• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO

DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP HARGA

SAHAM PADA INDUSTRI ROKOK

DI BURSA EFEK INDONESIA

Rizki Tresiana Putri rizkitresiana@gmail.com

Budhi Satrio

hasta.budhisatrio@gmail.com

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the influence of debt to equity ratio, price earnings ratio, and dividend payout ratio both simultaneously or partially to the stock price. The research data is using secondary data which is obtained from cigarrettes companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange and it is analyzed by using regression analysis. The result of simultaneous test shows that debt to equity ratio, price earnings ratio, and dividend payout ratio variable simultaneously have significant influence to the stock price. This results indicates that the fluctuation of the stock price at cigarettes companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange depend on the fluctuation debt to equity ratio, price earnings ratio, and dividend payout ratio level which are owned by each company. This result is supported by the acquisition of correlation coefficient is 78.8% which shows the relationship between independent variable simultaneously to the stock price has strong relations. The result of partial test shows that only debt equity ratio variable which has significant influence to the stock price, so it needs to have more attention from the prospective investors.

Keywords: Debt To Equity Ratio, Price Earnings Ratio, and Dividend Payout Ratio, Stock Price.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio, price earning ratio, dan

dividend payout ratio baik secara simultan maupun parsial terhadap harga saham. Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari industri rokok di Bursa Efek Indonesia dan dianalisis dengan analisa regresi. Hasil pengujian simultan menunjukkan variabel debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividend payout ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya harga saham pada industri rokok di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat debt to equity ratio, price earning ratio, dan

dividend payout ratio yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Hasil ini diperkuat dengan perolehan koefisien korelasi sebesar 78,8% yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebutsecara bersama-sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang kuat. Hasil uji secara parsial menunjukkan hanya variabel debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, sehingga perlu mendapat perhatian dari calon investor.

Kata Kunci:Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio, dan Dividend Payout Ratio, Harga Saham.

PENDAHULUAN

Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public auhorities (pihak berwenang), maupun perusahaan swasta (Husnan, 2001:3).

(2)

Salah satu bentuk efek yang paling dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Bagi investor, saham merupakan salah satu pilihan investasi yang cukup likuid karena mudah diperjualbelikan, disamping itu akan menghasilkan deviden dan capital gain dan loss. Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, dan Laporan arus kas yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena informasi ini menunjukkan prestasi perusahaan pada periode tersebut.

Rasio-rasio keuangan perusahaan juga diperhatikan oleh calon para pemegang saham sebelum mereka memutuskan untuk menginvestasikan modalnya didalam suatu perusahaan tertentu. Salah satu rasio keuangan yang diperhatikan adalah Debt to Equity Ratio (DER) yaitu mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini dapat menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tidak tertagihnya hutang. Resiko perusahaan dengan Debt to Equity Ratio yang tinggi akan berdampak negatif pada harga saham yang menyebabkan harga saham mengalami penurunan.

Price Earning Ratio (PER) menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar persatuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadi instrumen yang cukup penting. Menurut Husnan (2001), apabila pasar modal efisien, Price Earning Ratio akan mencerminkan laba perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan pemodal.

Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio (DPR) yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai,artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap eksis dan berkembang.

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “apakah

Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio

Dan

Dividend Payout Ratio

secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada Industri

Rokok Di Bursa Efek Indonesia serta manakah diantara

Debt To Equity Ratio, Price Earning

Ratio

Dan

Dividend Payout Ratio

berpengaruh dominan terhadap harga saham pada Industri

Rokok Di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

“untuk mengetahui secara simultan maupun parsial signifikansi pengaruh

Debt To Equity

Ratio, Price Earning Ratio

dan

Dividend Payout Ratio

terhadap harga saham pada Industri

Rokok Di Bursa Efek Indonesia serta untuk mengetahui pengaruh dominan diantara

Debt To

Equity Ratio, Price Earning Ratio

dan

Dividend Payout Ratio

terhadap harga saham pada

Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia”.

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di depan, maka penulis akan mengamati “Pengaruh Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio Dan Dividend Payout Ratio Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia”.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan. Kehadiran pasar modal sebagai salah satu mobilisasi

(3)

dana masyarakat, sangat berperan aktif dalam pengumpulan dana investasi. Pasar modal juga merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan dan merupakan sarana pendanaan bagi perusahaaan maupun institusi lain (pemerintah) serta sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi sarana dan prasarana jual beli instrumen keuangan jangka panjang.

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. (Tandelilin,2001:13).

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:4) pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara efek.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat transaksi jual beli surat berharga dengan memakai jasa perantara efek.

Peranan Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Menurut Sunariyah (2003:9) peran pasar modal dibagi menjadi 2 aspek yaitu:

a. Aspek mikro

1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.

2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil yang diharapkan.

3) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.

4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. b. Aspek makro

1) Fungsi Tabungan

Nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang, untuk mempertahankan nilai sejumlah uang yang dimiliki maka perlu mempertimbangkan agar kerugian yang bakal dideritanya tetap minimal. Dengan melihat gambaran tersebut, maka perlu memikirkan alternatif menabung ke wilayah lain yaitu investasi.

2) Fungsi Kekayaan

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan tidak mengalami depresiasi (penyusutan). Sebagai contoh mobil, gedung, kapal laut, semakin bertambah umur kekayaan tersebut akan semakin besar nilai penyusutannya.

(4)

3) Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lainnya. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat.

4) Fungsi Pinjaman

Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah.

Manfaat Pasar Modal

Adapun manfaat pasar pasar modal dapat ditinjau dari segi perusahaan (emiten), investor, lembaga penunjang dan pemerintah, (Sartono; 2003 : 38).

a. Bagi perusahaan (emiten)

1) Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar dan dapat sekaligus diterima oleh emiten pada saat pasar perdana.

2) Tidak ada covenant sehingga manajemen dapat lebih bebas (mempunyai kekuasaan) dalam mengelola dana yang diperoleh perusahaan.

3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga dapat memperbaiki citra perusahaan dan ketergantungan terhadap bank kecil dan jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.

4) Cash Flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar dari pada harga nominal perusahaan.

5) Tidak ada beban finansial yang tetap, profesionalisme manajemen meningkat. b. Bagi pemodal (investor)

1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi, peningkatan tersebut akan tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

2) Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden, dan sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga setiap tahun.

3) Bagi pemegang saham mempunyai hak suara dalam RUPS dan hak suara dalam RUPO bagi pemegang obligasi.

4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi.

5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk memperkecil risiko secara keseluruhan dan memaksimumkan keuntungan.

6) Kehadiran pasar modal memperbaiki pilihan investasi, sehingga kepastian akan return akan semakin besar.

c. Bagi lembaga penunjang

Berkembangnya pasar modal akan mendorong perkembangan lembaga penunjang lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing- masing dan munculnya lembaga penunjang baru sehingga semakin bervariasi, likuiditas, efek semakin tinggi.

d. Bagi pemerintah

1) Sebagai sumber pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga tidak lagi tergantung pada subsidi dari pemerintah.

2) Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen dituntut untuk lebih profesional.

(5)

3) Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja.

Hal senada juga dikemukakan oleh Anoraga dan Pakarti, (2001:17) manfaat pasar modal dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bagi perusahaan (emiten)

Pasar modal merupakan wahana untuk pemenuhan modal perusahaan. Permodalan merupakan masalah utama yang biasa dihadapi setiap perusahaan dalam mengembangkan usaha walaupun dunia perbankan dan lembaga keuangan lain telah menyediakan dan membuka kesempatan kepada setiap pengusaha, namun tidak semua perusahaan memperoleh kesempatan karena adanya keterbatasan jaminan dan agunan.

b. Bagi investor

Pasar modal merupakan salah satu alat penyaluran dana (investasi), selain deposito dan instrumen simpanan lainya. Kehadiran pasar modal yang menerbitkan saham, obligasi, dan sekuritas memperbanyak pilihan investasi, jelas membuka kesempatan lebih mengoptimalkan perolehan dari dana yang dimilikinya.

c. Bagi pemerintah

Dengan berkembangnya pasar modal perusahaan-perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, hal ini akan sejalan dengan tujuan pemerataan pembangunan yaitu:

1) Membuka kesempatan kerja, karena dana yang diperoleh perusahaan yang go public digunakan untuk memperluas jaringan usahanya jelas kondisi ini dapat membuka adanya kesempatan kerja.

2) Mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat (pemodal perorangan),

karena memberikan kesempatan kepada masyrakat memiki saham yang selama ini dimiliki oleh keluarga tertentu atau pengusaha kaya saja.

3) Pendayagunaan secara optimal dana yang dimiliki oleh masyarakat untuk

dimanfaatkan dalam mendorong pembangunan karena keterbatasan pembiayaan pembangunan dari sektor pemerintah diharapkan dapat dipenuhi dari masyarakat atau swasta sendiri.

Investasi

Pengertian Investasi

Di era modern sekarang ini investasi merupakan kegiatan ekonomi yang sudah menjadi trend bagi masyarakat karena banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam kegiatan tersebut misalnya pendapatan yang lebih besar, kehidupan yang lebih layak di masa datang, mengurangi tekanan inflasi, dorongan untuk menghemat pajak dan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Menurut Moeljadi (2006:121) investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat ini dengan harapan dapat menghasilkan arus dana pada masa datang yang jumlahnya lebih besar dari pada jumlah dana yang dilepaskan pada saat investasi awal.

Sedangkan menurut Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan penanaman sejumlah dana atau sumber daya lain yang memiliki nilai lebih untuk dikorbankan dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang.

(6)

Jenis Investasi

Menurut Moeljadi (2006:121) jenis-jenis investasi dapat ditinjau dengan dua pendekatan meliputi:

a. Ditinjau dari ruang lingkup usahanya, investasi dibagi menjadi dua yaitu: 1) Investasi pada aktiva nyata (real assets atau real investment).

Misalnya untuk pendirian pabrik-pabrik, pendirian hotel/restoran, perkebunan. 2) Investasi pada aktiva keuangan (financial investment).

Seperti pembelian surat-surat berharga baik berupa saham maupun obligasi. b. Ditinjau dari segi kepastian memperoleh keuntungan, investasi dapat dibagi menjadi

dua yaitu:

1) Investasi bebas risiko (Free Risk Invesment)

Investasi yang akan memperoleh keuntungan secara pasti, seperti pembelian obligasi.

2) Investasi yang berisiko (Risk Invesment)

Investasi yang ditunjukkan bagi pembelian saham biasa.

Halim dan Hanafi (2003:4) mengemukakan hal senada bahwa pada umumnya investasi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Investasi pada financial asset

Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang. Misalnya berupa sertifikat deposito, comercial paper, surat berharga dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, waran, dan opsi.

b. Investasi pada real asset.

Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian aset yang produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Dalam investasi ada dua hal mendasar yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko investasi. Hubungan tingkat investasi dengan risiko adalah searah, artinya semakin tinggi risiko suatu investasi semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, demikian sebaliknya. Oleh karena itu sebelum melakukan investasi, investor berusaha melakukan penilaian antara tingkat keuntungan dengan risiko investasi.

Tujuan Investasi

Menurut Tandelilin (2001:4) Tujuan investasi secara luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Sedangkan tujuan secara khusus adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaannya akibat pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Saham

Pengertian Saham

Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal. Saham juga merupakan suatu bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan

(7)

yang menerbitkan saham. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001:58) menyatakan bahwa saham adalah surat berharga sebagai penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Menurut Sunariyah (2003 : 30), saham adalah penyertaan modal suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten, pemilik saham merupakan pemilik sebagaian dari perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:6) saham (stock atau share) didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud saham adalah suatu surat bukti kepemilikan terhadap perusahaan.

Jenis Saham

Saham merupakan bentuk surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Secara umum saham yang dikenal sehari- hari adalah saham biasa (common stock).

Jenis saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (Tandelilin, 2001 : 18). a. Saham Biasa (common stock)

Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak atas kepemilikan atas aset -aset perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham biasa mempunyai hak suara (voting right)

Untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

b. Saham preferen (Preferen Stock)

Saham preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa. Saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapatkan hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan hutang. Perbedaannya dengan saham biasa adalah bahwa saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa. Menurut Jogiyanto (2004: 73-74), bahwa pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak, diantaranya :

a. Hak kontrol

Pemegang saham mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti mempunyai hak untuk memilih pemimpin perusahaan.

b. Hak untuk menerima pembagian keuntungan

1) Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali kedalam perusahaan. Laba yang ditahan ini merupakan sumber dana intern perusahaan untuk digunakan sebagai modal kerja.

2) Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.

(8)

c. Hak preemptive

Hak preemptive merupakan hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai suatu saham.

Keuntungan dan Risiko Memiliki Saham

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:11) Pada dasarnya keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham, yaitu :

a. Dividen

Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

b. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

c. Saham Bonus

Merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana. Agio saham dapat dikembalikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus.

Sedangkan resiko bagi pemilik saham biasa yaitu: a. Tidak Mendapat dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.

b. Capital Loss

Para pemodal tidak selalu mendapatkan capital gain, ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli.

c. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi

Jika suatu perusahaan bangkrut, maka akan berdampak secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Pada kondisi perusahaan dilikuidasi pemegang saham menempati posisi lebih rendah dari kreditur artinya setelah semua aset perusahaan dibagikan kepada kreditur terlebih dahulu kemudian jika masih ada sisa baru dibagikan kepada pemegang saham.

d. Delisting

Suatu saham dihapus dari daftar saham yang diperdagangkan di Bursa Efek yang umumnya karena kinerja yang buruk. Saham yang Delisting masih bisa diperdagangkan namun diluar Bursa Efek dengan konsekuensi tidak ada patokan harga yang jelas dan jika terjual harga dari saham tersebut turun jauh dari harga sebelumnya.

e. Suspend Saham

Penghentian perdagangan saham oleh otoritas bursa efek sehingga saham tidak dapat dijual sampai Suspend tersebut dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat satu atau dua sesi perdagangan. Hal ini dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang sangat tinggi.

(9)

Nilai Saham

Penting bagi Investor mengetahui nilai saham dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham. Investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Jika nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued) sehingga investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsik, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued) dan investor sebaiknya membeli saham tersebut.

Menurut Jogiyanto (2004:82) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik, yang digunakan untuk mengetahui saham- saham mana yang murah (undervalued), wajar dan mahal (overvalued).

a. Nilai buku

Nilai buku merupakan nilai saham yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai buku suatu saham dapat dihitung dari nilai nominal, agio saham, modal yang disetor dan laba yang ditahan.

b. Nilai pasar

Nilai pasar adalah nilai saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang berlaku di pasar bursa.

c. Nilai intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi dari perusahaan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini, biasanya para investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Dan jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsiknya, maka saham tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi seperti ini para investor mengambil keputusan untuk membeli saham tersebut.

Harga Saham

Harga saham diartikan sebagai harga pasar (market value) yaitu harga saham yang ditentukan oleh mekanisme pasar modal. Penetapan harga saham dalam proses kegiatan emisi saham oleh suatu perusahaan emiten merupakan hal yang sangat penting, karena proses ini mempengaruhi proses dari suatu emisi itu sendiri.

Secara teoritis, harga suatu saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Oleh karena itu, untuk menaksir harga saham yang wajar hanya dapat dilakukan dengan tepat bila arus kas yang akan diterima tersebut dapat diestimasikan secara tepat pula. Dalam praktik tidak ada satu cara yang dapat memberikan hasil estimasi terbaik terhadap keadaan masa depan yang mengandung unsur ketidakpastian. Untuk keperluan analisis saham, telah dikembangkan beberapa pendekatan dalam penilaian dan penetuan harga saham. Analisis terhadap harga saham meliputi analisis fundamental dan analisis teknikal.

Menurut Sunariyah (2003 : 170), harga saham diartikan sebagai harga saham (market value) yaitu harga saham yang ditentukan oleh mekanisme modal. Harga saham pada hakikatnya merupakan penerima besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham dipasar sekunder bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli atau penjual tentang kondisi internal dan eksternal.

(10)

Harga saham merupakan fungsi nilai perusahaan. Dengan demikian, seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat diketahui dengan mempelajari hubungan antara pergerakan harga saham dengan keberadaan informasi tersebut.

Menurut Setyaningsih (2001:4) Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan membeli dan menjual yang menyelenggarakan transaksi di Bursa Efek. Pertimbangan itu mencakup kebijakan internal perusahaan, situasi dan kebijakan perekonomian, kondisi dunia usaha serta kemampuan menganalisis sekuritas.

Analisis Harga Saham

Secara umum untuk menilai dan memprediksi harga saham, dapat menggunakan dua metode analisis yakni:

1. Analisis Fundamental

Menurut Husnan (2001:315) analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (seperti: laba, deviden, penjualan dan sebagainya).

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001:108) analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Analisis ini disebut juga company analysis karena menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, kegiatan operasional dan prospeknya dimasa yang akan datang.

2. Analisis Teknikal

Menurut Tandelilin (2001:248) menyatakan bahwa analisis teknikal mendasarkan diri pada data-data pasar pada masa lalu sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham dimasa yang akan datang.

Menurut Sunariyah (2003:349) Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indek harga saham gabungan, dan individu serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Asumsi-asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah:

a. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran. b. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor rasional

maupun faktor yang tidak rasional.

c. Harga-harga sekuritas secara individu dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung

bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif panjang.

d. Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan

permintaan dan penawaran.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

Debt to Equity Ratio (DER) mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini dapat menggambarkan struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tidak tertagihnya hutang.

Resiko perusahaan dengan Debt to Equty Ratio yang tinggi akan berdampak negatif pada harga saham yang menyebabkan harga saham perusahaan mengalami penurunan. Semakin tinggi Debt to Equty Ratio maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Meskipun begitu menurut Damodaran (2001:706) perusahaan dengan leverage yang tinggi cenderung memberi dividen

(11)

yang kecil dibanding perusahaan dengan leverage yang rendah, karena mereka memiliki kewajiban untuk menggunakan pendapatan mereka untuk membayar tagihan hutang. Leverage dapat mempengaruhi dividen, oleh karena itu akan mempengaruhi pendapatan saham perusahaan juga.

Debt to Equity Ratio mempunyai dampak buruk bagi perusahaan yang lebih banyak menggunakan hutang dalam kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi hutang perusahaan akan mengurangi return yang diperoleh. Dalam kondisi resesi, perusahaan leverage akan mengalami kerugian karena perusahaan membutuhkan kas untuk membayar hutang dan mendapatkan modal dan menyebabkan pemberi pinjaman menaikkan suku bunga, sehingga hutang meningkat, dan hal ini semakin mengurangi return yang diperoleh investor.

H1: Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham

Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar dari setiap lembar saham terhadap pendapatan perlembar saham. Price Earning Ratio akan memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan pada periode tertentu.

Price Earning Ratio menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar persatuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadi instrumen yang cukup penting. Menurut Husnan (2001), apabila pasar modal efisien, Price Earning Ratio akan mencerminkan laba perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan pemodal. Kondisi ini tentu saja akan membuat ketertarikan tersendiri bagi investor. Price Earning Ratio yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan dimasa mendatang cukup baik, sehingga investor akan bersedia untuk menanamkan modalnya karena dengan tingginya Price Earning Ratio maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan investor, dimana akan berdampak pada kenaikan harga saham maupun kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. Sebaliknya Price Earning Ratio yang rendah menunjukkan prospek perusahaan dimasa mendatang kurang baik sehingga investor tidak akan mendapatkan return saham yang tinggi.

H2: Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham

Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap Harga Saham

Dividen Payout Ratio merupakan rasio yang menunjukkan prosentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk kas dividen. Semakin besar Dividen Payout Ratio maka akan semakin tinggi harga saham tersebut.

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan dalam perusahaan sebagai retained earning (Riyanto, 2001). Semakin tinggi Dividen Payout Ratio maka investor atau pemegang saham akan semakin diuntungkan tapi di sisi lain akan memperkecil laba ditahan. Kebijakan dividen ini merupakan kebijakan yang sangat sulit, karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan keuntungan kepada para pemegang saham atau menahannya, dan jika dibagikan maka berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividen. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut maka perusahaan harus menempuh kebijakan dividen yang optimal.

Jika perusahaan menaikkan Dividen Payout Ratio maka harga saham juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan kebijakan dividen dapat memberi kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang (Riyanto, 2001). Namun, jika Dividen Payout Ratio dinaikkan maka akan semakin

(12)

sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah di masa mendatang dan ini akan menekan harga saham (Brigham dan Houston, 2001). Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan pada para pemegang saham, dan laba yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Riyanto (2001), menurutnya Dividen Payout Ratio merupakan prosentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen tunai.

H3: Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap Harga Saham METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 3 perusahaan, dengan mengambil laporan keuangan selama tahun 2008-2012. Sedangkan jenis sampel yang digunakan dalam memecahkan masalah ini adalah sampling jenuh atau saturation sampling yaitu seluruh populasi diteliti dikarenakan jumlah populasi sedikit, maka dapat diteliti semua.

Adapun sampel yang diteliti adalah perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia, yaitu :

1. PT. Bentoel International Investama, Tbk (RMBA) 2. PT. Gudang Garam, Tbk (GGRM)

3. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (HMSB)

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1.

Variabel Terikat HargaSaham (Y)

Merupakan harga perlembar saham dari saham-saham perusahaan rokok dalam periode 2008-2012. Variabel ini diukur dengan menggunakan harga saham penutupan (closing price) di akhir tahun pada saat tutup buku, dengan periode waktu penelitian dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

2.

Variabel Bebas (X)

a. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (X1) merupakan rasio untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan hutang yang dimilki oleh perusahaan dengan cara menghitung perbandingan antara total hutang dengan total modal. Debt to Equity Ratio dapat dihitung dengan menggunakan :

Total Hutang

DER = ––––––––––––––––––––– X 100% Total Ekuitas

b. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (X2) merupakan perbandingan antara harga pasar dari setiap lembar saham terhadap pendapatan perlembar saham (Earning per Share). Price Earning Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Harga Saham Per Lembar

PER = ––––––––––––––––––––– X 100% Laba Per Lembar Saham

(13)

c. Dividen Payout Ratio (DPR)

Dividen Payout Ratio (X3) merupakan rasio yang menunjukkan prosentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk cash dividen. Dividen Payout Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Dividen Per Share

DPR= ––––––––––––––– X 100% Earning Per Share

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji pengaruh dari rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dilakukan uji F (F Test atau pengujian secara simultan) dan uji t (T Test atau pengujian secara parsial). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS.

a. Melakukan Uji Secara Simultan (Uji F) 1) Uji hipotesis F (Uji pengaruh simultan)

a) Formulasi Hipotesis

- Ho; X1 = X2 = X3 = 0, menunjukkan variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- Ho; X1 ≠ X2 ≠ X3 ≠ 0 menunjukkan variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

b) Pilihan Uji statistik dengan metode regresi berganda. c) Menetapkan tingkat signifikansi yaitu 5 persen. d) Menetapkan kriteria pengujian hipotesis.

- Jika nilai signifikansi Uji F > 0.05, maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti rasio keuangan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- Jika nilai signifikansi Uji F < 0.05, maka H0 berhasil ditolak yang berarti rasio keuangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

e) Menarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang dilakukan.

2) Koefisisen Korelasi

Regresi linear berganda untuk melihat hubungan antara variabel terikat (variabel yang dijelaskan) dan variabel bebas (variabel yang menjelaskan). Dalam melakukan analisis masalah ini akan digunakan suatu analisis, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang dimaksud dengan analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan melalui proses analisis. Sedangkan analisis kuantitatif merupakan suatu analisis yang dilakukan melalui suatu proses pengukuran data secara statistik. Analisis secara statistik akan digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara variabel–variabel bebas terhadap variabel terikat.

3) Koefisien Determinasi (R Square)

Semakin besar R2 berarti semakin tepat persamaan perkiraan regresi linear tersebut dipakai sebagai alat prediksi, karena variasi perubahan variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas. Apabila nilai R2 semakin dekat dengan satu, maka perhitungan yang dilakukan sudah dianggap cukup kuat dalam menjelaskan variabel bebas dengan variabel terikat.

(14)

b. Melakukan Uji Secara Partial (Uji t)

1) Formulasi Hipotesis

- Ho; X1 = X2 = X3 = 0 Berarti variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- Ho; X1 ≠ X2 ≠ X3 ≠ 0 Berarti variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2) Pilihan uji statistik dengan metode regresi berganda. 3) Menetapkan tingkat signifikansi yaitu 5 persen. 4) Menetapkan kriteria pengujian hipotesis

- Jika nilai signifikansi Uji t > 0.05, maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti variabel rasio fundamental secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- Jika nilai signifikansi Uji t < 0.05, maka H0 berhasil ditolak yang berarti rasio fundamental secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 5) Menarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang dilakukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

1. Debt to Equity Ratio

Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Semakin besar Debt To Equity Ratio menandakan struktur pemodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang dari pada modal sendiri.

Tabel 1

Tingkat Debt To Equity RatioPerusahaan Rokok Tahun 2008-2012

Sumber Data : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok

(Rp)

(Rp)

(%)

(a)

(b)

(c) = (a)/(b)

2008

2.725.331

1.730.201

157,52

2009

2.547.293

1.755.366

145,11

2010

2.773.070

2.129.527

130,22

2011

4.086.673

2.247.284

181,85

2012

4.949.611

2.094.736

236,29

2008

8.553.688

15.519.266

55,12

2009

8.848.424

18.301.537

48,35

2010

9.421.403

21.197.162

44,45

2011

14.537.777

24.550.928

59,21

2012

15.148.447

25.579.706

59,22

2008

8.083.584

8.047.896

100,44

2009

7.250.522

10.461.616

69,31

2010

10.309.671

10.214.464

100,93

2011

9.174.554

10.201.789

89,93

2012

12.064.647

10.879.362

110,89

Total Ekuitas

DER

RMBA

GGRM

HMSP

Total Hutang

Perusahaan

Tahun

(15)

Dengan menggunakan rumus debt to equity ratio, maka tingkat Debt To Equity Ratio perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012 terdapat pada tabel diatas.

2. Price Earning Ratio

Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar dari setiap lembar saham terhadap pendapatan perlembar saham. Price Earning Ratio akan memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan pada periode tertentu.

Dengan menggunakan rumus Price Earning Ratio, maka tingkat Price Earning Ratio perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Tingkat Price Earning Ratio Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012

Sumber Data : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 3. Dividen Payout Ratio

Dividen Payout Ratio merupakan rasio yang menunjukkan prosentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk kas dividen. Semakin besar Dividen Payout Ratio maka akan semakin tinggi harga saham tersebut.

Dengan menggunakan rumus Dividen Payout Ratio , maka tingkat Dividen Payout Ratio perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012 sebagai berikut:

(16)

Tabel 3

Tingkat Dividen Payout Ratio Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012

Sumber Data : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 4. Harga Saham

Merupakan harga perlembar saham dari saham-saham perusahaan rokok dan komponennya dalam periode 2008-2012. Variabel ini diukur dengan menggunakan harga saham penutupan (closing price) di akhir tahun pada saat tutup buku, dengan periode waku penelitian dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Adapun harga saham dari perusahaan rokok yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Tingkat Harga Saham Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012

Sumber Data : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.

(17)

b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi adalah 1.074, nilai du = 1.750 karena nilai DW lebih kecil dari nilai du tabel maka regresi tersebut terjadi gangguan autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa model analisis tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas.

d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa dari semua persamaan regresi bentuk ploting hampir, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

Uji Hipotesis

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu mengenai variabel debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividend payout ratio terhadap harga saham pada industri rokok di Bursa Efek Indonesia secara linier.

Setelah merubah model analisis dalam bentuk log natural hasil pengujian regresi linier berganda sebagai berikut:

Tabel 5

Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Bebas Koefisien Regresi Sig. r

Debt to Equity Ratio Price Earning Ratio Dividend Payout Ratio

-0,027 0,006 0,030 0,003 0,465 0,976 -0,760 0,223 0,009 Konstanta Sig. F R R2 11,862 0,011 0,788 0,621

Sumber Data : Output Regression Dalam Bentuk Log Natural

Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah: Y = 11,862 - 0,027X1 + 0,006X2 + 0,030X3+ei

Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Harga Saham (Y)

Merupakan harga perlembar saham dari saham industri rokok dalam periode 2008-2012. 2. Konstanta (α)

Konstanta (α) adalah intersep Y jika X = 0, menunjukkan bahwa jika variabel independen yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (α) adalah 11,862 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio= 0, maka variabel harga saham perusahaan rokok sebesar 11,862.

3. Koefisien Regresi Debt to Equity Ratio (X1)

Besarnya nilai b1 adalah -0,027 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan) antara debt to equity ratio dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel debt to equity ratio meningkat akan diikuti dengan penurunan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat debt to equity naik sebesar satu satuan maka

(18)

harga saham akan turun sebesar b1 yaitu 0,027 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

4. Koefisien Regresi Price Earning Ratio (X2)

Besarnya nilai b2 adalah 0,006 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara price earning ratio dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel price earning ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat price earning ratio naik sebesar satu satuan maka harga saham akan juga naik sebesar b2 yaitu 0,006 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

5. Koefisien Regresi Dividend Payout Ratio (X3)

Besarnya nilai b3 adalah 0,030 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara dividend payout ratio dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel dividend payout ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat dividend payout ratio naik sebesar satu satuan maka harga saham akan naik sebesar b3 yaitu 0,030 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

Pengujian Secara Simultan

1. Koefisien Korelasi dan Determinasi

Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil untuk koefisien determinasi berganda sebagai berikut :

Tabel 6

Model Summary

Sumber : Output Regression Dalam Bentuk Log Natural

Dari tabel di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,621 atau 62,1% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham adalah besar. Sedangkan sisanya (100 % - 62,1 % = 37,9 %) dikontribusi oleh faktor lainnya.

Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengukur keeratan hubungan secara simultan antara variabel bebas yang terdiri atas debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham. Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan (R) sebesar 0,788 atau 78,8 % yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang kuat.

2. Pengujian Hipotesis Uji F / Model F

Uji hipotesis yang pertama adalah uji F, yaitu digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas yang terdiri dari debt to equity ratio,price earning ratio, dan dividen payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham dengan taraf signifikan 5 persen.

(19)

a. Jika Sig F> 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak menunjukkan variabel debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

b. Jika Sig F< 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukkan variabel debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Tabel 7 Anova

Sumber : Output Regression Dalam Bentuk Log Natural

Dari tabel di atas didapat tingkat signifikan uji F = 0,011 < 0.05 (level of signifikan), maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti pengaruh variabel bebas yang terdiri dari debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap harga saham adalah signifikan.

Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya harga saham pada industri rokok di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio yang dimiliki oleh industri tersebut.

Pengujian Secara Parsial

1. Analisis Pengujian Hipotesis Uji t

Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebastingkat debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu perubahan harga saham.

Adapun prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikansi Uji t > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari debt to equity ratio,price earning ratio, dan dividen payout ratio secara parsial tidak berpengaruhsignifikanterhadap harga saham.

b. Jika nilai signifikansi Uji t < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari debt to equity ratio,price earning ratio, dan dividen payout ratio secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap harga saham

(20)

Tabel 8

Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan

Variabel t hitung Sig Keterangan

Debt to Equity Ratio -3,874 0,003 Signifikan

Price Earning Ratio 0,757 0,465 Tidak Signifikan

Dividend Payout Ratio 0,030 0,976 Tidak Signifikan Sumber: Output Regression Dalam Bentuk Log Natural

1. Uji Parsial Pengaruh Variabel Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel debt to equity ratio = 0,003 <  = 0,05 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan.

Debt to equity ratio merupakan rasio untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan hutang yang dimilki oleh perusahaan dengan cara menghitung perbandingan antara total hutang dengan total modal. Dalam penelitian ini dihasilkan bahwa debt to equity ratio mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham, hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat debt to equity ratio maka harga saham akan turun.

Debt to Equity Ratio mempunyai dampak buruk bagi perusahaan yang lebih banyak menggunakan hutang dalam kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi hutang perusahaan akan mengurangi return yang diperoleh.

Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memberi dividen yang kecil dibanding perusahaan dengan leverage yang rendah, karena mereka memiliki kewajiban untuk menggunakan pendapatan mereka untuk membayar tagihan hutang.

2. Uji Parsial Pengaruh Variabel Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel price earning ratio = 0,465 >  = 0,05 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh price earning ratio terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan.

Price Earning Ratio menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar persatuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadi instrumen yang cukup penting. Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin kecil nilai Price Earning Ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli, sebaliknya semakin tinggi berarti semakin mahal. Hasil yang diperoleh menunjukkan Price Earning Price tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini mengindikasikan bahwa price earning ratio bukan merupakan indikasi bagi investor dalam menanamkan sahamnya.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Hanafi dan Halim (2007:85) yang menyatakan dengan Price Earning Ratio yang terlalu tinggi, barang kali tidak menarik karena harga saham barang kali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil.

(21)

3. Uji Parsial Pengaruh Variabel Dividend Payout Ratio Terhadap Harga Saham

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel dividend payout ratio = 0,976 >  = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh dividend payout ratio terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan.

Dividen pay out ratio merupakan rasio yang menunjukkan prosentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk kas dividen.

Hasil pengujian diatas menunjukkan dividen payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini mencerminkan umumnya para investor lebih mempertimbangkan tujuan jangka panjang dari pada tujuan jangka pendek dalam berinvestasi sehingga investor lebih mementingkan capital gain yang besar dari pada dividen. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2005:104) bahwa harga saham dipengaruhi oleh seberapa jauh tujuan para investor dalam menginvestasikan sahamnya pada perusahaan. Jika tujuan utama seorang investor adalah jangka panjang maka lebih tertarik pada perusahaan yang memberikan capital gain besar daripada dividen. Tetapi apabila tujuan investor adalah jangka pendek, maka dividen merupakan pertimbangan penting dalam membeli suatu saham.

2. Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang dominan dari variabel bebas yang terdiri atas dari debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio terhadap harga saham.

Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 9

Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial

Variabel r r2

Debt to Equity Ratio -0,760 0,5771

Price Earning Ratio 0,223 0,0496

Dividend Payout Ratio 0,009 0,0001

Sumber: Output Regression Dalam Bentuk Log Natural

Dari korelasi parsial diatas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial dan pengertiannya sebagai berikut:

a. Koefisien determinasi parsial variabel debt to equity ratio = 0,5771 yang menunjukkan sekitar 57,71 % yang besarnya kontribusi variabel debt to equity ratio terhadap perubahan harga saham.

b. Koefisien determinasi parsial variabel price earning ratio = 0,0496 yang menunjukkan sekitar 4,96 % yang besarnya kontribusi variabel price earning ratio terhadap perubahan harga saham.

c. Koefisien determinasi parsial variabel dividen payout ratio = 0,0001 yang menunjukkan sekitar 0,01% yang besarnya kontribusi variabel dividen payout ratio terhadap perubahan harga saham.

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap perubahan harga saham adalah debt to equity ratio karena mempunyai koefisien determinasi partialnya paling besar.

(22)

SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Hasil pengujian simultan menunjukkan variabel bebas yang terdiri dari debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya harga saham pada industri rokok di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat debt to equity ratio, price earning ratio, dan dividen payout ratio yang dimiliki oleh industri tersebut; (2) Hasil pengujian parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan dari 3 variabel yang digunakan model penelitian yaitu debt to equity ratio,price earning ratio, dan dividen payout ratio, yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham pada industri rokok di Bursa Efek Indonesia hanya debt to equity ratio; (3) Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham pada industri rokok di Bursa Efek Indonesia adalah debt to equity ratio.

Keterbatasan

Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Periode pada penelitian ini yang hanya dari tahun 2008-2012. (2) Jumlah sampel yang hanya terbatas pada 3 perusahaan saja.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga. P. dan P. Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Brigham. E.F. dan J.F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta. Darmadji. T. dan H. M. Fakhrudin. 2008. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi

Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Damodaran. A. 2001. Corporate Finance Theory and Pratice. John & Willey Sons, Inc

Halim. A. dan Hanafi. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

_____________________. 2007. Analisis Laporan Keuangan. UPP YKPN. Yogyakarta.

Husnan. S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. AMP YKPN. Yogyakarta.

Jogiyanto. 2004. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Satu. Banyumedia. Malang.

Prastowo. D. 2005. Analisis Laporan Keuangan (Konsepdan Aplikasi), Edisi Kedua. UPP STIM YKPM. Yogyakarta.

Riyanto. B. 2001.

Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.

Edisi Empat.

Yogyakarta: BPFE

Sartono. A. 2003.

Manajemen Keuangan

. Edisi Tiga. BPFE. Yogyakarta

Setyaningsih. 2001. Pengaruh Variabel Akuntansi Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol. 5.1: 1-15.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Tandelilin. E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tentang Pasar Modal. 1995. Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.

Gambar

Tabel 7  Anova

Referensi

Dokumen terkait

Batas waktu maksimal yang telah ditentukan untuk melaporkan SPT ke Kantor Pajak adalah tiga bulan setelah akhir tahun pajak untuk SPT PPh tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi dan

[r]

Chapter 6, Data Grows Up: The Architecture of the Facebook Platform , by Dave Fetterman, advocates data-centric systems, explaining how a good architecture can create and support

Secondly, multivariate analysis of comorbidity reporting in this subset of patients’ hospitalizations identifies characteristics associated with accurate and complete reporting

Dengan adanya sebuah komunitas ini, seluruh pelaku kos di Tamansari, baik itu pemilik, pengelola, dan penghuni (mahasiswa) berkolaborasi dalam mewujudkan Tamansari

Afiliasi Hostgator – Saya mengikuti afiliasi Hostgator karena menggunakan Hostgator untuk meng-hosting semua blog saya (kecuali blog yang digunakan untuk membacklink atau

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi kepala madrasah yang mencakup perencanaan/persiapan supervisi akademik, pelaksanaan supervisi akademik dan

Pada rancung bangun mesin pengayak pasir ini poros yang digunakan harus sesuai dengan perhitungan-perhitungan seperti kekuatan tarik izin bahan dan tegangan-tegangan yang