• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA ARDINI PANGASTUTI B.N.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA ARDINI PANGASTUTI B.N."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 5

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA ARDINI PANGASTUTI B.N.

Andan Wahyu Karana karanaandanwahyu@ymail.com Universitas Muhammadiyah Purworejo

ABSTRAK

Tujuan yang akan dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan struktur sastra novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. dan (2) mendeskripsikan aspek sosiologi sastra tokoh utama novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. Sumber data penelitian ini berupa novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. cetakan ke-1 diterbitkan oleh Yayasan Adhigama Semarang, dengan tebal 85 halaman. Selanjutnya, instrumen yang digunakan berupa buku-buku acuan tentang teori sastra, teori sosiologi, artikel-artikel dari internet, dan novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak catat. Teknik analisis data menggunakan metode Content Analysis atau teknik analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis dengan metode penyajian informal. Tokoh utama dalam novel Lintang adalah Gilar Bagaskara. Dari pembahasan data, penulis memperoleh kesimpulan bahwa aspek sosiologi sastra tokoh utama dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. dari sudut pandang sosiologi sastra yaitu aspek moral dalam hal ini yang diungkap adalah perbuatan, sikap, budi pekerti, susila para tokoh utama; aspek etika membahas tentang kesusilaan yang menentukan tentang bagaimana manusia hidup dalam masyarakat; aspek sosial ekonomi terbagi atas tiga golongan (1) golongan ekonomi rendah, (2) golongan ekonomi menengah, (3) golongan ekonomi atas; aspek cinta kasih membahas hubungan rasa cinta kasih antara Gilar Bagaskara dan Nur Endah; aspek agama yang terdapat dalam novel Lintang adalah para tokoh utama percaya dengan adanya Tuhan yaitu Allah, hal ini terlihat pada saat keduanya mendapat nikmat atau cobaan selalu menyebut nama Allah; aspek pendidikan yang ditampilkan mencakup pendidikan formal dan pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.

Kata Kunci: Kajian Sosiologi Sastra, Novel Lintang

A. PENDAHULUAN

Novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. ini mengisahkan tentang lika-liku perjalanan cinta antara Gilar Bagaskara dan Nur Endah. Yang menjadikan novel ini menarik dikarenakan kecerdasan Ardini Pangastuti, B.N. dalam memainkan alur cerita dan emosi pembaca. Lebih jelasnya secara singkat dapat penulis kemukakan mengenai alasan penelitian ini, yaitu bahwa novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. merupakan karya sastra yang mengandung pesan

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 6

moral terutama melalui tokoh utamanya Gilar Bagaskara dan Nur Endah. Mereka memiliki ketabahan, keuletan untuk mencapai cita-cita serta menjalani kehidupannya dengan tidak melanggar norma agama, bergitu pula kisah cintanya yang penuh lika-liku namun tetap dalam arah yang benar, meskipun dipisahkan oleh keadaan karena demi mencapai cita-cita untuk mencapai kesuksesan hidup dan keduanya tetap setia dan penuh keyakinan bahwa keduanya akan dipertemukan. Novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. menarik diteliti dari segi sosiologi terutama para tokoh utamanya, yang penulis anggap cukup representatif dari keseluruhan tokoh yang ada dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. Novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. ini menurut penulis akan menambah perbendaharaan kasusastraan Jawa yang layak dicatat dan mendapatkan tempat di kalangan pencintanya. Dengan demikian judul yang penulis ajukan dalam penelitian ini “Kajian Sosiologi Sastra Tokoh Utama Dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, B.N.”.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sastra.

a. Pengertian Sastra

Secara etimologis, kata sastra dalam bahasa Indonesia (dalam bahasa Inggris sering disebut literature dan dalam bahasa Prancis disebut litterature) berasal dari bahasa Sansekerta: akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran -tra, biasanya menunjukkan “alat, sarana”. Jadi sastra dapat berarti “alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran” (Endraswara, 2008: 4).

b. Struktur Sastra

Menurut Baribin (1985: 52) unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur atau plot, latar, gaya bahasa, pusat pengisahan. Unsur cerkaan yang terpenting adalah alur, penokohan, latar, dan pusat pengisahan.

2. Sosiologi Sastra

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 7

Sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga sosial dan proses-proses sosial. Sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup (Swingewood dalam Faruk, 2010: 1).

b. Aspek-aspek Sosiologi

Sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga sosial dan proses-proses sosial. Sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Lewat penelitian yang ketat mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut sebagai struktur sosial, sosiologi dikatakan memperoleh gambaran mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya individu-individu dialokasikan pada dan menerima peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial itu (Swingewood dalam Faruk, 2010: 1).

C. METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang kajian struktural dan sosiologi sastra dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian. Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, dengan metode deskriptif kualitatif seorang peneliti sastra dituntut mengungkap fakta-fakta yang tampak atau data dengan cara memberi deskripsi. Bungin (2003: 5) penelitian kualitatif membutuhkan kekuatan analisis yang lebih mendalam, terperinci namun meluas dan holistis, maka kekuatan akal adalah satu-satunya sumber kemampuan analisis dalam seluruh proses penelitian. Penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan diharapkan dapat membantu memperoleh informasi yang akurat dalam penelitian terhadap

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 8

penelitian tentang kajian struktural dan sosiologis sastra dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N.

Subjek penelitian penulis adalah novel berjudul Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. cetakan ke-3 diterbitkan oleh Yayasan Adhigama Semarang, dengan tebal 85 halaman.

Objek penelitian ini adalah struktur sastra dan aspek sosiologi sastra tokoh utama yang terdapat dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N.

Menurut Arikunto (2010: 136), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah diolah. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kertas pencatat data dan alat tulis. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan instrumen utama yaitu penulis dan menggunakan buku-buku acuan tentang teori sastra, teori sosiologi, artikel-artikel dari internet dan novel “Lintang” karya Ardini Pangastuti, B.N.

Dalam pengumpulan data digunakan teknik simak catat. Teknik simak catat adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan menggunakan sumber-sumber tertulis (Subroto, 1992: 42).

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik simak catat, yakni:

1. Membaca novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. secara berulang-ulang. 2. Mencari aspek struktur sastra novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, B.N. 3. Mencari aspek sosiologi sastra tokoh utama novel Lintang karya Ardini

Pangastuti, B.N.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode Content Analisys atau teknik menganalisis isi. Disebut juga analisis konten deskriptif adalah metode penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang lebih sahih dari sebuah buku atau dokumen (Weber dalam Haryani, 2009:30) pada novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. ini yang digunakan adalah pendekatan analisis sosiologi sastra, yang meliputi aspek moral, aspek etika, aspek sosial ekonomi, aspek cinta kasih, aspek agama dan aspek pendidikan.

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 9

a. Membaca novel berulang-ulang;

b. Mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan unsur struktur dan sosiologi sastra;

c. Mengklasifikasikan data-data struktur dan sosiologi sastra;

d. Menganalisis data yang telah diklasifikasikan dari membaca dan mencocokkan dari kutipan.

Teknik penyajian hasil analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan metode penyajian informal. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Teknik penyajian hasil analisis dalam kajian sastra Tokoh Utama dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. antara lain aspek moral, aspek etika, aspek sosial ekonomi, aspek cinta kasih, aspek agama dan aspek pendidikan.

D. PEMBAHASAN DATA

1. Struktur Sastra

a. Tema: Perjuangan seseorang meraih cita-cita dan tujuannya. b. Tokoh dan penokohan

1. Gilar: pendiam; tampan; jujur; rendah diri; kocak dan romantis; cerdas, ulet, dan loyalitas kerjanya tinggi; setia; pengarang kondang; mudah mengeluh dan kadang sulit berpikir jernih;sering ngelangut memikirkan wanita yang dicintainya.

2. Nur Endah: dingin terhadap laki-laki; tidak gampangan; cantik; baik hatinya dan suka mensuport; dia pintar.

c. Alur: alur maju.

d. Latar: Latar Tempat, Latar Waktu, Latar Sosial e. gaya bahasa: Hiperbola, Personifikasi

f. Sudut Pandang: sudut pandang orang ketiga

2. Aspek Sosiologi Tokoh Utama novel Lintang karya Ardini Pangastuti, B.N. a. Aspek moral

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 10

Ucapan Gilar kepada Nur Endah menunjukkan bahwa Gilar bermoral baik. Gilar mempunyai sifat yang jujur. Hal itu tampak ketika harus menjawab pertanyaan dari Nur Endah. Seperti kutipan berikut.

“Satemene bisa wae aku goroh. Kandha kuliah ing hukum kek, sastra utawa apa wae. Nanging aku emoh goroh. Sebab wong goroh iku ora wurung akhire ya konangan” (Lintang: 8).

Terjemahan:

„Sebenarnya bisa saja aku berbohong bilang kuliah di hukum kek, sastra atau apa saja. Tetapi aku tidak mau berbohong. Karena orang berbohong itu akhirnya ya ketahuan juga‟.

- Nur Endah bermoral baik

Nur Endah merupakan wanita baik-baik, ia sosok wanita yang tidak gampangan, hal itu tampak pada waktu masa lalunya saat Nur Endah menjalin hubungan dengan Firman. Nur Endah berusaha keras mempertahankan kesuciannya, ketika Firman berani meraba bagian tubuh Nur Endah, Nur Endah lebih baik dibunuh jika Firman berhasil merenggut kesuciannya. Hal itu menunjukan bahwa Nur Endah mempunyai moral baik. Seperti kutipan berikut.

“Fir, yen kowe tetep nekad luwih becik patenana aku sawise kowe rampung nguja nafsumu. Aku pasrah lan ora bakal nuntut apa-apa marang kowe” (Lintang: 5).

Terjemahan:

„Fir, kalau kamu tetep nekad lebih baik bunuh saja aku sesudah kamu selesai melepas nafsumu. Aku pasrah dan tidak akan menuntut apa-apa kepadamu‟.

b. Aspek etika - Etika Gilar

Gilar saat bertemu omnya ketika dia baru tiba di rumah tantenya menunjukkan bahwa Gilar mempunyai etika baik. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

“Sugeng enjing, Om. Nyuwun pangapunten, kula ngresahi, aloke Gilar karo manthuk. Nanging sawise Om Ndaru rampung olehe ngancingake

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 11

benik klambine, cepet-cepet Gilar nyedhak langsung nyalami” (Lintang: 42).

Terjemahan:

„Selamat pagi, Om. Maaf, saya merepotkan,” kata Gilar sambil mendengkur ke bawah. Tetapi sesudah Om Ndaru selesai memasang kancing baju, cepat-cepat Gilar mendekat langsung bersalaman‟.

- Etika Nur Endah

Nur Endah mempersilahkan Gilar untuk meminum minuman jeruk buatannya. Di situ dapat di lihat bahwa Nur Endah mempunyai etika yang baik. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

“Diunjuk mas Gilar. Aku ora duwe kopi. Anane mung teh karo jeruk. Nanging yen aku gawe teh mengko kesuwen. Wong tehe dudu teh celup, aloke sawise nyelehake wedang mau ing ndhuwur meja, ing sangarepe Gilar” (Lintang: 35).

Terjemahan:

„Diminum Mas Gilar. Aku tidak punya kopi. Adanya hanya teh sama jeruk. Tetapi kalau saya nanti bikin teh nanti kelamaan. Orang tehnya bukan teh celup, ujarnya setelah meletakkan minuman tadi di atas meja, di depannya Gilar‟.

c. Aspek Ekonomi - Ekonomi Gilar

Sekarang hidup Gilar sudah enak setelah dia pergi merantau ke Jakarta, dia bekerja pada perusahaan jamu “Cipta Sekar” milik Pak Sastra. Gajinya besar selain itu juga memperoleh fasilitas-fasilitas kantor. Hal itu menunjukkan bahwa Gilar memiliki tingkat ekonomi yang meningkat. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

“Saiki uripe kena diarani kepenak. Bayar gedhe, isih ketambahan fasilitas-fasilitas liyane. Ingatase dheweke iku pendhidhikane mung SMA, bisa oleh kedhudhukan apik kaya saiki” (Lintang: 67).

Terjemahan:

„Sekarang hidupnya bisa dikatakan enak. Gajinya besar, masih mendapatkan tambahan fasilitas-fasilitas lainnya. Mengingat dirinya

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 12

itu pendidikannya hanya SMA, bisa mendapatkan kedudukan bagus seperti sekarang‟.

- Ekonomi Nur Endah

Nur Endah tingkat sosial ekonominya menengah. Orang tuanya meskipun tani tapi cukup. Nur Endah adalah anak tunggal. Jadi setengahnya Nur Endah dimanja oleh bapak ibunya. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

“Wong tuane senajan tani nanging cukup. Malah kalebu dieringi ing desane. Anake ya mung siji thil, Nur Endah. mula setengahe Kenya iku diuja dening bapak ibune” (Lintang: 53).

Terjemahan:

„Orang tuanya meskipun tani tapi cukup. Malah termasuk dipekerjai oleh warga desanya. Anaknya ya hanya satu, Nur Endah. Jadi setengahnya Nur Endah dimanja oleh bapak ibunya‟.

d. Aspek cinta kasih

Akhirnya Gilarpun dipertemukan dengan Lintang saat Gilar mendapat undangan dari organisasi remaja Yogyakarta untuk mengisi sebuah acara. Lintang datang menghadiri acara itu. Gilar kaget melihat Lintang ada di situ. Gilarpun memanggil Lintang dengan seruan penuh kerinduan. Nur Endah senyum rasanya Gilar ingin lari menuju Lintang yang dicintainya itu untuk mengeluhkan rasa kangennya itu. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Dumadakan priya iku ndengongok. Kaget weruh Lintang ana kono”. “Lintang! panjelihe tanpa sadar”.

“Nur Endah mesem”.

“Rasane Gilar kepengin mlayu marani wanita kinasih iku. Nyuntak rasa kangene. Nanging dheweke ora mentala nguciwakake para pandhemene sing isih padha antri ngenteni tandhatangane” (Lintang: 85).

Terjemahan:

„Tiba-tiba priya itu memandang tajam. Kaget melihat Lintang ada di situ‟. „Lintang! memanggilnya tanpa sadar‟.

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 13

„Rasanya Gilar ingin lari mendekat wanita tercinta itu. Mengeluhkan rasa kangennya. Tetapi dirinya tidak ingin mengecewakan para pengagumnya yang masih pada antri menunggu tanda tangannya‟.

e. Aspek Agama - Gilar

Gilar merasa menyesal karena telah berbuat salah menganggap Tuhan itu tidak adil karena telah memberi cobaan yang berat terhadap dirinya. Gilarpun sadar, kemudian meminta maaf atas kesalahannya kepada Tuhan. Dari hal tersebut menunjukkan kan bahwa Gilar mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Tuhannya. Seperti kutipan berikut:

“Dhuh Gusti Ingkang Maha Wicaksana. Kawula nyuwun pangapunten dhumateng sedaya kalepatan kula. Kawula khilaf saengga wuta dhumateng sih Padhuka ingkang tanpa winates. Dhuh Gusti ingkang Maha Pirsa, mugi Padhuka kersaa paring pangaksami dhumateng kawula” (Lintang: 39).

Terjemahan:

„Dhuh Gusti Yang Maha Bijaksana. Hamba minta maaf atas semua kesalahan hamba. Hamba khilaf sehingga hamba murka kepada kasih sayang-Mu yang tanpa batas. Dhuh Gusti Yang Maha Mengetahui, semoga Engkau mau memberi maaf kepada hamba‟.

- Nur Endah

Nur Endah kagum dan percaya akan kebijaksanaan Tuhan, yang membuat kehidupan antar umatnya tidak sama, saling berlawanan, bertentangan. Sebab kalau semua dibuat sama ritme kehidupan tidaklah ada. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa Nur Endah sangat percaya kepada Tuhannya. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

“Hem…. Bener Tuhan pancen Maha Wicaksana. Sebab yen kabeh digawe padha, tanpa ana sing lelawan, tanpa adanya pertentangan, ritme kehidupan ora ana. Panguripan iku dhewe dadi ora greget. Kurang bergairah. Kemajuan terhambat. Merga semangat kanggo maju mujudake upaya kanggo memperbaiki kehidupan masyarakat, panguripane manungsa iku dhewe” (Lintang: 55).

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 14

Terjemahan:

„Hem…. Benar Tuhan memang Maha Bijaksana. Sebab kalau semua dibuat sama, tanpa adanya perbedaan, tanpa adanya pertentangan, ritme kehidupan tidak ada. Kehidupan itu sendiri jadi tidak ada greget. Kurang bergairah. Kemajuan terhambat. Karena semangat untuk maju mewujudkan upaya untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, Kehidupannya manusia itu sendiri‟.

f. Aspek pendidikan - Pendidikan Gilar

“Sebab pendhidhikanku ora dhuwur. Mung jebolan SMA. Aku ora bisa nerusake ing sekolah sing luwih dhuwur kaya liya-liyane” (Lintang: 9). Terjemahan:

„Sebab pendidikanku tidak tinggi hanya jebolan SMA. Aku tidak bisa meneruskan di sekolah yang lebih tinggi seperti yang lainnya‟.

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Gilar hanyalah lulusan SMA.

- Pendidikan Nur Endah

“Nganti saprene, nganti meh setaun dheweke dadi mahasiswi Fakultas Ekonomi ing sawijining PTN paling kondhang ing kutha gudheg iku” (Lintang: 1).

Terjemahan:

„Sampai sekarang, sudah hampir setahun dirinya menjadi mahasiswi Fakultas Ekonomi di salah satu PTN paling ternama di kota gudeg itu‟. Pada kutipan di atas menunjukkan bahwa Nur Endah sedang menempuh pendidikan sekolah formal yaitu di Perguruan Tinggi Negeri.

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada Kajian Sosiologi Sastra Tokoh utama Novel “Lintang” karya Ardini Pangastuti, B.N. maka peneliti mengambil simpulan sebagai berikut

(11)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 15

a. Unsur struktural novel Lintang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa dan sudut pandang atau pusat pengisahan. (a) tema, yaitu perjuangan hidup seseorang meraih cita-cita dan tujuannya. (b) tokoh dan penokohan, dalam penelitian ini peneliti hanya mengkaji tokoh utama saja yaitu Gilar Bagaskara dan Nur Endah. (c) alur, novel Lintang menggunakan alur maju. (d) latar, terdapat tiga macam latar yaitu, latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. (e) gaya bahasa, novel lintang terdapat gaya bahasa hiperbola dan personifikasi. (f) pusat pengisahan atau sudut pandang, dalam novel Lintang pengarang menggunakan sudut pandang persona ketiga. “Dia” maha tau. Jadi pengarang dapat menceritakan apa saja hal yang menyangkut tokoh “Dia”, ia bersifat (omniscient). Pengarang mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatar belakanginya.

b. Aspek sosiologi tokoh utama novel Lintang terbagi menjadi enam aspek yaitu aspek moral dalam hal ini yang diungkap adalah perbuatan, sikap, budi pekerti, susila para tokoh utama; aspek etika membahas tentang kesusilaan yang menentukan tentang bagaimana manusia hidup dalam masyarakat; aspek ekonomi terbagi atas tiga golongan (1) golongan ekonomi rendah, (2) golongan ekonomi menengah, (3) golongan ekonomi atas; aspek cinta kasih membahas hubungan rasa cinta kasih antara Gilar Bagaskara dan Nur Endah; aspek agama yang tergambar dalam novel Lintang adalah para tokoh utama percaya dengan adanya Tuhan yaitu Allah, hal ini terlihat pada saat mereka mendapat nikmat atau cobaan selalu menyebut nama Allah; aspek pendidikan yang ditampilkan mencakup pendidikan formal dan pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.

2. Saran

Penulis memberikan saran-saran agar penelitian ini lebih baik di masa yang akan datang. Bagi peneliti hendaknya dapat melanjutkan penelitian ini supaya memperoleh hasil yang memuaskan, bagi para pendidik penelitian ini

(12)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 16

diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyampaikan pelajaran khususnya tentang sastra, dan bagi para siswa hendaknya menambah pengetahuan dengan banyak membaca. Membaca novel Lintang bisa menambah pengetahuan dan pemahaman akan kehidupan, siswa dapat mengambil nilai-nilai positif yang ada pada novel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sebuah Pengantar Ringkas. „Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2008. Pengantar Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Sewon Press.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haryani. 2009. “Tinjauan Sosiologi Sastra Novel Trah karya Atas S. Danusubroto”. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Hidayah, Nurul. 2012. “Kajian Sosiologi Sastra Novel Nalika Prau Gonjing karya Ardini Pangastuti, B.N.”. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Janatun. 2010. “Kajian Struktural Objektif Tokoh Utama dalam novel Jejaring Kalamangga karya Suparto Brata. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Mahasiswati, Sari. 2010. “Tinjauan Sosiologi Sastra dalam novel Tretes Tintrim karya Suparto Brata”. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(13)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 17

Pangastuti, Ardini. 1997. Lintang. Semarang: Yayasan Adhigama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Santosa, Wijaya Heru & Sri Wahyuningtyas. 2009. Pengkajian Prosa Fiksi. Purworejo: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Wellek Renne & Austin Werren. 1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

UNIT LAYANAN PENGADAAN Alamat : Jalan Dharma Praja No..

Sedangkan deskriptor yang memiliki persentase paling tinggi adalah kepala sekolah senantiasa mendorong peningkatan ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan kualitas

Prosthesis mempunyai pengaruh terhadap tingkat kemampuan mobilitas, hal ini terlihat dari hasil penelitian yang mana menunjukan bahwa pasien pengguna prosthesis

Tradisi sedekah dusun yang ada di dusun Krajan desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang ini dilakukan rutin setiap tahun dan sesuai adat yang berlaku.

kecemasan (situasi mengancam), yang secara langsung atau tidak langsung hasil. pengamatan/pengalaman tersebut diolah melalui proses

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat sehingga meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat dalam memberikan dukungan spiritualitas baik

Neneknya khawatir tidak mendapatkan kabar berita yang memberikan peringatan padanya. Tiga anak berusia 18 bulan dan 6 tahun dalam satu keluarga, yang paling muda adalah

malapor, kemudian kami dangar akan jua dari terlapor. Setelah itu kami coba lurus akan dengan menasehati dan memberikan masukan bahwa perceraian itu kada baik