• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STATUS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA PESERTA DIDIK YANG DIAMPU GURU PNS DENGAN HONORER DI SDN GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH STATUS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA PESERTA DIDIK YANG DIAMPU GURU PNS DENGAN HONORER DI SDN GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH STATUS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA PESERTA DIDIK

YANG DIAMPU GURU PNS DENGAN HONORER DI SDN

GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO

SKRIPSI

Oleh :

Bahaul Haq

NIM : 114-13-011

JURUSAN ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENGARUH STATUS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA PESERTA DIDIK

YANG DIAMPU GURU PNS DENGAN HONORER DI SDN

GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh :

Bahaul Haq

NIM : 114-13-011

JURUSAN TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km.2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

PENGARUH STATUS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA PESERTA DIDIK

YANG DIAMPU GURU PNS DENGAN HONORER DI SDN

GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO

disusun oleh :

BAHAUL HAQ NIM : 114-13-011

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan penguji Skripsi Jusuran Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd

Sekretaris Penguji : Muh. Hafidz, M.Ag

Penguji I : Mufiq, S.Ag.,M.Phil

Penguji II : Dra. Ulfah Susilawati, M.Si

Salatiga, 27 September 2017

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : Bahaul Haq

NIM : 114-13-011

Jurusan : FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jurusan Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri dengan judul “Pengaruh Status Guru Terhadap Hasil Belajar

Pendiidkan Agama Islam antara Peserta Didik yang Diampu Guru PNS dengan Honorer di SDN Garangan Kecamatan Wonosegoro”, bukan jiplakan karya tulis

orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah dan saya menyatakan di

perbolehkan untuk di publikasikan.

Salatiga, 11 September 2017

Yang Menyatakan,

(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Allah Berfirman:

( ٌمي ِظَع ٌمْلُظَل َكْرِّشلا َّنِإ ِ َّللَّاِب ْك ِرْشُت لا َّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُه َو ِهِنْبلا ُناَمْقُل َلاَق ْذِإ َو ٣١

)

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahan kepada:

1. Almarhum kedua orang tuaku yang memberikan cinta dan harapan dalam membimbing dan mendidik dengan penuh kesabaran serta berusaha memenuhi kebutuhan baik moral maupun spiritual semoga Allah senantiasa meridhoinya. 2. Kepada bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku pembimbing dan sekaligus sebagai

motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ِِب

ِ س

ِِميِحَّشناِِهم حَّشناِِاللهِِم

Alhamdulillah atas segala karunia dari Allah SWT, tanpa sadar sampai detik ini kita masih diberi denyut nafas kehidupan dalam menempuh hidup memerankan diri sebagai khalifatullah dimuka bumi dan sebagai Abdullah (hamba Allah). Teriring Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan

dalam mengangkat derajat kaum Mustad’affin sehingga karena tauladan beliaulah saya

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH STATUS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA

PESERTA DIDIK YANG DIAMPU GURU PNS DENGAN HONORER DI SDN

GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO.

Karena kemampuan penulis yang masih terbatas, maka di dalam penyusunan skripsi ini mungkin terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka akan menerima masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi.

Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dan kewajiban guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran, pertimbangan dan kritik dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:

(9)

ix

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyan dan Keguruan (FTIK)Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rokhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian, kesabaran, dan keikhlasan.

5. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang dengan keikhlasan memberikan ilmu dan pengetahuan selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Kepada Guru Pendidikan Agama Islam SDN Garangan yang sudah meluangkan waktunya sehingga terselesainya skripsi ini.

Kepada mereka semua, penulis tidak dapat membalas dengan balasan apapun. Hanya untaian atas terima kasih serta doa semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon petunjuk dan hidayah. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.

Salatiga, 11 September 2017

Penulis,

BAHAUL HAQ

(10)

x ABSTRAK

Haq, Bahaul, 2017. Pengaruh Status Guru Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam antara Peserta Didik yang Diampu Guru PNS dengan Honorer di SDN Garangan Kecamatan Wonosegoro.

Kata Kunci :Hasil Belajar, Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh penting untuk perkembangan generasi muda sebagai penerus bangsa, serta pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa yang dapat berperan dalam masyarakat yang akan datang, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat, hal tersebut bisa dilakukan melalui pemberian bimbingan, pelatihan dan pengajaran. Proses belajar mengajar merupakan proses terjadinya interaksi antara berbagai komponen, sehingga masing-masing komponen saling pengaruh mempengaruhi. Guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar dan siswa merespon dengan sikap, sehingga terjadi timbal balik antar komponen. Keberhasilan pembelajaran merupakan harapan baik oleh institusi pendidikan maupun siswa. Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran selalu diupayakan dan diperjuangkan agar dapat menjadi kenyataan. Namun tidak semua guru menya dari akan tujuan pendidikan nasional tersebut. Berdasarkan pra observasi dilapangan yang penulis lakukan, banyak ditemukan kasus pada guru honorer PAI terkait dengan tugas mereka sebagai pendidik.

(11)
(12)

xii

B. Visi, Misi dan Tujuan SDN Garangan ...

C. Keadaan Siswa ...

D. Keadaan Guru...

E. Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Garangan ...

F. Tata Tertib SDN Garangan ...

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Keadaan Siswa SDN Garangan

TABEL 2 Keadaan Guru SDN Garangan

TABEL 3 Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Garangan

TABEL 4 Daftar Nilai Rapor Prestasi Belajar PAI Siswa Peserta Didik yang

diampu Guru PNS Tahun Pelajaran 2015/2016

TABEL 5 Daftar Nilai Rapor Prestasi Belajar PAI Siswa Peserta Didik yang

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang - undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa : "Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No.20, 2003, 3).

Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh penting untuk

perkembangan generasi muda sebagai penerus bangsa, serta pendidikan

merupakan usaha untuk menyiapkan siswa yang dapat berperan dalam

masyarakat yang akan datang, baik sebagai individu maupun sebagai warga

masyarakat, hal tersebut bisa dilakukan melalui pemberian bimbingan,

pelatihan dan pengajaran (Tirtaraharja, 1994: 20). Pendidikan juga

merupakan kebutuhan setiap warga negara yang selalu mendambakan

peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai unsur pokok dalam

pembangunan negara. Tujuan pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

(15)

2

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 14 Tahun 2005,

2005: 4). Pendidikan sangat diperlukan bagi setiap manusia, karena dengan

pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam

dirinya, Orang yang memiliki pendidikan diharapkan akan menjadi manusia

yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri, bangsa maupun untuk negaranya.

Belajar merupakan kebutuhan manusia secara mutlak untuk

mengembangkan ilmu pengetahuannya. Tanpa belajar manusia akan sulit

untuk mengembangkan pengetahuannya. Belajar dalam arti luas merupakan

salah satu cara untuk lebih dapat meningkatkan prestasi belajar seseorang,

dan prestasi belajar kemudian pada akhirnya akan menentukan sikap dan

kebiasaan belajar. Secara luas sikap dapat diartikan yaitu adanya kesediaan

untuk berrespon atau merespon terhadap situasi. Sikap nantinya akan

menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta dapat

memandang situasi tersebut bermanfaat atau merugikan bila ada respon dari

individu.

Proses belajar mengajar merupakan proses terjadinya interaksi antara

berbagai komponen, sehingga masing-masing komponen saling pengaruh

mempengaruhi. Guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar

dan siswa merespon dengan sikap, sehingga terjadi timbal balik antar

komponen. Guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus dan

(16)

3

Keberhasilan pembelajaran merupakan harapan baik oleh institusi

pendidikan maupun siswa. Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran selalu

diupayakan dan diperjuangkan agar dapat menjadi kenyataan. Namun tidak

semua guru menya dari akan tujuan pendidikan nasional tersebut.

Berdasarkan pra observasi dilapangan yang penulis lakukan, banyak

ditemukan kasus pada guru honorer PAI terkait dengan tugas mereka sebagai

pendidik. Misalnya, guru honorer PAI menjadikan tugasnya sebagai pendidik

menjadi sebuah profesi sampingan. Mereka seringkali lebih mengutamakan

pekerjaan yang gajinya lebih besar daripada mengajar anak didiknya. Mereka

telat masuk kelas dan hanya memberi tugas tanpa menerangkan isi materi.

Bahkan administrasi yang seharusnya dibuat oleh guru yang bersangkutan

tidak kunjung dibuat. Hal itu berbanding terbalik dengan guru yang sudah

menjadi PNS (pegawai negeri sipil). Guru yang sudah berstatus pegawai

negeri sipil lebih rajin dalam membuat administrasi belajar mengajar,

intensitas waktu mereka juga sepenuhnya berada di sekolah selama proses

belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti perbandingan hasil belajar peserta didik yang diampu guru PNS

dengan peserta didik yang diampu guru honorer.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang diampu guru PNS di SDN

(17)

4

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang diampu guru honorer di SDN

Garangan kecamatan Wonosegoro tahun pelajaran 2016-2017?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang diampu guru

PNS dengan honorer di SDN Garangan kecamatan Wonosegoro?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diampu guru PNS di

SDN Garangan kecamatan Wonosegoro tahun pelajaran 2015-2016

b. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diampu guru honorer

di SDN Garangan kecamatan Wonosegoro tahun pelajaran 2016-2017

c. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik yang diampu

guru PNS dengan honorer di SDN Garangan kecamatan Wonosegoro

D. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti

kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu

pendapat atau kesimpulan yang sifatnya sementara, belum benar-benar

berstatus sebagai suatu tesis (Margono, 2010: 80). Hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada

teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

(18)

5

Berdasarkan landasan teori di atas, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan

Agama Islam antara peserta didik yang diampu guru PNS dengan honorer di

SDN Garangan Kecamatan Wonosegoro.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru tentang

perbedaan hasil belajar Peserta didik yang diampu guru PNS dengan

honorer di SDN Garangan kecamatan Wonosegoro

2. Manfaat Praktis

Bagi guru:

a) Memberi informasi pada praktisi pendidikan (khususnya guru

pendidikan agama Islam) di SD Negeri tentang perbedaan hasil

belajar peserta didik yang diampu guru PNS dengan honorer.

b) Meningkatkan perhatian guru pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kemampuan siswa yang prestasinya kurang baik.

Bagi Sekolah:

a) Penelitian ini dapat memberi masukan untuk mengembangkan

kurikulum pendidikan agama Islam.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan

(19)

6 Bagi siswa:

a) Meningkatkan kesadaran untuk belajar pendidikan agama Islam

lebih giat lagi.

b) Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

F. Definisi Operasional

Untuk mengurauikan pembahasan secara jelas agar tidak terjadi

penafsiran yang berbeda, maka penulis memberikan batasan istilah yang

terkandung dalam judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Studi Komparasi

Studi berasal dari bahasa inggris yaitu “study” yang mempunyai

arti belajar atau mempelajari (Baraba, 1989: 180). Yang dimaksud di sini

adalah suatu penyelidikan dengan cara meneliti, mempelajari dan

menelaah data yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam

penelitian dengan jalan mengumpulkan, membahas dan menganalisa data

tersebut melalui prosedur ilmiah guna diambil suatu kesimpulan.

Komparasi yaitu salah satu teknik analisis kuantitatif atau salah

satu teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk menguji

hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan antarvariabel yang sedang

diteliti. Jika perbedaan itu memang ada, apakah perbedaan itu merupakan

perbedaan yang berarti atau meyakinkan, atau perbedaan itu hanyalah

(20)

7

Perbandingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

membandingkan hasil belajar pendidikan agama Islam antara siswa yang

diampu guru PNS dengan siswa yang diampu guru honorer.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil’ dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

(2009: 44). Hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai tes ujian

kenaikan kelas pada siswa yang diampu guru PNS dan guru honorer.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana

untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

latihan (Nazarudin, 2007:12).

4. Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU

(21)

8 G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang

bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,

peringkat atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik

untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya

spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu

mempengaruhi variabel yang lain (Alsa, 2003: 13). Penulis memilih

menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini terdapat

karakteristik yang cenderung pada penelitian kuantitatif yaitu data yang

dikumpulkan berupa angka.

Penelitian ini mencoba mengadakan penyelidikan komparasi.

Teknik analisis komparasional, yaitu salah satu teknik analisis kuantitatif

atau salah satu teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk

menguji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan antarvariabel yang

sedang diteliti. Jika perbedaan itu memang ada, apakah perbedaan itu

merupakan perbedaan yang berarti atau meyakinkan, atau perbedaan itu

hanyalah secara kebetulan saja (by chance) (Sudijono, 2010: 275).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian

(22)

9

PNS dengan honorer. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di SDN

Garangan yang terdapat di kecamatan Wonosegoro.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010:

173). Menurut Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi

perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan

(Margono, 2010: 118). Sedangkan menurut Sugiyono, populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117).

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SDN Garangan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2010:

118). Metode sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Stratified Random Sampling, yaitu cara mengambil sampel dengan

memperhatikan strata (Tingkatan) di dalam populasi. Dalam stratified

random sampling sebelumnya dikelompokkan kedalam tingkatan tertentu.

Sampel dalam penelitian ini adalah Peserta didik SDN Garangan yang

(23)

10

kelas empat. Pemilihan kelas tiga dan empat karena persamaan KKM

(kriteria ketuntasan minimal) kedua kelas tersebut sama.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu:

a) Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya

barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto,

2010: 201).

b) Tes

Tes dalam pendidikan adalah cara (yang dapat dipergunakan)

atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan

penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau

serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee,

sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut

dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi

testee (Sudijono, 2003: 67). Tes digunakan untuk mengetahui prestasi

responden dalam belajar pendidikan agama Islam. Tes dalam

penelitian ini merujuk pada tes kenaikan kelas tahun pelajaran

(24)

11 5. Analisis data

Setelah data terkumpul hal selanjutnya yang dilakukan adalah

menganalisis data tersebut yaitu dengan:

1) Analisis Pendahuluan

Analisis ini digunakan untuk menyelidiki dua variabel yang

berbeda, yaitu hasil belajar peserta didik yang diampu PNS dan hasil

belajar peserta didik yang diampu guru honorer. Data yang diambil

dari hasil belajar peserta didik yang diampu guru PNS adalah nilai tes

kenaikan kelas pada kelas tiga yang naik ke kelas empat. Sedangkan

hasil belajar peserta didik yang diampu guru honorer adalah nilai tes

kenaikan kelas pada kelas empat yang naik ke kelas lima. Kemudian

data-data dari kedua variabel tersebut dimasukkan ke dalam distribusi

frekuensi sebagai persiapan untuk analisis selanjutnya.

2) Analisis Uji Hipotesis

a) Uji Homogenitas

Salah satu teknik statistik yang digunakan untuk

menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan varians. Untuk

mengetahui varian sampel tersebut homogen atau tidak homogen,

maka perlu diuji homogenitas variannya terlebih dahulu dengan uji

F:

Dengan rumus varian untuk sampel:

(25)

12

Kedua kelompok mempunyai varian yang sama (homogen)

apabila dan dikatakan tidak homogen apabila

pada taraf signifikan 5% dengan:

(dk pembilang)

(dk penyebut) (Sugiyono, 2010: 56-57).

b) Uji Perbedaan Rata-rata

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang

penulis ajukan dengan menggunakan perhitungan lebih lanjut

dengan analisis statistik. Hipotesis yang digunakan adalah:

Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik

yang diampu guru PNS dengan peserta didik yang diampu

guru honorer di SDN Garangan kecamatan Wonosegoro

Terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang

diampu guru PNS dengan peserta didik yang diampu guru

honorer di SDN Garangan kecamatan Wonosegoro

Dalam hal ini terdapat dua rumus sebagai berikut:

1) Separated Varian

̅ ̅

Rumus di atas digunakan bila:

a) Jumlah anggota sampel dan varian homogen

(26)

13

b) Jumlah anggota sampel dan varian tidak homogen ( ) dengan t-tabel dengan dk = atau

c) Jumlah anggota sampel dan varian tidak homogen ( ), harga t sebagai pengganti t-tabel dihitung dari

selisih harga t-tabel dengan dk ( ) dan dk ( )

dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang

terkecil.

2) Polled Varian

̅ ̅

√( ) ( )

( )

Rumus di atas digunakan bila:

1) Jumlah anggota sampel dan varian homogen

( ) dengan t-tabel digunakan dk =

2) Jumlah anggota sampel dan varian homogen

( ) dengan derajat kebebasan (dk) =

3) Jumlah anggota sampel dan varian tidak homogen ( ) dengan t-tabel dengan dk = atau .

Kriteria pengujian adalah diterima jika

dan ditolak jika

Keterangan:

t = t score

̅ = rata-rata hasil tes peserta didik yang diampu guru PNS

(27)

14

= varians peserta didik yang diampu guru PNS

= varians peserta didik yang diampu guru honorer

= jumlah sampel peserta didik yang diampu guru PNS

= jumlah sampel peserta didik yang diampu guru honorer

H. Kajian Pustaka

Muhammad Agus Syukron tentang Studi Komparasi Prestasi Belajar

Kognitif Bidang Studi Aqidah Akhlaq Kelas XI Siswa Yang Tinggal di

Pondok Pesantren dengan Siswa Yang Tidak Tinggal di Pondok Pesantren di

MAN Rembang Tahun Ajaran 2007/2008. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif bidang studi Aqidah

Akhlaq siswa kelas XI yang tinggal di Pondok Pesantren dengan siswa yang

tidak tinggal di Pondok pesantren di MAN Rembang tahun ajaran 2007/2008.

Ini dibuktikan dengan analisis t-test yang didapat bahwa t observasi lebih

besar (df 46 = 3,402) dari t tabel (0 t > t t) yang dalam taraf signifikansi 5 %

adalah 2,015 < 3,402 dan dalam taraf signifikansi 1 % adalah 2,690 < 3,402

yang berarti hipotesis diterima (Syukron, 2008: 3).

Nurohman tentang Studi Komparasi Prestasi Belajar PAI antara

Aktivis Rohis dengan Aktivis Biz Variz di SMA Semesta Bilingual Boarding

School Gunung Pati Semarang Tahun 2014/2015. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar PAI siswa aktivis Rohis dapat

dikategorikan baik sekali, yaitu dengan nilai rata-rata 88,5 dengan nilai

tertinggi 94 dan nilai terendah 82. (2) Prestasi belajar PAI siswa aktivis Biz

(28)

15

tertinggi 93 nilai dan nilai terendah 81. (3) Terdapat perbedaan yang

meyakinkan tentang prestasi belajar PAI antara siswa aktivis Rohis dengan

siswa aktivis Biz Variz di SMA Semesta Semarang ditunjukkan oleh rumus

t-test di mana nilai to = 2,331 lebih besar dari t-tabel (df = 38) pada taraf

signifikansi 5% = 2,024. (4) faktor-faktor yang menyebabkan adanya

perbedaan prestasi belajar PAI Antara Aktivis Rohis dengan aktivis Biz Variz

adalah karena sebagian besar motivasi, minat, perhatian dan kemampuan PAI

siswa aktivis Rohis lebih baik dibandingkan dengan siswa aktivis Biz Variz

dan Program yang dilakukan organisasi Rohis juga lebih mendukung

terhadap PAI dibandingkan dengan Program yang dilakukan organisasi Biz

Variz (Nurohman, 2015: 2).

Annis Nurul Hidayati tentang Studi Komparasi Kemampuan Ranah

Kognitif Bidang Studi Al-Qur’an Hadis Antara Lulusan MI Dan SD Kelas VII di MTs Ihyaul Ulum Wedarijaksa Pati Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji komparasi (uji t-test)

yang diperoleh bahwa thitung = 2,759 dan tabel 1,684 dengan taraf signifikan

5% dan ttabel 1,303 dengan taraf signifikan 1% dengan dk=20+31-2= 49 jika

thitung> ttabel maka Ha diterima artinya ada perbedaan yang signifikan

antara kemampuan ranah kognitif bidang studi Al-Qur’an Hadis antara

lulusan MI dan SD. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan

ranah kognitif Al-Qur’an Hadis siswa lulusan MI lebih baik dari kemampuan

(29)

16

bahwa tempat tinggal mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar siswa

(Hidayati, 2012: 3).

Shodri Said Khisamuddin tentang Studi Komparasi Sikap Belajar

dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang Berasal dari

SD Bernuansa Islam dengan Siswa yang Berasal dari SD Umum di SMP

Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2013/ 2014. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: 1). Sikap belajar siswa SD bernuansa Islam dengan prosentase tinggi

60%, sedang 36% dan rendah 4%. 2). Sikap belajar siswa SD Umum dengan

prosentse tinggi 60%, sedang 40% dan rendah 0%. Kedua kelompok SD

bernuansa islam dan SD umum, ada perbedaan tetapi tidak signifikan.

oleh karena to < ttabel, (05,51<2,63) maka Ho tidak ditolak (di terima).

Dengan demikian berarti kedua kelompok tersebut berbeda, tetapi tidak

signifikan (Khisamuddin, 2014: 3).

Ahmad Aziz tentang studi komparasi prestasi belajar PAI pada aspek

kognitif antara siswa yang ikut rohis dengan siswa yang tidak ikut rohis di

SMA negeri 3 semarang kelas XI tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa prestasi belajar pendidikan Agama Islam siswa yang

ikut organisasi Rohis pada siswa kelas XI SMAN 3 Semarang tahun ajaran

2011/2012 mempunyai nilai rata-rata 65, yang berada dalam interval 59–65

dengan kategori kurang. Sedangkan prestasi belajar biologi siswa yang tidak

ikut organisasi Rohis pada siswa kelas XI SMAN 3 Semarang tahun ajaran

(30)

17

kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik bahwa nilai t sebesar

-1.901 berada lebih kecil dari pada nilai t yang ada dalam tabel baik pada taraf

signifikansi 5% yaitu 2,021 dan pada taraf signifikansi 1% yaitu 2,704

dengan dk 40. Dengan dk sebesar 40 diperoleh t tabel pada taraf signifikansi

5% = 2,021 dan pada taraf signifikansi 1% = 2,704. atau dapat ditulis, dalam

taraf signifikansi 1% thitung -1,901 < ttabel 2,704 . jika thitung -1,901 >

ttabel 2,021. Jadi hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan yaitu ada perbedaan

adalah ditolak, dan hipotesa nihil (Ho) yang mengatakan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan adalah diterima. Dari hasil penghitungan tersebut

dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi

belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang ikut organisasi Rohis dan yang

tidak ikut organisasi Rohis, pada siswa kelas XI SMAN 3 Semarang tahun

ajaran 2011/2012 (Aziz, 2012: 3).

Berdasarkan kajian pustaka di atas, perbedaan dengan penelitian yang

peneliti lakukan terdapat pada variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian

ini variabel yang mempengaruhi hasil belajar pendidikan Agama Islam adalah

(31)

18 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

Belajar merupakan aktifitas mental atau psikis yang terjadi karena

adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang

menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam

aspek-aspek kognitif (yang berkaitan dengan aspek-aspek-aspek-aspek intelektual atau secara

logis yang bisa diukur dengan pikiran atau nalar), psikomotorik (yang

berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sisten

syaraf dan otot serta fungsi psikis), dan afektif (yang berkaitan dengan

aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral).

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap

dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman (Purwanto,

2009: 38-39).

Menurut Purwanto dalam bukunya Evaluasi Hasil Belajar

mendefinisikan bahwa: Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil’ dan “belajar”. Pengertian hasil

(product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

(2009: 44).

Menurut Sopiatin dan Sahrani dalam bukunya “Psikologi Belajar

(32)

19

Hasil Proses Belajar Mengajar) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya (Sahrani, 2011: 63-64).

Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh oleh peserta didik setelah ia

melakukan suatu aktivitas dan atau setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Sedangkan pengertian belajar sendiri menurut Hamalik adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is

defined as the modification or strengthening of behavior through

experiencing) (2011: 36).

Menurut Skinner dalam bukunya Essentials of Educational

Psychology mengemukakan: Learning is a process of progressive behavior

adaptation. (belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku secara terus

menerus) (Skinner, 1958: 199).

Menurut Whittaker mengemukakan bahwa: Learning may be defined

as a process by behavior originates or is altered through training or

experience (Sabri, 2007: 55). (Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang

berasal dari perilaku yang diubah melalui pelatihan atau pengalaman).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku seseorang secara terus menerus melalui

(33)

20

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua

faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menentukan kualitas hasil belajar (Wahyuni, 2010: 19). Faktor-faktor tersebut

dalam banyak hal saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Seorang

siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif

ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil

pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang

yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif

dari orang tuanya (faktor eksternal) mungkin akan memilih pendekatan

belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.

1. Faktor internal siswa

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri. Faktor internal meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologis

dan aspek psikologis (Syah, 2009: 130).

a. Aspek fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu (Baharuddin, 2010: 19). Kondisi fisik

peserta didik dalam hal ini kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun

rohani mempunyai peran yang sangat penting bagi proses

pembelajaran. Kondisi fisik seseorang yang terganggu kesehatannya

(34)

21

maksimal. Misalnya, Pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah

akan menghambat penyerapan informasi yang bersifat gambar dan

citra. Akibatnya, proses pengaksesan informasi yang dilakukan oleh

sistem memori siswa tersebut tidak dapat berjalan lancar. Berbeda

dengan siswa yang pendengaran dan penglihatan sehat, ia akan mudah

menyerap informasi yang bersifat gambar dan citra.

Rasulullah mengajak umatnya untuk selalu menjaga kesehatan,

sebagaimana dalam hadits:

ٌِش يَخِ َُُِّْق ناِ ُهِم ؤُم نا((ِمهسًَِيهعِاللهِّهصِِاللهِ ُل ُُسَسِ َلاَقِ:َلاَقَِةَش يَشٌُِِّبأِ هَع

ِ صِش حِاٌِش يَخِِّمُكِِّفََِِف يِعَّضناِِهِم ؤُم ناَِهِمِِاللهَِّنإِ ُّبَحأََ

ِ هِعَت ساَََِكُعَف ىَياَمَِّهَع

ِ: مُقِ هِكَنََِ.اَزَكََِاَزَكِ َناَكِ ُت هَعَفِِّّوأِ َُنِ: مُقَتِ َلََفٌِئ يَشَِكَباَصأِ نإََِ. ضِج عَت َلَََِ.ِللهاِب

))ِناَط يَّشناَِمَمَعِ حَت فَت َُنَِّنئَفِ.َمَعَفَِءاَشاَمََِ.ِاللهُِسَذَق

.

)مهسمِيَس(

Artinya: Dari abi Hurairah ia berkata, Rasulullahِ saw bersabda: “Seorang mu'min yang kuat lebih baik dan lebih disukai

Allah daripada seorang mu'min yang lemah dalam hal

kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu

dan mohonlah pertolongan Allah dan jangan lemah

semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah

berkata: andai kata tadinya aku melakukaan itu tentu

berakibat begini dan begitu. Tetapi katakalah: ini takdir

Allah dan apa yang dikehendakinya pasti dikerjakannya.

(35)

22

“jikalau” itu membuka peluang bagi setan”(H.R. Muslim).

Abi al Khusain Muslim bin al Khajjaj : 2052).

Yang dimaksud dengan kuat dalam hadits di atas adalah

keteguhan hati dan jiwa untuk melakukan amalan ukhrawi, sehingga

orang yang memiliki keteguhan seperti ini akan menjadi sosok

terdepan dalam berjihad, tercepat saat berangkat untuk menghadapi

musuh dan mengejarnya. Ia juga akan menjadi orang yang kuat pendiriannya dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sabar

dalam menghadapi gangguan pada semua itu, dan mampu

menanggung beban berat di jalan Allah. Lebih dari itu, ia akan

menjadi sosok yang menyenangi, bersemangat dan memelihara shalat,

puasa, dzikir dan berbagai ibadah lainnya (An-Nawawi, 2011:

160-161).

b. Aspek psikologis

Belajar hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu

semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar

seseorang. Di antara faktor-faktor psikis siswa yang pada umumnya

dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Kecerdasan/inteligensi siswa

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

(36)

23

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.

Muhibbin Syah mengartikan intelegensi sebagai

kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

Inteligensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga

kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus

diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi

manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir

seluruh aktivitas manusia (Syah, 2009: 131)

Inteligensi merupakan suatu faktor yang paling penting

dalam proses belajar siswa. Jika siswa mempunyai kecerdasan

yang tinggi, maka akan dapat dengan mudah menerima dan

memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga

peluang untuk meraih kesuksesan dalam belajar menjadi tinggi.

Sebaliknya siswa yang inteligensinya rendah maka peluang untuk

meraih kesuksesan dalam belajar sangat kecil.

2) Sikap siswa

Sikap (attitude) dapat didefinisikan sebagai suatu

predisposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon

dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa

(37)

24

memberi arah kepada perbuatan atau tindakan seseorang

(Nurkancana, 1986: 275). Sikap siswa yang positif, terutama

kepada guru dan mata pelajaran merupakan pertanda awal yang

baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa

terhadap guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan

belajar siswa tersebut.

3) Bakat siswa

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “the capacity

to learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk

belajar (Slameto, 2010: 57). Setiap orang memiliki bakat

masing-masing yang tidak dimiliki oleh orang lain. Manusia berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing (Mahmud, 2010: 97). Bakat merupakan

kemampuan seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Misalnya seseorang yang mempunyai bakat mengetik, maka ia

dapat mengetik dengan lancar dan cepat dibandingkan dengan

orang yang kurang atau tidak mempunyai bakat mengetik.

Al Qur’an menyebut bakat dengan istilah Syakilah

terdapat dalam Q.S Al Isra’ ayat 84:

ٰىَدْهَأ َوُه ْنَمِب ُمَلْعَأ ْمُكُّبَرَف ِهِتَلِكاَش ٰىَلَع ُلَمْعَي ٌّلُك ْلُق ًليِبَس

(38)

25

Bakat bukan hasil belajar dan latihan, tetapi lebih

merupakan karunia dari Allah. Bakat merupakan sarana yang

mempermudahkan seseorang untuk menyerap pengetahuan yang

sesuai dengan bakatnya. Seseorang yang memiliki bakat dalam

bidang bahasa akan lebih mudah menerima pelajaran atau

informasi yang berkenaan dengan bahasa daripada pelajaran

perhitungan (Mahmud, 2010: 97).

4) Minat siswa

Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal/aktifitas tanpa ada yang menyuruh (Rahmah, 2012:

196). Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar

terhadap mata pelajaran matematika akan banyak memusatkan

perhatiannya pada mata pelajaran matematika daripada mata

pelajaran lainnya.

5) Motivasi siswa

Motivation is an energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions

(Donald, 1959: 77). Motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dan

(39)

26

Sedangkan pengertian dasar motivasi menurut Gleitman

dan Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah ialah keadaan

internal organisme baik manusia maupun hewan yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini,

motivasi berarti pemasok daya (energizer) yang bertingkah laku

secara terarah (Syah, 2009: 133-134).

Motivasi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

proses belajar. Siswa yang tidak mempunyai motivasi, tentu ia

akan cenderung malas sedangkan siswa yang mempunyai

motivasi ia akan menjadi siswa yang rajin. Siswa yang kurang

atau tidak mempunyai motivasi untuk belajar, sebenarnya dapat

diusahakan agar siswa tersebut mempunyai motivasi yang lebih

besar, yaitu dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan

berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan

cita-citanya.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a. Lingkungan keluarga

Keluarga terutama orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang

tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan

(40)

27

anak-anaknya, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar

anak (Dalyono, 1997: 59). Orang tua yang kurang memperhatikan

pendidikan anaknya, menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam

belajarnya. Faktor keluarga merupakan faktor yang utama dan sangat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Rasulullah SAW bersabda:

ُِل ُُسَسِ َلاَقِ:َلاَقَِةَش يَشٌُِِّبأِ هَع

“Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrah, maka orangtuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi dan Nasrani”. (H.R Bukhari) (Abi Abdillah Muhammad, tth. juz. VII: 269). Muhaimin mengutip pendapat Al Raghib al Asfahani, menjelaskan makna fitrah dengan mengungkapkan kalimat “fathara

Allah al-khalq”, yang maksudnya Allah mewujudkan sesuatu dan

menciptakan bentuk/keadaan kemampuan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan. Sedang maksud fitrah Allah adalah kekuatan atau daya

untuk mengenal/mengakui Allah (keimanan kepada-Nya) yang menetap

di dalam diri manusia (Muhaimin, 2008: 16). Fitrah berarti

kecenderungan beragama yang terdapat dalam diri setiap manusia.

Kecenderungan beragama tersebut dapat terwujud menjadi Yahudi,

Nasrani atau Majusi, amat bergantung pada lingkungan dan proses

pendidikan yang diberikan kepadanya, terutama pendidikan yang

(41)

28

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa

setiap anak yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama

(mengenal atau mengakui keesaan Allah), namun bentuk keyakinan

yang akan dianut oleh anak sepenuhnya tergantung bimbingan dan

pengaruh kedua orangtua mereka.

b. Lingkungan sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut memengaruhi tingkat

keberhasilan mengajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian

kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas,

pelaksanaan tata tertib sekolah, semua ini turut memengaruhi

keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan

tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah

para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di

sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak

menjadi rendah (Dalyono, 1991: 59-60).

c. Lingkungan masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,

banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi

aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan

teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan

(42)

29

menimbulkan sifat malas belajar dalam diri siswa ketika ia berada di

lingkungan yang kumuh. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan

masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama

anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini

akan mendorong anak lebih giat belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga dijelaskan Syaikh

Ibrahim al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim yang menyebutkan

bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada enam yakni:

تتسبِلَاِمهعناِلاىتلَلَأ

Artinya: “Ingatlah, Kamu tidak akan berhasil dalam memperoleh ilmu kecuali ada enam perkara yang akan dijelaskan kepadamu secara ringkas. Yaitu kecerdasan, cinta pada ilmu, kesabaran, biaya, petunjuk guru, dan masa yang lama” (Zarnuji, t.t: 15).

B. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Undang-Undang Sisdiknas, 2009: 3). Menurut Muhaimin bahwa pendidikan

adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorag atau

(43)

30

orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap

hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis),

maupun mental dan sosial (Muhaimin, 2001:37).

Marimba memberikan pengertian pendidikan sebagai berikut: “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si terdidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam

pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya kearah kedewasaan (Purwanto, 1997: 11).

Dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada umumnya

menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Istilah tarbiyah mengacu

pada makna pendidikan secara konseptual sejalan dengan subtansi yang

berlaku dalam istilah pendidikan itu sendiri, bahwa ia merupakan upaya

penyempurnaan terhadap suatu hal yang dilakukan secara bertahap. Ki Hajar

Dewantara, mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk

memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran

(intellect) dan tubuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan

agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan

penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya (Nata, 2009:

338).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang

dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka menanamkan, membina, dan

(44)

31

berakhlak mulia yang terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan

mempunyai keterampilan yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Agama dari segi bahasa berasal dari kata kata din (هيد), menurut satu

pendapat, agama tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi

agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal

demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi secara

turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya (Daradjat, 1991: 3).

Harun Nasution, Guru Besar Filsafat dan Teologi Islam mengemukakan,

berdasarkan analisisnya terhadap berbagai kata yang berkaitan dengan agama

yaitu al-din,religi dan kata agama itu sendiri sampai pada kesimpulan bahwa

intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas adalah ikatan. Agama

mengandung arti ikatan-ikatan yang hars dipegang dan dipatuhi manusia.

Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehiduan manusia

sehari-hari. Ikatan ini berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi daripada

manusia (Nasution, 1979: 10).

Frazer dalam Arifin mengemukakan, bahwa definisi agama adalah

suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi

daripada manusia yang dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam

dan kehidupan manusia. Lebih lanjut Frazer mengatakan bahwa agama terdiri

dari dua elemen, yakni yang bersifat teoritis dan yang bersifat praktis. Yang

bersifat teoritis berupa kepercayaan kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi

(45)

32

tunduk kepada kekuatan-kekuatan tersebut serta usaha menggembirakannya

(Arifin, 1992: 5).

Selanjutnya definisi Islam menurut bahasa, Islam berasal dari

kata salima yang artinya damai atau selamat. Dalam Al-Qur’an kata tersebut

digunakan dengan beberapa perubahan dan tambahan. Secara tata bahasa,

Kata islam memiliki akar kata salima yang berarti “selamat”. Kemudian dari

kata tersebut diderevasikan menjadi aslama dengan menambahkan huruf

hamzahdi depannya sehingga berubah pemaknaannya dari kata yang asal

muatan maknanya intransitif menjadi transitif, yakni dari selamat menjadi “menyelamatkan”, dari sini terkandung faidah menyelamatkan jiwa dan raga

sehingga kemudian kata tersebut dimaknai “berserah” atau “tunduk“. Artinya

orang yang ingin selamat jiwa dan raganya ia haruslah tunduk dan berserah

diri kepada tata aturan Tuhan yang telah menciptakannya untuk mencapai

keselamatan. Islam menjadi nama bagi suatu agama yang ajaran-ajarannya

diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad

Saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang

bukan hanya mencapai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari

kehidupan manusia.

Pendidikan Agama yaitu “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis

dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran

Islam (Zuhairini, 1983: 27). Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun

2007 Bab I pasal 2 menyebutkan Pendidikan agama adalah pendidikan yang

(46)

33

peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan

sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang,

dan jenis pendidikan (Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, Tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab I, pasal 2, ayat (1)).

Menurut Daradjat pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai

berikut:

1. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya

sebagai pendangan hidup (way of life).

2. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan

berdasarkan ajaran Islam.

3. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui

ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak

didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya, ia dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang

telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikannya sebagai suatu

pandangan hidupnya, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia

maupun di akhirat kelak.

Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan

di setiap lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, menengah maupun

(47)

34

materi PAI adalah untuk memperkuat iman, ketakwaan terhadap tuhan Yang

Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang bertakwa.

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk

menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

latihan (Nazarudin, 2007:12).

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan “usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan” (Majid, 2004 : 132).

Pendidikan agama Islam merupakan komponen yang tak terpisahkan

dari sistem pendidikan Islam yang jangkauan serta sasarannya lebih luas,

namun berfungsi sangat strategik untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam

dalam berbagai disiplin ilmu yang dipelajari oleh subjek didik.

Pendidikan agama Islam sebagai sebuah progam pembelajaran yang

diarahkan untuk:

1. Menjaga akidah dan ketakwaan peserta didik,

2. Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan mendalami

ilmu-ilmu agama,

3. Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif, dan inovatif,

(48)

35

Pendidikan agama islam merupakan progam pengajaran pada lembaga

pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap siswa

dalam memahami ,menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam. Sehingga

siswa dapat menjadi manusia yang bertaqwa serta memiliki budi pekerti

luhur, sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam.

Secara substansial tujuan pendidikan agama Islam adalah mengasuh,

membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuhkembangkan manusia

takwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan

saja dihadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah. Ketakwaan merupakan “high concept” dalam arti memiliki banyak dimensi dan

merupakan suatu kondisi yang pencapaiannya membutuhkan upaya yang

keras melewati dan melampaui tahap demi tahap. Pencapaiannya

mempersyaratkan bukan saja dimilikinya sejumlah pengetahuan dan

pemahaman, tetapi juga penghayatan dan pengejawantahannya dalam

perilaku nyata.

Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada

salah satu objek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam

menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu. Ia merupakan bagian tak

terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah, sehingga merupakan alat untuk

mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu,

subjek ini diharapkan dapat memberi keseimbangan dalam kehidupan anak kelak, yakni manusia yang memiliki “kualifikasi” tertentu, tetapi tidak lepas

(49)

36

islam mempunyai fungsi yang berbeda dari subyek pelajaran yang lain. Ia

dapat memiliki fungsi yang bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai oleh masing-masing lembaga pendidikan. Adapun fungsi

pendidikan agama Islam adalah:

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga.

2. Penyaluran, yaitu menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal

sehingga dapat di manfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

3. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan seharihari.

4. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam

6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Departemen Agama RI,

Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum Dan Sekolah

(50)

37 C. Guru

Guru dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan “al mu’alim atau al

ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini al mu’alim atau al ustadz juga mempunyai

pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek

spiritualitas manusia (Suparlan, 2005:12).

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen, 2005: 2).

Zuraini mengatakan bahwa guru adalah orang yang mempunyai

tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan

ajaran Aama Islam dan bertanggungjawab kepada Allah (Zuraini, 2004: 54).

Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)

mengajar (Mulyasa, 2007: 288). Nurudin menguraikan bahwa guru adalah

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan

mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi efektif, potensi kognitif,

maupun potensi potensi psikomotorik (Nurdin, 2010: 128).

Guru (pendidik) menurut Ahmad Marimba adalah orang yang

memikul pertanggung jawaban untuk mendidik, pada umumnya jika

mendengar istilah pendidik akan terbayang di depan kita seorang manusia

dewasa, dan sesungguhnya yang kita maksudkan adalah manusia yang karena

(51)

38

(Marimba, 1989: 37). Hadarawi Nawawi mengatakan bahwa guru adalah

orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah,

sedangkan lebih khusus lagi ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang

bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung

jawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan (Nata, 2001: 62).

Dengan begitu pengertian guru pendidikan agama Islam adalah

seseorang yang memiliki kemampuan menyajikan ide (pengetahuan) tentang

ajaran agama Islam untuk disampaikan kepada anak didik dengan penuh

kesadaran dan rasa tanggung jawab supaya dapat terbimbing ke arah

pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim sejati yang

berakhlak mulia dalam rangka mencapai keseimbangan kebahagiaan di dunia

dan akhirat.

Guru yang ideal adalah guru yang memenuhi kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rokhani serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru sebagai

salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi yang

sangat menentukan keberhasilan, karena fungsi guru adalah merancang,

mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu,

kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan

menentukan. Strategis, karena guru yang akan menentukan kedalaman dan

keluasan materi pelajaran, bersifat menentukan, karena guru yang memilah

dan memilih materi sebagai bahan pelajaran yang akan disajikan kepada

(52)

39

Adapun peran guru dapat dilihat (Mulyasa 2001: 37-64) sebagai

berikut :

1. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi kokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu

guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung jawab,

wibawa, mandiri dan disiplin.

2. Guru sebagai pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan

pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas yang pertama

dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk

mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi

dan memahami materi standar yang dipelajari.

3. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas

kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya

menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan mental,emosional,

kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.

4. Guru sebagai pelatih

Protes pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru

(53)

40 5. Guru sebagai penasihat

Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi

orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat.

Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang.

6. Guru sebagai inovator

Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk

menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai

pembaharuan yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan

pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar

dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar dapat

menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan sehingga

sejalan dengan perkembangan masyarakat.

7. Guru sebagai model dan teladan.

Perilaku guru disekokah selalu menjadi figur dan menjadikan

dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini wajar

karena peserta didik dalam proses pembelajaran kadang melakukan

modelling untuk mengubah tingkah lakunya. Sebagai teladan bagi peserta

didik dan orang-orang di sekitarnya, mengharuskan guru melaksanakan

kode etik keguruan yang menjadi dasar berperilaku. Baik dalam

interaksinya dengan kepala sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta

(54)

41 8. Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,

guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.

Karena, seorang guru merupakan salah satu panutan bagi masyarakat.

Guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuannya, selalu mengontrol

emosinya, berbaur dengan masyarakat sekitarnya, serta selalu

melaksanakan ajaran-ajaran agamanya.

9. Guru sebagai peneliti

Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda.

Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang

lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang

lainnya. Demikian pula dengan peserta didik, mereka memiliki keunikan

yang beraneka ragam dari waktu ke waktu. Karenanya guru tidak bisa

memperlakukan mereka dengan cara yang sama untuk semua peserta

didik dan untuk zaman yang berbeda. Hal ini menuntut guru mencari

suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman,

tingkat perkembangan, serta kebutuhan peserta didik tersebut.

10. Guru sebagai pendorong kreativitas.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak

memiliki motivasi belajar, apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat

meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator , guru berkewajiban

meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif dalam belajar.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) adanya perbedaan persepsi konsumen terhadap produk bakpia 75 di DIY ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) adanya perbedaan

Naskah siap cetak dari 165 buku yang disediakan tahun 2016 telah diserahkan ke Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk selanjutnya diharapkan bisa dicetak

Kemudian dilakukan uji dengan Fisher Exact Test dan diperoleh Exact Test sebesar 0,668 yang berarti &gt;0,05 sehingga tidak terdapat hubungan antara ADL dengan depresi pada

3 Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berujud bilangan ( skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi) yang dianalisis

Metode numerik untuk persamaan gelombang dengan menggunakan metode beda hingga, beserta al- goritma dan contoh kode program dalam FreeMat/MATLAB dipaparkan pa- da Bab 5.. Metode

Pendidikan berbasis kearifan lokal mengandung nilai-nilai yang relevan dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari, sehingga guru semakin terpacu untuk menerapkan

Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model – model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.Pengumpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kemampuan proses keilmuan melalui metode inkuiri; (2) perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan