• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pengertian Dividen

Adapun Pengertian dividen menurut Zaki Baridwan (2004:434) menyatakan bahwa :

“Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham yang besarnya sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki.”

Pengertian dividen menurut Bambang Riyanto (2001:265)

“Dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investors.

Pengertian dividen menurut Kamus Besar Akuntansi (2008:335) adalah sebagai berikut:

Dividen adalah suatu distribusi laba kepada para pemegang saham perseroan terbatas yang sebanding dengan lembar saham yang dimiliki. Distribusi ini dapat dilakukan dengan tingkat persentase tertentu bagi pemegang saham preferen atau dalam bentuk berbeda-beda sesuai keberhasilan perusahaan bagi pemegang saham biasa. Bentuk pembagian dividen dapat berupa cash dividend atau dividen tunai maupun stock dividend atau dividen saham.

(2)

Keuntungan para pemegang saham atau investor dapat berupa dividen dan capital gain. Pengertian capital gain menurut Agus Sartono (2001:483) menyatakan bahwa :

Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari penjualan aktiva tetap atau selisih harga jual dan harga beli surat berharga.”

2.1.2. Jenis-Jenis Dividen

Menurut Kieso dan Weygandt (2008) dividen yang dibagikan perusahaan kepada investor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Dividen Kas (Cash Dividend)

Dividen yang paling umum digunakan perusahaan adalah dividen dalam bentuk kas. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dimiliki.

2. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham (stock dividend) merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk proporsi sahamtertentu. Dibagikannya dividen dalam bentuk saham, maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan dibursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya guna memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.

(3)

Sertifikat dividen (script dividend) merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau promes yang telah dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sertifikat dividen (dividend script) adalah hutang dividen dalam bentuk script atau pembayaran dividen pada masa yang akan datang.

4. Property Dividend

Property dividend yaitu pembayaran dividen yang diberikan perusahaa dalam bentuk kekayaan seperti barang dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi.

2.1.3. Kebijakan Dividen

Menurut Agus Sartono (2001: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Menurut Bambang Riyanto (2001:265) kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan.

(4)

Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity investors”.

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana interen atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana interen akan semakin besar.

2.1.4. Teori Kebijakan Dividen

Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain:

1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modligiani dan Miller

Modigliani dan Miller (MM) berpendapat , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari asset perusahaan.

Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti :

(5)

b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.

c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.

d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu.

Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks (Biaya modal sendiri dari laba ditahan). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari saham biasa baru).

Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui.

2. Teori The Bird in The Hand

Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu

(6)

diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan dari dividen (dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital gains yield).

3. Teori Perbedaan Pajak

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy.Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak, oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividen tinggi, capital gains rendah daripada saham dengan dividen rendah,capital gains tinggi, perbedaan ini akan makin terasa.

4. Teori Signalling Hypothesis

Teori yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman dividen kenaikan dividen. Dividen itu sendiri tidak akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham (Hanafi 2004:371).

(7)

Teori menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Misalnya, kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang tinggi dibanding dengan capital gains. Sebaliknya, kelompok investor dengan tingkat pajak yang rendah akan menyukai dividen. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang tinggi, sedangkan kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. 2.1.5. Macam-macam Kebijakan Dividen

Menurut Bambang Riyanto (2001:269) ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu antara lain sebagai berikut:

a. Kebijakan dividen yang stabil

Kebijakan dividen yang stabil berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapat tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per lembar saham dinaikkan.

(8)

Beberapa alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen stabil antara lain sebagai berikut:

1) Kebijakan dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang

2) Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya dividen yang tidak stabil, dimana golongan ini menginginkan kepastian dividen yang dibayarkan.

b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu

Kebijakan dividen ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya, dimana cara penetapan dividend payout ini adalah penetapan junlah dividen minimal plus jumlah ekstra.

c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan

Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

(9)

d. Kebijakan dividen yang fleksibel

Kebijakan dividen yang fleksibelmenunjukkan bahwa besarnya dividen per lembar saham setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Bambang Riyanto (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dalam suatu perusahaan, antara lain:

1. Posisi likuiditas perusahaan

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yanga akan dibayarkan kepada para pemegang saham, oleh karena itu dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi likuiditas suatu perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayart dividen. Hal ini berarti bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, maka makin tinggi rasio pembayaran dividennya.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti bahwa

(10)

hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earnings yang dapat dibayarkan sebagai dividen, dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah.

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini berarti bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah dividend payout ratio-nya.

4. Pengawasan terhadap perusahaan

Variabel penting lainnya adalah pengawasan terhadap perusahaan. Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa jika ekspansinya dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan hutang akan

(11)

memperbesar resiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividend payout ratio-nya.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sebagai acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian

2001 Sutrisno Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Hasil penelittian menunjukkan bahwa posisi kas dan DER merupakan faktor yang paling dominan

mempengaruhi DPR

2002 Sri Sudarsi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed Di BEJ

Menunjukkan bahwa baik secara bersama-sama ataupun secara parsial variabel cash position,

profitabilitas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan debt to equity ratio tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout

(12)

ratio. 2005 Agung Baruno Analisis Pengaruh

Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio pada Industri

Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Hasil penelitian menunjukkan, untuk PT Telkom hanya posisi kas, ROI, dan FS yang berpengaruh terhadap DPR, sedangkan untuk PT Indosat, hanya posisi kas, ROE, DER, dan DPR satu tahun sebelumnya 2007 Farih Analisis Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Membagikan Dividen dan Terdaftar Di BEJ Tahun 2003-2005

Menunjukkan bahwa variabel cash

position,

profitability, firm size, debt to equity ratio secara serentak berpengaruh terhadap rasio pembayaran dividen, sedangkan secara parsial hanya variabel cash position, profitability yang berpengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen 1. Sutrisno (2001)

Sutrisno (2001) melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan 148 perusahaan sebagai sampel. Variabel yang diduga berpengaruh terhadap dividend payout ratio dalam penelitiannya yaitu variabel cash position, growth potential, firm size, debt to

(13)

equity ratio, profitability dan holding. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya variabel cash position dan debt to equity ratio yang berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

2. Sri Sudarsi (2002)

Sri Sudarsi (2002) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di BEJ”. Populasi dalam penelitiannya adalah bank-bank yang terdaftar di BEJ dan termasuk kelompok bank yang memiliki saham aktif selama tiga tahun berturut-turut, dari populasi tersebut peneliti menentukan sampel dengan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria. Kriteria yang digunakan peneliti adalah yang pertama data untuk faktor-faktor yang diteliti adalah lengkap, kedua dividend payout ratio yang dimiliki adalah lebih kecil atau sama dengan satu. Penelitian ini melibatkan 6 variabel yang terdiri dari dividend payout ratio sebagai variabel dependen dan cash position,profitabilitas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan debt to equity ratio sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara bersama-sama ataupun secara parsial variabel cash position, profitabilitas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan debt to equity ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.

3. Agung Baruno (2005)

Agung Baruno (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR)

(14)

pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Variabel independen dari penelitian tersebut adalah cash ratio (CR), return on assets (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER) dan deviden payout ratio satu tahun sebelumnya (DPRt-1). Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan F-test dan t-test. Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan yang signifikan dan positif.

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual disusun untuk menggambarkan hubungan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen disimbolkan dengan (X), sedangkan variabel dependen disimbolkan dengan (Y). Free cash flow (FCF), return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER), firm size, dan growth potential merupakan variabel independen, sedangkan dividend payout ratio merupakan variabel dependen. Kerangka konseptual dapat digambarkan seperti di bawah ini:

(15)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Free cash flow (arus kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Arus kas bebas yaitu kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif dilakukan. Perusahaan dengan arus kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat

Free Cash Flow (FCF) (X1) Return on Assets (ROA) (X2) Debt to Equity Ratio (DER) (X3) Firm Size (X4) Growth Potential (X5) Dividend Payout Ratio (DPR) (Y)

(16)

memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini dapat didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang.

ROA menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin besar ROA mensinyalir bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat karena tingkat pengembalian investasi ( return) yang semakin besar. Dengan demikian meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen terutama dividen kas. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah ROA suatu perusahaan, maka semakin kecil kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

Debt To Equty Ratio (DER) rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban suatu perusahaan, maka akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

(17)

Firm Size dapat dinyatakan dengan total assets. Semakin besar total assets suatu perusahaan mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan. Suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dan mendapatkan laba dengan melihat pertumbuhan aset perusahaan, sehingga semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham.

Growth potential (GP) merupakan kemamppuan perusahaan untuk bertumbuh. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan yang semakin cepat, maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Vardiansyah, 2008 : 10). Sesuai dengan kerangka konseptual, penulis merumuskan hipostesis sebagai berikut:

1. Hipotesis 1 : Diduga variabel free cash flow, return on assets, debt to equity ratio, firm size, dan growth potential secara bersama-sama

(18)

berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 - 2011. 2. Hipotesis 2 : Diduga variabel free cash flow, return on assets, debt to

equity ratio, firm size, dan growth potential secara parsial berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa senang dengan model pembelajaran yang diterapkan di kelas, karena menurut siswa mereka lebih santai serta tidak tegang

Predictors: (Constant), kesadaran dan pengetahuan, biaya, orientasi pada kepuasan pelanggan, infrastruktur.

Pemberian Gentamicin tidak sesuai dengan aturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan pada pasien diberikan 2×30 mg2. Pasien mengalami batuk

Pada penyelenggaraan ibadah haji terdapat jemaah haji yang tergolong resiko tinggi yaitu jemaah dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi beresiko sakit

Peranan bidang interior dalam perancangan fasilitas ini adalah memaksimalkan fasilitas lahan dengan merancang ruang yang dapat menampung segala kebutuhan para seniman dan

Misalnya, durasi film yang sama akan terasa lebih lama jika dalam fim tersebut. menggunakan efek transisi daripada penggunaan

Pada tahun 2017 Kabupaten Purbalingga menyediakan 2017 rumah sederhana khusus subsidi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).Penyediaan rumah bagi MBR merupakan wujud

Demikian maka dapat disimpulkan adanya pengaruh signifikan dari pemberian pendidikan kesehatan peer group terhadap keinginan berhenti merokok pada remaja kelas X