i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Sukma Wandansari
NIM : 069114071
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
“
“
O
O
v
v
e
e
r
r
a
a
n
n
d
d
o
o
v
v
e
e
r
r
w
w
e
e
l
l
e
e
a
a
r
r
n
n
f
f
r
r
o
o
m
m
m
m
i
i
s
s
t
t
a
a
k
k
e
e
s
s
”
”
G
v
kehidupan-vii ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana identitas diri musisiindiedi Yogyakarta dapat diekspresikan melalui bermusikindie. Wawancara mendalam dilakukan kepada empat orang informan di mana seluruhnya merupakan musisi indie yang ada di Yogyakarta. Penelitian ini melewati serangkaian tahapan penelitian dari transkrip hasil wawancara penelitan, koding, kategorisasi, ringkasan tiap responden, ringkasan keseluruhan, dan penjelasan temuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik indie adalah sebagai hiburan rohaniah demi mencapai kepuasan pribadi informan serta adanya wujud sikap counter culturedan anti-mainstreamdalam kehidupan sehari-hari.
viii ABSTRACT
This study uses qualitative methods to study paradigm case study. This study aim to describe the identity of indie musicians in Yogyakarta. This research through a series of stages of research such as interview research transcript, coding, categorization, a summary of each respondent, the overall summary and explanation of research findings. The results showed that indie music as a spiritual entertainment for the sake of achieving personal satisfaction and the existence of counter form of anti-mainstream culture in everyday life.
x
munculnya berbagai subkultur anak muda mulai era 2000-an. Salah satu hal yang menarik adalah adanya subkultur musik indie di mana anak muda sebagai pelaku budayanya menganggap bahwa musikindiedapat menyalurkan ekspresi diri mereka. Dari hal tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai bagaimana gambaran identitas diri mereka terekspresikan melalui musik indie. Penulis juga berharap semoga hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai sumbangan wacana ilmu
Psikologi khususnya.
Penulis melakukan tugas ini tidak lepas dari dukungan dan perhatian lingkungan peneliti. Dalam hal ini, penulis ingin mengucapkan syukur dan terima
kasih yang setulus mungkin kepada:
1. Allah SWT dan para malaikat yang memberikan kekuatan ekstra bagi penulis untuk menyelesaikan niat yang sudah penulis ucapakan.
2. Ibu yang tidak pernah lepas memberikan dorongan untuk selalu memberikan
yang terbaik bagi penulis, maturnuwun Bu.
3. Bapak yang sudah di surga, ini juga pasti karena doa Bapak dari sana. Terimakasih pula sudah mempercayakan pilihan penulis untuk kuliah jauh.
xi Amin.
7. Krishna, Aga, Arkham, dan Eka atas bla bla bla-nya yang pamungkas. Untung kalian mau direpotkan, hahaha…
8. Gugi atas laptop gawat darurat di saat-saat keputusan terakhir. 9. Wulan, Sasa, Endy, Manto. Thanks udah asik-asikan.
10. Teman-teman 2006: Spy, Nur, Denise, Timo, Paimun, Aji, Chika, Chaca,
Nobi, Komeng, Ance, Ari, Koh Arya, Mbak Devi, Pakdhe Dika, Dian, Guntur, Jenny, Jojo, Keset, Mak’e, Nita Sinaga, Andien, Nita, Adit, Windi, Satria, Piping, Sekar, Suster, Tari, Tya, Vivin, Cik Yaya, dan…..(diisi sendiri
ya, maaf kalo kelewatan, hehe)
11. Psynema: Baka, Nanang, Adip, Yoyok, Ajay, Tya, Uline, Eva, Dias, Reno, dkk. Dibantu yak…
12. Mas Gandung, Pak Gie, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni yang sudah
membantu kelancaran proses skripsi.
13. Kampus Psikologi Paingan USD, terimakasih sudah menjadi kampus yang jauh sehingga membuat saya ingin lekas keluar dari sana, haha..
xii
agar di kesempatan selanjutnya dapat lebih optimal. Terima kasih.
Yogyakarta, 19 September 2010
Penulis
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN……… ii
HALAMAN PENGESAHAN……… iii
HALAMAN MOTTO………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH……….... vi
ABSTRAK………. vii
ABSTRACT………. viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. ix
KATA PENGANTAR………... x
DAFTAR ISI………. xiv
DAFTAR TABEL ……….xvi
BAB I. PENDAHULUAN ……… 1
A. LATAR BELAKANG ………1
B. RUMUSAN MASALAH ……….. 6
C. TUJUAN PENELITIAN ………. 6
D. MANFAAT PENELITIAN ………. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 8
A. Pengertian Identitas Diri ……… 8
xiv
A. Pendekatan Penelitian Studi Kasus ……….17
B. Batasan Penelitian ………17
C. Sumber Data Penelitian ………18
D. Metode Pengumpulan Data ………. 19
E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ………. 24
F. Kredibilitas Penelitian ………. 25
BAB IV. ANALISIS DATA ……… 26
A. Hasil Penelitian ……… 26
1. Penelitian Pendahuluan ……… 26
2. Pelaksanaan Penelitian ………. 28
B. Analisis Data dan Hasil Penelitian ………... 29
1. Hasil Wawancara Masing-Masing Informan ………30
2. Tema yang Muncul pada Seluruh Informan ……… 39
3. Tema Berbeda yang Muncul ……… 40
C. Pembahasan ……… 43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 46
A. KESIMPULAN ……….… 46
B. SARAN ………... 47
xvi
Tabel 3. Waktu dan Tempat Wawancara ……… 30
Tabel 4. Hasil Wawancara Informan 1 ……… 31
Tabel 5. Hasil Wawancara Informan 2 ……… 33
Tabel 6. Hasil Wawancara Informan 3 ………. 36
Tabel 7. Hasil Wawancara Informan 4 ………. 38
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya dibentuk oleh di mana manusia tinggal di suatu lingkungan. Budaya satu daerah dengan daerah yang lain dapat saling mempengaruhi. Hal
yang biasa terjadi adalah budaya pada suatu negara yang sudah besar mempengaruhi budaya yang lebih kecil. Misalnya Jerman yang maju dalam teknologi mempengaruhi etos kerja negara seperti Jepang dan Korea Selatan
untuk menjadi lebih maju (Storey, 2010).
Pengaruh dari luar negeri tersebut juga tidak berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Beberapa pengaruh luar negeri yang cukup tampak
mencolok di Indonesia adalah musik, fesyen atau mode pakaian, olahraga, film, sampai makanan siap saja (fastfood). Hal yang menarik adalah pengaruh dari negara-negara lain tersebut nampak begitu mempengaruhi masyarakat Indonesia khususnya kaum muda. Hal ini terjadi karena kaum muda Indonesia
menganggap segala sesuatu yang dari Barat itu adalah hal yang maju dan baik untuk dilakukan juga di Indonesia (Storey, 2010). Begitu banyak media yang menyajikanrole modeldari Barat yang kemudian dianggap ‘keren’ oleh kaum muda Indonesia. Musik juga mempunyai andil besar dalam membentuk identitas diri kaum muda Indonesia. Adanya sosoksuperstar yang diidolakan membuat kaum muda berusaha untuk meniru gaya dan perilaku sosok
idolanya tersebut. Musik yang masuk ke Indonesia pun bermacam-macam, misalnya metal, punk, pop, hip-hop, reggae, hardcore, termasuk indie (Jube, 2008).
Musik yang ada di Indonesia terbagi menjadi dua, yakni mainstream
dan non-mainstream (Jube, 2008). Musik mainstream adalah musik yang lebih banyak berkembang di masyarakat, bertujuan untuk mencari uang,
terkenal, dan tidak peduli dengan kebebasan dalam bermusik karena semua ditentukan oleh produser dan label rekaman. Musik non-mainstream adalah musik yang berkembang karena adanya perasaan tidak suka dengan musik
mainstream yang dianggap membosankan, serupa/seragam, dan tidak sesuai dengan tujuan bermusik yakni kebebasan ekspresi diri. Musik
non-mainstream berkembang akhir tahun 1990-an dengan munculnya komunitas-komunitas musik di Jakarta dan Bandung seperti komunitas-komunitas musik metal,
hardcore,indie, danelectronic.
Yogyakarta sebagai daerah di mana musik independen cukup berkembang, muncul pula berbagai komunitas musik seperti Soundboutique
untuk komunitas musik elektronik, Yogyakarta Hardcore (YKHC) danTugu Serentak sebagai komunitas musik hardcore, Jogja Hip Hop Foundation
Indie adalah satu aliran musik (genre) baru yang muncul dan diakui secara internasional yang muncul sejak akhir tahun 1977 lewat para musisi di Inggris yang berada di jalur musik post-punk, kemudian mengalami pembentukannya di pertengahan era an, hingga berkembang pada akhir 80-an d80-an awal tahun 1990. Istilah alir80-an musik indie berawal dari kata
independent yang oleh remaja Inggris kala itu memang sengaja dipotong menjadi indie untuk memudahkan pelafalan namun dalam perjalanannya, istilah indie berbeda dengan istilah independen. Indie sendiri berarti suatu aliran musik atau sub-kultur pop yang menentang budaya mainstream dan konsisten pada jalur independen (Andhika, 2007). Sedangkan independen adalah suatu istilah yang menggambarkan budaya tandingan (counter-culture) dari musik mainstream yang lingkup aliran musiknya lebih luas, misalnya
metal, punk, danhardcore. Artinya, istilah musikindie tidaklah sama dengan istilah musik independen. Pada intinya semangat bermusik di jalur indie dan independen mempunyai idealisme yang sama untuk menjadi counter-culture
terhadap musik mainstream, resistensi pada tren atau selera awam, dan mengahayati idealisme self-sustain (berdiri pada diri sendiri) yang menjadi karakter eksistensinya.
tidak menyiratkan kekerasan dalam karyanya (Andhika, komunikasi pribadi, 26 Maret, 2010).
Peneliti mengadakan wawancara untuk mencari tahu lebih mendalam
mengenai musik indie kepada Arief Nugroho yakni seorang managing director majalah DAB (Dynamic Aural Bliss), sebuah majalah musik di Yogyakarta yang mengulas tentang musik independen termasuk musik indie. Arief menyatakan bahwa band indie adalah band independent yang berkonteks padagenremusik atau pop /rock cutting edgeataubandyang
ber-genre indie. Sedangkan menurut Arief Nugroho, band independent adalah
band independen dalam konteks budaya tanding atau counter culture. Basisnya adalah antitesis dari budaya mainstream. Lingkupnya lebih luas, bukan genre indie saja tapi juga metal, punk, hardcore, dan lain-lain. Arief selanjutnya menyatakan bahwa fenomena munculnya band indiedi Indonesia adalah sebagai wadah untuk menyalurkan ekspresi diri, keinginan berkarya, kebebasan dan kepuasan pribadi yang tidak bisa didapat melalui musik
mainstream. Ada kalanya seseorang yang merasa ingin memberikan sesuatu yang berbeda atau menunjukkan keunikan dirinya tetapi tidak didukung dengan lingkungan sosialnya, maka dengan musik indie ia dapat menjadi dirinya sendiri. Selain itu, hal yang membuat seseorang mengikuti musikindie
Dari beberapa wawancara awal yang dilakukan tersebut, dinyatakan juga bahwa adanya ketidaknyamanan individu dalam bermusik jika hanya menjadi konsumen musik yang sudah ada di Indonesia. Musik yang sekarang
berkembang pesat di Indonesia sebagian besar warnanya hampir sama yakni pop Melayu. Hal ini yang sebenarnya sejak awal tahun 2000, menjadi ujung di mana musisi indie di Jakarta dan Bandung, serta kemudian menyusul Yogyakarta merasa bosan dengan suguhan musik yang itu-itu saja.
Musik indie adalah musik subkultur yang menjadi musik minor di kalangan masyarakat. Namun, keberadaannya dicari oleh kaum muda
Indonesia yang merasa bosan dengan musik mainstream. Kaum muda yang tidak menyukai sebatas menjadi konsumen dan akan berusaha mencari musik yang sesuai dengan apa yang ada di hati mereka. Seperti yang diungkapkan
oleh Erich Fromm mengenai identitas diri, bahwa seseorang mempunyai gambaran diri ideal, keunikan, ingin berbeda dengan orang lain, akan tetapi tetap tida bisa lepas dari pengaruh sosialnya. Kaitannya dengan musik indie
adalah musik indie dianggap dapat menyalurkan identitas diri kaum muda yang tidak ingin menerima musikmainstream. Adanya keinginan kaum muda untuk berbeda, mencapai kepuasan batin, dan mengekspresikan diri mereka tanpa ada tuntutan dari manapun kiranya dapat tersalurkan melalui musik
indie.
dipilih oleh kaum muda untuk mengekspresikan diri mereka dan tidak mengikuti yang mainstream. Penelitian ini juga berusaha mengungkapkan berbagai ekspresi identitas diri yang terwujud melalui musik indie. Selain itu, penelitian ini juga menangkap fenomena kaum muda yang mulai cenderung berani mengungkapkan ekspresi mereka lewat musik yang lebih beragam daripada yang terjadi tahun-tahun sebelumnya.
Dari penjelasan di atas, secara singkat peneliti ingin mengetahui bagaimana identitas diri diekspresikan melalui media berupa musikindieoleh kaum muda di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana identitas diri dapat diekspresikan melalui media berupa
musikindieoleh kaum muda di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana
identitas diri kaum muda di Yogyakarta dapat diekspresikan melalui bermusik
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa
Dari studi ini diharapkan dapat menambah wawasan,
keterbukaan pikiran mengenai fenomena atau peristiwa-peristiwa di sekitar, yang dapat dijadikan sebuah studi ilmiah yang mungkin pada awalnya dianggap tidak mungkin dijadikan sebuah topik penulisan.
Selain itu, mahasiswa yang membaca diharapkan dapat lebih peka dengan situasi sosial dan budaya serta mempunyai keterterikan untuk mengetahui lebih jauh tentang fenomena yang ada. Sehubungan
dengan budaya popular subkultur indie tersebut, diharapkan dapat memberikan wawasan baru yang dekat dengan kehidupan anak muda, yang sebenarnya bisa diangkat secara ilmiah dan tidak sekedar sebagai
fenomena angin lalu saja.
2. Bagi KomunitasBand IndiedanBand Independent
Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi pendokumentasian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Identitas Diri
Identitas diri menurut Erich Fromm (2005) dapat dibedakan dengan identitas sosial, tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial
seseorang dalam konteks komunitasnya. Selain makhluk individual yang membangun identitas dirinya berdasarkan konsep atau gambaran dan cita-cita diri ideal yang secara sadar dan bebas dipilih, manusia
sekaligus juga mahkluk sosial yang dalam membangun identitas dirinya tidak dapat melepaskan diri dari norma yang mengikat semua warga masyarakat tempat ia hidup dan peran sosial yang diembannya dalam
masyarakat tersebut. Masyarakat begitu dekat dengan diri kita, sehingga kita sering lupa bahwa masyarakat itu sendiri berisi begitu banyak cara dalam menghadapi kehidupan. Manusia sering menganggap cara diri memperlakukan sesuatu adalah satu-satunya cara yang tersedia. Manusia
juga harus belajar bahwa semua itu telah menjadi alam bawah sadar bagi kita semua, atau lebih tepatnya alam bawah sadar sosial. Jarang sekali seorang individu menganggap tindakan kita bukan berasal dari kehendak
bebas kita sendiri. Sebaliknya, manusia hanya mengikuti tatanan yang sudah ada dan tidak pernah kita pertanyakan lebih lanjut. Fromm juga menjelaskan bahwa manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas
sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya secara terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasaannya tentang dia, siapa, dan apa.
Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, proses di mana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing
mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan ikatan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan
individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang lain. Sedangkan cara yang tidak sehat dalam
membentuk perasaan identitas adalah menyesuaikan diri dengan sifat-sifat bangsa, ras, agama, pekerjaan, atau lain-lainnya. Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas kelompok, bukan berdasarkan kualitas diri sendiri. Dengan melekat pada norma, nilai-nilai, dan
tingkah laku kelompok itu, seseorang seakan benar-benar menemukan identitas, akan tetapi diri dikorbankan.
Selain itu, menurut Sheldon Stryker (1980) identitas diri
satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi, akan tetapi struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini Stryker tampaknya setuju dengan perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia juga
memberi sedikit kritik terhadap teori peran yang menurutnya terlampau tidak peka terhadap kreativitas individu. Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self
(dari teori interaksi simbolis). Bagi setiap peran yang kita tampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain, kita mempunyai definisi tentang diri kita sendiri yang berbeda dengan diri orang lain, yang oleh Stryker
dinamakan “identitas”. Jika kita memiliki banyak peran, maka kita memiliki banyak identitas. Perilaku kita dalam suatu bentuk interaksi, dipengaruhi oleh harapan peran dan identitas diri kita, begitu juga
perilaku pihak yang berinteraksi dengan kita. Intinya, teori interaksi simbolis dan identitas mendudukan individu sebagai pihak yang aktif dalam menetapkan perilakunya dan membangun harapan-harapan sosial. Perspektif interaksionis tidak menyangkal adanya pengaruh struktur
sosial, namun jika hanya struktur sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku sosial, maka hal tersebut kurang memadai.
Dari kedua pengertian identitas diri dari kedua tokoh di atas,
B. Subkultur MusikIndie
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan atau biasa disebut dengan subkultur. Subkultur adalah sebuah kebudayaan yang
memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari budaya induknya. Anggota dari subkultur biasanya menunjukkan keanggotaan mereka dengan gaya hidup atau simbol-simbol tertentu.
Menurut Jube (2008), jika suatu subkultur memiliki sifat yang bertentangan dengan kebudayaam induknya, subkultur tersebut dapat dikelompokkan sebagai kebudayaan tandingan (counter culture).
Isitilah indie berawal dari kata independent yang oleh remaja Inggris sengaja dipotong menjadi indie untuk memudahkan pelafalan. Seiring berjalannnya waktu, istilah indie berbeda dengan istilah independen. Indie sendiri berarti suatu aliran musik (genre) atau sub-kultur pop yang menentang budaya mainstream dan konsisten pada jalur independen (Andhika, 2007). Istilah ini muncul sejak akhir tahun 1977 lewat para musisi di Negara Inggris yang berada di jalur musik post-punk, kemudian mengalami pembentukannya di pertengahan era 80-an, hingga berkembang pada akhir 80-an dan awal tahun 1990. Dalam musik indie
belum mempunyai karya ciptaan sendiri. Roots adalah akar musik dari suatu band yang dapat dilihat dari influence musiknya. Character adalah karateristik musik yang muncul dari suatu band, yaitu warna musik yang dapat dilihat darioutputmusik yang dihasilkan suatubandsehingga punya warna tersendiri. Selanjutnya, attitude adalah tingkah laku musisi baik ketika sedang melakukan pertunjukkan atau di luar pertunjukkan.
Maka, subkultur musik indie adalah bagian kecil dari kebudayaan musik yang mengusung aliran musik indie yang berada pada jalur
anti-mainstream dan berpegangan pada counter culture, serta memiliki roots,
character, danattitude.
C. Identitas Diri Kaum Muda
Hurlock (1997) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan fisik dan psikologis yang menyertau berkurangnya kemampuan produktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Monks (dalam John, 1991) memberikan batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2002) usia remaja terdapat pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan
yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek. Hal tersebut dapat terjadi karena ada faktor pengaruh dari lingkungan keluarga, teman sebaya, teman sepermainan, teman sekolah, atau masyarakat di mana
remaja tersebut berada atau tinggal (Dominic, 2003).
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan 21 tahun seperti
sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah individu matang secara seksual dan sebelum diberi hak dan tanggung jawab orang dewasa mengakibatkan kesenjangan antara apa yang secara popular dianggap
budaya remaja dan budaya dewasa. Budaya ini memiliki hierarki sosialnya sendiri, nilai-nilai, dan norma perilaku sendiri. Konformitas terhadap standar budaya kaum muda mempunyai dua efek yang serius dan
mendasar. Pertama, konformitas menyebabkan alienasi (keterasingan) dab protes terhadap budaya dewsa. Kedua, konformitas merupakan persiapan yang buruk untuk memasuki masyarakat dewasa yang ditandai oleh nilai-nilai dewasa.
Jube (2008) menyatakan bahwa anak muda adalah masa di mana idealisme sedang tertanam dalam bernak mereka. Pencarian identitas diri dilakukan melalui berbagi macam hal seperti bermusik, olahraga, atau
pas dengan keinginan mereka masing-masing. Adanya perlawanan dari anak muda terhadap aturan atau role yang berlaku di masyarakat, merupakan cermin dari ketidaknyamanan diri mereka terhadap apa yang
biasa dilakukan dalam masyarakat. Jube memberikan contoh, ketika seorang anak muda yang ingin menjadi superstar, tetapi dihadapkan dengan keinginan sekitar untuk menjadi sosok lain yang dianggap lebih
’mapan’, maka dalam diri anak muda tersebut akan timbul perlawanan. Akan tetapi memang tidak semua anak muda berani untuk mengungkapkan apa yang diinginkan oleh diri mereka. Ada penyebab
anak muda tidak dapat mengungkapkan apa yang menjadi idealisme mereka antara lain keluarga yang menuntut, lingkungan sosial yang seragam, serta sarana yang terbatas.
Menurut Hebdige (1979), subkultur kaum muda berkomunikasi melalui tindakan-tindakan konsumsi. Seperti ditegaskannya, subkultur-subkultur kaum muda menaruh perhatian pertama dan terutama pada konsumsi. Subkultur kaum muda adalah beragam budaya konsumsi yang
menyolok mata bahkan ketika sebagaimana pada komunitas skinhead dan
punk, tipe konsumsi tertentu sangat ditolak mentah-mentah. Melalui ritual khas konsumsilah, melakukan gaya, subkultur itu sekaligus menguakkan
lebih ortodoks. Hebdige juga menyatakan bahwa gaya kaum muda boleh jadi bermula dengan mempersoalkan tantangan simbolik, namun gaya budaya tersebut pasti berakhir dengan memapankan perangkat-perangkat
konvesi baru, menciptakan komoditas baru, industri baru dan mempermuda kembali yang lama. Subkultur kaum muda mengkomunikasikan identitas khas mereka dan perbedaan mereka dari
dan dalam oposisi terhadap kelompok sebaya, orang tua serta budaya dominan (mainstream), melalui politik gaya. Makna dari subkultur kaum muda senantiasa dimainkan melalui gaya dan bukan sebagai satu
perjuangan yang sungguh-sungguh berlangsung di tempat lain.
Subkuktur kaum muda menurut pandangan Storey (2010), melalui pola-pola perilaku, cara berbicara, selera musik, dan lain
sebagainya subkultur kaum muda terlibat dalam bentuk-bentuk perlawanan simbolik terhadap budaya dominan maupun budaya orang tua. Subkultur kaum muda selalu bergerak dari orisinalitas dan oposisi menuju perlibatan unsur komersial dan penurunan tensi ideologis sebagaimana
industri budaya pada akhirnya memasarkan perlawanan subkultural untuk keuntungan dan konsumsi umum. Selain itu, subkultur menghubungkan kaum muda dengan perlawanan yang secara aktif menolak menyesuaikan
diri pada selera komersial pasif mayoritas kaum muda.
melakukan perlawanan terhadap suatu budaya yang lebih besar atau dominan (mainstream) dan dianggap komersial.
D. Batasan Istilah
Identitas diri diartikan sebagai gambaran diri yang ideal, unik, berbeda dari orang lain, meskipun tidak bisa lepas dari pengaruh
lingkungan sosial individu.
Musik indie adalah musik yang dimainkan berdasarkan aliran musikindieserta mempunyai akar musik daribandyang dapat dilihat dari
influence musiknya (roots), karakteristik musik tertentu yang muncul dari sutuband (character), serta tingkah laku musisi baik ketika sedang melakukan pertunjukan atau di luar pertunjukan (attitude).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Studi Kasus
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma studi kasus. Tujuan menggunakan metode ini adalah karena fokus
penelitian ini sulit untuk dijelaskan dengan menggunakan skala dan akan lebih bermakna apabila dipaparkan dan ditelusuri dengan metode kualitatif. Sedangkan tujuan peneliti menggunakan paradigma studi kasus karena
berhadapan dengan fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meski batas fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas (Poerwandari, 2005). Kasus dapat berupa keputusan, kebijakan, proses, atau
peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini hal yang diteliti adalah identitas diri seseorang yang diekspresikan melalui musikindie.
B. Batasan Penelitian
Penelitian ini meneliti mengenai identitas diri yang diekspresikan melalui musik indie. Penelitian dilakukan pada kaum muda anggota komunitasindiedi Yogyakarta.
C. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian ini, penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan sampel purposif (Purposive Sampling). Menurut Daymon (2002), sampel purposif adalah sampel yang ditarik atau diambil berdasarkan tujuan penelitian. Sampel diambil dari kelompok atau komunitas yang sesuai dengan tujuan dansettingpenelitian. Informan yang diambil oleh peneliti adalah berdasarkan setiing dan fenomena yang berkaitan. Jenis sampel yang digunakan adalah sampel homogen (homogeneous sample), yakni individu-individu yang tergolong dalam subkultur atau kelompok yang sama, dan
mempunyai karakteristik serupa (Daymon, 2002). Selanjutnya, peneliti mengambil sampel dengan karakteristik tergabung dalam komunitas musik
indie di Yogyakarta dan cukup intensif dalam setiap kegiatan maupun dalam berkarya. Peneliti memilih musisi indie yang mempunyai band yang sudah lama bertahan antara 2-5 tahun serta masih produktif dalam berkarya, termasuk dalam membuat lagu, merilis album, dan pentas di acara musik. Jumlah informan yang diambil peneliti adalah empat orang. Hal ini berkaitan
dengan jumlah anggota komunitas yang relatif tidak stabil, dalam artian, tidak ada kepengurusan secara normatif, sehingga membuat individu yang tergabung dalam komunitas tersebut datang dan pergi.
Tabel 1. Data Demografis Informan
Jenis Data Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan4 Jenis
kelamin
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan
Usia 23 tahun 29 tahun 26 tahun 23 tahun
Pekerjaan Mahasiswa Mahasiswa,
store manager
Dokter umum
Mahasiswa,
translatter
Anak ke- 1 dari 2 1 dari 3 1 dari 1 1 dari 2
Suku/asal Jawa Palembang Jakarta Jakarta
Hobi Fotografi,
internet, musik
Musik,
fashion
Musik, menulis
Musik, menulis, membaca, menggambar
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai alat utama
mengumpulkan data. Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan yang dilakukan antara pencari informasi dan sumber informasi. Wawancara dilakukan juga dalam
rangka memperoleh gambaran dan pemahaman mengenai berbagai hal yang terkait misalnya pengalaman, perasaan, maupun pikiran individu.
Model wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara
mendalam (depth interview), yakni wawancara yang bertujuan mengungkap data yang mendalam dan sifatnya lebih personal dan sensitif dan dengan mengacu pada panduan yang dibuat sebelumnya. Panduan wawancara digunakan agar peneliti tidak keluar dari fokus masalah penelitian yang ingin
diketahui dan diungkap (Poerwandari, 2005). Wawancara dilakukan kepada
key informan (informan kunci) yakni mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian serta informan
utama sebagai informan yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti yang kemudian direkam dan dicatat (Suyanto, 2005). Wawancara awal dilakukan pada dua orang musisi yang tergabung dalam komunitas subkultur
indie di Yogyakarta sebagai penelitian awal, yang kemudian peneliti meneliti empat orang informan dengan karateristik serupa untuk penelitian sesungguhnya, serta managing director DAB Magazine sebagai sumber informasi pokok.
Peneliti menggunakan dasar pembuatan pertanyaan wawancara berdasarkan batasan istilah yang dijelaskan sebagai berikut:
Identitas diri diartikan sebagai gambaran diri yang ideal, unik,
berbeda dari orang lain, meskipun tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan sosial individu.
Ekspresi diri merupakan gambaran di mana ada kepuasan dalam
berkarya, melakukan sesuatu tanpa ada tekanan/tuntutan, dan bebas dalam berkarya.
Musik indie adalah musik yang dimainkan berdasarkan aliran
yang muncul dari satu band (character), serta tingkah laku musisi baik ketika sedang melakukan pertunjukan atau di luar pertunjukan (attitude)
Sebelumnya, peneliti menambahkan 23 pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan akurat mengenai musik indie sebagai ekspresi identitas diri. Berikut adalah daftar pertanyaan yang disusun peneliti dalam wawancara: Tabel 2.Interview Guide
Kategorisasi Hal yang Ingin Diungkap
Pertanyaan
Prolog Ingin mencari tahu mengenai latar belakang memilih musik indie, hal yang membuat tidak tertarik mainstream,
serta alasan
bertahan dalam
musik dan
komunitas
Band yang punyamu atau yang kamu ikut gabung itu termasuk band apa?
Aliran yang yang band kamu ikuti apa?
Sudah berapa lama tergabung dalam band indie?
Sudah berapa lama masuk dalam komunitas indie di Jogja ini?
Apa yang membuat
tertarik bergabung dalam komunitas indie hingga membuat band sendiri?
Bagaimana pendapatmu
mengenai budaya
mainstream itu sendiri?
Apa ada ketertarikan untuk menjadi di aliran mainstream? Mengapa?
Hal apa yang membuatmu tidak mengikuti budaya mainstream?
Ada suatu pemahaman bahwa budaya mainstream perlu dilawan dengan anti-mainstream atau counter culture? Bagaimana menurut Anda?
Apa perbedaan yang mengakar antara jalur indie dengan musik dan segala macam di dalamnya dengan yang terjadi di budaya mainstream?
Apa yang membuat kamu masih bertahan dalam komunitas ini?
Sampai kapan akan berada dalam gerakan dan musik indie?
Subkultur (idenititas diri)
Ingin mengetahui alasan memilih jalur
indie, identitas diri seperti apa yang membuat yakin sebagai bagian subkultur, hal yang membuat
memutuskan masuk subkultur, dan cirri khas diri
Mengapa memilih di musik indie?
Jelaskan mengenai dasar-dasar yang membuat kamu yakin sebagai bagian dari komunitas indie?
Apakah pemilihan tersebut membuat dirimu tercermin menjadi bagian komunitas indie ini?
Hal apa yang membuatmu memutuskan untuk masuk dan berkecimpung di komunitas indie?
Apakah ada suatu hal yang khas dalam dirimu, sehingga kamu memilih untuk ada di musik indie? Akulturasi Ingin mengetahui
bagaimana proses budaya musik indie
sampai pada informan
di Inggris, padahal secara
letak dan keadaan
geografis serta budaya sangat berbeda dengan Indonesia khususnya Jogja sendiri?
Bagaimana kamu bisa mengikuti dan mengetahui adanya jalur indie dan pengetahuan lain mengenai budaya counter culture dan anti mainstream?
Seberapa sering dan intens kamu mengakses informasi sehingga kamu mengetahui pergerakan musik indie?
Apakah kamu merasakan perbedaan musik indie dengan musik yang ada di Indonesia?
Hal yang
dipetik/didapat
Ingin mengetahi hal yang dipetik/didapat selama
berkecimpung dalam subkultur musikindie
Apa yang kamu rasakan setelah kamu tergabung
dan mengikuti
perkembangan di
komunitas ini baik secara personal ataupun dirimu dalam band?
Apa yang didapat selama berkecimpung di dunia musik indie dan dalam komunitas itu?
Apa saja yang dilakukan dalam komunitas itu, baik secara individu ataupun dalam band-mu?
Apakah pentingnya kamu mengikuti komunitas indie yang selama ini kamu ikuti?
dunia musik indie ini? Perwujudan
dalam keseharian
Ingin mengetahui apakah budaya
musik indie
terwujud dalam kehidupan sehari-hari atau tidak.
Apakah konsep anti-mainstream dan counter culture juga terwujud dalam kehidupan sehari-harimu?
Hal-hal apa saja yang merupakan manifestasi budaya tersebut dalam kehidupan sehari-harimu (berikan contoh).
Selain wawancara mendalam, peneliti melakukan obeservasi langsung terhadap informan. Peneliti dalam hal ini juga sebagai partisipan dalam subkultur musik indie. Selain itu, pengalaman peneliti telah berada dalam komunitas tersebut kurang lebih 2 tahun dapat memberikan gambaran
mengenai dinamika informan dalam subkultur.
Metode selanjutnya adalah pengumpulan dokumen lainnya. Peneliti mengumpulkan majalah lokal yang berisi tentang informasi musik indie di Yogyakarta, browsing internet, serta flyer yang berisi tentang perjalanan musikindiedari awal masuk ke Indonesia hingga merambah ke Yogyakarta.
E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode yang dibagi dalam dua tahapan yakni selama melakukan penelitian dan setelah penelitan.
Peneliti melakukan pencatatan dengan memo yang merupakan catatan pribadi, evaluasi harian (dikondisikan), serta probing karena masih memerlukan data tambahan sebagai informasi yang penting bagi penelitian.
Setelah melakukan penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti setelah mendapatkan data dan informasi adalah sebagai berikut:
F. Kredibilitas Penelitian
Peneliti menggunakan validitas argumentatif, di mana presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti baik rasionalnya, serta dapat dibuktikan
dengan melihat kembali ke data mentah. Dalam penelitian ini, penulis telah memaparkan temuan-temuan penelitian dan dapat dibuktikan dengan melihat data
mentah yang telah dilampirkan.
Selain itu, peneliti melakukan triangulasi, yakni di mana dilakukan 3
metode pengambilan data atau lebih oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara mendalam, observasi langsung, dan pengumpulan
BAB IV ANALISIS DATA
A. Hasil Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mendapatkan batasan
penelitian guna menentukan guide interview. Kedua informan tersebut adalah musisi dari dua band indie yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur. Pertanyaan yang
diajukan dalam penelitian awal ini adalah:
Kapan mulai membuat atau bergabung dalam bandindie?
Mengapa tertarik dengan musikindie?
Selama menggeluti dunia musik dan band indie-mu, apa saja
yang sudah dilakukan?
Apakah ada sesuatu yang dikorbankan selama dirimu
menggelutibandini?
Apa yang membuatmu mempertahankan band-mu sampai saat
ini?
Mau sampai kapan melangsungkan atau berada dalam dunia
musik dan bandindie?
Informan pertama bergabung dalam komunitas pada tahun 2002 dan membentuk band pada tahun 2005. Informan tertarik karena bosan dengan musik yang sama, dapat bebas berkarya, tanpa tuntutan, serta
mendapat kepuasan batin dengan bermusik indie. Hal yang sudah dilakukan adalah membuat 1 full album, 2 mini album, 1 singlelagu, tur ke Jakarta, Bandung, dan Bali, masuk dalam label rekaman independen
Blossom Record, serta album yang dirilis di Jerman, Amerika, dan Spanyol. Informan mengorbankan banyak dana, waktu kuliah, serta waktu untuk bersama dengan keluarga. Hal yang membuat tetap bertahan
adalah kecintaan pada musik indie dan komunitas, hidup menjadi lebih bergairah dan bermakna.
Informan kedua bergabung dalam komunitas pada tahun 2004 dan
membuat band pada tahun 2008. Informan tertarik karena merasa bebas berekspresi, tidak ada ikatan, mencapai kepuasan diri, dan bosan dengan musik mainstream. Hal yang sudah dilakukan adalah membuat 1 full album dan menulis beberapa lagu. Hal yang sudah dikorbankan adalah dana, tenaga, waktu untuk keluarga, serta tertinggal dalam kuliah. Hal yang membuat masih bertahan adalah kecintaan dengan musik dan ada sesuatu yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Informan akan tetap
mengenai musik indie sebagai media menyalurkan identitas diri. Selanjutnya, peneliti menambahkan pertanyaan lagi guna mendukung hal yang ingin digali.
Penelitian awal menghasilkan bahwa hal yang membuat tertarik bergabung dalam musik indie karena bebas berkarya, tanpa tuntutan, mendapat kepuasan batin, serta rasa bosan dengan musik mainstream. Kedua informan merasa ada kecintaan pada musikindiedan komunitasnya sehingga masih bertahan dalam dunia musik indie. Selain itu, banyak hal yang dikorbankan demi tetap berada dalam musik dan komunitas indie
yakni dana, tenaga, waktu untuk keluarga, serta masalah studi yang terbengkalai. Hal yang membuat masih bertahan adalah kecintaan pada musik, serta musik yang membuat diri lebih bergairah dan bermakna.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan. Penelitian berlangsung antara bulan Mei hingga Juni 2010. Data dikumpulkan
Tabel 3. Waktu dan Tempat Wawancara
Informan Tanggal Jam Tempat
Informan 1 9 Mei 2010 19.05-19.48 Rumah informan Informan 2 1 Juni 2010 18.30-19.05 Nimco Store Informan 3 15 Juni 2010 20.34-21.11 Radio Eltira FM Informan 4 30 Juni 2010 17.45-18.14 Rumah informan
Keseluruhan wawancara relatif berjalan lancar dan cepat. Hal ini disebabkan peneliti pada dasarnya sudah mengenal seluruh informan sebelumnya serta peneliti sudah mendiskusikan tema wawancara yang
akan dilaksanakan kepada semua informan. Selain itu, seluruh informan sangat menguasai tema yang dibahas serta tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab semua pertanyaan dengan lancar.
B. Analisis Data dan Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara terhadap keempat informan, terdapat beberapa tema mengenai identitas diri mereka sebagai musisi di komunitas subkultur
1. Hasil Wawancara Masing-Masing Informan
Informan 1
Tabel 4. Hasil Wawancara Informan 1
Kategorisasi Koding Interpretasi
Prolog Musik sebagai hiburan rohaniah
Bosan dengan
mainstream Ingin berbeda
Tidak menjelek-jelekkan
mainstream
Diri tidak pernah puas
Berkarya sesuai yang di hati
Wadah ekspresi diri
Bebas berkarya
Musik sebagai hiburan rohaniah. Memilihindiekarena bosan dan ingin berbeda dengan mainstream. Sikap tidak menjelek-jelekkan budaya sendiri (mainstream). Merasa musik indie menjadi wadah ekspresi yang sesuai dengan di hati serta bebas berkarya
Subkultur (identitas diri)
Diri unik
Ingin berbeda
Tidak idealis
Ingin tahu yang orang lain tidak tahu
Kepuasan batin
Bebas berkarya
Cocok dengan musik
Pengaruh teman (komunitas)
Merasa diri unik dan ingin berani berbeda walaupun bukan orang idealis. Informan juga menginginkan sesuatu yang orang lain tidak tahu. Adanya perasaan puas jika bermusik indie karena bebas berkarya dan merasa cocok. Adanya pengaruh selera teman dan memilih musik.
Akulturasi Informasi dari internet
Informasi dari majalah luar negeri
Informasi dari fotokopian
Belajar budaya lain
Tidak menjelek-jelekkan budaya sendiri
Mengetahui informasi musik
indie dari media luar negeri, fotokopian, referensi, internet. Sikap ingin belajar budaya lain tetapi tidak menjelek-jelekkan budaya sendiri. Hal yang dapat dipetik/dida pat Pengetahuan Jaringan
Pembuktian dengan karya
Kepuasan
Pertemanan
bermusik.
Perwujudan dalam keseharian
Tidak ada Tidak ada perwujudan
anti-mainstreamdi luar bermusik
Informan menanggap musik sebagai hiburan rohaniah. Selain itu, musik juga sebagai wadah ekspresi yang sesuai di hati serta mendapat kebebasan berkarya. Informan memilih musik indie karena merasa bosan dan ingin memberikan hal yang berbeda dari mainstream. Namun, informan juga ingin menjelek-jelekkan musik mainstream yang berkembang di negaranya sendiri.
Informan merasa dirinya unik, ingin berbeda dengan orang lain
walaupun dirinya tidak idealis. Informan juga orang yang ingin tahu hal yang orang lain tidak tahu. Informan menginginkan adanya kepuasan batin dan bebas dalam berkarya. Informan merasa ada kecocokan antara dirinya dengan
musik indie. Informan mengaku adanya pengaruh dari teman dalam membantunya mengenal musik indie dan bergabung dalam komunitasnya. Informan merasa mendapat banyak pengetahuan, jaringan media, luasnya
Informan menyatakan dirinya mengetahui musik mainsream dari teman sekolahnya. Selanjutnya dirinya mendapat banyak informasi mengenai musikmainstreamdari internet, majalah luar negeri, dan flyer. Informan juga menyatakan bahwa menurutnya walaupun ia menggeluti budaya dari luar negeri, dirinya kemudian tidak menjelek-jelekkan budaya sendiri dan tetap menghargainya.
Informan 2
Tabel 5. Hasil Wawancara Informan 2
Kategorisasi Koding Interpretasi
Prolog Kecocokan dengan musik
Berkarya sesuai yang di hati
Sulit melawan
mainstreammaka disiasati
Tujuan belum tercapai
Bosan dengan
mainstream Ekspresi diri
Bebas berkarya
Awalnya merasa bosan dengan
mainstream. Merasa cocok dengan musik indie. Dengan musik indie, dapat berkarya sesuai yang di hati, berekspresi, dan bebas berkarya. Merasa sulit melawan mainstream. Serta ada tujuan yang belum tercapai.
Subkultur (identitas diri)
Rasa ingin tahu tinggi
Tidak cepat puas
Kepuasan batin
Bebas berkarya
Diri yang unik
Ingin berbeda
Merasa pas dengan musik
Tidak ingin terkenal
Tanggung jawab atas
pilihan diri
Pengaruh teman Akulturasi Informasi dari teman
Informasi dari majalah
Informasi dari internet
Merasa pengetahuan dan jaringan itu penting
Informasi musik didapat dari majalah, internet, dan teman. Merasa bahwa pengetahuan dan jaringan itu penting.
Hal yang dipetik/dida pat
Dapat berkarya
Dapat berekspresi
Mencari nafkah,
Link/jaringan
Pertemanan
Pengetahuan
Kepuasan pribadi
Kolaborasi musik
Tidak bisa lepas dari musikindie
Bermusik wadah berkarya dan berekspresi. Mendapat nafkah, jaringan, pertemanan, pengatahuan dan kolaborasi dengan musisi lain. Adanya kepuasan diri dari bermusik
indie. Merasa diri tidak bisa lepas dari musikindie.
Perwujudan dalam keseharian
Tidak ada Tidak ada perwujudan
anti-mainstreamdi luar bermusik.
Informan awalnya merasa bosan dengan musik mainstream yang disajikan di televisi. Informan merasa cocok dengan musikindiekarena dapat berkarya sesuai dengan yang di hati, berekspresi, dan bebas berkarya. Namun, di sisi lain, informan merasa sulit untuk melawan mainstream. informan menyatakan masih berada di musik dan komunitas indie karena ada tujuan yang belum tercapai yakni mengadakan pertunjukan musik di luar negeri.
Informan merasa dirinya mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, tidak cepat puas, diri yang unik dan keinginan untuk berbeda dengan orang lain.
dirinya tidak perlu dikenal oleh orang karena bukan tujuannya dalam bermusik. Informan menyatakan bahwa dirinya cukup bertanggungjawab atas pilihan yang diambilnya. Dalam bermusik indie, informan mendapatkan pengaruh dari teman di kampusnya. Informan menyatakan bahwa tidak ada budaya counter culture dan anti-mainstreamyang terwujud dalam kehidupan sehari-harinya.
Hal yang didapatkan dari bermusikindieadalah nafkah, jaringan yang luas hingga ke luar negeri, luasnya pertemanan, menambah pengetahuan, dan dapat berkolaborasi dengan musisi indie luar negeri. Selain itu, informan merasa dengan musik indie dirinya dapat berkarya dan berekspresi tanpa tuntutan manapun dan tercapainya kepuasan pribadi. Sebelum berkenalan dengan musik indie, informan mengakui bahwa dirinya tidak pernah mengekspresikan dirinya, berkarya, mendapatkan kebebasan yang diinginkan dari kegiatan apapun akan tetapi setelah mengenal musik indie dirinya mendapatkan itu semua.
Informan 3
Tabel 6. Hasil Wawancara Informan 3
Kategorisasi Koding Interpretasi
Prolog Bosan dengan
mainstream
Tidak ingin dikuasai
mainstream
Berkarya sesuai yang di hati
Tidak ingin terkenal
Passionterhadap musikindie Ekspresi diri
Bebas berkarya
Adanya perasaan bosan dan tidak ingin dikuasai mainstream. Bermusik dapat berkarya sesuai yang di hati, berekspresi, dan bebas berkarya. Tidak ingin terkenal.Passionterhadap musik
indie.
Subkultur (identitas diri)
Bermusik karena kesenangan
Merasa pas
Kepuasan batin
Bebas berkarya
Diri unik
Ingin berbeda
Tidak ingin terkenal
Kebutuhan seni itu penting
Bosan dengan
mainstream Cinta musik,
komunitas dan budaya
indie
Pengaruh teman dan komunitas
Bermusik karena kesenangan, bosan dengan mainstream, merasa pas, dan seni itu penting. Ingin kepuasan batin dan bebas berkarya. Merasa diri unik dan tidak ingin terkenal. Rasa cinta pada musik, komunitas, dan budaya indie. Merasa ada pengaruh teman dan komunitas dalam bermusik.
Akulturasi Informasi dari teman
Informasi dari majalah
Informasi dari internet
Memperoleh informasi dari membaca, tukar informasi,
browsinginternet Hal yang dipetik/dida pat Pengetahuan Pembentukan karakter/pematangan diri
Kepuasan pribadi
Jaringan
Pertemanan
Cinta musik,
komunitas dan budaya
indie
terhdapat musik, komunitas, dan budayaindie.
Perwujudan dalam keseharian
Tidak ingin menonton dan mempunyai televisi.
Adanya perilaku
anti-mainstreamdancouter culturedi luar bermusik dengan tidak menonton dan tidak mempunyai televisi.
Dari hasil wawancara, informan menyatakan bahwa awalnya ada rasa kebosanan dengan musikmainstreamsehingga ingin mencari musik lain yang cocok dengan dirinya. Informan menjelaskan dengan bermusik, dirinya dapat berkarya sesuai yang di hati, berekspresi, dan bebas dalam berkarya. Di sisi
lain, dalam bermusik informan tidak ingin terkenal. Informan juga menjelaskan bahwapassionhidupnya ada pada musikindie.
Informan merasa bermusik adalah untuk kesenangan dan seni itu
penting dalam hidupnya. Informan sendiri adalah orang yang meinginkan kepuasan batin dan kebebasan dalam berkarya. Selain itu, informan juga adalah pribadi yang unik dan berbeda dari orang lain. Dalam bermusik
informan tidak ingin menonton dan memiliki televisi karena menganggap televisi sebagai sumber kapitalisme.
Informan menyatakan bahwa dirinya mendapatkan pembentukan
karakter menjadi sosok yang lebih bergairah, menikmati serta menghargai hidup lewat bermusik indie. Selain itu, informan juga mendapatkan jaringan, pertemanan, serta kepuasan pribadi dalam berkarya. Informan juga
menyatakan bahwa ada perasaan bahwa dirinya cinta dengan musik, komunitas, dan budayaindie.
Informan mendapatkan informasi mengenai musik indie pertama kali dari temannya yang mengajak berkumpul di komunitas musik indie. Selanjutnya, informan mendapatkan lebih banyak informasi dari internet, majalah, dan bertukar informasi dengan teman.
Informan 4
Tabel 7. Hasil Wawancara Informan 4
Kategorisasi Koding Interpretasi
Prolog Merasa dibodohi
mainstream
Bermusik yang santai
Kesenangan pribadi
Passionterhadap musikindie Bosan dengan
mainstream
Berkarya sesuai yang di hati
Ekspresi diri
Bermusik karena bosan dan dibodohi mainstream. Bermusik dengan santai dan sesuai yang di hati. Adanya kesenangan pribadi. Dapat berekspresi dan berkarya. Muncul passion terhadap musik
Bebas berkarya Subkultur
(identitas diri)
Suka hal aneh
Diri unik
Merasa pas
Ingin berbeda
Kepuasan batin
Bebas berkarya
Pengaruh teman dan komunitas
Menyukai hal yang aneh dna ingin beda sehingga merasa diri unik. Merasa pas dengan musik
indie. Adanya kebebasan berkarya sehingga mendapat kepuasan batin. Keinginan berbeda dari orang lain. Adanya pengaruh komunitas dan teman. Akulturasi Informasi dari teman
Informasi dari majalah
Informasi dari internet
Mendapat informasi dari membaca di internet, majalah,
fanzine, buku serta teman komunitas
Hal yang dipetik/dida pat
Kepuasan pribadi
Pendewasaan
Kesenangan
Tanggung jawab
Pengetahuan
Jaringan
Pertemanan
Mendapat kepuasan pribadi, kesenangan, pengetahuan, jaringan, pertemanan. Adanya pendewasaan dan melatih tanggung jawab.
Perwujudan dalam keseharian
Sepeda sebagai kendaraan sehari-hari
Mendukung peran gender
Mencoba vegetarian
Adanya perilaku
anti-mainstream dan counter culture
di luar bermusik
Dari data di atas, informan masuk dalam dunia musik indie karena merasa bosan dan dibodohi dengan musik mainstream. Informan dengan musik indie merasa dapat bermusik dengan santai dan mengungkapkan apa yang ada di hati. Selain itu, informan merasakan adanya kesenangan pribadi karena dapat berekspresi dan berkarya. Informan juga menyatakan ada
Informan adalah sosok yang menyukai hal aneh dan ingin berbeda dari orang lain. Informan juga pribadi yang unik. Informan menyatakan bahwa dirinya ingin menjadi orang yang berbeda dari orang lain. Informan
menginginkan adanya kebebasan berkarya dan mencapai kepuasan batin. Dalam bermusik indie, informan merasakan adanya pengaruh dari teman dan komunitasnya.
Dari bermusik indie, informan merndapatkan suatu kepuasan pribadi dan rasa senang. Selain itu, informan juga mendapat pendewasaan dan melatih sikap bertanggungjawab akan suatu pilihan. Hal lain yang didapat adalah
pengetahuan, jaringan dan meluasnya pertemanan.
Informan mendapat informasi mengenai musikindie pertama kali dari pengumuman yang ditempel di kampusnya. Selanjutnya, informan mengikuti
berita-berita terbaru mengenai musikindiedari internet, majalah, dan teman.
2. Tema yang Muncul pada Seluruh Informan
Tabel 8. Tema yang Muncul pada Seluruh Informan
Kategorisasi Tema yang Muncul
Prolog Bosan denganmainstream
Berkarya sesuai yang di hati
Ekspresi diri
Bebas berkarya Subkultur (identitas diri) Diri unik
Merasa pas
Ingin berbeda
Kepuasan batin
Pengaruh teman dan komunitas Akulturasi Peran media (majalah, internet)
Informasi dari teman Hal yang dipetik/didapat Pengetahuan
Kepuasan pribadi
Jaringan/link Pertemanan
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh informan pada awalnya merasa bosan dengan musikmainstream. Selanjutnya, dengan musik
indie informan merasa dapat berkarya sesuai dengan yang dihati, dapat mewujudkan ekspresi diri, serta bebas dalam berkarya.
Seluruh informan menyatakan bahwa diri mereka adalah pribadi yang unik dan ingin berbeda dari orang lain. Hal lain adalah, informan
menginginkan adanya kepuasan batin dan kebebasan berkarya. Para informan juga menyatakan bahwa tetap ada pengaruh dari teman dan komunitas dalam mengetahui musik indie dan menentukan musik yang sesuai dengan diri mereka tersebut.
3. Tema Berbeda yang Muncul
Dari hasil wawancara pada seluruh informan, ditemukan adanya
sekelompok tema-tema berbeda yang muncul sehubungan dengan musikindie
sebagai media menyalurkan idenititas diri. Tema-tema tersebut adalah:
Keseluruhan informan menyatakan musik indie sebagai wadah untuk menyalurkan ekspresi diri dan kebebasan untuk berkarya. Namun, informan 3 dan 4 menyatakan bahwa dalam bermusik indie, timbul adanya kecintaan pada musik, komunitas, dan budayanya. Sedangkan informan 1 dan 2 tidak menyebutkan adanya kecintaan pada musik, komunitas dan budayaindie.
Terwujudnya sikap counter culture dan anti-mainstream dalam
kehidupan sehari-hari
Informan 1 dan 2 menyatakan tidak adanya wujud budaya
counter culturedan anti-mainstreamdalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada informan 3 dan 4 ada wujud counter culture dan
anti-mainstream dalam kehidupan sehari-hari walaupun diakui mereka tidak sepenuhnya.
Pembentukan karakter dari bermusikindie
Informan 3 dan 4 yang menyatakan adanya pembentukan
karakter dari bermusik. Informan 3 menyatakan adanya pematangan diri. Selanjutnya pada informan 4 dirasa adanya pendewasaan dalam dirinya.
dalam bermusik akan tetapi lebih mengarah karena bisa bermain musik dengan puas dan tanpa tekanan. Kecintaan tersebut disampaikan informan 3 dan 4, karena menurut mereka penting adanya totalitas dalam bermusik,
musik tidak sekedar tren tetapi juga menghayati idealisme musik indie itu sendiri. Selain itu, intensitas bermusik, berinteraksi dalam komunitas, dan melakukan aktivitas-aktivitas seperti siaran radio musik indie membuat informan 3 dan 4 lebih menghayati musikindiesecara mendalam.
Sikapcounter culturedan anti-mainstreamterwujud dalam keseharian informan 3 dan 4, sedangkan tidak terjadi di informan 1 dan 2. Hal ini
disebabkan mereka hidup dalam berbagai dimensi dan lingkungan yang menuntut mereka bertindak sewajarnya dan lebih luwes walaupun mereka terkadang merasa tertekan dan tidak menunjukkan diri mereka yang
sebenarnya. Informan 3 tidak mau memiliki dan menonton televisi karena televisi dianggap sebagai sumber kapitalisme. Informan 4 menggunakan sepeda sabagai kendaraan pribadi karena bertujuan untuk ramah terhadap lingkungan. Selain itu informan juga mendukung gerakan peran gender dan
vegetarian lewat menulis artikel di internet.
Informan 1 dan 2 menjelaskan bahwa musik sebagai wadah untuk berkarya dan mengekspresikan diri mereka yang sesungguhnya. Hal yang
menikmati serta menghargai kehidupan dan informan 4 menyatakan dalam dirinya karena bisa lebih bertanggungjawab dalam bersikap.
C. Pembahasan
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa adanya perbedaan antara informan 1, 2 dengan 3, 4. Perbedaan tersebut adalah informan 1 dan 2
menyatakan bahwa musik sebagai hiburan rohaniah, sedangkan informan 3 dan 4 menyatakan bahwa adanya sikap counter culture dan anti-mainstream
dalam keseharian mereka.
Informan 1 dan 2 nampak bahwa mereka menganggap musik indie
sebatas pemenuhan hiburan rohaniah. Hiburan rohaniah di sini berarti musik
indie digunakan untuk berkarya tanpa bertujuan untuk mencari uang atau nafkah dari sana. Informan 1 dan 2 menjelaskan pula bahwa musikindietidak terwujud dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini disebabkan karena mereka merasa mempunyai lingkungan yang dirasakan tidak perlu diberikan sikap anti-mainstreamdan jugacounter culture.
Informan 3 dan 4 mempunyai perwujudan budayacounter culturedan anti-mainstreamdalam kehidupan sehari-hari. Informan 3 menyatakan bahwa dirinya tidak mau menonton dan memiliki televisi. Informan 3 menyatakan
sehingga membuat informan 3 bermusik indie karena dirasa dapat bebas berkarya tanpa tuntutan.
Selanjutnya pada informan 4, dirinya mempunyai perwujudan sikap
counter culture dan anti-mainstream dalam kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut terwujud dalam penggunaan sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari walaupun informan sebenarnya mampu untuk memiliki kendaraan
bermotor. Informan merasa ada banyak hal yang harus dilawan mengenai pola tidak ramah lingkungan, yang dirasakannya makin hari semakin membesar. Informan merasa harus melakukan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan
orang lainnya. Selain menggunakan sepeda, informan juga aktif menulis artikel di internet mengenai peran gender dan vegetarian. Informan perlu melakukan hal tersebut karena ia merasa adanya ketidakseimbangan antara
pria dan wanita. Dalam hal vegetarian, informan menjelaskan bahwa dirinya ingin berusaha mencintai sesama makhluk hidup, karena menurut informan segala sesuatunya harus dimulai dari diri sendiri.
Secara keseluruhan, musik indie adalah musik yang dipilih oleh informan dalam mengekspresikan identitas diri mereka masing-masing. Keseluruhan informan menyatakan bahwa diri mereka adalah pribadi yang unik, selalu ingin berbeda, menginginkan kepuasan batin dan kebebasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan mengenai musikindiesebagai ekspresi identitas diri mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Musik indie dapat menjadi media menyalurkan identitas diri kaum muda yang unik, tidak ingin sama dengan orang lain, bebas, dan mementingkan kepuasan batin.
2. Adanya perlawanan terhadap budaya mainsteram yang tidak sesuai dengan diri kaum muda.
3. Adanya sikap counter culture dan anti-mainstream dalam kehidupan sehari-hari.
B. SARAN
1. Peneliti berharap agar penelitian selanjutnya tidak hanya terbatas pada
subkultur musik indie, akan tetapi juga mengenai subkultur lainnya atau komunitasyang lebih besar.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan agar dilakukan dalam waktu yang
lebih lama, sehingga mendapatkan hasil dan pembahasan yang lebih mendalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Andhika. (2007). Indiepop. Rise!: Yogyakarta
Boeree, C. George. (2006).Personality Theories, Yogyakarta: Prismasophie Bogdan, Robert C. (1999). Qualitative Research for Education : an
Introduction to Theory and Methods. London: Allyn dan Balcon, Inc. Creswell, John W. (2007).Qualitative Inquiry & Research Design : Choosing
Among Five Approaches.USA : Sage Publications
Flick, Uwe. (1998). An Introduction to Qualitative Research. London: Sage Publications.
Guins, Raiford. (2005). Popular Culture: A Reader. London: Sage Publications
Hebdige, D. (1979).Subculture: The Meaning of Style. London: Routledege Hurlock, Elisabeth B. (1997). Psikologi Perkembangann: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta: Erlangga
Jube. (2008). Musik Underground Indonesia : Revolusi Indie Label. Yogyakarta : Harmoni
Monks, F. J., Knoers, A. M. P. (2000). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.Jakarta : LPSP3 UI
Rey, J. (2002). More than Just The Blues: Understanding Serious Teenange Problems.Sydney: Simon&Schuster
Rez, Idhar. (2008). Music Record Indie Label: Cara Membuat Album Independent. Bandung: Mizan Media Utama
Santrock, John W. (2002). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup.Jilid I dan II. Jakarta : Erlangga
Storey, John. (2001).Cultural Theory and Popular Culture : an Introduction. England : Pearson Education Limited
Storey, John. (2010). Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalan Sutra
Strinati, Dominic. (2003).Popular Culture : Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yogyakarta : Bentang Budaya
Suyanto, Bagong. (2005). Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media
Verhaar, John W.M. (1991). Identitas Manusia: Menurut Psikologi dam Psikiatri Abad Ke-20. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
LAMPIRAN
tergabung dalam suatu band apa?Eee…kalo kita sih kalo orang banyak nyebutnya electropop gitu ya kalo alirannya. Tapi memangbasic kita dari musikindie lalu indiepop gitu. Terus..apa namanya? Ya boleh..namanya Oh, Nina! itu udah berdiri sejak 2003. Oh ya? Iya 2003. Temen sekolah gitu kan dan akhirnya berlanjut sampai sekarang.Eee..kalo tadi kan alirannya electropop ya? Kan kayaknya itu sedikit kurang terdengar. Electropop sendiri itu sebenarnya ada gak yang sih di atasnya electro pop yang, mencabangkan, maksudnya itu termasuk dalam ranah apa.Ya sebenernya electropop itu ee garis besarnya adalah musik elektronik ya. Di mana sebenernya musik elektronik itu musik yang dibuat dari suara-suara sintesis alias bukan dari instrument-instrumen nyata. Jadi kebanyakan eee computer..ya macem-macemlah selain apa alat instumen nyata itu. Jadi kalo misalnya di hitung dalam induknya apa, ya musik elektronik sebenernya. Ee..kenapa harus pake pop? Kenapa gak elektronik aja? Ya makanya itu, ntar elektronik itu cabangnya ada banyak, ada techno, ada drum and bass, ada 8 bit, ada juga musik-musik pantura dangdut koplo itu juga termasuk elektronik asli Indonesia. Nah kenapa pop, karena memang sebenarnya dari awal band kita gak ngambil eletronik cuma kita benang merah kita ada unsur pop-nya yang menghubungkan dari aliran awal sampe sekarang ini. sebenernya kan band ini berempat terus dulu kita sempet punya aliran pop rock
Bermusikindiepop
Bermusikindie
Bermusik dengan aliranindiepop
benang merah antara yang dulu dengan yang sekarang.
Kalo untuk jalurnya sendiri, apakah seperti yang sekarang yang kebanyakan atau seperti apa? Bisa diceritakan? Kalo secara aliran, kebanyakan anak muda lebih mengenal aliran elektronik semacam Goodnight Electric yang lebih temponya cepat, lebih bisa ngajak dansa gitu, kalo kita gitu memilih mengambil yang lainlah biar musik elektronik itu lebih beragam dan kita juga pengen mengatakan kepada orang lain bahwa musik elektronik itu gak sekedar musik dugem dan musik seperti Goodnight Electric.
Nah, musik yang seperti gak kebanyakan orang gak tau itu bisa dispesifikasikan seperti apa? Maksudnya kalo yang kebanyakan orang tau itu seperti apa dan yang kebanyakan orang tau itu seperti apa?
Kebanyakan orang tau kan yang sering kita lihat di media, kayak Inbox, Dahsyat, yang media itu bener men-support agar musik itu bisa didengar semua orang dan dari situ orang bisa tau, oh itu to musiknya jadi kalo yang gak banyak didengar cenderung orang-orang yang mempromosikan musiknya lewat jalur-jalur istilahnya underground gitu ya. Misalnya di copy cd sendiri,disebarin waktu ada acara-acara dan mungkin ketika dia ngasih sampel ke radio, radio itu gak mau muterin itu. Musik apa ini? padahal musik itu punya potensi untuk menjadi seperti musik yang didengarkan banyak orang.
Ingin mengatakan berbeda
Adanya jalur
underground
Keinginan mengatakan sesuatu yang berbeda dari musik lain
Melakukan promosi dengan jalur distribusi dan cara yang tidak pada umumnya, lebih mandiri
punya ide band electropop seperti sekarang?
Kalo komunitas sih dulu awal saya jarang berkumpul sama komunitas, cuma saya sering dateng ke acara komunitas kayak awal dulu acaranya Common People, acaranya Garage Party terus semakin kesini komunitas semakin banyak kalo elektronik di Jogja punya Sound boutique, terus semacam itu. Kalo komunitas sendiri saya jarang kumpul cuma saya dapet banyak info dari komunitas-komunitas semacam itu melalui lebih banyak gigs-gigs semacam itu, acara-acara saya dateng. Dan oh kayak gini toh musik-musiknya, orang-orangnya kayak gini, oh infonya yang beredar kayak gini.
Kira-kira..uhm maksudnya itu sudah berlangsung berapa lama? Tadi yang 2003 itu? Ya dari 2003. Berapa dari awal yang sebelum electropop itu ya?Iya.Oke
Sebenarnya apa sih yang membuat tertarik untuk berada dalam lingkup yang seperti ini dan memilih jalur yang seperti ini, dalam arti yang lebih banyak disukai seperti khalayak umum sekarang gitu? Ya sepemikiran saya simple sih. Itu saya bosan lihat yah gini-gini aja. Kenapa gak mencari sesuatu yang berwarna, sesuatu yang warna lain. Siapa tahu itu suatu saat bisa disenengin banyak orang gitu lho dan eee… yang kedua saya menganggap bahwa saya gak bisa maksudnya tujuan saya gak melulu bermain musik gitu lho. Jadi main musik itu sebagai hiburan rohaniah gitu istilahnya jadinya saya juga gak mungkin mencari hidup dari musik. Untuk itu, ngapain saya harus mengikuti
Berkumpul di komunitas
Bosan dengan
mainstream ; ingin mencari warna lain
Musik sebagai hiburan rohaniah
Awal mula berkumpul di komunitas
indie
Rasa bosan dengan musik
mainstream;keinginan mencari warna lain dalam bermusik
Bermain musik untuk memenuhi kebutuhan rohani
akan tidak menyukai musik yang dipilh Mas Krisna? Ya seperti apa tadi dikatakan belum banyak orang yang tahu dan sebagainya.Iya. Ketakutan itu pasti ada ya, cuma dari ketakutan itu kita jadi tahu kenapa mereka bgitu. Terus habis itu bisa jadi eee…istilahnya terus kalo orang takut kan kita bisa bikin tahu bahwa pasar kita bukan di sini selain orang-orang yang takut dengan musik itu. Mungkin dari situ kita bisa pelan-pelan membuat orang yang takut itu pelan-pelan bisa suka dan terpengaruh dengan orang-orang yang suka dengan musik yang kita buat.
Uhm…tadi yang membuat tertarik sudah. Lalu apa yang membuat Mas Krisna memutuskan untuk membuat band sendiri? Maksudnya dengan tadi yang sudah disebutkan dengan menyukai underground kan gak harus sebagai musisi dalam artian personel band, bisa juga sebagai penggagas atau penikmatnya aja? Ee…saya juga gak ngerti kenapa jadi musisi ya. Cuma sih memang dulu masih muda saya melihat orang di panggung itu dilihat cewek tuh keren, jadinya sedikit banyak kan anak muda kan pengen jadi role model di tiap kalangannya. Ya seperti itu sih, dan yang kedua hiburan rohaniah itu. Jadi terkadang ada kesenangan ketika kita bermain musik.Dan itu apakah tidak bisa didapatkan dengan memainkan musik yang kebanyak sudah dimainkan sekarang? Saya juga gak tahu karena saya jarang memainkan musik seperti yang kebanyakan dimainkan sekarang
Ingin jadirole model; Musik sebagai hiburan rohaniah; ada kesenangan
Dahulu ingin jadirole model
Musik sebagai hiburan rohaniah; merasa ada kesenangan dalam bermusik
Diam lebih kurang 5 detik
Menggerak-gerakkan tangan
tuh pak..keren. yang lain kayak gini dan kamu seperti ini, dan berani seperti ini. mungkin hal itu yang ingin saya dapatkan. Lagian uhm..saya ngerasa kalo dari musik indie, saya bisa bebas mau bermusik. Gak ada istilah harus begini atau begitu. Tapi pernah mencoba memainkan musik seperti yang kebanyakan dimainkan sekarang? Pernah dulu. Terus apakah tidak ada rasa bangga atau