• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode SQ3R - PENGARUH METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE AND REVIEW TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V MATERI PERJUANGAN PARA TOKOH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode SQ3R - PENGARUH METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE AND REVIEW TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V MATERI PERJUANGAN PARA TOKOH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN - repository perpustakaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Metode SQ3R

Metode SQ3R merupakan suatu metode membaca yang membuat siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks sehingga siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. SQ3R merupakan singkatan dari Survey, Question, Read, Recite and Review. Kepanjangan dari SQ3R tersebut merupakan langkah-langkah mempelajari teks (Soedarso, 2010: 59), yang meliputi:

a. Survey, teknik mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap. Langkah pertama, dalam melakukan survey, guru perlu membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam tahap survey (Soedarso, 2010: 64) yakni :

1) Paragraf pertama dan terakhir

Terkadang penulis mengunakan paragraf pertama dan terakhir untuk menyampaikan apa yang dibicarakan dalam teks tersebut. 2) Ringkasan

Terkadang ada penulis yang memberikan ikhtisar atau ringkasan tersendiri. Oleh karena itu sebaiknya membaca ringkasannya dahulu untuk mendapatkan gambaran umum tentang teks yang dibaca.

3) Subjudul

(2)

Siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat bantu pembuat ciri seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian penting yang akan dijadikan bahan pertanyaan, hal itu perlu dilakukan untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya.

b. Question, menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks Langkah kedua, guru sebaiknya memberi petunjuk atau contoh kepada siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada panjang pendeknya teks, dan kemampuan siswa dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, maka mereka hanya perlu membuat beberapa pertanyaan saja. Siswa perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya apabila latar belakang pengetahuan siswa tidak berhubungan dengan isi teks.

c. Read, membaca secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun

(3)

d. Recite, berhenti sejenak setelah selesai membaca suatu bagian

Langkah keempat, setiap selesai membaca suatu bagian, hendaknya siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebutkan bagian-bagian penting dari bab itu. Jika sebuah pertanyaan tak terjawab, siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya dan demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, siswa juga dapat membuat catatan-catatan seperlunya. e. Review, meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang

tersusun pada langkah kedua dan ketiga.

Siswa diajak mengulang untuk menelusuri bagian-bagian penting dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu diingat kembali setelah selesai membaca secara keseluruhan. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali terlewatkan.

2. Prestasi belajar IPS

a. Belajar

Aktivitas kehidupan menusia sehari-hari tidak dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Aunurrahman (2009: 36) berpendapat,”Belajar merupakan suatu aktivitas pada diri seseorang

(4)

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dahar (2011: 2) menyebutkan,”Belajar adalah

suatu proses perubahan perilaku suatu organisasi sebagai akibat

pengalaman”. Hal ini diperkuat dengan pendapat Gagne dalam Susanto

(2014:1) bahwa belajar merupakan proses suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (2006: 92) yang mengungkapkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang mengakibatkan proses kognitif. Pasaribu dan Simandjuntak (1983: 59) menyebutkan,”Belajar juga

dapat dipahami sebagai suatu proses perubahan kegiatan sebagai reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”

(5)

perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang aktif pada diri seseorang secara sadar atau sengaja sebagai reaksi terhadap situasi yang ada disekitar individu yang ditandai dengan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Perubahan yang dimaksud bukan disebabkan karena pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang.

b. Prestasi belajar

1) Pengertian

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 700) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian diserap dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang

artinya “hasil usaha”.

(6)

Pendapat Arifin kemudian diperkuat dengan pendapat KBBI yang menyebutkan bahwa penguasaaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru adalah pengetian dari prestasi belajar.

Ahmadi dan Widodo (2013: 138) memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat Arifin dan KBBI, mereka mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Menilik pada pengertian prestasi belajar yang telah disebutkan oleh beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran sebagai hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal).

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2013 : 138) adalah sebagai berikut :

a) Faktor internal

(7)

(1) Faktor jasmaniah misalnya penglihatan, pendengaran, sruktur tubuh dan sebagainya. (2) Faktor psikologis yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh yang terdiri atas faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan kecakapan nyata dan faktor non-intelektif yang meliputi unsur-unsur kepribadian tertentu.

(3) Faktor kematangan fisik dan psikis b) Faktor eksternal

Yang tergolong faktor eksternal, adalah :

(1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

(2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian.

(3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

(4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ahmadi dan Supriyono mencoba menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi faktor jasmaniah dan psikologis sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, spiritual atau keamanan.

c. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar

1) Pengertian

(8)

dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal ini diperkuat dengan pandangan Susanto (2014: 137) yang mengatakan bahwa kajian IPS yang mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah maupun politik

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Trianto (2010: 171) dalam bukunya mengatakan bahwa pada hakikatnya IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa. sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.

Nurdin, Sapriya, dan Susilawati (2006: 3) menyebutkan tentang pengertian IPS adalah sebagai berikut:

(9)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah suatu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang sekolah dasar dan menengah Ilmu pengetahuan sosial juga dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa disiplin ilmu yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehingga melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.

1) Tujuan pembelajaran IPS

Tujuan utama pembelajaran IPS berdasarkan Susanto (2014: 145) yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai siswa di Sekolah Dasar harus disesuaikan dengan taraf perkembangannya, yang dimulai dari lingkungan terdekat menuju lingkungan yang lebih luas.

(10)

disampaikan Piaget dalam Susanto (2014: 152) berada pada tingkatan kongkret operasional. Anak pada tingkatan kongkret operasional ini memandang dunia dalam suatu keseluruhan yang utuh padahal bahan materi pendidikan IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak tersebut dipahami anak.

2) Metode Pembelajaran IPS

Dalam menetapkan metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran IPS maka hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Subiyanto dalam Susanto (2014 :154) mengemukakan sebagai berikut:

a) Metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan. Metode harus menunjang pencapaian tujuan. Bila tidak, maka sia-sialah perumusan tujuan.

b) Metode hendaknya disesuaikan dengan bahan pengajaran. Bahan pengajaran bisa menjadi pedoman bagi guru dalam menentukan metode yang baik.

c) Metode hendaknya diadaptasikan dengan kemampuan siswa. Menyesuaikan metode mengajar dengan tingkat kemampuan siswa didasarkan pada tingkat atau jenjang pengajaran.

(11)

memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Siswa menjadi terlatih menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari dengan memperoleh pengalaman langsung melalui pembelajaran IPS.

3) Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Bicara tentang ruang lingkup IPS, Triyanto, (2010: 171) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.

Karakteristik ruang lingkup IPS perlu diketahui untuk membedakan mata pelajaran IPS dengan mata pelajaran lainnya setelah mengetahui hakikat IPS. Karakteristik ruang lingkup IPS di sekolah dasar menurut Susanto (2014: 160), sebagai berikut:

a) Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu.

c) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d) Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat

(12)

pengolahan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

e) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi yang terdiri dari dimensi ruang, waktu, nilai dan norma dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

Ruang lingkup materi IPS di Sekolah Dasar memiliki karakteristik diantaranya IPS merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial. Karakterisik lainnya, dilihat dari segi Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari ilmu-ilmu sosial, Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar IPS juga menyangkut masalah-masalah dan peristiwa kehidupan masyarakat. Selain itu, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menggunakan 3 dimensi yang terdiri atas ruang, waktu, nilai dan norma.

3. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memiliki beberapa ahli. Salah satunya adalah J.W Brunner yang dikenal dengan teori belajar Brunner. Teori belajar Brunner dalam Budiningsih (2005: 40) menandai perkembangan kognitif manusia menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Perkembangan intelektual manusia ditandai dengan bertambahnya kemampuan menanggapi rangsang

2) Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan kemampuan berbahasa

3) Interaksi sistematis diperlukan untuk perkembangan kognitif 4) Bahasa merupakan kunci perkembangan kognitif

5) Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan

(13)

tindakan yang tepat, dan dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan bahwa Brunner memandang peningkatan intelektual tergantung pada perkembangan kemampuan berbahasa yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan menanggapi rangsang, kecakapan mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dan dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan menggunakan model yang sama antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh D.B.Kt Semara Putra, IGA Cahyani Ari Putri, dan Siti Julaikha dengan judul ”Pengaruh metode pembelajaran

SQ3R Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas V SD” dengan

kesimpulan bahwa terdapat pengaruh metode SQ3R terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

2. Penelitian yang dilakukan oleh IB Putrayasa, Muhaji dan N. Suandi dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode SQ3R dan Teknik Klose

Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa” dengan hasil

metode SQ3R dan teknik klose berpengaruh signifikan terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh IB. G Suryaabadi, Ni L. Oka Purniawati, Ni Nym. Ganing dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran SQ3R

(14)

hasil terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran SQ3R bermedia PowerPoint terhadap kemampuan membaca pada bahasa Indonesia siswa kelas V SD gugus III Kecamatan Gianyar tahun pelajaran 2012/2013.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa keberhasilan pembelajaran IPS dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

Mengingat pengertian belajar merupakan suatu proses yang aktif pada diri seseorang secara sadar atau sengaja sebagai reaksi terhadap situasi yang ada disekitar individu yang ditandai dengan perubahan tingkah laku maka metode pembelajaran yang menciptakan proses yang aktif pada siswa perlu dikembangkan. Penerapan metode pembelajaran yang menciptakan proses yang aktif pada siswa diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

(15)

pada intisari atau kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks sehingga siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi dan meningkatkan prestasi belajar IPS mereka.

D. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja Ha

Terdapat pengaruh positif metode belajar SQ3R terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 4 Karang Tengah materi perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

2. Hipotesis Nihil H0

Referensi

Dokumen terkait

Paired Samples Test.

Tema : Bimbingan Orang tua terhadap Perkembangan iman anak dalam keluarga katolik di Paroki St.Yusup Bintaran Tujuan : Membantu orang tua Kristiani meningkatkan kesadaran

Banyak anakan tidak ada yang berbeda dengan kontrol, tetapi galur nomor 24 dan 27 me- miliki daun yang lebih banyak sehingga sifat ini dapat mendukung penggunaan sorghum sebagai

Akhir yang berjudul “ Penurunan Kadar Logam Cr(VI) Limbah Cair Laboratorium.. Menggunakan Serbuk Besi Limbah Industri Elektroplating ” ini disusun

Tujuan dari dilakukannya kerja praktek ini yaitu untuk menambah pengetahuan di bidang pangan khususnya hasil pengolahan ikan sarden, untuk memahami dunia kerja serta

SHELF LIFE DETERMINATION OF NON-DAIRY CREAMER USING ACCELERATED SHELF LIFE TESTING (ASLT) METHOD.. PENENTUAN UMUR SIMPAN KRIMER

Pewarna yang sesuai dengan warna asli yang terdapat pada furnitur.. Politur Natural untuk

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal