• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN MODEL BELAJAR OLEH : Ushaff Priyatna JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN MODEL BELAJAR OLEH : Ushaff Priyatna JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL BELAJAR

OLEH :

Ushaff Priyatna

1325042015

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2016

(2)

Syukur Alhamdulillah Atas Kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya sehingga makalah ini dapat rampung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini adalah tugas yang diberikan dosen sebagai bukti keikutsertaan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen untuk bimbingannya sehingga penyusunan makalah menjadi lebih terarah.

Dalam penyusunan summary ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari konsep dan kelengkapan materi masih sangat kurang, oleh karena itu diharapkan saran dan kritikannnya dari teman-teman pembaca serta khususnya dari ayahanda dosen, kritik dan saran tersebut sangat berpengaruh demi kebaikan penyusunan makalah kedepannya.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.

Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .

Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku, atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi, sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.

Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR

Teori belajar merupakan teori yang dikemukakan oleh para peneliti dalam upaya mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. Dengan demikian akan membantu manusia dalam memahami karakteristik serta pendekatan-pendekatan dalam proses belajar. Secara garis besar terdapat tiga teori belajar, yaitu: Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Namun belum ada aturan yang pasti tentang teori mana yang paling baik dan paling benar akan tetapi yang lebih penting adalah teori mana yang lebih cocok diterapkan pada kondisi lingkungan tertentu. Sehingga kesimpulannya dari ketiga teori tersebut adalah sama-sama bisa diterapkan pada kondisi lingkungan tertentu yang paling sesuai dengan karakteristik belajarnya.

1. BEHAVIOURISME

Behaviorisme terdiri dari kata Behave yang berarti berperilaku dan Isme yang berarti aliran. Dilihat dari arti susunan katanya, teori belajar Behaviorisme menitikberatkan pada perubahan tingkah laku. Karakteristik esensial dari teori belajar ini adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di suatu lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun faktor internal lain yang terjadi pada diri seseorang tersebut.

Teori belajar ini terfokus pada munculnya respon terhadap berbagai stimulus. Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon adalah segala tanggapan atau reaksi yang diberikan siswa terhadap stimulus yang diberikan. Seseorang dikatakan belajar apabila mengalami perubahan tingkah laku. Oleh karena itu pengukuran terhadap stimulus dan respon merupakan hal yang penting. Disamping itu juga ada faktor lain yang dianggap penting yaitu penguatan (Reinforcement), apabila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, dan sebaliknya.

Teori Behaviorisme cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Disiplin merupakan hal yang harus dijunjung tinggi. Kegagalan dianggap sebagai seuatu kesalahan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

(5)

2. KOGNITIVISME

Menjelang berakhirnya tahun 1950-an banyak kritik yang muncul terhadap behaviorisme. Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung pada perluasannya. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.

Beberapa tokoh yang berperan dalam teori belajar ini adalah:

- Tollman yang menunjukkan bahwa belajar adalah lebih dari sekedar memperkuat respon melalui penguatan

- Jerome Bruner yang memiliki gagasan berdasarkan kategorisasi “memahami adalah kategorisasi, konseptualisasi adalah kategorisasi, belajar adalah membentuk kategori-kategori, membuat keputusan adalah kategorisasi.”

- Noam Chomsky yang berpendapat bahwa otak manusia memiliki “hardware” untuk bahasa sebagai hasil dari evolusi

- Piaget yang memiliki asumsi dasar kecerdasan manusia dan biologi organism berfungsi dengan cara yang sama. Keduanya adalah sistem terorganisasi yang secara konstan berinteraksi dengan lingkungan

- Vygotsky yang berpendapat bahwa ada perbedaan antara konsep dan bahasa ketika seseorang masih belia, tetapi seiring berjalannya waktu keduanya akan menyatu. Bahasa mengekspresikan konsep, dan konsep digunakan dalam bahasa. Kognitivisme sering mengambil contoh pemrosesan informasi dalam komputer sebagai model (teori pengolah informasi). Belajar dipandang sebagai proses dari input, dikelola dalam short term memory, dan dikirim dalam long term memory untuk dapat dipanggil pada saat diperlukan. Belajar adalah mengubah pemahaman dan struktur menjadi lebih teratur dan jelas karena adanya otak yang mengolah informasi.

3. KONSTRUKTIVISME

Dalam perkembangannya, arus kognitivisme bergeser ke arah konstruktivise. Konstruktivisem memandang bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri. Siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Guru yang dipandang sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, hendaknya mengetahui tingkat kesiapan anak dalam menerima pelajaran, termasuk memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Apabila Behaviorisme dan kognitivisme memandang pengetahuan sebagai suatu yang eksternal dan proses belajar sebagai kegiatan internalisasi pengetahuan maka konstruktivisme beranggapan bahwa pebelajar bukanlah bejana yang kosong untuk

(6)

selanjutnya diisi dengan pengetahuan. Melainkan, pebelajar adalah organisme aktif yang berusaha menciptakan makna. Pebelajar memilih cara belajarnya sendiri. (Driscoll: 2000)

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Konsep model pembelajaran konektivisme mempunyai beberapa aliran, yaitu: a. Pendekatan Piaget

b. Konstruktivisme Pribadi c. Konstruktivisme Radikal d. Konstruktivisme Sosial

Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis :

- Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya

- Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia

- Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman

- Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain

- Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.

- Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.

- Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara. - Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.

(7)

4. HUMANISTIK

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.

Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.

Teori humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang diinginkan karena tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan.

(8)

B.

IMPLIKASI MODEL BELAJAR DALAM PRAKSIS PEMBELAJARAN

1. Implikasi Teori Belajar Behaviorisme

Aplikasi teori belajar behavioristik dalam model belajar-mengajar menunjukkan bahwa perbedaan individual akan mempengaruhi keputusan-keputusan metodologi guru. Prinsip prinsip “operant conditioning” dan analisa tugas terlaksana dengan berhasil pada berbagai ragam murid di berbagai situasi belajar. Agar proses belajar mengajar mencapai keberhasilan, maka modifikasi tingkah laku dapat digunakan oleh guru untuk pengelolaan kelas, karena memberikan prinsip-prinsip kelakuan guru yang efektif.

· Pengajaran terprogram

Pengajaran terprogram menerapkan prinsip-prinsip “operant conditioning” yang berusaha memajukan belajar dengan:

 Memerinci bahan pelajaran menjadi unit-unit kecil  Memaksa murid mereaksi unit-unit kecil itu.

 Memberitahukan hasil belajar secara langsung, dan  Memberi kesempatan untuk bekerja sendiri.

· Program Pengajaran Individual

Prinsip-prinsip pengajaran terprogram telah diterapkan pula dalam program-program pengajaran individual. Program pengajaran individual disusun dalam bentuk unit-unit belajar-mengajar dengan rumusan tujuan, bahan pelajaran, dan cara-cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tiap-tiap unit belajar mengajar dimulai dengan tujuan belajar yang akan dicapai, baru kemudian aktivitas belajarnya. Aktivitas belajar terdiri atas bahan-bahan pelajaran, pertanyaan tes, dan pertanyaan-pertanyaan.

· Analisis Tugas

Komponen-komponen pengajaran yang penting menurut pandangan behaviorisme adalah kebutuhan akan analisis tugas yaitu:

 merumuskan tugas atau tujuan belajar secara behavioral  membagi “task” menjadi “subtasks”

 menentukan hubungan dan aturan logis antara “subtasks”

 menetapkan bahan dan prosedur pengajaran tiap-tiap “subtasks”  memberi “feedback” pada setiap penyelesaian “subtasks” atau

tujuan-tujuan tiap kompetensi dasar.

2. Implikasi Teori Belajar Kognitif

Teori Piaget menjelaskan hubungan antara perbedaan individual, tujuan instruksional, prinsip belajar, dan metode mengajar. Berkaitan dengan perkembangan kognitif anak, ada dua pendekatan tentang readiness, yaitu tingkat perkembangan fungsi-fungsi kognitif dan pengetahuan anak pada mata pelajaran. Dua pendekatan itu akan memberikan pemahaman tentang perencanaan pendidikan yang tepat. Metode belajar discovery dan reception memberikan tambahan pengertian tentang cara-cara untuk mencapai tujuan. Dan tidak semua metode mengajar cocok untuk membantu siswa untuk

(9)

mencapai tujuan. Mengajar yang baik adalah melibatkan kecakapan dalam menentukan metode yang efektif.

Piaget, mengemukakan tentang perkembangan kognitif anak sesuai dengan perkembangan usia (= a cognitive developmental perpective). Prinsip teori Piaget dalam praktek pembelajaran dipaparkan berikut.

 Belajar aktif. Dalam kaitan ini ditekankan bahwa untuk membantu perkembangan kognitif anak, perlu diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, dengan misalnya melakukan percobaan, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya dan sebagainya.

 Belajar lewat interaksi sosial. Lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan bervariasi dan mengarah pada banyak pandangan dengan macam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.

 Belajar akan lebih berkesan lewat pengalaman sendiri.

3. Implikasi Teori Konstruktivisme Terhadap Pembelajaran

Pendekatan konstruktivisme mementingkan pengembangan lingkungan belajar yang meningkatkan pembentukan pengertian dari prespektif ganda, dan informasi yang efektif atau control eksternal yang teliti dari peristiwa-peristiwa sswa yang ketat, dihindari sama sekali. Untuk maksud tersebut, guru perlu melalukan hal-hal berikut: menyajikan masalah-masalah actual kepada siswa dalam konteks yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, pembelajaran distruktur di sekitar konsep-konsep primer, member dorongan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sendiri, memberikan siswa untuk menemukan jawabann dari pertanyaan sendiri, memberanikan siswa mengemumakan pandapat dan menghargai sudut pandangnya, menganjurkan siswa bekerja dalam kelompok, dan menilai proses dan hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.

Model Pembelajaran dari Teori Konstruktivisme diantaranya :

Discovery Learning

Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Model pembelajaran ini mengubah kondisi siswa yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented menjadi student oriented. Model ini juga mengubah dari modus rxpository siswa ke modus discovery yang menuntut siswa secara aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru.

Reception Learning

Model reception learningmenuntut guru menyiapkan situasi belajar, memilih materi-materi yang tepat untuk siswa, dan kemudian menyampaikan dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari umum ke hal-hal yang terperinci. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan.

(10)

Assisted Learning

Assisted learning mempunyai peran sangat penting bagi perkembangan individu. Menurut Vygotsky, perkembangan kognitif terjadi melalui proses interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya. Orang lain disebut sebagai pembimbing atau guru.

Active Learning

Active learning merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan system pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Belajar aktif merupakan strategi belajar yang diartikan sebagai proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan potensi siswa, baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal.

 Kontekstual Learning

Pembelajaran kontekstuallearningmerupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.

4. Implikasi Teori Belajar Humanistik

Para guru cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah pewarisan kebudayaan, pertanggung jawaban sosial, dan bahan pengajaran yang khusus. Mereka percaya bahwa masalah ini tak dapat diserahkan begitu saja kepada siswa dan siswi. Pada tipe ini, guru memberikan tekanan akan perlunya sesuatu rencana pelajaran yang telah disiapkan dengan baik, materi yang tersusun dengan logis, dan tujuan instruksional yang telah ditentukan, dan mereka mempunyai kecenderungan untuk “memper-oleh jawaban yang benar”. Guru lebih menyukai pada suatu pendekatan sistematik yang memanfaatkan pengetahuan hasil penelitian pada kondisi-kondisi belajar yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai hasil yang telah ditentukan.

Beberapa karakteristik peran pendidik humanistik dikemukakan berikut :

 Guru memfasilitasi siswa mempelajari dirinya sendiri, memahami perasaan dan tindakan yang dilakukannya

 Guru mengenali harapan dan imajinasi siswa sebagai bagian penting dari kehidupan siswa dan memfasilitas proses saling bertukar perasaan.

 Guru memperhatikan bahasa ekspresi non verbal, seperti gesture dan suara. Melalui ekspresi non verbal ini beberapa keadaan perasaan dan sikap dikomunikasikan oleh siswa.

 Guru menggunakan permainan, improvisasi, dan bermain peran sebagai cara untuk menstimulasi perilaku yang dapat dipelajari dan diubah.

(11)

 Guru memfasilitas belajar dengan menunjukkan secara eksplisit tentang bagaimana prinsip-prinsip dasar dinamika kelompok sehingga siswa dapat lebih bertanggung jawab untuk mendukung belajar mereka.

Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

(12)

A. Kesimpulan

Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

a. Menurut teori behaviorisme, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar diri subyek.

b. Kognitivisme memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

c. Menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial.

d. Implikasi teori belajar Humanistik teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.

(13)

Syarif Hidayat. 2013. Teori dan Prinsip Pendidikan, Penerbit PT Pustaka Mandiri, Tempat Tanggerang.

Ratna Wilis Dahan, 2012. Teori – Teori Belajar Dan Pembelajaran. Penerbit PT Erlangga, Tempat Jakarta.

Baharuddin, .2012. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Penerbit PT AR-RUZZ MEDIA, Tempat Jokjakarta.

________.2013. Artikel, Implikasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran.Diakses pada tanggal 2 April 2016 dari :

http://rajinbelajar22.blogspot.co.id/2013/12/implikasi-teori-belajar-dalam.html

________.2013. Artikel, Implikasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran. Diakses pada tanggal 2 April 2016 dari :

http://muhammadilmiardi12005232.blogspot.co.id/2013/12/implikasi-teori-belajar-terhadap.html

________.2014. Artikel, Teori Belajar Konstruktivisme. Diakses pada tanggal 2 April 2016 dari :

http://indrierb.blogspot.co.id/2014/01/teori-belajar-konstruktivisme-dan.html

________.2015. Artikel, Teori Belajar Dan Pembelajaran. Diakses pada tanggal 2 April 2016 dari :

http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/11/teori-belajar-dan-pembeajaran.html

________.2015. Artikel, Teori Belajar Dan Implikasinya Terhadap Evaluasi Pendidikan. Diakses pada tanggal 2 April 2016 dari :

Referensi

Dokumen terkait

akan membawa perubahan dan kemajuan pada dirinya. Ada tujuh ciri minat siswa yang dikemukakan oleh Harlock bahwa ciri tersebut adalah sebagai berikut: 1. Minat tumbuh

musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan.  Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di wilayah. Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Recently one of the authors [ 7 ] showed that the number of binary words avoiding abelian fourth powers grows exponentially with length1. In the following article we “finish off”

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang eksplorasi dan uji efektivitas cendawan antagonis yang berasal dari rizosfer tanaman padi terhadap pertumbuhan

4.2 Produk Kecap Ikan dalam Perspektif Islam Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh konsentrasi sari buah nanas dan lama fermentasi kecap ikan lemuru Sardinella longiceps

Langkah berikutnya mengaktifkan DHCP Server pada WLAN, langkah-langkah yang dilakukan sama persis dengan memberikan DHCP Server pada setiap interface.... Langkah berikutnya

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Locus of Control dan kompleksitas tugas mempengaruhi kinerja internal auditor dan budaya Tri Hita Karana sebagai