• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Akhmad Mustangin ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Akhmad Mustangin ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

161

PENINGKATAN SOFT SKILL DAN PRESTASI BELAJAR PEKERJAAN DASAR PERBAIKAN PERALATAN RUMAH TANGGA DI KELAS 1 TPTL I SMK NEGERI 2 CILACAP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD Oleh:

Akhmad Mustangin

ABSTRACT

The aim of this research is to increase students soft skill and achievement while the general aim is to increase the teaching process quality in electrical technic department in SMK N2 Cilacap. The data results of this research shows that the increasing of soft skill rates 0,0475 (1,19%), by score 3,267 (81,675%) in cycle 1 and score 3,362 (84,05%) in cycle 3 for learning achievement have increasing rates 6,2 from initial score 75,53 and achievement score in cycle 3 is 94,13. The result of this research concludes that cooperative learning teaching type STAD can increase students soft skill and achievement and generally can increase quality of vocational competency learning of electrical power usage technic of SMK N2 Cilacap.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (KKTPTL) merupakan mata pelajaran wajib di Kelas I Jurusan Listrik SMK Negeri 2 Cilacap. Standar kompetensi mata pelajaran ini adalah siswa dapat melakukan Pekerjaan Dasar Perbaikan Peralatan Rumah Tangga (PDPPRT). Sedangkan kompetensi dasarnya adalah : (1) siswa dapat mempersiapkan pekerjaan dasar perbaikan, (2) siswa dapat melaksanakan pekerjaan dasar perbaikan, dan (3) siswa dapat memeriksa dan melaporkan kelengkapan penyelesaian pekerjaan.

Hasil belajar siswa Kelas I TPTL 1 SMK Negeri 2 Cilacap yang berupa soft-skill

dan prestasi belajar (teori dan praktek) pada mata pelajaran KKTPTL masih relatif rendah jika dibandingkan dengan kelas I TPTL lainnya. Untuk mendiagnosis permasalahan yang ada di kelas I TPTL 1, pada hari Kamis, tanggal 27 Maret 2008 peneliti menyebarkan angket evaluasi pelaksanaan pembelajaran kepada 37 siswa. Dari rekapitulasi hasil angket dapat ditunjukkan bahwa: (1) hanya sebanyak 37,84% siswa jujur dalam mengerjakan soal-soal ulangan; (2) 78,38% siswa tidak belajar pada malam harinya dengan alasan malas (67,57% siswa); (3) 48,65% siswa masuk jurusan listrik dengan alasan tidak diterima di Jurusan lain dan 48,65% siswa menjawab sesuai dengan cita-cita; (4) setelah lulus, 94,6% siswa berkeinginan untuk bekerja dan hanya 5,4% siswa yang berkeinginan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Khusus hasil angket evaluasi pembelajaran, memperlihatkan bahwa: (1) sebanyak 18,92% siswa menjawab cara mengajar guru pada umumnya mudah diterima, 45,95% menjawab cara mengajar guru sebagian mudah diterima, dan 35,13% menjawab cara mengajar guru sebagian kecil mudah diterima; (2) sebagian besar siswa berkomentar guru mengajar terlalu cepat.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, selanjutnya peneliti diskusi dengan guru mitra untuk memilih masalah yang paling krusial untuk segera ditangani. Hasil diskusi tersebut antara lain: (1) akan meningkatkan soft-skill siswa yang terdiri dari sikap jujur,

(2)

162

siswa yang berupa kemampuan teori dan praktek; (3) bagaimana caranya meningkatkan

soft-skill dan prestasi belajar siswa.

Setelah mengkaji beberapa teori pembelajaran, maka peneliti bersama dengan guru mitra akan mengatasi permasalahan di atas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Pertimbangan memilih

model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena menurut hasil penelitian, model pembelajaran ini dapat meningkatkan soft-skill dan prestasi belajar siswa. Pertimbangan

lain, yaitu sesuai paradigma pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2006 dimana pembelajaran menggunakan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan soft-skill siswa ?

b. Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, masing-masing tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik di SMK Negeri 2 Cilacap.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan

soft-skill siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini mencakup peningkatan kualitas pembelajaran di kelas I TPTL 1 SMK Negeri 2 Cilacap melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan soft-skill dan prestasi belajar

siswa.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, bagi guru, dan siswa. Manfaat tersebut masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Langsung Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas I TPTL 1 SMK Negeri 2 Cilacap.

2. Manfaat bagi guru dan siswa.

a. Manfaat Bagi Guru

Guru dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Manfaat Bagi Siswa

Siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan soft-skill dan prestasi belajar.

(3)

163 KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan di Luar Akademik

Menurut Rinella (2007) Soft Skill dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) kualitas

kemampuan personal yang berupa sikap bertanggung jawab, percaya diri, mampu bersosialisasi, mampu mengatur diri sendiri (self-management), dan integritas atau

kejujuran; (2) interpersonal skill, terdiri dari kepemimpinan (leadership), kemampuan

bernegosiasi, mampu bekerjasama dalam tim, mau berbagi ilmu dengan orang lain, serta dapat melayani klien/pelanggan.

Soft Skill merupakan kemampuan-kemampuan yang tidak terlihat dan sangat

diperlukan untuk sukses. Menurut hasil survey yang diterbitkan oleh National Association of Colleges and Employers (NACE) tahun 2002 di Amerika Serikat dalam (Putra: 2005:5) dari jajak pendapat pada 457 perusahaan, diperoleh kesimpulan bahwa Indeks Prestasi (IP) hanyalah menduduki ranking 17 dari 20 kemampuan yang dianggap penting dari seorang lulusan universitas. Kemampuan-kemampuan soft-skill yang terdiri

dari kemampuan berkomunikasi, integritas dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain yang tadinya tidak dianggap penting menurut hasil survei tersebut justru menduduki urutan yang paling atas. Selengkapnya hasil survei tersebut dapat dilihat dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Survei Nace USA Tentang Kualitas Kemampuan Lulusan Perguruan

Tinggi yang Diharapkan Dalam Dunia Kerja.

No Kualitas Skor

1 Kemampuan berkomunikasi 4,69

2 Kejujuran/Integritas 4,59

3 Kemampuan bekerjasama 4,54

4 Kemampuan interpersonal 4,50

5 Etos kerja yang baik 4,46

6 Memiliki motivasi dan berinisiatif 4,42

7 Mampu beradaptasi 4,41

8 Kemampuan analitikal 4,36

9 Kemampuan komputer 4,21

10 Kemampuan berorganisasi 4,05

11 Berorientasi pada detail 4,00

12 Kemampuan memimpin 3,97 13 Percaya diri 3,95 14 Berkepribadian ramah 3,85 15 Sopan/beretika 3,82 16 Bijaksana 3,75 17 IP ≥ 3,00 3,68 18 Kreatif 3,59 19 Humoris 3,25 20 Kemampuan enterpreneursip 3,23

Skala 1-5 (skor tertinggi 5)

Sesuai pendapat ahli dan hasil survei diatas dapat disimpulkan bahwa soft skill

adalah kualitas kemampuan personal yang terdiri dari: (1) sikap bertanggung jawab, percaya diri, mampu bersosialisasi, mampu mengatur diri sendiri (self-management),

dan integritas atau kejujuran; (2) interpersonal skill, terdiri dari kepemimpinan

(4)

164

ilmu dengan orang lain, serta dapat melayani klien/pelanggan. Soft - skill sangat penting

untuk mencapai kesuksesan kerja.

Sesuai dengan hasil angket sebelum penelitian dilakukan, yaitu sebanyak 94,6% siswa setelah lulus ingin bekerja dan hanya 5,4% siswa yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi, maka pelatihan soft skill di dalam proses pembelajaran menjadi

penting untuk dilaksanakan. Jadi yang dimaksud dengan soft skill di dalam penelitian ini

adalah kemampuan personal siswa yang terdiri dari: (1) sikap bertanggung jawab, percaya diri, mampu bersosialisasi, mampu mengatur diri sendiri (self-management),

dan integritas atau kejujuran; (2) interpersonal skill, terdiri dari kepemimpinan

(leadership), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama dalam tim, mau berbagi

ilmu dengan siswa lain, serta dapat melayani teman.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (1995:71) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.

Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial satu sama lain, dan melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Selanjutnya hasil kuis diberi skor, dan tiap individu diberi skor peningkatan.

Skor peningkatan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa dengan skor peningkatan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

Penilaian dalam STAD : 1. Pengetesan dalam STAD

Menurut Slavin, pengetesan pada STAD dimulai dengan guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes uraian singkat, sehingga butir-butir itu dapat disekor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan.

2. Skor Peningkatan

Siswa memperoleh skor peningkatan berdasarkan tingkat skala dimana skor tes mereka melebihi skor dasar mereka. Uraian bagaimana skor individual ditentukan, ditunjukkan pada langkah-langkah dan Tabel 2 berikut:

♦ Langkah 1 : Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu.

♦ Langkah 2 : Menghitung skor kuis terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

(5)

165

Siswa mendapatkan poin peningkatan yang besarnya ditentutan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan menggunakan skala yang ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 2 Skala poin peningkatan

No Skor tes terkini Skor

Peningkatan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin

2 10 poin dibawah sampai 1 poin skor dasar 10 poin

3 Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin

4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

5 Pekerjaan sempurna (tanpa memperlihatkan skor dasar)

30 poin 3. Penghargaan Skor Tim

Suatu tugas penilaian dan evaluasi penting terakhir untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pemberian penghargaan. Menurut Slavin (1995:80) pemberian penghargaan atas pencapaian kelompok didasarkan pada tiga tingkatan, yaitu tim baik, tim hebat, dan tim super. Langkah-langkah penentuan dan penghargaan skor tim adalah sebagai berikut :

♦ Langkah 1 : Penentuan skor tim

Skor tim dihitung dengan menambahkan skor peningkatan tiap-tiap individu anggota tim dan membagi dengan jumlah anggota tim tersebut.

♦ Langkah 2 : Penghargaan atas prestasi tim

Tiap-tiap tim menerima piagam penghargaan atau hadiah berdasarkan pada sistem poin berikut ini :

Rata-rata tim Penghargaan

15 poin Tim Baik

20 poin Tim Hebat

25 poin Tim Super

C. Prestasi Belajar Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik

Kompetensi Kejuruan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (KKTPTL) merupakan mata pelajaran wajib di Kelas I Jurusan Listrik SMK Negeri 2 Cilacap. Standar kompetensi mata pelajaran ini adalah siswa dapat melakukan Pekerjaan Dasar Perbaikan Peralatan Rumah Tangga (PDPPRT). Sedangkan kompetensi dasarnya adalah; (1) siswa dapat mempersiapkan pekerjaan dasar perbaikan, (2) siswa dapat melaksanakan pekerjaan dasar perbaikan, dan (3) siswa dapat memeriksa dan melaporkan kelengkapan penyelesaian pekerjaan.

Menurut Erman S. (2003:13) hasil belajar mencakup aspek yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki tersebut bisa berupa komunikasi, interaksi, kreativitas, dan sebagainya. Prestasi belajar adalah sebagian dari hal tersebut, yaitu berkenaan dengan hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Menurut Gagne dalam Winkel (1996:482) kemampuan-kemampuan siswa digolongkan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik, dan sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi. Menurut Winkel

(6)

166

(1996:482) prestasi belajar yang diberikan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional menampakkan hasil belajar.

Menurut Winkel (2004:438) dapat dipertanyakan juga, apakah evaluasi produk (hasil belajar) jatuh di luar proses pembelajaran, karena pada akhir proses pembelajaran guru akan menuntut suatu prestasi, sebagai bukti nyata bahwa hasil yang dituju telah tercapai, yang kemudian dievaluasi dengan memberikan umpan balik kepada siswa. Namun, biasanya juga diadakan evaluasi beberapa waktu kemudian, misalnya bila siswa menempuh ulangan atau ujian, evaluasi itu mencakup sejumlah hasil belajar yang telah diperoleh.

Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah hasil tes (teori dan praktek) yang mencerminkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik.

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah di kelas I TPTL 1 SMK Negeri 2 Cilacap.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I TPTL 1 SMK Negeri 2 Cilacap sebanyak 38 anak yang menurut hasil diagnosis tim peneliti memiliki soft skill dan prestasi belajar yang paling rendah apabila dibandingkan dengan kelas I lain pada Jurusan Listrik.

C. Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan pembelajaran ini diharapkan terjadi peningkatan soft skill siswa dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan prestasi belajar juga meningkat.

Indikator keberhasilan tindakan, metode pengukuran dan evaluasi diuraikan dalam tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3 Indikator keberhasilan tindakan, metode pengukuran dan evaluasi No Indikator Keberhasilan Tindakan Metode Pengukuran dan Evaluasi 1 Indikator Proses Pembelajaran

• Soft skill siswa.

a. Indikator diukur dari keadaan awal sebelum diberi tindakan, yaitu rendahnya soft skill siswa dalam proses pembelajaran, meliputi : (1) sikap bertanggung jawab, percaya diri,

mampu bersosialisasi, mampu mengatur diri sendiri (self-management), dan

integritas atau kejujuran. (2) interpersonal skill, terdiri dari

kepemimpinan (leadership), kemampuan

bernegosiasi, mampu bekerjasama dalam tim, mau berbagi ilmu dengan siswa lain, serta dapat melayani teman.

b. Indikator keberhasilan diukur dengan

(7)

167

mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setiap siklus dan dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan soft skill pada siklus I s.d. siklus III.

c. Untuk mengukur keberhasilan tindakan, disamping dengan angket soft skill juga dengan angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD, lembar observasi aktivitas siswa dan guru yang dilakukan oleh pengamat

2 Indikator Hasil Pembelajaran

• Prestasi belajar PDPPRT

Metode pengukuran dan evaluasi penilaian dalam STAD dengan langkah-langkah :

a. Pada setiap akhir pertemuan diberikan tes dalam bentuk kuis.

b.Hasil kuis untuk menentukan skor peningkatan individu

c. Skor peningkatan individu untuk menentukan rata-rata skor peningkatan kelompok.

d.Rata-rata skor peningkatan kelompok untuk menentukan jenis penghargaan kelompok.

D. Tahap Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus, dimana kegiatan setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun rincian kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan sebagai berikut :

o Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah :

1) Mengadakan pertemuan, guru pelaksana tindakan dan guru pengamat

berdiskusi tentang persiapan penelitian.

2) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, angket soft skill, angket respon siswa, soal tes, pedoman wawancara dan catatan lapangan.

3) Menyiapkan rencana pelajaran yang telah disusun pada persiapan penelitian. 4) Menyiapkan alat tulis untuk observasi dan wawancara.

o Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru mata pelajaran Kompetensi Kejuruan dan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagai pelaksana tindakan melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rencana pelajaran yang telah disusun. o Observasi

Pada tahap observasi ini, dilakukan observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, dan wawancara dengan siswa. Observasi dilakukan oleh guru pengamat. Wawancara dicatat dalam catatan lapangan.

o Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini, untuk mengukur soft skill siswa menggunakan angket dan untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes. Sedangkan untuk mengevaluasi aktivitas guru dan siswa di kelas menggunakan lembar observasi dan wawancara. Disamping itu untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan angket respon siswa.

(8)

168 o Refleksi

Pada tahap refleksi, data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian dianalisis. Hasil analisis digunakan untuk merefleksi pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut, hasil refleksi kemudian digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisisnya diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 4 Prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisisnya

No Prosedur Alat Pelaku Sumber

Informasi

Cara Analisis 1 Menganalisis

soft skill siswa

Angket, dan catatan lapangan Guru Pelaksana tindakan Siswa Analisis kualitatif untuk hasil angket dan wawancara (berdasar pada catatan lapangan) 2 Menganalisis

aktivitas guru Lembar observasi, dan catatan lapangan

Guru

Pengamat Guru Pelaksana tindakan Analisis kuantitatif dan kualitatif 3 Menganalisis aktivitas dan respon siswa Lembar observasi, angket respon siswa, dan catatan lapangan

Guru

Pengamat Siswa Analisis kualitatif 3 Menganalisis Prestasi Belajar Siswa Tes Guru Pelaksana tindakan Siswa Analisis kuantitatif dan kualitatif HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Tindakan

Deskripsi Hasil Tindakan Siklus

1. Hasil tindakan silkus I, II dan III berupa rata – rata skor soft skill yang masing – masing siklus di diskripsikan pada table berikut

Tabel 5 Rekapitulasi skor soft skill pada pembelajaran PDPPRT siklus I, II dan III

Tim I II III IV V VI VII VIII IX X Rata–

rata % Nilai rata – rata Siklus I 3,18 3,14 3,25 3,06 3,24 3,19 3,41 3,32 3,49 3,39 3,267 81,6 75 Nilai rata – rata Siklus II 3,18 3,18 3,34 3,21 3,16 3,06 3,25 3,34 3,53 3,51 3,276 81,9 Nilai rata – rata Siklus III 3,19 3,35 3,29 3,34 3,24 3,26 3,37 3,44 3,59 3,55 3,362 84,0 5

(9)

169

2. Hasil tindakan siklus I, II dan III berupa rata-rata prestasi belajar PDPPRT pada table berikut

Tabel 6 Rekapitulasi prestasi Belajar PDPPRT siklus I, II dan III Rata – rata

skor dasar skor kuis I Rata –rata skor kuis II Rata –rata Rata –rata skor kuis III

Rata-rata Peningkatan Semua Siklus 75,53 84,35 91,65 94,13 Rata –rata Skor Peningkatan 8,82 7,3 2,58 6,2

B. Deskripsi Model Tindakan

Model tindakan penelitian tindakan kelas ini berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Deskripsi model tindakan masing – masing siklus sebagai berikut :

a. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan kelas adalah : 1) Mengadakan tes awal

2) Membentuk kelompok asal

3) Menjelaskan Prosedur Penelitian dengan Rekan. 4) Mempersiapkan instrumen

b. Pelaksanaan Tindakan 1) Menyampaikan Materi

2) Membimbing Diskusi kelompok dan panel 3) Melaksanakan Kuis atau Evaluasi

c. Observasi

Guru pengamat mengamati aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran yang dituangkan dalam lembar pengamatan

d. Evaluasi

Evaluasi hasil tindakan siklus berupa soft skill dilakukan dengan angket dan prestasi belajar dengan kuis. Hasil kuis diolah untuk menentukan skor peningkatan individu dan kelompok serta untuk menentukan penghargaan kelompok

e. Refleksi

Refleksi dari setiap akhir siklus diperlukan untuk melihat kelemahan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan siklus berikutnya

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan deskripsi model tindakan siklus I, II, dan III maka pembahasan hasil penelitian seluruh siklus adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan Hasil Soft Skill Siswa

Rekapitulasi rata – rata skor soft skill siklus I, II, dan III disajikan dalam tabel sebagai berikut:

(10)

170

Tabel Rekapitulasi rata – rata skor soft skill siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD

Siklus I II III

Rata-rata Peningkatan Rata – rata skor soft

skill

3,267 3,276 3,362

Prosentase 81,675 % 81,9 % 84,05 % 1,1875 %

Rata – rata Nilai

Peningkatan 0,009 0,086 0,0475

Berdasarkan tabel terlihat bahwa terjadi peningkatan rata – rata soft skill sebesar 0,0475 atau 1,1875%

2. Pembahasan Prestasi Belajar PDPPRT

Rekapitulasi rata – rata skor prestasi belajar PDPPRT siklus I, II, dan III disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel Rekapitulasi rata – rata skor prestasi belajar PDPPRT siswa kelas I TPTL dalam mengikuti pembelajaran STAD

Siklus Nilai Dasar I II III

Rata-rata Nilai Peningkatan Rata – rata skor

prestasi

75,53 84,35 91,65 94,13

Rata-rata Peningkatan

8,82 7,3 2,58 6,2

Berdasarkan tabel terlihat bahwa terjadi peningkatan skor prestasi belajar PDPPRT dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 6,2.

3. Pembahasan Hasil Observasi Aktivitas Guru

Rekapitulasi rata – rata skor aktivitas guru berdasarkan hasil observasi oleh guru pengamat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel Rekapitulasi rata – rata skor pengamatan aktifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Siklus I Siklus II Siklus III

Pengamat 1 3,77 3,73 3,69

Pengamat 2 3,35 3,77 3,73

Rata – rata skor aktifitas guru 3,56 3,75 3,71

Berdasarkan tabel terlihat bahwa guru mengalami peningkatan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Pembahasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Observasi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan angket respon siswa, catatan lapangan, dan wawancara dengan siswa. Rekapitulasi hasil angket respon siswa disajikan dalam tabel 7.10 sebagai berikut :

(11)

171

Tabel Rekapitulasi hasil angket respon siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD

Siklus I II III

Rata – rata skor respon siswa 3,27 3,29 3,33

Berdasarkan tabel catatan lapangan dan wawancara dengan siswa pada waktu mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa terjadi peningkatan respon siswa pada setiap siklusnya.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan soft skill siswa dari 3,267 (81,67%) pada siklus I menjadi 3,362 (84,05%) pada siklus III dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,0475 (1,19%)

2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan prestasi belajar pada kompetensi kejuruan PDPPRT yang ditunjukkan dari nilai skor dasar 75,53 meningkat berturut-turut dari siklus I dengan nilai 84,35 ke siklus II dengan nilai 91,65 dan siklus III dengan nilai 94,13 dengan rata-rata kenaikan sebesaar 6,2. 3. Guru peneliti sekaligus sebagai pelaksana tindakan menjadi lebih terampil dalam

melaksanakan pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD.

4. Selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa merasa senang, berani dalam mengemukakan pendapat, terampil berdiskusi, dan ketrampilan – ketrampilan lain dalam pembelajran kooperatif.

B. Saran

Berdasarkan analisa hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka peneliti menyarankan :

1. Kepada Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi maupun Kabupaten agar dapat mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada rekan – rekan guru SMK sebagai bahan informasi dalam meningkatkan soft skill dan prestasi belajar siswa SMK khususnya dalam pembelajaran kompetensi PDPPRT.

2. Kepada kepala SMK Negeri 2 Cilacap agar dapat menginformasikan kepada guru – guru untuk memberikan pembelajaran yang dapat meningkatkan soft skill siswa karena sebagian besar siswa SMK setelah lulus ingin bekerja sehingga perlu dibekali ketrampilan yang tidak terlihat atau soft skill.

3. Kepada rekan – rekan guru khususnya prodi elektro diharapkan untuk mencoba model – model pembelajaran kooperatif yang lain dalam rangka menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) pada kompetensi – kompetensi TPTL.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2004. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Dikmenjur 2003. Perawatan dan Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tanggga. Jakarta

: Modul Pembelajaran.

(12)

172

Ibrahim, M, et al. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.

Putra, et al. 2005. Sukses dengan Soft Skill. Bandung : ITB.

Putri, Rinella. 2000. Pentingnya Soft Skill.

http://www.vibiznew.com/1new/jurnal.php?id=6&sub=jurnal&page=hr[onlin e] diakses 08 Januari 2008.

Sukidin, et al. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Insan Cendekia.

Sardiman, A.M. 2001, Interaksi dan Motivasi Pembelajaran. Jakarta : P.T. Raja

Grafindo Persada.

Sukarman, H. 2003. Dasar-Dasar Didaktik dan Penerapannya Dalam Pembelajaran.

Jakarta : Depdiknas.

Slavin, E. 1995. Cooperative Learning. USA : Allyn and Bacon.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. ___________. 2004. Psikologi Pengajaran (Edisi Revisi). Yogyakarta : Media Abadi.

Gambar

Tabel 1  Hasil Survei Nace USA Tentang Kualitas Kemampuan Lulusan Perguruan  Tinggi yang Diharapkan Dalam Dunia Kerja
Tabel 2 Skala poin peningkatan
Tabel 3 Indikator keberhasilan tindakan, metode pengukuran dan evaluasi  No  Indikator Keberhasilan Tindakan Metode Pengukuran dan Evaluasi  1  Indikator Proses Pembelajaran
Tabel 5 Rekapitulasi skor soft skill pada pembelajaran PDPPRT siklus I, II dan III
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji F secara serempak diketahui bahwa F hitung >F tabel yang berarti H0 ditolak, keadaan tersebut menunjukkan bahwa variable bebas (program Jamsostek) secara

Dengan memanjatkan do’a dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: REPRESENTASI

Agoes es (20 (2000) 00), , men mengat gataka akan n bah bahwa wa ber berbed beda a den dengan gan med media ia tan tanam am tan tanah ah yang berfungsi sebagai

Dari hasil penelitian tampak bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi sekolah secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kinerja guru mengah

Software yang digunakan adalah Arduino IDE adapun fungsi program yang dibutuhkan adalah program untuk pengaturan setting point batas nilai suatu berat dari barang yang akan

Gambar 6 memperlihatkan hubungan antara tekstur batuan dan porositas, dimana pada gambar (a) merupakan batuan yang memiliki ruang antar butir (tekstur) dengan kebundaran yang

Maka dirumuskan generalisasi (11) „Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya usaha untuk bekerja sama dengan pemuka pendapat. Waktu bagi agen

2 atau lebih jenis sitokine secara sinergis memiliki efek yg lebih besar dr pada. penjumlahan efek yg