• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VII C MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE KOMPETENSI DASAR MENGAKTUALISASIKAN KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SECARA BEBAS DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VII C MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE KOMPETENSI DASAR MENGAKTUALISASIKAN KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SECARA BEBAS DAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tugas utama seorang guru adalah mengajar, mendidik dan melatih para

peserta didiknya agar mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik, guru harus

menguasai berbagai kemampuan. Salah satu yang harus dikuasai guru adalah

mengembangkan diri secara profesional. Ini berarti guru tidak hanya dituntut

menguasai materi ajar atau mampu menyajikan secara tepat, tetapi juga dituntut

mampu menilai kinerjanya sendiri, yaitu dengan penelitian di kelasnya sendiri, yaitu

untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pembelajaran.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki misi membentuk

warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan

kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan

Undang-Undang Dasar 1945. Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

adalah mengembangkan kompetensi peserta didik untuk memiliki kemampuan

berfikir secara rasional, kritis dan kreatif. Memiliki keterampilan intelektual dan

keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab serta memiliki

watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pedidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibanya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI tahun 1945. Pada

(2)

memiliki kemampuan berfikir secara kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan serta berpartisipasi aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(Depdiknas,2006:271)

Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan sejak sekolah dasar dilanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya dalam proses pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan banyak peserta didik yang tidak bersemangat dan

cenderung pasif. Keberhasilan proses dapat dilihat dari hasil yang dicapai peserta

didik. Hasil belajar yang dimaksud adalah tingkat pencapaian hasil belajar peserta

didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau dianggap sepele oleh sebagian

besar siswa. Kenyataan ini semakin diperburuk dengan metode mengajar yang

dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai metode konvensional atau

tradisional. Metode konvensional merupakan metode dimana guru memegang

peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan

materi kepada siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan

mengajar berkurang dan hanya bergantung pada guru. Metode ini berkisar pada

pemberian ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Akibatnya dalam

mempelajari materi PKn siswa cenderung kurang semangat dan dianggap sebagai

pelajaran yang membosankan. Hal tersebut terjadi pula di SMP Muhammadiyah

(3)

Berikut adalah Daftar Nilai Ulangan Harian tiga tahun terakhir pada

kompetensi dasar Mengaktualisasikan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Secara

Bebas Dan Bertanggung Jawab di kelas VII C SMP Muhammadiyah Sumbang.

Tabel 1.1

(4)

Kelas VII C Tahun

Daftar Nilai Ulangan Harian tiga tahun terakhir pada kompetensi dasar

Mengaktualisasikan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Secara Bebas Dan

Bertanggung Jawab di kelas VII C SMP Muhammadiyah Sumbang disajikan dalam

bentuk diagram.

Gambar 1.1

(5)

didik dari 33 peserta didik dengan batas KKM yaitu 75. Sedangkan tahun 2013/2014

yang belum mencapai KKM sejumlah 19 peserta didik dari 39 peserta didik dengan

batas KKM yaitu 75.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PKn SMP Muhammadiyah

Sumbang menyebutkan bahwa hasil belajar peserta didik belum memuaskan. Menurut

beliau faktor penyebab hasil belajar rendah dikarenakan kurangnya persiapan peserta

didik dalam menghadapi ulangan, keaktifan peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran masih kurang, selain itu penyampaian pelajaran oleh guru yang masih

menggunakan model ceramah atau konvensional sangat memengaruhi penyerapan

peserta didik terhadap materi pelajaran sehingga berpengaruh pada hasil belajar

peserta didik.

Berdasarkan sebab-sebab tersebut peneliti memfokuskan pada metode

mengajar guru yang masih bersifat konvensional. Salah satu cara yang dapat

ditempuh oleh guru berkaitan dengan pengembangan metode mengajar agar tidak

terpaku pada metode mengajar konvensional adalah sebagaimana yang

dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2008:17) yaitu dengan “Mengubah dari

sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan

dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang

baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima

informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru”. Oleh karena itu

metode konvensional dalam pengajaran PKn harus diubah. Hal ini dilakukan

supaya siswa tidak lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran PKn. Sebaliknya

dengan metode baru siswa diharapkan lebih aktif tidak lagi hanya sekedar

menerima informasi atau diceramahi guru, tetapi bisa memberikan informasi

(6)

guru untuk mengatasi permasalahan di atas dan mampu menciptakan suasana

belajar yang aktif dan tidak membosankan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

ThinkPair-Share (TPS).

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memberikan

kepada siswa waktu untuk berpikir, menjawab, merespon dan membantu satu

sama lain. Melalui metode ini penyajian bahan ajar tidak lagi membosankan

karena siswa diberikan waktu untuk berdiskusi menyelesaikan suatu masalah atau

soal bersama dengan pasangannya sehingga baik siswa yang pandai maupun siswa

yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar ini.

Jadi selama proses belajar mengajar diharapkan semua siswa aktif karena pada

akhirnya nanti masingmasing siswa secara berpasangan harus membagikan hasil

diskusinya di depan kelas kepada teman-teman lainnya. Metode Think-Pair-Share

(TPS) dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan isi akademis siswa

terhadap materi yang diajarkan. Hal ini seperti dinyatakan oleh Richard I. Arends

(1997:122) bahwa “Think-pair-share and Numbered heads together, described

here, are two examples of structures teachers can use to teach academic content or to

check on student understanding of particular content”. Peningkatan penguasaan

isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan

yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir

dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan)

siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil

untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru.

Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil

(7)

ini penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat dan

pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mengadakan

wawancara dengan guru PKn kelas VII dan peserta didik, maka penelitian ini akan

dilaksanakan di kelas VII C SMP Muhammadiyah Sumbang. Oleh karena itu untuk

meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn), peneliti bermaksud mencobakan metode Think-Pair-Share

(TPS) bagi kelas VII C SMP Muhammadiyah Sumbang. Metode ini diterapkan agar

dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu

agar penyajian bahan ajar PKn tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi

buku, sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi

pelajaran.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat

disusun perumusan masalah sebagai berikut :

“Apakah penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat

meningkatkan hasil belajar PKn bagi peserta didik VII C SMP Muhammadiyah

Sumbang Tahun Ajaran 2014/2015?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn

kelas VII C SMP Muhammadiyah Sumbang melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan Mengaktualisasi

(8)

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini

memiliki manfaat bagi guru, bagi pembelajaran (peserta didik) maupun bagi sekolah.

a. Manfaat bagi guru

a) Membantu guru memperbaiki pembelajaran.

b) Membantu guru berkembang secara profesional.

c) Meningkatkan rasa percaya diri guru.

d) Sebagai bahan masukan bagi guru dalam pengelolaan kegiatan

pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS).

b. Manfaat bagi pembelajaran

a) Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.

b) Peserta didik mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam

pembelajaran.

c. Manfaat bagi sekolah

Membantu sekolah untuk berkembang, karena peningkatan atau kemajuan

Gambar

Gambar 1.1 Daftar Nilai PKn kelas VII C SMP Muhammadiyah Sumbang Tahun Pelajaran

Referensi

Dokumen terkait

• PEMILIHAN AHLI LEGISLATIF : Ahli Dewan Senat (upper house) dipilih 6 tahun sekali; 24 orang senator, ahli Dewan Perwakilan (lower house) dipilih 3 tahun sekali melalui pilihan

Dari kelima model tersebut model yang memberikan nilai VaR terkecil adalah GARCH-M Standar deviasi (1,1) dengan nilai kerugian terbesar yang akan dialami investor pada

Dalam menganalisa biaya penggunaan kontruksi kayu penulis menggunakan SNI-3434-2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk kontruksi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis kemasan yang digunakan, yaitu botol PET dan blister terhadap umur simpan dari kapsul buah dan sayur Freeze Dried yang

Mikrokontroler akan mengolah keluaran dari sensor, pada setiap perubahan tingkatan ketinggian BBM tertentu (ada 10 tingkatan yang sudah di tentukan dalam program),

Metode profile matching dapat diimplementasikan dalam sistem pendukung keputusan pemilihan kepala daerah dengan membuat sebuah sistem yang dapat digunakan oleh

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu model terbaik untuk kasus DBD di Jawa Timur tahun 2014 adalah model

Jika Dua Unsur Dapat Membentuk Lebih Dari Dua Jenis Senyawa, Dan Jika Massa Salah Satu Unsur Dalam Senyawa –Senyawa Itu Sama.. Pernyataan Diatas Merupakan Definisi Dari