• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MENINGKATKAN MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20102011"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK

BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS

SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

MELITINA HALAWA NIM: 071134081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

MENINGKATKAN MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK

BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS

SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

MELITINA HALAWA NIM: 071134081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)

iii

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku ini kupersembahkan

Kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Maria

Para dosen Pembimbingku

Kedua orangtua dan sanak keluarga saya

Seluruh persaudaraan FCJM

(6)

v

MOTTO

Bersukacitalah dalam pengharapan,

sabarlah dalam kesesakan,

dan bertekunlah dalam doa.

(Roma 12:12)

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,

dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri

(7)

vi

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 03 Desember 2010

Peneliti

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA IMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Melitina Halawa

Nomor Mahasiswa : 071134081

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Meningkatkan Minat Serta Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat Peraga Pada Siswa Kelas Dua SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya, maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 03 Desember 2010 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

MENINGKATKAN

MINAT SERTA PRESTASI BELAJAR

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK

BAHASAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS DUA SD KANISIUS

SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010-2011

Melitina Halawa Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui minat serta prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan pada siswa kelas dua SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011.

Peneliti menggunakan metode pembelajaran tematik dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit. Subyeknya adalah siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 28 orang siswa. Instrumen –instrument yang digunakan peneliti adalah teknik nontes yaitu siswa mengisi kuesioner untuk menyimpulkan minat siswa dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan selama proses pembelajaran berlangsung, dan teknik tes yaitu tes tertulis (teknik tanpa menyimpan, teknik menyimpan dan bentuk cerita) dengan tujuan untuk menyimpulkan prestasi siswa dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa pada akhir siklus kedua, peneliti menyimpulkan dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit dapat meningkatkan minat serta prestasi belajar siswa. Alat peraga ini digunakan dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas dua SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2010/2011.

(10)

ix ABSTRACT

TO IMPROVE INTEREST AND ACHIEVEMENT IN THE MATHEMATIC LEARNING PROCESS

ESPECIALLY ADDITIONAL TOPIC WIT USING VISUAL AIDS TO THE ELEMENTARY STUDENTS SECOND GRADE OF CANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA YEAR OF ACADEMIC

2010/2011

Melitina Halawa Sanata Dharma University

2010

The main purpose of this thesis is to show the interests and the achieve-ments in the Mathematic learning process especially additional topic to the stu-dents of Canisius Sorowajan Second grade year of academic 2010/2011.

Researcher uses learning method such as concrete objects. The subject is student second grade of Canisius Sorowajan years academic 2010/2011, total 28 students. The instruments used is test note-technical where the students fill the quizioner to make a conclude student’s interest in Mathematic topic additional during the class, and test technical by answer questions aim to conclude students achievement in the Mathematic learning process topic additional.

According to the result from the final second cycle, researcher conclude that with using visual aids such as concrete objects can improve interest and achievement of to students. It used in Mathematic learning process especially ad-ditional topic. This research is implemented in Sorowajan Canisius Elementary School.

(11)

x

Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik yang selalu melindungi, menyer-tai saya, menerangi hati dan pikiran serta memberikan kesehatan kepada peneliti selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini diberi judul Meningkatkan Minat Serta Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat Peraga Pada Siswa Kelas Dua SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

Peneliti merasakan bahwa karya ilmiah ini selesai berkat cinta kasih dari banyak pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan limpah terima kasih kepada yang disebutkan berikut ini.

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku ketua prodi PGSD Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. A. Sardjana, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan tulus membimbing peneliti selama proses menyusun karya ilmiah ini.

4. Bapak Drs. J. Sumedi selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar, teliti, dan rela membimbing peneliti selama proses menyusun karya ilmiah ini. 5. Bapak B. Suwardi, S. Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

(12)

xi

7. Segenap staf guru dan karyawan serta siswa kelas II SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

8. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah membimbing dan mengajari peneliti selama belajar di PGSD.

9. Kepada Orangtua dan saudara-saudariku yang selalu memberikan dorongan kepada peneliti untuk tetap setia menjalani tugas perutusan di meja studi. 10. Seluruh persaudaraan FCJM, secara khusus pada suster FCJM komunitas

“Laverna” Yogyakarta yang dengan cinta memberi dukungan kepada peneliti. 11. Saudariku Sr. Rafaela, SCMM, sebagai sahabat untuk berbagi suka duka dan

yang selalu bersedia membantu.

12. Kepada semua teman-teman PGSD angkatan 2007/2008 terimakasih atas semua kebaikan.

13. Kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini, meskipun demikian peneliti berharap semoga karya tulis ini bermanfaat.

Yogyakarta, 03 Desember 2010 Peneliti

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

(14)

xiii

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pengertian Minat Belajar ... 7

1. Definisi Minat ... 7

2. Ciri-ciri Minat ... 10

3. Cara Menumbuhkan Minat dan Motivasi ... 12

4. Definisi Belajar ... 14

5. Fungsi Minat dalam Belajar ... 17

B. Teori Pembelajaran Matematika ... 18

1. Definisi Pembelajaran Matematika ... 18

2. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Matematika ... 21

3. Pengertian Minat Belajar Matematika ... 22

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa dalam Belajar Matematika ... 22

C. Pembelajaran Tematik ... 23

1. Definisi Pembelajaran Tematik ... 23

2. Tujuan Pembelajaran Tematik ... 24

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 24

4. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik ... 25

5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik ... 26

6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 26

7. Perencanaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator .... 27

D. Definisi Penjumlahan ... 29

E. Alat Peraga ... 33

1. Definisi Alat Peraga ... 33

(15)

xiv

3. Syarat dan Ciri Media Alat Peraga ... 36

4. Tujuan, Fungsi dan Nilai Alat Peraga ... 37

5. Prinsip-prinsip dan Langkah-langkah Penggunaan Alat Peraga ... 39

6. Keuntungan dan Hambatan Penggunaan Alat Peraga ... 40

H. Kerangka Berpikir ... 41

I. Hipotesis Tindakan ... 41

BAB III.METODE PENELITIAN ... 42

A. Setting Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 44

C. Rencana Tindakan ... 46

D. Penyusunan Instrumen ... 60

E. Teknik Pengumpulan Data ... 65

F. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Deskripsi Data ... 71

B. Analisis Data ... 89

C. Pembahasan ... 101

BAB V.PENUTUP ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Implikasi ... 118

C. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 123

Lampiran 2 RPP ... 129

1. RPP 1 ... 129

2. RPP 2 ... 134

3. RPP 3 ... 139

4. RPP 4 ... 144

Lampiran 3 LKS ... 148

1. LKS Siklus I ... 148

2. LKS Siklus II ... 152

Lampiran 4 Soal Tes Awal dan Ulangan ... 157

1. Tes Awal ... 157

2. Soal Ulangan Siklus I ... 161

3. Soal Ulangan Siklus II ... 164

Lampiran 5 Kunci Jawaban LKS ... 167

1. Siklus I ... 167

2. Siklus II ... 169

Lampiran 6 Kunci Jawaban Tes Awal dan Ulangan ... 172

1. Tes Awal ... 172

2. Siklus I ... 175

3. Siklus II ... 177

Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa ... 180

1. Silus I ... 180

(17)

xvi

Lampiran 8 Lembar Observasi Peneliti ... 182

1. Siklus I ... 182

2. Siklus II ... 183

Lampiran 9 Pengujian Validitas ... 184

1. Test-retest 1 ... 184

2. Test-retest 2 ... 187

Lampiran 10 Kesimpulan Pengolahan Data Validitas ... 190

1. Test-retest 1 ... 190

2. Test-retest 2 ... 192

Lampiran 11 Tabel r ... 194

Lampiran 12 Reliabilitas ... 195

1. Tanpa Teknik Menyimpan ... 195

2. Teknik Menyimpan ... 297

3. Bentuk Cerita. ... 199

Lampiran 13 Foto Dokumentasi Penelitian ... 201

Lampiran 14 Surat Izin dan Surat Keterangan ... 214

1. Surat Izin ... 214

2. Surat Keterangan ... 215

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Waktu Penelitian ... 43

Tabel 2 Lembaran Kuesioner ... 62

Tabel 3 Kisi-kisi Tes Awal, dan Siklus II ... 63

Tabel 4 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 64

Table 5 Pedoman Persentase Rata-rata Kelas dalam Persen ... 66

Tabel 6 Kualifikasi Koefisien Korelasi Pada Pengujian Validitas ... 67

Table 7 Kualifikasi Koefisien Korelasi Pada Pengujian Reliabilitas ... 69

Tabel 8 Hasil Minat Siswa Pada Tes Awal ... 73

Tabel 9 Jumlah Siswa yang Tertarik dengan Penjumlahan Pada Tes Awal ... 74

Tabel 10 Hasil Tes Awal ... 75

Tabel 11 Hasil Lembaran Kuesioner Pada Siklus I ... 79

Tabel 12 Jumlah Siswa yang Berminat dengan Penjumlahan Pada Siklus I ... 80

Tabel 13 Hasil Ulangan Siklus I ... 81

Tabel 14 Hasil Lembaran Kuesioner Pada Siklus II ... 86

Tabel 15 Jumlah Siswa yang Berminat dengan Penjumlahan Pada Siklus II ... 87

Tabel 16 Hasil Ulangan Pada Siklus II ... 88

Tabel 17 Perbandingan Minat Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 95

Tabel 18 Ringkasan Jumlah Siswa yang Berminat dengan Penjumlahan Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 96

Tabel 19 Perbandingan Hasil Ulangan Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 97

Tabel 20 Perbandingan Minat, Prestasi Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 98

Tabel 21 Ketuntasan Serta Persentase Ketuntasan Minat Siswa ... 99

(19)

xviii

Tabel 23 Ringkasan Minat Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 113

Tabel 24 Ringkasan Prestasi Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 114

Tabel 25 Perbandingan Minat Serta Prestasi Siswa Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 115

Tabel 26 Perbandingan Minat Siswa Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 116

Tabel 27 Silabus ... 123

Tabel 28 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 180

Tabel 29 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 181

Tabel 30 Lembar Observasi Peneliti Siklus I ... 182

Tabel 31 Lembar Observasi Peneliti Siklus II ... 183

Tabel 32 Pengujian Validitas Kegiatan 1 Pada Test-retest 1 ... 184

Tabel 33 Pengujian Validitas Kegiatan 2 Pada Tes-retest 1 ... 185

Tabel 34 Pengujian Validitas Kegiatan 3 Pada Test-retest 1 ... 186

Tabel 35 Pengujian Validitas Kegiatan 1 Pada Test-retest 2 ... 187

Tabel 36 Pengujian Validitas Kegiatan 2 Pada Test-retest 2 ... 188

Tabel 37 Pengujian Validitas Kegiatan 3 Pada Test-retest 2 ... 189

Tabel 38 Kesimpulan Hasil Validitas Test-retest 1 ... 190

Tabel 39 Kesimpulan Hasil Validitas Test-retest 2 ... 192

Tabel 40 Tabel r ... 194

Tabel 41 Daftar Reliabilitas Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan ... 195

Tabel 42 Reliabilitas dengan Teknik Menyimpan ... 197

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Jaring-jaring/Laba-laba Tematik ... 28

Gambar 2 Alat Peraga ... 35

Gambar 3 Alur Pelaksanaan dalam Penelitian ... 45

Gambar 4 Grafik Rata-rata Minat serta Prestasi ... 99

Gambar 5 Grafik Ketuntasan dan Grafik Persentase Ketuntasan Minat ... 100

Gambar 6 Grafik Ketuntasan dan Grafik Persentase Ketuntasan Prestasi ... 100

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut Einstein (2008: V) Matematika adalah pelajaran yang

sederhana, lucu bahkan hanya seperti permainan. Namun, kenyataannya

dilapangan bahwa mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang

ditanggapi oleh sebagian besar siswa, sebagai mata pelajaran yang sulit,

membingungkan, terlalu abstrak untuk dipelajari.

Hal ini, sudah dialami oleh siswa dimana kesalahan tersebut tidak hanya

terletak dipihak siswa namun kemungkinan disebabkan oleh gaya guru yang

kurang melibatkan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah dengan

menggunakan metode yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

anak didik.

Tugas sebagai seorang guru adalah membimbing, mengajar dan melatih

anak didik. Dalam hal membimbing: guru memberi bantuan berupa arahan,

motivasi, nesehat dan lain-lain. Mengajar dalam hal ini: guru menjalin interaksi

yang menarik minat siswa dalam belajar. Sedangkan guru sebagai pelatih:

mengembangkan keterampilan tertentu.

Peneliti sadar akan tugas tersebut maka peneliti berusaha meningkatkan

minat serta prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada pokok

bahasan penjumlahan dengan menggunakan metode yang tepat, yaitu metode

yang relevan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa sejak dini

(22)

dan perkembangan siswa, diharapkan mata pelajaran Matematika menjadi mata

pelajaran yang disenangi oleh siswa dari tingkat SD.

Jean Piaget (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 19-22) ada empat tahap teori

belajar. Pertama, tahap sensori motor (0-2 tahun) anak mengembangkan

konsep dasar melalui interaksi dengan dunia fisik. Kedua, tahap praoperasional

(2-7 tahun) anak sudah mulai menggunakan simbol. Ketiga, tahap operasi

konkrit (7-12 tahun) anak mengembangkan konsep dengan menggunakan

benda-benda konkrit. Keempat tahap operasi formal (12 tahun-dewasa) anak

sudah mulai mampu berpikir abstrak.

Peneliti melakukan penelitian ini pada siswa kelas dua SD, dan

menggunakan alat peraga berupa benda konkrit (karet gelang, sedotan, gambar

serta kartu bilangan yang sesuai dengan bahan ajar dan benda-benda lain yang

ada di alam sekitar), dengan menggunakan metode pembelajaran tematik,

maka mengkaitkan antara beberapa mata pelajaran yaitu mata pelajaran

Matematika, mata pelajaran Bahasa Indonesia, serta mata pelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa yang disebut dengan pembelajaran tematik. Dimana,

pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar

secara aktif dalam proses pembelajaran, akhirnya siswa memperoleh

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajarinya.

SD Kanisius Sorowajan merupakan salah satu lembaga pendidikan

(23)

di SD Kanisius Sorowajan, peneliti menemukan para siswa, mengalami

kesulitan dalam pembelajaran Matematika. Para siswa mengalami kebosanan

dalam pembelajaran Matematika secara khusus pada pokok bahasan

penjumlahan tersusun pendek ke bawah. Dalam wawancara dengan wali kelas

kelas II SD Kanisius Sorowajan terungkap bahwa ini terjadi bukan hanya dari

pihak guru saja. Namun, juga dari pihak siswa. Dimana, dari pihak guru:

kurang menanamkan konsep melalui penggunaan alat peraga dalam

menyampaikan pembelajaran sedangkan dari pihak siswa: cepat bosan, malas

mengulang kembali materi yang sudah diterima serta sering lupa pada apa yang

sudah dipelajarai.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk memecahkan masalah

tersebut. Peneliti memilih judul Meningkatkan Minat Serta Prestasi Belajar

dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dengan

Menggunakan Alat Peraga Pada Siswa Kelas Dua SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan maka diperoleh

beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan yaitu:

1. Siswa tidak dibiasakan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit

dalam menyelesaikan suatu masalah.

2. Kurang tepatnya metode yang digunakan guru kelas rendah di dalam

(24)

C.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada

meningkatkan minat serta prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika

pokok bahasan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga pada siswa

kelas dua SD Kanisius Sorowajan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah

tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut. Apakah dengan menggunakan alat peraga berupa

benda konkrit dapat meningkatkan minat serta prestasi belajar dalam

pembelajaran Matematika pada pokok bahasan penjumlahan pada siswa kelas

II SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011?.

E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

meningkatkan minat serta prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika

pada pokok bahasan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga berupa

(25)

F.Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Memberi masukan bagi sekolah dalam meningkatkan minat serta

prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan

penjumlahan dengan menggunakan alat peraga pada siswa kelas dua SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

2. Bagi Guru

a. Menambah wawasan dan kreativitas guru dalam menyampaikan suatu

materi penjumlahan pada siswa kelas dua SD dengan menggunakan alat

peraga berupa benda konkrit.

b. Menambah pengetahuan guru dalam meningkatkan minat serta prestasi

belajar dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan

penjumlahan dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkrit

pada siswa kelas dua SD.

3. Bagi siswa kelas II SD

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

siswa kelas II SD untuk membantu meningkatkan minat serta prestasi

belajar pokok bahasan penjumlahan dengan bantuan alat peraga berupa

(26)

G.Batasan Pengertian

1. Minat

Minat belajar adalah kehendak hati seseorang untuk terlibat pada

suatu objek, perasaan senang atau tidak senang, dan tertarik atau tidak

tertarik terhadap mata pelajaran tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa.

2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Matematika adalah proses interaksi antara guru dan

siswa dalam belajar tentang konsep-konsep, dan struktur-struktur

Matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari sebagai alat pikir,

alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai masalah.

3. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema

dan mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan suatu

pengalaman khusus dan bermakna kepada siswa.

4. Penjumlahan

Penjumlahan adalah operasi Matematika yang melibatkan beberapa

bilangan sehingga mendapatkan bilangan lain.

5. Alat Peraga atau Benda Konkrit

Alat peraga atau benda konkrit adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan

yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa

(27)

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Pengertian Minat Belajar

1. Definisi Minat

Banyak orang tidak mengerti arti sebenarnya istilah “minat” akibatnya

mereka sering mengacaukannya dengan apa yang tepatnya dapat disebut

suatu “kesenangan”. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong

orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas

memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka

merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan

berkurang minat pun berkurang (Elizabeth B. Hurlock, 1989).

Sardiman A. M. (1988: 76) berpendapat bahwa minat adalah “sebagai

suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti

sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhan sendiri”. Sedangkan I. L. Pasaribu dan Simanjuntak

mengartikan minat adalah “sebagai suatu motif yang menyebabkan individu

berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya”.

Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

(28)

Jersild dan Tasch (Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana, 1983:

224) minat atau intrest menyangkut aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan Doyles Fryer (Wayan Nurkancana dan P.P.N.

Sunartana, 1983: 224) minat atau intrest adalah gejala psikis yang berkaitan

dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada

individu. Arden Frandsen dari Moentoyah (1993: 7) minat merupakan salah

satu tanda kematangan dan kesiapan seseorang untuk giat dalam kegiatan

belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan

minat adalah kehendak hati seseorang untuk terlibat pada suatu objek,

perasaan senang atau tidak senang dan tertarik atau tidak tertarik terhadap

mata pelajaran tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Perasaan

tidak senang menghambat dalam belajar, karena tidak melahirkan sikap

positif dan tidak menunjang minat belajar.

Jadi, minat adalah sangat penting dalam pendidikan. Suatu minat

dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa

siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula

dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang

memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan

(29)

Hurlock (1995: 177) minat mempunyai dua aspek yakni:

a. Aspek kognitif.

Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan

mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya, aspek kognitif

dari minat anak terhadap sekolah. Bila mereka menganggap sekolah

sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah

menimbulkan rasa ingin tahu sehingga mereka mendapat kesempatan

untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa

prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah sangat berbeda dibandingkan

bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang menekankan

peraturan sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran.

b. Aspek afektif

Aspek afektif yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan

dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Seperti halnya

aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari

sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya

terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap

yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa

terhadap kegiatan itu.

Dari kedua aspek di atas yang lebih penting perananya adalah

aspek afektif daripada aspek kognitif dengan alasan:

1) Aspek afektif mempunyai peran yang besar dalam memotivasi

(30)

minat memperkuat minat itu dalam tindakan, suatu bobot emosional

yang tidak menyenangkan mempunyai pengaruh sebaliknya. Bobot itu

mengakibatkan kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah

motivasi.

2) Aspek afektif minat, sekali terbentuk, cenderung lebih tahan terhadap

perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Informasi yang tidak

tepat tentang pekerjaan-aspek kognitif dari minat pada pekerjaan dapat

diperbaiki secara relatif mudah tatkalah anak bertambah besar dan

lebih mengenal berbagai pekerjaan, dan di sekolah mendapat

bimbingan mengenai berbagai lapangan pekerjaan. Mengubah aspek

afektif minat anak sangatlah sulit.

2. Ciri-ciri Minat

Untuk mengerti peran minat yang penting dalam kehidupan anak perlu

diketahui ciri-ciri minat anak (Elizabeth B.Hurlock, 1989) antara lain:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat disemua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan

mental, pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai.

Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat daripada teman

sebayanya. Mereka yang lambat matang, menghadapi masalah sosial

karena minat mereka disamakan dengan minat yang lebih dewasa.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar.

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap

(31)

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar.

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat,

baik anak-anak maupun dewasa yang menjadi lingkungan anak. Karena

lingkungan anak kecil terbatas pada lingkungan rumah, minat mereka

tumbuh dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka

menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka

kenal.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas.

Ketidak mampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang

terbatas membatasi minat anak.

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya.

Anak-anak mendapat kesempatan dari orangtua, guru, dan orang

dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya

mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan

untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh

kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional.

Bobot emosional aspek afektif dari minat menentukan

kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan

minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuat minat

(32)

g. Minat itu egosentris

Laki-laki pada mata pelajaran Matematika sering berlandaskan

keyakinan bahwa kepandaian dibidang Matematika di sekolah akan

merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan

dan bergengsi di dunia usaha.

3. Cara Menumbuhkan Minat dan Motivasi

Sardiman A.M. (2010: 95) minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara

sebagai berikut:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengajaran yang lampau.

c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Syaiful Bahri Djamarah (1995: 149-157) ada beberapa bentuk

motivasi yang dapat guru gunakan untuk mempertahankan minat anak didik

terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk motivasi dimaksud

adalah:

a. Memberi angka.

Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar

siswa, serta sebagai alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan

kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar mereka.

b. Hadiah

Hadiah adalah sesutu yang diberikan kepada orang lain sebagai

(33)

c. Pujian

Pujian adalah alat motivasi yang positif melalui suatu kata

misalnya ”bagus”.

d. Gerakan tubuh

Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan

gairah belajar siswa.

e. Memberi tugas

Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk

diselesaikan.

f. Memberi ulangan

Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam pengajaran.

Ulangan mempunyai fungsi sebagai evaluasi proses dan evaluasi produk,

kepentingan lainya adalah untuk mendapatkan umpan balik dari anak

didik.

g. Mengetahui hasil

Ingin mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat di dalam

diri setiap orang. Jadi, setiap orang selalu ingin mengetahui sesuatu yang

belum diketahuinya. Dorongan ingin mengetahui membuat seseorang

berusaha dengan apa pun agar keinginannya itu menjadi kenyataan.

h. Hukuman

Hukuman dimaksud disini adalah hukuman yang bersifat

mendidik.

Dari beberapa cara yang dipakai oleh para ahli di atas, peneliti dapat

(34)

dalam belajar adalah menggunakan metode yang sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak didik, menghubungkan dengan

persoalan pengajaran yang lampau, memberi kesempatan untuk

mendapatkan hasil yang baik, memberi angka, memberi pujian, memberi

tugas, memberi ulangan serta memberi hukuman yang bersifat mendidik.

4. Definisi Belajar

Henry E. Garret (H. Syariful Sagala, 2005: 13) belajar merupakan

“proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun

pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara

mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”.

Gagne (H. Syaiful Sagala, 2005: 17) belajar adalah perubahan yang

terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus

menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar

terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari

waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami

situasi tadi.

William Brownell (Muchtar A.Karim dkk, 1996: 18-19) teori belajar

didasarkan atas keyakinan bahwa anak-anak pasti memahami apa yang

sedang mereka pelajari jika belajar secara terus-menerus. Salah satu contoh

yang digunakan untuk anak-anak dalam mengembangkan pemahaman

(35)

Zoltan P. Dienes (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 19) meyakini bahwa

dengan menggunakan berbagai sajian tentang suatu konsep Matematika,

anak-anak akan dapat memahami secara penuh konsep tersebut jika

dibandingkan dengan hanya menggunakan satu macam sajian saja. Sebagai

contoh pada saat guru akan mengenalkan konsep bilangan tiga kepada

siswa, guru disarankan menggunakan tiga mangga, tiga kelereng, tiga balon,

tiga pensil, dan tiga benda konkrit lain.

Jean Piaget (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 19-22) ada empat tahap

teori belajar yaitu:

a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengembangkan konsep dasar melalui

interaksi dengan dunia fisik.

b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini anak mulai menggunakan bahasa, untuk menyatakan

suatu ide, tetapi ide tersebut masih tergantung pada persepsi. Selain itu,

anak sudah mulai menggunakan simbol, dan belajar untuk membedakan

antara kata atau istilah dengan obyek yang diwakili oleh kata atau obyek

tersebut.

c. Tahap Operasi Konkrit (7-12 tahun)

Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dengan

menggunakan benda-benda konkrit untuk menyelidiki hubungan dan

model-model ide abstrak, sudah berpikir logis sebagai akibat dari

(36)

d. Tahap Operasi Formal (12 tahun-dewasa)

Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berpikir secara abstrak,

anak dapat menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia

riel, dan tidak terlalu tergantung pada benda-benda konkrit.

Jerome S. Bruner (Muchtar A. Karim dkk, 1996: 24-26) dalam

mempelajari Matematika seorang anak perlu secara langsung

mengggunakan bahan-bahan manipulatif artinya benda-benda konkrit yang

dirancang khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam berusaha untuk

memahami konsep Matematika. Dalam kaitannya dengan pengalaman fisik

ini, Jerome S. Bruner mengemukakan tiga tahap sajian benda yaitu:

a. Tahap Enactive

Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam hal

memanipulasi benda-benda konkrit dalam belajar.

b. Tahap Iconic

Dalam tahap kegiatan ini siswa berhubungan dengan mental yang

merupakan gambaran dari benda-benda konkrit yang dimanipulasinya.

c. Tahap Simbolic

Dalam tahap ini siswa memanipulasi lambang-lambang atau

simbol-simbol dari benda-benda konkrit tertentu.

Dari beberapa pendapat pada ahli di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam

jangka waktu lama melalui usaha yang dilakukan oleh individu untuk

(37)

sebagai hasil pengalaman individu itu dalam interaksi dengan guru,

teman-teman, dan lingkungan, yang mempunyai beberapa tahap yaitu tahap sensori

motor, tahap praoperasional, tahap operasi konkrit, tahap operasi formal dan

mempunyai tiga sajian yaitu tahap enactive, tahap iconic, dan tahap

symbolic.

5. Fungsi Minat dalam Belajar

Elisabet B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak

sebagaimana yang dituliskan oleh Abdul Wahid (1998: 109-110) sebagai

berikut:

a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita

Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka

cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang

berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.

b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat

Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk

belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.

c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas

Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi

pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah

pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap

(38)

d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa

seumur hidup karena minat membawa kepuasan

Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai

misalkan terus terbawa sampai hal ini menjadi guru tidak akan dirasakan

karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela.

B. Teori Pembelajaran Matematika

1. Definisi Pembelajaran Matematika

H.Syaiful Sagala (2005: 61) pembelajaran merupakan “proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”.

Konsep pembelajaran menurut Corey (H. Syaiful Sagala, 2005: 61)

adalah “suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja

dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu

dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu”. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (H. Syaiful Sagala, 2005: 62)

pembelajaran adalah “kegiatan guru secara terprogram dalam desain

intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar”.

Puji Purnomo (2006: 1) mengartikan pembelajaran sebagai berikut:

a. Peristiwa pembelajaran terjadi, apabila siswa secara aktif berinteraksi

dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

b. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategis dan media

pendidikan yang tepat.

c. Program pembelajaran yang dirancang perlu memperoleh perhatian

(39)

d. Proses dan produk pembelajaran perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

e. Pembentukan kompetensi memerlukan pengintegrasian fungsional antara

teori dan praktek serta materi dan metodologi penyampaiannya.

Selanjutanya, H. Syaiful Sagala (2005: 63) pembelajaran mempunyai

dua karakteristik yaitu:

a. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara

maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,

akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.

b. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya

jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya

kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh

pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Jerome Brunner (Herman Hudoyo, 1988: 56) mengatakan bahwa

belajar Matematika adalah “belajar tentang konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta

menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu”.

E.T. Russefendi (1988) Matematika selain sebagai “ilmu deduktif

juga merupakan sebagai suatu cara manusia berpikir, bahasa simbol,

internasional, dan sangat padat, ilmu pengetahuan mengenai struktur yang

terorganisasi dengan baik, telaahan atau ilmu tentang pola dan hubungan,

seni, serta Matematika itu sebagai alat bantu”. Sedangkan Anjar, M. &

Sembiring, R.K. (2000) Matematika dikenal sebagai ilmu pengetahuan yang

(40)

konsisten. Somardyono (2004: 5) mengartikan Matematika adalah “produk

dari pemikiran manusia”.

H.W. Fowler (Masnur Muslich, 2007: 224) Matematika adalah “ilmu

yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak”.

Sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping memilih

metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang

sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa (Masnur Muslich 2007:

224).

Hudoyo 1990: 48) belajar Matematika ialah belajar konsep-konsep

dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam materi yang

dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika.

Hamjah B. Uno. (2007: 130) berpendapat bahwa hakekat belajar

Matematika adalah “suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan

hubunga-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada

situasi nyata”. Schoenfeld (Hamjah B.Uno, 2007: 130) mendefinisikan

bahwa belajar Matematika “berkaitan dengan apa dan bagaimana

menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya

dengan fenomena fisik dan sosial”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pembelajaran Matematika merupakan proses interaksi antara guru

(41)

Matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari sebagai alat pikir,

alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai masalah.

2. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Matematika

a. Fungsi Pelajaran Matematika (Sumardyono, 2004: 6)

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasi

gagasan dengan bahasa melalui model Matematika yang dapat berupa

kalimat dan persamaan Matematika, diagram, grafik atau tabel.

b. Tujuan Pelajaran Matematika (Sumardyono, 2004: 6)

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, serta

mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Heruman (2008: 2) bahwa tujuan akhir pembelajaran Matematika di

SD yaitu agar siswa terampil dalam meggunakan berbagai konsep

Matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pembelajaran Matematika merupakan interaksi antara guru dengan

siswa dalam mengelola suatu bahan ajar sebagai suatu cara manusia yang

(42)

konsisten dengan tujuan untuk terampil menggunakan berbagai konsep

Matematika dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Minat belajar Matematika

Minat belajar dapat diartikan sebagai suatu keterlibatan siswa yang

disertai dengan seluruh pikiran, perasaan, dan perhatian untuk melakukan

kegiatan atau aktivitas belajar. Sedangkan minat belajar Matematika adalah

sebagai keterlibatan diri secara penuh dalam melakukan aktivitas belajar

Matematika baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa dalam Mata

Pelajaran Matematika

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, secara

garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri sendiri misalnya:

kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran, pengalaman

belajar Matematika di jenjang pendidikan sebelumnya

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor dari luar diri misalnya metode dan

gaya mengajar guru Matematika, tersedianya fasilitas dan alat penunjang

pelajaran Matematika (alat yang digunakan bersama-sama dengan siswa,

alat yang dimiliki masing-masing siswa dan guru, alat peraga yang

berfungsi untuk memperjelas atau memberi gambaran yang lebih jelas

(43)

C.Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Peneliti melakukan penelitian ini di kelas dua SD, maka menggunakan

pembelalajaran tematik. Kunandar (2007: 334) pembelajaran tematik adalah

“pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi

dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka”.

Sementara Masnur Muslich (2007: 146) mengartikan pembelajaran tematik

merupakan “pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan

beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa”.

Puji Purnomo (2006: 4) pembelajaran tematik atau terpadu merupakan

“kegiatan pembelajaran yang menekankan pada keterpaduan baik dalam

perencanaan maupun pelaksanaanya. Agar kegiatan lebih bermakna

keterpaduan tersebut diikat dengan tema”.

Tim pengembang PGSD dalam pembelajaran terpadu D-II PGSD

(Kunandar, 2007: 334) menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran

terpadu dapat diartikan sebagai berikut:

a. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat

perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan kosep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi lainnya.

b. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi

atau mata pelajarann yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.

c. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak

secara simultan.

d. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi atau mata

(44)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

menggunakan tema dan mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan suatu pengalaman khusus dan bermakna kepada siswa.

2. Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik pada kelas awal sekolah dasar bertujuan:

a. Melibatkan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.

b. Membantu siswa memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah mereka pahami.

c. Menerapkan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

d. Membantu belajar siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu

kesatuan.

e. Dengan menggabungkan beberapa kompetenti dasar dan indikator serta isi

mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Kunandar (2007: 335-336) sebagai suatu model pembelajaran di

sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki-karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa. Maksudnya, sebagai subyek dalam belajar adalah

siswa itu sendiri, dan yang menjadi fasilitatornya adalah guru.

b. Memberikan pengalaman langsung. Maksudnya, siswa diharapakan pada

sesuatu yang nyata, sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih

abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran

(45)

pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling

dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik

penyajian konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu

proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami

konsep-konsep tersebut secara utuh.

e. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat lues dimana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran

lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan

lingkungan tempat sekolah dan siswa berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa

diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Maksudnya dalam belajar itu tidak hanya sekedar bermain namun, tahu

tujuan dari bermain itu yang disesuaikan dengan apa yang mau dicapai

oleh siswa.

4. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Selain pengertian, tujuan, karakteristik pembelajaran tematik,

pembelajaran tematik mempunyai rambu-rambu (Kunandar, 2007: 336)

sebagai berikut:

a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.

b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.

c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk

(46)

d. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

e. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan,

dan daerah setempat.

5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik

Kunandar (2007: 337) dalam pembelajaran tematik juga ditekankan

pemilihan tema yang hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Kedekatan

Kedekatan adalah tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang

terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari

kehidupan anak.

b. Kesederhanaan,

Kesederhanaan adalah tema hendaknya dipilih mulai dari

tema-tema yang sederhana ke tema-tema-tema-tema yang lebih rumit bagi siswa.

c. Kemenarikan,

Kemenarikan adalah tema dipilih mulai dari tema-tema yang

menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak.

d. Keinsidentalan,

Keinsidentalan adalah peristiwa atau kejadian di sekitar siswa yang

terjadi pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan tema yang

dipilih pada hari itu.

6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik. Kunandar (2007:

(47)

a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mangajar yang relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

d. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi.

e. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang

lain.

g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang

dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Selain memiliki kelebihan pembelajaran tematik juga memiliki

kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik terjadi jika dilakukan oleh

guru tunggal, misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara

mendalam penjabaran tema sehingga pembelajaran tematik akan merasa

sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran.

Peneliti menggunakan pembelajaran tematik untuk itu dengan

menggunakan model jaring laba-laba atau model terjala. Pada model

pembelajaran ini peneliti menyajikan pembelajaran dengan tema dan sub

tema yang sehubungan antar mata pelajaran. Untuk itu peneliti mengaitkan

antara tiga mata pelajaran yaitu mata pelajaran Matematika, Bahasa

Indonesia serta Seni Budaya dan Keterampilan dengan tema kegiatan.

7. Perencanaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator

a. Matematika

Standar Kompetensi

1.Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

Kompetensi Dasar

(48)

b. Bahasa Indonesia

Standar Kompetensi

2. Menulis kegiatan melalui kegiatan melengkapi cerita.

Kompetensi Dasar

2.3. Melengkapi cerita sederhana dengan kata atau kalimat yang tepat.

c. SBK

Standar Kompetensi

4. Mengekspresikan diri melalui karya seni suara atau musik

Kompetensi Dasar

4.3 Menyanyikan lagu wajib dan lagu anak dengan atau tanpa iringan

sederhana.

Dari ketiga mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, serta Seni

Budaya dan Keterampilan) disampaikan dalam bentuk sebagai berikut:

Jaring Laba-laba atau Model Terjala Tematik

Matematika

•Siswa dapat menjumlahkan

dua bilangan dengan simbol yang terdiri dari dua angka secara tersusun pendek ke bawah dengan teknik tanpa menyimpan dengan hasil paling besar 500.

•Siswa dapat menjumlahkan

bilangan dengan simbol yang terdiri dari dua dan tiga angka secara tersusun pendek ke bawah dengan teknik menyimpan dengan hasil paling besar 500.

Bahasa Indonesia

•Siswa dapat

memecahkan soal cerita dengan teknik menyimpan dan teknik tidak meyimpan yang mengandung penjumlahan paling besar 500.

Seni Budaya dan Keterampilan

•Siswa dapat

menyanyikan lagu anak.

(49)

D. Definisi Penjumlahan

Penjumlahan merupakan operasi Matematika yang melibatkan beberapa

bilangan sehingga mendapatkan bilangan lain.

1. Penjumlahan tanpa teknik menyimpan

Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bukanlah termasuk topik yang

sangat sulit akan tetapi, dalam hal ini guru diharuskan menggunakan media

pembelajaran dengan alat peraga yang benar, dengan tujuan supaya siswa

dapat membangun dan menemukan sendiri teknik penyelesaiannya.

Heruman (2008: 7-9) ada tiga langkah pemberian konsep Matematika

pada siswa yang benar yaitu:

a. Penanaman Konsep

1) Media yang diperlukan

a) Beberapa kantong plastik transparan sebagai satu penyimpan

yang dilekatkan pada selembar kain.

b) Sedotan

2) Kegiatan pembelajaran

Andaikan akan dicari hasil penjumlahan berikut 34

23 +

...

3) Langkah-langkah peragaan

a) Masukkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya. Puluhan pada

(50)

b) Siswa kemudian membaca bilangan yang ditunjukkan oleh

sejumlah sedotan.

c) Sebagai implementasi dari operasi penjumlahan, gabungkan

sedotan tersebut, satuan dengan satuan dan puluhan dengan

puluhan.

d) Hitung jumlah sedotan pada saku hasil.

e) Siswa kemudian menuliskan hasil yang diperoleh pada jawaban.

f) Sebaliknya, kegiatan ini diulangi beberapa kali dengan bilangan

yang berbeda, agar siswa benar-benar memahaminya.

b. Pemahaman Konsep

Untuk mengetahui apakah siswa sudah mengerti materi melalui

peragaan pada kegiatan penanaman konsep dapat disajikan beberapa soal.

Kerjakanlah soal penjumlahan di bawah ini!

1. 2 6 2. 1 4 3. 3 7

2 2 + 4 5 + 4 1 +

…. …. ….

c. Pembinaan Keterampilan

Untuk memantapkan pemahaman siswa dalam topik penjumlahan

maka mereka perlu diberikan latihan soal nonrutin, seperti pada contoh

(51)

Lengkapilah titik-titik di bawah ini dengan angka yang benar!

1. 3… 2. …5 3. 3… 4. …3

…5 + 5… + ....4 + 4… +

4 6 8 9 4 7 8 8

2. Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan (Heruman 2008: 12-13)

Dalam mengajarkan penjumlahan dengan teknik menyimpan tidak

semudah mengajarkan penjumlahan tanpa teknik menyimpan. Bagi seorang

guru dalam menyampaikan materi penjumlahan dengan teknik menyimpan

diharapkan dapat menanamkan konsep terlebih dahulu.

a. Penanaman Konsep

1) Media yang diperlukan

Beberapa kantong plastik transpran sebagai saku penyimpan yang

didekatkan pada selembar kain dan sedotan.

2) Kegiatan pembelajaran

Andaikan akan dicari hasil penjumlahan dua buah bilangan jika ditulis

secara ke bawah 2 6

3 7 +

…...

3) Langkah-langkah peragaan

a) Masukkan sedotan pada kantong plastik sesuai dengan bilangan

yang dikehendaki, yaitu 2 puluhan dan 6 satuan untuk bilangan 26.

b) Masukkan 3 puluhan dan 7 satuan untuk bilangan 37.

c) Siswa diperintahkan untuk menyebutkan bilangan yang

(52)

d) Siswa kemudian menggabungkan sedotan sesuai dengan nilai

tempatnya. Gabungan satuan dengan satuan terlebih dahulu,

sehingga akan diperoleh sedotan sebanyak yang diikat sebagai 1

puluhan, yang kemudian disimpan pada saku penyimpanan

puluhan. Sisanya, masukkan pada saku hasil satuan.

e) Untuk hasil puluhan, gabungkan sedotan pada saku penyimpanan

dan pada dua saku puluhan, kemudian simpan pada saku hasil

puluhan di bawah.

f) Hitunglah jumlah sedotan pada saku hasil.

g) Siswa kemudian menuliskan hasil yang diperoleh pada jawaban.

h) Agar siswa benar-benar paham, kegiatan ini sebaiknya diulangi

beberapa kali dengan bilangan yang berbeda.

i) Untuk tahapan selanjutnya, siswa diberi contoh soal tanpa

menggunakan media peraga, tetapi dapat dibantu dengan kotak

penyimpanan

b. Pemahaman Konsep

Untuk mengetahui apakah siswa sudah mengerti materi melalui

peragaan pada kegiatan penanaman konsep dapat disajikan beberapa soal.

Kerjakanlah soal penjumlahan di bawah ini!

1. 3 6 2. 1 8 3. 3 6

2 5 + 3 5 + 4 6 +

(53)

c. Pembinaan Keterampilan

Untuk memantapkan pemahaman siswa dalam topik penjumlahan

maka mereka perlu diberikan latihan soal nonrutin, seperti pada contoh

berikut:

Lengkapilah titik-titik di bawah ini dengan angka yang benar!

1. 3… 2. …8 3. 3… 4. …9

…9 + 5… + …6 + 6… +

6 4 7 5 8 5 9 8

E. Alat Peraga

1. Definisi Alat Peraga

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan alat

peraga atau media pengajaran dengan menggunakan benda konkrit yang

sesuai dan tepat. Karena alat peraga dan media pengajaran itu merupakan

pengantara.

Arief S. Sadiman dkk (1984: 6) media adalah “perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan”. Sementara Soekidjo

Notoatmodjo (1992: 68) alat bantu pendidikan adalah “alat-alat yang

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau

pengajaran”. Alat bantu ini lebih sering disebut “alat peraga”, karena

berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan

(54)

Nasution (1985: 100) alat peraga adalah “alat pembantu dalam

mengajar agar efektif”. Alat peraga merupakan salah satu dari media

pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses

komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan

pendapat Amir Hamzah (1981: 11) bahwa “media pendidikan adalah

alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi

menjadi efektif”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada siswa serta meningkatkan minat

serta prestasi belajar.

2. Peranan Alat Peraga untuk Pendidikan Sekolah

Kurikulum (Anonim, 1991: 26) peranan alat peraga disebutkan

sebagai berikut:

a. Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan

meningkatkan semangat belajar siswa.

b. Alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para

siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.

c. Alat peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara

kelas dan di luar kelas.

d. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.

Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran

dapat bermanfaat sebagai berikut: meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk

(55)

siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

sehingga belajar akan lebih mantap (Hamalik, 1997: 40).

Dengan melihat peranan alat peraga dalam pengajaran maka pelajaran

Matematika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga,

karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan

diterjemahkan kesesuatu yang konkrit.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat peraga

berupa benda konkrit yaitu:

a. Papan Flanel.

Papan planel adalah media grafis yang bertujuan menyajikan

pesan-pesan tertentu kepada siswa. Papan berlapis kain flanel ini dapat

dilihat sehingga praktis. Benda-benda atau gambar-gambar, angka-angka

yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot sehingga dapat dipakai

berkali-kali.

(56)

b. Benda Konkrit

Benda konkrit yang digunakan adalah karet gelang, sedotan, gambar,

kartu bilangan dan juga benda-benda yang terdapat pada alam sekitar.

3. Syarat dan Ciri Media Alat Peraga

E.T Rusefendi (1988) beberapa persyaratan alat peraga antara lain:

a. Tahan lama.

b. Bentuk dan warnanya menarik.

c. Sederhaha dan mudah dikelola.

d. Ukurannya sesuai.

e. Dapat menyajikan konsep Matematika baik dalam bentuk real,

gambar, atau diagram.

f. Sesuai dengan konsep Matematika.

g. Dapat memperjelas konsep Matematika badan bukan sebaliknya.

h. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir

abstrak bagi siswa.

i. Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat

peraga.

(57)

Soekidjo Notoatmodjo (1992: 71-72) ciri media alat peraga yaitu:

a. Mudah dibuat

b. Bahan-bahanya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal.

c. Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.

d. Ditulis atau digambar dengan sederhana.

e. Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.

4. Tujuan, Fungsi dan Nilai Alat Peraga.

Soekidjo Notoatmodjo (1992: 73) tujuan penggunakan alat peraga

yaitu:

a. Sebagai alat bantu dalam latihan atau pendidikan.

b. Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.

c. Untuk mengingatkan sesuatu pesan atau informasi.

d. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, dan tindakan.

Anwar Jasin dkk (1971: 1-3) kita harus menggunakan alat-alat peraga

pendidikan dalam mengajar karena alat-alat peraga itu:

a. Membantu murid belajar lebih banyak.

b. Membantu ia mengingatkan lebih lama.

c. Memperlengkapi rangsangan yang efektif untuk belajar.

d. Menjadikan belajar yang lebih konkrit

e. Membawa dunia ke dalam kelas.

f. Memberikan pendekatan bayangan yang bermacam-macam dari satu

(58)

Nana Sudjana (1989: 99-100) ada enam fungsi pokok alat peraga

dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut yaitu:

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan

fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.

c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan tujuan isi

pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan,

dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi

mutu belajar-mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Disamping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam proses

belajar-mengajar mempunyai nilai-nilai yaitu:

a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir,

oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk

belajar.

c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar

sehingga hasil belajar bertambah mantap.

d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri pada setiap siswa.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya

kemampuan berbahasa.

g. Memberi pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta

(59)

5. Prinsip dan Langkah Penggunaan Alat Peraga (Nana Sudjana, 1989:

104-106)

Dalam penggunaan alat peraga hendaknya guru memperhatikan

sejumlah prinsip tertentu agar pengguaan alat peraga tersebut dapat

mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini sebagai berikut:

a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya guru memilih terlebih

dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan

pelajaran yang hendak diajarkan.

b. Menetapkan atau memperhatikan apakah penggunaan alat peraga itu

sesuai dengan tingkat kematangan atau kemampuan anak didik.

c. Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode

penggunaan alat peraga disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode,

waktu, dan sarana yang ada.

d. Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan

situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu

mengajar alat peraga digunakan.

Selain prinsip-prinsip penggunaan alat peraga, di bawah ini

menampilkan enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu mengajar

dengan menggunakan alat peraga. Langkah-langkah itu sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga, artinya

guru merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh siswa.

b. Persiapan guru, artinya guru menetapkan serta memilih alat peraga yang

(60)

c. Persiapan kelas, artinya persiapan siswa sebelum menerima bahan

pengajaran, guru memotivasi siswa untuk menghayati pelajaran dengan

alat peraganya.

d. Langkah penyajian pelajaran dan peragaan, artinya bahwa perhatian

utama yaitu pencapaian tujuan mengajar dengan baik, sementara alat

peraga sekedar alat membantu.

e. Langkah kegiatan belajar, artinya siswa mengadakan kegiata belajar bisa

di dalam kelas atau di luar kelas.

f. Langkah evaluasi pelajaran dan keperagaan. Artinya diadakan evaluasi

untuk mengetahui sejauh mana tujuan tercapai dan sejauh mana pengaruh

alat peraga sebagai alat pembantu menunjang keberhasilan proses belajar.

6. Keuntungan dan Hambatan Pen

Gambar

Gambar 7 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian di Kelas II SD Kanisius Sorowajan  ..  211
Tabel 1  Waktu Penelitian
gambar berikut ini (Kasihani Kasbola E.S. 2001: 39).
Tabel 2 Minat Siswa Pada Penjumlahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah klorofil tanaman, bobot segar tanaman, bobot layak jual, bobot kering tanaman, bobot kering akar,

Arsip dinamis mencakup makalah, laporan, surat, foto, peta dan materi dokumentasi lainnya dengan tidak memandang bentuk fisik maupun karakteristiknya (misalnya ilmiah atau

Dalam suatu hari Rasul saw kedatangan sepasang suami istri yg mengadukan kematian putri mereka, kalau putrinya bisa hidup lagi maka mereka akan masuk islam,

1) Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan

[r]

Salah satu komunitas anak muda yang eksis di Salatiga adalah komunitas club motor RAC, club motor RAC berdiri pada Juli 1989 dan masih bertahan hingga

Jenis penelitian yang digunakan berdasarkan tujuan penelitian adalah penelitian eksplanatori , yaitu untuk mengetahui pengaruh antar variabel baik parsial maupun simultan karena

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui karakteristik apa yang merupakan faktor predisosisi pada pasien Bakterial Vaginosis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji