerangka Berpikir ... 41
I. Hipotesis Tindakan ... 41
BAB III.METODE PENELITIAN ... 42
A. Setting Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 44
C. Rencana Tindakan ... 46
D. Penyusunan Instrumen ... 60
E. Teknik Pengumpulan Data ... 65
F. Teknik Analisis Data ... 65
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
A. Deskripsi Data ... 71
B. Analisis Data ... 89
C. Pembahasan ... 101
BAB V.PENUTUP ... 117
A. Kesimpulan ... 117
B. Implikasi ... 118
C. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 120
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 123
Lampiran 2 RPP ... 129
1. RPP 1 ... 129
2. RPP 2 ... 134
3. RPP 3 ... 139
4. RPP 4 ... 144
Lampiran 3 LKS ... 148
1. LKS Siklus I ... 148
2. LKS Siklus II ... 152
Lampiran 4 Soal Tes Awal dan Ulangan ... 157
1. Tes Awal ... 157
2. Soal Ulangan Siklus I ... 161
3. Soal Ulangan Siklus II ... 164
Lampiran 5 Kunci Jawaban LKS ... 167
1. Siklus I ... 167
2. Siklus II ... 169
Lampiran 6 Kunci Jawaban Tes Awal dan Ulangan ... 172
1. Tes Awal ... 172
2. Siklus I ... 175
3. Siklus II ... 177
Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa ... 180
1. Silus I ... 180
xvi
Lampiran 8 Lembar Observasi Peneliti ... 182
1. Siklus I ... 182
2. Siklus II ... 183
Lampiran 9 Pengujian Validitas ... 184
1. Test-retest 1 ... 184
2. Test-retest 2 ... 187
Lampiran 10 Kesimpulan Pengolahan Data Validitas ... 190
1. Test-retest 1 ... 190
2. Test-retest 2 ... 192
Lampiran 11 Tabel r ... 194
Lampiran 12 Reliabilitas ... 195
1. Tanpa Teknik Menyimpan ... 195
2. Teknik Menyimpan ... 297
3. Bentuk Cerita. ... 199
Lampiran 13 Foto Dokumentasi Penelitian ... 201
Lampiran 14 Surat Izin dan Surat Keterangan ... 214
1. Surat Izin ... 214
2. Surat Keterangan ... 215
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Waktu Penelitian ... 43
Tabel 2 Lembaran Kuesioner ... 62
Tabel 3 Kisi-kisi Tes Awal, dan Siklus II ... 63
Tabel 4 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 64
Table 5 Pedoman Persentase Rata-rata Kelas dalam Persen ... 66
Tabel 6 Kualifikasi Koefisien Korelasi Pada Pengujian Validitas ... 67
Table 7 Kualifikasi Koefisien Korelasi Pada Pengujian Reliabilitas ... 69
Tabel 8 Hasil Minat Siswa Pada Tes Awal ... 73
Tabel 9 Jumlah Siswa yang Tertarik dengan Penjumlahan Pada Tes Awal ... 74
Tabel 10 Hasil Tes Awal ... 75
Tabel 11 Hasil Lembaran Kuesioner Pada Siklus I ... 79
Tabel 12 Jumlah Siswa yang Berminat dengan Penjumlahan Pada Siklus I ... 80
Tabel 13 Hasil Ulangan Siklus I ... 81
Tabel 14 Hasil Lembaran Kuesioner Pada Siklus II ... 86
Tabel 15 Jumlah Siswa yang Berminat dengan Penjumlahan Pada Siklus II ... 87
Tabel 16 Hasil Ulangan Pada Siklus II ... 88
Tabel 17 Perbandingan Minat Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 95
Tabel 18 Ringkasan Jumlah Siswa yang Berminat dengan Penjumlahan Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 96
Tabel 19 Perbandingan Hasil Ulangan Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 97
Tabel 20 Perbandingan Minat, Prestasi Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 98
Tabel 21 Ketuntasan Serta Persentase Ketuntasan Minat Siswa ... 99
xviii
Tabel 23 Ringkasan Minat Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 113
Tabel 24 Ringkasan Prestasi Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 114
Tabel 25 Perbandingan Minat Serta Prestasi Siswa Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 115
Tabel 26 Perbandingan Minat Siswa Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 116
Tabel 27 Silabus ... 123
Tabel 28 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 180
Tabel 29 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 181
Tabel 30 Lembar Observasi Peneliti Siklus I ... 182
Tabel 31 Lembar Observasi Peneliti Siklus II ... 183
Tabel 32 Pengujian Validitas Kegiatan 1 Pada Test-retest 1 ... 184
Tabel 33 Pengujian Validitas Kegiatan 2 Pada Tes-retest 1 ... 185
Tabel 34 Pengujian Validitas Kegiatan 3 Pada Test-retest 1 ... 186
Tabel 35 Pengujian Validitas Kegiatan 1 Pada Test-retest 2 ... 187
Tabel 36 Pengujian Validitas Kegiatan 2 Pada Test-retest 2 ... 188
Tabel 37 Pengujian Validitas Kegiatan 3 Pada Test-retest 2 ... 189
Tabel 38 Kesimpulan Hasil Validitas Test-retest 1 ... 190
Tabel 39 Kesimpulan Hasil Validitas Test-retest 2 ... 192
Tabel 40 Tabel r ... 194
Tabel 41 Daftar Reliabilitas Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan ... 195
Tabel 42 Reliabilitas dengan Teknik Menyimpan ... 197
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jaring-jaring/Laba-laba Tematik ... 28
Gambar 2 Alat Peraga ... 35
Gambar 3 Alur Pelaksanaan dalam Penelitian ... 45
Gambar 4 Grafik Rata-rata Minat serta Prestasi ... 99
Gambar 5 Grafik Ketuntasan dan Grafik Persentase Ketuntasan Minat ... 100
Gambar 6 Grafik Ketuntasan dan Grafik Persentase Ketuntasan Prestasi ... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Menurut Einstein (2008: V) Matematika adalah pelajaran yang
sederhana, lucu bahkan hanya seperti permainan. Namun, kenyataannya
dilapangan bahwa mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang
ditanggapi oleh sebagian besar siswa, sebagai mata pelajaran yang sulit,
membingungkan, terlalu abstrak untuk dipelajari.
Hal ini, sudah dialami oleh siswa dimana kesalahan tersebut tidak hanya
terletak dipihak siswa namun kemungkinan disebabkan oleh gaya guru yang
kurang melibatkan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak didik.
Tugas sebagai seorang guru adalah membimbing, mengajar dan melatih
anak didik. Dalam hal membimbing: guru memberi bantuan berupa arahan,
motivasi, nesehat dan lain-lain. Mengajar dalam hal ini: guru menjalin interaksi
yang menarik minat siswa dalam belajar. Sedangkan guru sebagai pelatih:
mengembangkan keterampilan tertentu.
Peneliti sadar akan tugas tersebut maka peneliti berusaha meningkatkan
minat serta prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada pokok
bahasan penjumlahan dengan menggunakan metode yang tepat, yaitu metode
yang relevan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa sejak dini
dan perkembangan siswa, diharapkan mata pelajaran Matematika menjadi mata
pelajaran yang disenangi oleh siswa dari tingkat SD.
Jean Piaget (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 19-22) ada empat tahap teori
belajar. Pertama, tahap sensori motor (0-2 tahun) anak mengembangkan
konsep dasar melalui interaksi dengan dunia fisik. Kedua, tahap praoperasional
(2-7 tahun) anak sudah mulai menggunakan simbol. Ketiga, tahap operasi
konkrit (7-12 tahun) anak mengembangkan konsep dengan menggunakan
benda-benda konkrit. Keempat tahap operasi formal (12 tahun-dewasa) anak
sudah mulai mampu berpikir abstrak.
Peneliti melakukan penelitian ini pada siswa kelas dua SD, dan
menggunakan alat peraga berupa benda konkrit (karet gelang, sedotan, gambar
serta kartu bilangan yang sesuai dengan bahan ajar dan benda-benda lain yang
ada di alam sekitar), dengan menggunakan metode pembelajaran tematik,
maka mengkaitkan antara beberapa mata pelajaran yaitu mata pelajaran
Matematika, mata pelajaran Bahasa Indonesia, serta mata pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa yang disebut dengan pembelajaran tematik. Dimana,
pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar
secara aktif dalam proses pembelajaran, akhirnya siswa memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya.
SD Kanisius Sorowajan merupakan salah satu lembaga pendidikan
di SD Kanisius Sorowajan, peneliti menemukan para siswa, mengalami
kesulitan dalam pembelajaran Matematika. Para siswa mengalami kebosanan
dalam pembelajaran Matematika secara khusus pada pokok bahasan
penjumlahan tersusun pendek ke bawah. Dalam wawancara dengan wali kelas
kelas II SD Kanisius Sorowajan terungkap bahwa ini terjadi bukan hanya dari
pihak guru saja. Namun, juga dari pihak siswa. Dimana, dari pihak guru:
kurang menanamkan konsep melalui penggunaan alat peraga dalam
menyampaikan pembelajaran sedangkan dari pihak siswa: cepat bosan, malas
mengulang kembali materi yang sudah diterima serta sering lupa pada apa yang
sudah dipelajarai.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk memecahkan masalah
tersebut. Peneliti memilih judul Meningkatkan Minat Serta Prestasi Belajar
dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dengan
Menggunakan Alat Peraga Pada Siswa Kelas Dua SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan maka diperoleh
beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan yaitu:
1. Siswa tidak dibiasakan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit
dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Kurang tepatnya metode yang digunakan guru kelas rendah di dalam
C.Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada
meningkatkan minat serta prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika
pokok bahasan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga pada siswa
kelas dua SD Kanisius Sorowajan.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah
tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut. Apakah dengan menggunakan alat peraga berupa
benda konkrit dapat meningkatkan minat serta prestasi belajar dalam
pembelajaran Matematika pada pokok bahasan penjumlahan pada siswa kelas
II SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011?.
E.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
meningkatkan minat serta prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika
pada pokok bahasan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga berupa
F.Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Memberi masukan bagi sekolah dalam meningkatkan minat serta
prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan
penjumlahan dengan menggunakan alat peraga pada siswa kelas dua SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan dan kreativitas guru dalam menyampaikan suatu
materi penjumlahan pada siswa kelas dua SD dengan menggunakan alat
peraga berupa benda konkrit.
b. Menambah pengetahuan guru dalam meningkatkan minat serta prestasi
belajar dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan
penjumlahan dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit
pada siswa kelas dua SD.
3. Bagi siswa kelas II SD
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
siswa kelas II SD untuk membantu meningkatkan minat serta prestasi
belajar pokok bahasan penjumlahan dengan bantuan alat peraga berupa
G.Batasan Pengertian
1. Minat
Minat belajar adalah kehendak hati seseorang untuk terlibat pada
suatu objek, perasaan senang atau tidak senang, dan tertarik atau tidak
tertarik terhadap mata pelajaran tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika adalah proses interaksi antara guru dan
siswa dalam belajar tentang konsep-konsep, dan struktur-struktur
Matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari sebagai alat pikir,
alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai masalah.
3. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
dan mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan suatu
pengalaman khusus dan bermakna kepada siswa.
4. Penjumlahan
Penjumlahan adalah operasi Matematika yang melibatkan beberapa
bilangan sehingga mendapatkan bilangan lain.
5. Alat Peraga atau Benda Konkrit
Alat peraga atau benda konkrit adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian Minat Belajar
1. Definisi Minat
Banyak orang tidak mengerti arti sebenarnya istilah “minat” akibatnya
mereka sering mengacaukannya dengan apa yang tepatnya dapat disebut
suatu “kesenangan”. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas
memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka
merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan
berkurang minat pun berkurang (Elizabeth B. Hurlock, 1989).
Sardiman A. M. (1988: 76) berpendapat bahwa minat adalah “sebagai
suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan sendiri”. Sedangkan I. L. Pasaribu dan Simanjuntak
mengartikan minat adalah “sebagai suatu motif yang menyebabkan individu
berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya”.
Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
Jersild dan Tasch (Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana, 1983:
224) minat atau intrest menyangkut aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan Doyles Fryer (Wayan Nurkancana dan P.P.N.
Sunartana, 1983: 224) minat atau intrest adalah gejala psikis yang berkaitan
dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada
individu. Arden Frandsen dari Moentoyah (1993: 7) minat merupakan salah
satu tanda kematangan dan kesiapan seseorang untuk giat dalam kegiatan
belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
minat adalah kehendak hati seseorang untuk terlibat pada suatu objek,
perasaan senang atau tidak senang dan tertarik atau tidak tertarik terhadap
mata pelajaran tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Perasaan
tidak senang menghambat dalam belajar, karena tidak melahirkan sikap
positif dan tidak menunjang minat belajar.
Jadi, minat adalah sangat penting dalam pendidikan. Suatu minat
dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang
memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
Hurlock (1995: 177) minat mempunyai dua aspek yakni:
a. Aspek kognitif.
Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya, aspek kognitif
dari minat anak terhadap sekolah. Bila mereka menganggap sekolah
sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah
menimbulkan rasa ingin tahu sehingga mereka mendapat kesempatan
untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa
prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah sangat berbeda dibandingkan
bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang menekankan
peraturan sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran.
b. Aspek afektif
Aspek afektif yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan
dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Seperti halnya
aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari
sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap
yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa
terhadap kegiatan itu.
Dari kedua aspek di atas yang lebih penting perananya adalah
aspek afektif daripada aspek kognitif dengan alasan:
1) Aspek afektif mempunyai peran yang besar dalam memotivasi
minat memperkuat minat itu dalam tindakan, suatu bobot emosional
yang tidak menyenangkan mempunyai pengaruh sebaliknya. Bobot itu
mengakibatkan kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah
motivasi.
2) Aspek afektif minat, sekali terbentuk, cenderung lebih tahan terhadap
perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Informasi yang tidak
tepat tentang pekerjaan-aspek kognitif dari minat pada pekerjaan dapat
diperbaiki secara relatif mudah tatkalah anak bertambah besar dan
lebih mengenal berbagai pekerjaan, dan di sekolah mendapat
bimbingan mengenai berbagai lapangan pekerjaan. Mengubah aspek
afektif minat anak sangatlah sulit.
2. Ciri-ciri Minat
Untuk mengerti peran minat yang penting dalam kehidupan anak perlu
diketahui ciri-ciri minat anak (Elizabeth B.Hurlock, 1989) antara lain:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat disemua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan
mental, pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai.
Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat daripada teman
sebayanya. Mereka yang lambat matang, menghadapi masalah sosial
karena minat mereka disamakan dengan minat yang lebih dewasa.
b. Minat bergantung pada kesiapan belajar.
Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap
c. Minat bergantung pada kesempatan belajar.
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat,
baik anak-anak maupun dewasa yang menjadi lingkungan anak. Karena
lingkungan anak kecil terbatas pada lingkungan rumah, minat mereka
tumbuh dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka
menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka
kenal.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas.
Ketidak mampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang
terbatas membatasi minat anak.
e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya.
Anak-anak mendapat kesempatan dari orangtua, guru, dan orang
dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya
mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan
untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh
kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot emosional.
Bobot emosional aspek afektif dari minat menentukan
kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan
minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuat minat
g. Minat itu egosentris
Laki-laki pada mata pelajaran Matematika sering berlandaskan
keyakinan bahwa kepandaian dibidang Matematika di sekolah akan
merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan
dan bergengsi di dunia usaha.
3. Cara Menumbuhkan Minat dan Motivasi
Sardiman A.M. (2010: 95) minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengajaran yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Syaiful Bahri Djamarah (1995: 149-157) ada beberapa bentuk
motivasi yang dapat guru gunakan untuk mempertahankan minat anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk motivasi dimaksud
adalah:
a. Memberi angka.
Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar
siswa, serta sebagai alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan
kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar mereka.
b. Hadiah
Hadiah adalah sesutu yang diberikan kepada orang lain sebagai
c. Pujian
Pujian adalah alat motivasi yang positif melalui suatu kata
misalnya ”bagus”.
d. Gerakan tubuh
Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan
gairah belajar siswa.
e. Memberi tugas
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk
diselesaikan.
f. Memberi ulangan
Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam pengajaran.
Ulangan mempunyai fungsi sebagai evaluasi proses dan evaluasi produk,
kepentingan lainya adalah untuk mendapatkan umpan balik dari anak
didik.
g. Mengetahui hasil
Ingin mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat di dalam
diri setiap orang. Jadi, setiap orang selalu ingin mengetahui sesuatu yang
belum diketahuinya. Dorongan ingin mengetahui membuat seseorang
berusaha dengan apa pun agar keinginannya itu menjadi kenyataan.
h. Hukuman
Hukuman dimaksud disini adalah hukuman yang bersifat
mendidik.
Dari beberapa cara yang dipakai oleh para ahli di atas, peneliti dapat
dalam belajar adalah menggunakan metode yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak didik, menghubungkan dengan
persoalan pengajaran yang lampau, memberi kesempatan untuk
mendapatkan hasil yang baik, memberi angka, memberi pujian, memberi
tugas, memberi ulangan serta memberi hukuman yang bersifat mendidik.
4. Definisi Belajar
Henry E. Garret (H. Syariful Sagala, 2005: 13) belajar merupakan
“proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun
pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara
mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”.
Gagne (H. Syaiful Sagala, 2005: 17) belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar
terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami
situasi tadi.
William Brownell (Muchtar A.Karim dkk, 1996: 18-19) teori belajar
didasarkan atas keyakinan bahwa anak-anak pasti memahami apa yang
sedang mereka pelajari jika belajar secara terus-menerus. Salah satu contoh
yang digunakan untuk anak-anak dalam mengembangkan pemahaman
Zoltan P. Dienes (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 19) meyakini bahwa
dengan menggunakan berbagai sajian tentang suatu konsep Matematika,
anak-anak akan dapat memahami secara penuh konsep tersebut jika
dibandingkan dengan hanya menggunakan satu macam sajian saja. Sebagai
contoh pada saat guru akan mengenalkan konsep bilangan tiga kepada
siswa, guru disarankan menggunakan tiga mangga, tiga kelereng, tiga balon,
tiga pensil, dan tiga benda konkrit lain.
Jean Piaget (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 19-22) ada empat tahap
teori belajar yaitu:
a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengembangkan konsep dasar melalui
interaksi dengan dunia fisik.
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai menggunakan bahasa, untuk menyatakan
suatu ide, tetapi ide tersebut masih tergantung pada persepsi. Selain itu,
anak sudah mulai menggunakan simbol, dan belajar untuk membedakan
antara kata atau istilah dengan obyek yang diwakili oleh kata atau obyek
tersebut.
c. Tahap Operasi Konkrit (7-12 tahun)
Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dengan
menggunakan benda-benda konkrit untuk menyelidiki hubungan dan
model-model ide abstrak, sudah berpikir logis sebagai akibat dari
d. Tahap Operasi Formal (12 tahun-dewasa)
Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berpikir secara abstrak,
anak dapat menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia
riel, dan tidak terlalu tergantung pada benda-benda konkrit.
Jerome S. Bruner (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 24-26) dalam
mempelajari Matematika seorang anak perlu secara langsung
mengggunakan bahan-bahan manipulatif artinya benda-benda konkrit yang
dirancang khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam berusaha untuk
memahami konsep Matematika. Dalam kaitannya dengan pengalaman fisik
ini, Jerome S. Bruner mengemukakan tiga tahap sajian benda yaitu:
a. Tahap Enactive
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam hal
memanipulasi benda-benda konkrit dalam belajar.
b. Tahap Iconic
Dalam tahap kegiatan ini siswa berhubungan dengan mental yang
merupakan gambaran dari benda-benda konkrit yang dimanipulasinya.
c. Tahap Simbolic
Dalam tahap ini siswa memanipulasi lambang-lambang atau
simbol-simbol dari benda-benda konkrit tertentu.
Dari beberapa pendapat pada ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam
jangka waktu lama melalui usaha yang dilakukan oleh individu untuk
sebagai hasil pengalaman individu itu dalam interaksi dengan guru,
teman-teman, dan lingkungan, yang mempunyai beberapa tahap yaitu tahap sensori
motor, tahap praoperasional, tahap operasi konkrit, tahap operasi formal dan
mempunyai tiga sajian yaitu tahap enactive, tahap iconic, dan tahap
symbolic.
5. Fungsi Minat dalam Belajar
Elisabet B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak
sebagaimana yang dituliskan oleh Abdul Wahid (1998: 109-110) sebagai
berikut:
a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita
Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka
cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang
berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.
b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat
Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk
belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.
c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas
Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi
pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah
pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap
d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa
seumur hidup karena minat membawa kepuasan
Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai
misalkan terus terbawa sampai hal ini menjadi guru tidak akan dirasakan
karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela.
B. Teori Pembelajaran Matematika
1. Definisi Pembelajaran Matematika
H.Syaiful Sagala (2005: 61) pembelajaran merupakan “proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”.
Konsep pembelajaran menurut Corey (H. Syaiful Sagala, 2005: 61)
adalah “suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu”. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (H. Syaiful Sagala, 2005: 62)
pembelajaran adalah “kegiatan guru secara terprogram dalam desain
intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar”.
Puji Purnomo (2006: 1) mengartikan pembelajaran sebagai berikut:
a. Peristiwa pembelajaran terjadi, apabila siswa secara aktif berinteraksi
dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru.
b. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategis dan media
pendidikan yang tepat.
c. Program pembelajaran yang dirancang perlu memperoleh perhatian
d. Proses dan produk pembelajaran perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
e. Pembentukan kompetensi memerlukan pengintegrasian fungsional antara
teori dan praktek serta materi dan metodologi penyampaiannya.
Selanjutanya, H. Syaiful Sagala (2005: 63) pembelajaran mempunyai
dua karakteristik yaitu:
a. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,
akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.
b. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya
jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Jerome Brunner (Herman Hudoyo, 1988: 56) mengatakan bahwa
belajar Matematika adalah “belajar tentang konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta
menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu”.
E.T. Russefendi (1988) Matematika selain sebagai “ilmu deduktif
juga merupakan sebagai suatu cara manusia berpikir, bahasa simbol,
internasional, dan sangat padat, ilmu pengetahuan mengenai struktur yang
terorganisasi dengan baik, telaahan atau ilmu tentang pola dan hubungan,
seni, serta Matematika itu sebagai alat bantu”. Sedangkan Anjar, M. &
Sembiring, R.K. (2000) Matematika dikenal sebagai ilmu pengetahuan yang
konsisten. Somardyono (2004: 5) mengartikan Matematika adalah “produk
dari pemikiran manusia”.
H.W. Fowler (Masnur Muslich, 2007: 224) Matematika adalah “ilmu
yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak”.
Sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping memilih
metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang
sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa (Masnur Muslich 2007:
224).
Hudoyo 1990: 48) belajar Matematika ialah belajar konsep-konsep
dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika.
Hamjah B. Uno. (2007: 130) berpendapat bahwa hakekat belajar
Matematika adalah “suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan
hubunga-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada
situasi nyata”. Schoenfeld (Hamjah B.Uno, 2007: 130) mendefinisikan
bahwa belajar Matematika “berkaitan dengan apa dan bagaimana
menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya
dengan fenomena fisik dan sosial”.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pembelajaran Matematika merupakan proses interaksi antara guru
Matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari sebagai alat pikir,
alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai masalah.
2. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Matematika
a. Fungsi Pelajaran Matematika (Sumardyono, 2004: 6)
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasi
gagasan dengan bahasa melalui model Matematika yang dapat berupa
kalimat dan persamaan Matematika, diagram, grafik atau tabel.
b. Tujuan Pelajaran Matematika (Sumardyono, 2004: 6)
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, serta
mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Heruman (2008: 2) bahwa tujuan akhir pembelajaran Matematika di
SD yaitu agar siswa terampil dalam meggunakan berbagai konsep
Matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pembelajaran Matematika merupakan interaksi antara guru dengan
siswa dalam mengelola suatu bahan ajar sebagai suatu cara manusia yang
konsisten dengan tujuan untuk terampil menggunakan berbagai konsep
Matematika dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pengertian Minat belajar Matematika
Minat belajar dapat diartikan sebagai suatu keterlibatan siswa yang
disertai dengan seluruh pikiran, perasaan, dan perhatian untuk melakukan
kegiatan atau aktivitas belajar. Sedangkan minat belajar Matematika adalah
sebagai keterlibatan diri secara penuh dalam melakukan aktivitas belajar
Matematika baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa dalam Mata
Pelajaran Matematika
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, secara
garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri sendiri misalnya:
kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran, pengalaman
belajar Matematika di jenjang pendidikan sebelumnya
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor dari luar diri misalnya metode dan
gaya mengajar guru Matematika, tersedianya fasilitas dan alat penunjang
pelajaran Matematika (alat yang digunakan bersama-sama dengan siswa,
alat yang dimiliki masing-masing siswa dan guru, alat peraga yang
berfungsi untuk memperjelas atau memberi gambaran yang lebih jelas
C.Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Peneliti melakukan penelitian ini di kelas dua SD, maka menggunakan
pembelalajaran tematik. Kunandar (2007: 334) pembelajaran tematik adalah
“pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi
dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka”.
Sementara Masnur Muslich (2007: 146) mengartikan pembelajaran tematik
merupakan “pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa”.
Puji Purnomo (2006: 4) pembelajaran tematik atau terpadu merupakan
“kegiatan pembelajaran yang menekankan pada keterpaduan baik dalam
perencanaan maupun pelaksanaanya. Agar kegiatan lebih bermakna
keterpaduan tersebut diikat dengan tema”.
Tim pengembang PGSD dalam pembelajaran terpadu D-II PGSD
(Kunandar, 2007: 334) menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran
terpadu dapat diartikan sebagai berikut:
a. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat
perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan kosep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi lainnya.
b. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi
atau mata pelajarann yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
c. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak
secara simultan.
d. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi atau mata
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dan mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan suatu pengalaman khusus dan bermakna kepada siswa.
2. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik pada kelas awal sekolah dasar bertujuan:
a. Melibatkan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
b. Membantu siswa memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah mereka pahami.
c. Menerapkan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
d. Membantu belajar siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
kesatuan.
e. Dengan menggabungkan beberapa kompetenti dasar dan indikator serta isi
mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Kunandar (2007: 335-336) sebagai suatu model pembelajaran di
sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa. Maksudnya, sebagai subyek dalam belajar adalah
siswa itu sendiri, dan yang menjadi fasilitatornya adalah guru.
b. Memberikan pengalaman langsung. Maksudnya, siswa diharapakan pada
sesuatu yang nyata, sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling
dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik
penyajian konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh.
e. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat lues dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan tempat sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Maksudnya dalam belajar itu tidak hanya sekedar bermain namun, tahu
tujuan dari bermain itu yang disesuaikan dengan apa yang mau dicapai
oleh siswa.
4. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Selain pengertian, tujuan, karakteristik pembelajaran tematik,
pembelajaran tematik mempunyai rambu-rambu (Kunandar, 2007: 336)
sebagai berikut:
a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk
d. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
e. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan,
dan daerah setempat.
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik
Kunandar (2007: 337) dalam pembelajaran tematik juga ditekankan
pemilihan tema yang hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Kedekatan
Kedekatan adalah tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang
terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari
kehidupan anak.
b. Kesederhanaan,
Kesederhanaan adalah tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang sederhana ke tema-tema-tema-tema yang lebih rumit bagi siswa.
c. Kemenarikan,
Kemenarikan adalah tema dipilih mulai dari tema-tema yang
menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak.
d. Keinsidentalan,
Keinsidentalan adalah peristiwa atau kejadian di sekitar siswa yang
terjadi pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan tema yang
dipilih pada hari itu.
6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik. Kunandar (2007:
a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mangajar yang relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan
persoalan yang dihadapi.
e. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang
dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Selain memiliki kelebihan pembelajaran tematik juga memiliki
kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik terjadi jika dilakukan oleh
guru tunggal, misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara
mendalam penjabaran tema sehingga pembelajaran tematik akan merasa
sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran.
Peneliti menggunakan pembelajaran tematik untuk itu dengan
menggunakan model jaring laba-laba atau model terjala. Pada model
pembelajaran ini peneliti menyajikan pembelajaran dengan tema dan sub
tema yang sehubungan antar mata pelajaran. Untuk itu peneliti mengaitkan
antara tiga mata pelajaran yaitu mata pelajaran Matematika, Bahasa
Indonesia serta Seni Budaya dan Keterampilan dengan tema kegiatan.
7. Perencanaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
a. Matematika
Standar Kompetensi
1.Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.
Kompetensi Dasar
b. Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi
2. Menulis kegiatan melalui kegiatan melengkapi cerita.
Kompetensi Dasar
2.3. Melengkapi cerita sederhana dengan kata atau kalimat yang tepat.
c. SBK
Standar Kompetensi
4. Mengekspresikan diri melalui karya seni suara atau musik
Kompetensi Dasar
4.3 Menyanyikan lagu wajib dan lagu anak dengan atau tanpa iringan
sederhana.
Dari ketiga mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, serta Seni
Budaya dan Keterampilan) disampaikan dalam bentuk sebagai berikut:
Jaring Laba-laba atau Model Terjala Tematik
Matematika
•Siswa dapat menjumlahkan
dua bilangan dengan simbol yang terdiri dari dua angka secara tersusun pendek ke bawah dengan teknik tanpa menyimpan dengan hasil paling besar 500.
•Siswa dapat menjumlahkan
bilangan dengan simbol yang terdiri dari dua dan tiga angka secara tersusun pendek ke bawah dengan teknik menyimpan dengan hasil paling besar 500.
Bahasa Indonesia
•Siswa dapat
memecahkan soal cerita dengan teknik menyimpan dan teknik tidak meyimpan yang mengandung penjumlahan paling besar 500.
Seni Budaya dan Keterampilan
•Siswa dapat
menyanyikan lagu anak.
D. Definisi Penjumlahan
Penjumlahan merupakan operasi Matematika yang melibatkan beberapa
bilangan sehingga mendapatkan bilangan lain.
1. Penjumlahan tanpa teknik menyimpan
Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bukanlah termasuk topik yang
sangat sulit akan tetapi, dalam hal ini guru diharuskan menggunakan media
pembelajaran dengan alat peraga yang benar, dengan tujuan supaya siswa
dapat membangun dan menemukan sendiri teknik penyelesaiannya.
Heruman (2008: 7-9) ada tiga langkah pemberian konsep Matematika
pada siswa yang benar yaitu:
a. Penanaman Konsep
1) Media yang diperlukan
a) Beberapa kantong plastik transparan sebagai satu penyimpan
yang dilekatkan pada selembar kain.
b) Sedotan
2) Kegiatan pembelajaran
Andaikan akan dicari hasil penjumlahan berikut 34
23 +
...
3) Langkah-langkah peragaan
a) Masukkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya. Puluhan pada
b) Siswa kemudian membaca bilangan yang ditunjukkan oleh
sejumlah sedotan.
c) Sebagai implementasi dari operasi penjumlahan, gabungkan
sedotan tersebut, satuan dengan satuan dan puluhan dengan
puluhan.
d) Hitung jumlah sedotan pada saku hasil.
e) Siswa kemudian menuliskan hasil yang diperoleh pada jawaban.
f) Sebaliknya, kegiatan ini diulangi beberapa kali dengan bilangan
yang berbeda, agar siswa benar-benar memahaminya.
b. Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui apakah siswa sudah mengerti materi melalui
peragaan pada kegiatan penanaman konsep dapat disajikan beberapa soal.
Kerjakanlah soal penjumlahan di bawah ini!
1. 2 6 2. 1 4 3. 3 7
2 2 + 4 5 + 4 1 +
…. …. ….
c. Pembinaan Keterampilan
Untuk memantapkan pemahaman siswa dalam topik penjumlahan
maka mereka perlu diberikan latihan soal nonrutin, seperti pada contoh
Lengkapilah titik-titik di bawah ini dengan angka yang benar!
1. 3… 2. …5 3. 3… 4. …3
…5 + 5… + ....4 + 4… +
4 6 8 9 4 7 8 8
2. Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan (Heruman 2008: 12-13)
Dalam mengajarkan penjumlahan dengan teknik menyimpan tidak
semudah mengajarkan penjumlahan tanpa teknik menyimpan. Bagi seorang
guru dalam menyampaikan materi penjumlahan dengan teknik menyimpan
diharapkan dapat menanamkan konsep terlebih dahulu.
a. Penanaman Konsep
1) Media yang diperlukan
Beberapa kantong plastik transpran sebagai saku penyimpan yang
didekatkan pada selembar kain dan sedotan.
2) Kegiatan pembelajaran
Andaikan akan dicari hasil penjumlahan dua buah bilangan jika ditulis
secara ke bawah 2 6
3 7 +
…...
3) Langkah-langkah peragaan
a) Masukkan sedotan pada kantong plastik sesuai dengan bilangan
yang dikehendaki, yaitu 2 puluhan dan 6 satuan untuk bilangan 26.
b) Masukkan 3 puluhan dan 7 satuan untuk bilangan 37.
c) Siswa diperintahkan untuk menyebutkan bilangan yang
d) Siswa kemudian menggabungkan sedotan sesuai dengan nilai
tempatnya. Gabungan satuan dengan satuan terlebih dahulu,
sehingga akan diperoleh sedotan sebanyak yang diikat sebagai 1
puluhan, yang kemudian disimpan pada saku penyimpanan
puluhan. Sisanya, masukkan pada saku hasil satuan.
e) Untuk hasil puluhan, gabungkan sedotan pada saku penyimpanan
dan pada dua saku puluhan, kemudian simpan pada saku hasil
puluhan di bawah.
f) Hitunglah jumlah sedotan pada saku hasil.
g) Siswa kemudian menuliskan hasil yang diperoleh pada jawaban.
h) Agar siswa benar-benar paham, kegiatan ini sebaiknya diulangi
beberapa kali dengan bilangan yang berbeda.
i) Untuk tahapan selanjutnya, siswa diberi contoh soal tanpa
menggunakan media peraga, tetapi dapat dibantu dengan kotak
penyimpanan
b. Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui apakah siswa sudah mengerti materi melalui
peragaan pada kegiatan penanaman konsep dapat disajikan beberapa soal.
Kerjakanlah soal penjumlahan di bawah ini!
1. 3 6 2. 1 8 3. 3 6
2 5 + 3 5 + 4 6 +
c. Pembinaan Keterampilan
Untuk memantapkan pemahaman siswa dalam topik penjumlahan
maka mereka perlu diberikan latihan soal nonrutin, seperti pada contoh
berikut:
Lengkapilah titik-titik di bawah ini dengan angka yang benar!
1. 3… 2. …8 3. 3… 4. …9
…9 + 5… + …6 + 6… +
6 4 7 5 8 5 9 8
E. Alat Peraga
1. Definisi Alat Peraga
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan alat
peraga atau media pengajaran dengan menggunakan benda konkrit yang
sesuai dan tepat. Karena alat peraga dan media pengajaran itu merupakan
pengantara.
Arief S. Sadiman dkk (1984: 6) media adalah “perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan”. Sementara Soekidjo
Notoatmodjo (1992: 68) alat bantu pendidikan adalah “alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau
pengajaran”. Alat bantu ini lebih sering disebut “alat peraga”, karena
berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan
Nasution (1985: 100) alat peraga adalah “alat pembantu dalam
mengajar agar efektif”. Alat peraga merupakan salah satu dari media
pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses
komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Amir Hamzah (1981: 11) bahwa “media pendidikan adalah
alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi
menjadi efektif”.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada siswa serta meningkatkan minat
serta prestasi belajar.
2. Peranan Alat Peraga untuk Pendidikan Sekolah
Kurikulum (Anonim, 1991: 26) peranan alat peraga disebutkan
sebagai berikut:
a. Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan
meningkatkan semangat belajar siswa.
b. Alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para
siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.
c. Alat peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara
kelas dan di luar kelas.
d. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.
Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran
dapat bermanfaat sebagai berikut: meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk
siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,
sehingga belajar akan lebih mantap (Hamalik, 1997: 40).
Dengan melihat peranan alat peraga dalam pengajaran maka pelajaran
Matematika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga,
karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan
diterjemahkan kesesuatu yang konkrit.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat peraga
berupa benda konkrit yaitu:
a. Papan Flanel.
Papan planel adalah media grafis yang bertujuan menyajikan
pesan-pesan tertentu kepada siswa. Papan berlapis kain flanel ini dapat
dilihat sehingga praktis. Benda-benda atau gambar-gambar, angka-angka
yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot sehingga dapat dipakai
berkali-kali.
b. Benda Konkrit
Benda konkrit yang digunakan adalah karet gelang, sedotan, gambar,
kartu bilangan dan juga benda-benda yang terdapat pada alam sekitar.
3. Syarat dan Ciri Media Alat Peraga
E.T Rusefendi (1988) beberapa persyaratan alat peraga antara lain:
a. Tahan lama.
b. Bentuk dan warnanya menarik.
c. Sederhaha dan mudah dikelola.
d. Ukurannya sesuai.
e. Dapat menyajikan konsep Matematika baik dalam bentuk real,
gambar, atau diagram.
f. Sesuai dengan konsep Matematika.
g. Dapat memperjelas konsep Matematika badan bukan sebaliknya.
h. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir
abstrak bagi siswa.
i. Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat
peraga.
Soekidjo Notoatmodjo (1992: 71-72) ciri media alat peraga yaitu:
a. Mudah dibuat
b. Bahan-bahanya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal.
c. Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.
d. Ditulis atau digambar dengan sederhana.
e. Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
4. Tujuan, Fungsi dan Nilai Alat Peraga.
Soekidjo Notoatmodjo (1992: 73) tujuan penggunakan alat peraga
yaitu:
a. Sebagai alat bantu dalam latihan atau pendidikan.
b. Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.
c. Untuk mengingatkan sesuatu pesan atau informasi.
d. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, dan tindakan.
Anwar Jasin dkk (1971: 1-3) kita harus menggunakan alat-alat peraga
pendidikan dalam mengajar karena alat-alat peraga itu:
a. Membantu murid belajar lebih banyak.
b. Membantu ia mengingatkan lebih lama.
c. Memperlengkapi rangsangan yang efektif untuk belajar.
d. Menjadikan belajar yang lebih konkrit
e. Membawa dunia ke dalam kelas.
f. Memberikan pendekatan bayangan yang bermacam-macam dari satu
Nana Sudjana (1989: 99-100) ada enam fungsi pokok alat peraga
dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut yaitu:
a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan tujuan isi
pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan,
dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar-mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Disamping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam proses
belajar-mengajar mempunyai nilai-nilai yaitu:
a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir,
oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk
belajar.
c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar
sehingga hasil belajar bertambah mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya
kemampuan berbahasa.
g. Memberi pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta
5. Prinsip dan Langkah Penggunaan Alat Peraga (Nana Sudjana, 1989:
104-106)
Dalam penggunaan alat peraga hendaknya guru memperhatikan
sejumlah prinsip tertentu agar pengguaan alat peraga tersebut dapat
mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini sebagai berikut:
a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya guru memilih terlebih
dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan
pelajaran yang hendak diajarkan.
b. Menetapkan atau memperhatikan apakah penggunaan alat peraga itu
sesuai dengan tingkat kematangan atau kemampuan anak didik.
c. Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode
penggunaan alat peraga disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode,
waktu, dan sarana yang ada.
d. Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan
situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu
mengajar alat peraga digunakan.
Selain prinsip-prinsip penggunaan alat peraga, di bawah ini
menampilkan enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu mengajar
dengan menggunakan alat peraga. Langkah-langkah itu sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga, artinya
guru merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh siswa.
b. Persiapan guru, artinya guru menetapkan serta memilih alat peraga yang
c. Persiapan kelas, artinya persiapan siswa sebelum menerima bahan
pengajaran, guru memotivasi siswa untuk menghayati pelajaran dengan
alat peraganya.
d. Langkah penyajian pelajaran dan peragaan, artinya bahwa perhatian
utama yaitu pencapaian tujuan mengajar dengan baik, sementara alat
peraga sekedar alat membantu.
e. Langkah kegiatan belajar, artinya siswa mengadakan kegiata belajar bisa
di dalam kelas atau di luar kelas.
f. Langkah evaluasi pelajaran dan keperagaan. Artinya diadakan evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana tujuan tercapai dan sejauh mana pengaruh
alat peraga sebagai alat pembantu menunjang keberhasilan proses belajar.
6. Keuntungan dan Hambatan Pen