• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG PEMBINAAN KOPERASI DAN UKM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG PEMBINAAN KOPERASI DAN UKM SKRIPSI"

Copied!
322
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

OLEH

WAHYU NUGRAHA NIM 6661121810

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Negara. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: GandungIsmanto, S.Sos.,MM. dan Pembimbing II: Kandung Sapto N., M.Si.

Prinsip demokrasi ekonomi tercermin dalampasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Indonesia merupakan negara dimana sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Peranan sektor pertanian belum mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian nasional khususnya perekonomian masyarakat di pedasaan. Melalui wadah Koperasi Pertanian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dipedesaan. Kabupaten Pandeglang Salah satu wilayah yang memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Namun sektor pertanian di Kabupaten Pandeglang belum dapat mensejahterakan masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan UMKM khususnya Pembinaan Koperasi Pertanian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Van Metter dan Van horn dengan dimensi, Ukuran dan tujuan kebijakan, Sumberdaya, Karakteristik agen pelaksana, Sikap/kecenderungan (disposition) parapelaksana, Komunikasi antar organisasi dan Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Dalam dimensi Ukuran dan tujuan kebijakan, masih banyaknya Koperasi Pertanian yang tidak aktif. Dalam dimensi Sumberdaya, Terbatasnya Sumber Daya finansial, jumlah SDM serta pengetahuan SDM aparatur. Dalam dimensi Karakteristik agen pelaksana, tidak ada prioritas dalam pembinaan koperasi pertanian. Dalam dimensi Sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana, kurangnya keinginan untuk mengembangkan koperasi petanian. Dalam dimensi Komunikasi antar organisasi, kordinasi sudah dilakukan dengan baik tetapi tidak ada prioritas dalam pembinaan koperasi pertanian. Dalam dimensi Lingkungan ekonomi, sosial, danpolitik, koperasi pertanian belum menjadikan kelembagaan akar rumput untuk mencapai kesejahteraan petani. Hasil dari penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan UMKM khususnya Pembinaan Koperasi Pertanian.

(6)

and Medium Enterprises. Department of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st Supervisor: Gandung Ismanto, S.Sos., MM. and 2nd Supervisor: Kandung Sapto N., M.Si.

Economic democracy principles reflected in article 33 paragraph (1) of the 1945 Constitution which states, the economy is structured as a joint venture based on the principle of kinship. Indonesia is a country where the agricultural sector has a very important role. The role of the agricultural sector has not been able to make a major contribution in the national economy, especially the economy of communities in pedasaan. Through the Agricultural Cooperative container is expected to improve the welfare of rural communities. Pandeglang One area that has a sizeable agricultural potential. However, the agricultural sector in Pandeglang not been able to prosper its people. The purpose of this study was to determine how the implementation of the Regional Regulation No. 06 of 2003 on Development Cooperation and Development of Agricultural Cooperatives in particular SMEs. The method used in this research is qualitative descriptive. The analysis in this study uses the theory proposed by Van Metter and Van's dimensions, size and policy objectives, resources, characteristics of the executing agency, attitude / tendency (disposition) of the implementers, communication between organizations and economic environment, social, and political. In size dimension and policy objectives, there are still many agricultural cooperative inactive. In the dimension of resources, limited financial resources, human resources and the amount of knowledge apparatuses. In the dimensional characteristics of the executing agency, there is no priority in the development of agricultural cooperatives. In the dimension of attitude / tendency (disposition) of the implementers, lack of desire to develop agricultural cooperatives. In the dimension of inter-organizational communication, coordination has been done but there is no priority in the development of agricultural cooperatives. Environmental dimension in the economic, social, and political, agricultural cooperatives have not been used as a grass-roots institutions to achieve the welfare of farmers. Results from this study is the implementation of the Regional Regulation No. 06 of 2003 on Development Cooperation and Development of Agricultural Cooperatives in particular SMEs.

(7)

HIDUPLAH HARI INI, Lakukan yang terbaik Lakukan apa yang

ingin dilakukan dan siap menerima apapun hasilnya.

SKRIPSI

INI

KUPERSEMBAHKAN

UNTUK

Ciptaan Tuhan sangat luarbiasa yaitu ibuku

(8)

i

berkat rahmad dan hidayah-NYA, beserta ijin-NYA, saya dapat menyelesaikan Penelitian Skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun

2003 TentangPembinaan Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada konsentrasi kebijakan publik program studi ilmu administrasi negara fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Koperasi dirasa perlu untuk dipahami karena konsep koperasi merepresentasikan sosial budaya yang ada dimasyarakat Indonesia, koperasi di indonesia yang terkandung dalam UUD 1945, lebih menekankan kepada kemakmuran masyarakat bukan kemakmuran orang seorang.

Hasil penelitian skripisi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Maka dengan ketulusan hati dan dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga penelitian skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan dan rasa hormat serta terimakasih penulis tunjukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

ii

dan memberikan masukan dalam penelitian ini.

6. Bapak Kandung Sapto N., M.Si. Selaku dosen pembimbing II yang mengarahkan dan memberikan masukan dalam penelitian ini.

7. Bapak Juliannes Cadith, M.Si. Selaku pembimbing Akademik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Para Dosen dan Staff Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

9. Para Pegawai DINAS KOPERASI DAN UMKM Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten, DEKOPINDA Kabupaten Pandeglang dan para pengurus dan anggota Koperasi Pertanian Sinar Desa, Koperasi Sumber Tunas Jaya dan Koperasi Serba Usaha Bina Lingkungan di Kabupaten Pandeglang.

10. Para Pegawai Perpustakan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan pelayanan tempat yang nyaman untuk mendukung dalam menyusun penelitian ini.

11. Kepada Ibu ku Hj. Ida Amsidar yang telah memberikan dukungan dan doanya. 12. Serta kawan-kawan dan sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberi

(10)

iii

penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. penulis mengharapkan masukan baik kritik maupun saran yang membangun

.

Pandeglang, 20 April 2017 Penulis

(11)

iv

ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………. i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL………... v

DAFTAR GAMBAR………... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2. Identifikasi Masalah……….. 23

1.3. Pembatasan Masalah………. 23

1.4. Rumusan Masalah………. 24

1.5. Tujuan Penelitian……….. 24

1.6. Manfaat Penelitian………... 25

BAB II PEMBAHASAN 2.1Deskripsi Teori….……… 26

2.1.1 Konsep Kerja Kebijakan Publik………….………. 27

(12)

v

2.1.6 Fungsi, Asas dan Sendi Dasar Koperasi Indonesia………. 39

2.1.7 Jenis-Jenis Koperasi………... 40

2.1.8 Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi da Usaha Kecil Menengah……… 43

2.2. Penelitian Terdahulu………. 45

2.3. Kerangka Pemikirian Penelitian……… 47

2.4 Asumsi Dasar ………... 51

BA III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metode Penelitian……… 52

3.2 FokusPenelitian…..………... 54

3.3 Lokasi Penelitian………….…..……….. 54

3.4 Variabel Penelitian………... 54

3.4.1 Definisi Konsep………..……….. 54

3.4.2 Definisi Operasional……..……… 55

3.5 Instrumen Penelitian…..……….. 57

3.6 Informan Penelitian…..…..………. 59

3.7 Teknik Pengumpulan Data…..……… 60

3.8 Teknik Analisis Data……… 65

(13)

vi

4.2 Deskripsi Data ...…..………... 97

4.2.1Deskripsi Data Penelitian ………..……….. 97

4.2.2 Daftar Informan Penelitian……..………. 99

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian………….…..………. 101

4.3.1Ukuran dan Tujuan Kebijakan ………..………... 101

4.3.2 Sumber Daya………..……..………. 120

4.3.3Karakteristik Agen Pelaksana ……… 134

4.3.4 Sikap/Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana……… 138

4.3.5 Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana………. 147

4.3.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik……..……….. 158

4.4 Pembahasan……… 168

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan…..……… 184

5.2 Saran ……..…..…..……….. 185 DAFTAR PUSTAKA

(14)

vii

Tabel 1.1 Jumlah Koperasi Berdasasarkan Kelompok Usaha……….. 6

Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010–2014... 8

Tabel 1.3 Struktur Perekonomian Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan UsahaTahun 2010-2015 ... 9

Tabel 1.4 Jumlah Koperasi Produksi di Kabupaten Pandeglang dari Tahun 2010-2014……… 13

Tabel 1.5 Jumlah KeanggotaanKoperasi Pertanian Kabupaten Pandeglang Tahun 2010- 2015……… 15

Tabel 3.1 Informan Penelitian……….. 59

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara……… 62

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian……….. 71

Tabel 4.1 Luas Panen, Produktifitas Per Hektar dan Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Pandeglang Tahun 2014………. 83

Tabel 4.2 Daerah Irigasi diKabupaten Pandeglang……….. 84

Tabel 4.3 Jumlah PNS/CPNS Berdasarkan Pendidikan dan JenisKelamin … 93 Tabel 4.4 Jumlah PNS/CPNS Berdasarkan Golongan dan Jenis Kelamin ….. 93

Tabel 4.5 Daftar Informan……… 100

Tabel 4.6 Daftar Koperasi Pertanian dibubarkan Tahun 2016………. 116

(15)
(16)

ix

–2014……….. 11

1.2 Jumlah Koperasi Produksi di Kabupaten Pandeglang dari Tahun 2010-2014………. 14

1.3 Jumlah Keanggotaan Koperasi Pertanian………. 16

1.4 Jumlah KoperasiPertanian………..………. 17

2.1 Kerangka Berfikir………...………..……… 50

3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan…………. 69

4.1 Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Pandeglang 2009-2014 ………. 82

4.2 Aktifitas Koperasi Pertanian Sinar Desa………... 105

(17)

x

Lampiran 2 : Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang Lampiran 3 : Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran 4 : Potensi Sektor Pertanian di Kabupaten Pandeglang Lampiran 5 : Transkrip dan Koding Data

Lampiran 6 : Koding Data Lampiran 7 : Kategorisasi Data

Lampiran 8 : Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan UKM

(18)

1 1.1 Latar belakang

Arus globalisasi yang semakin pesat dewasa ini merupakan tantangan bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk ke 4 terbanyak di dunia dan didukung oleh Bonus Demografi produktif yang tinggi dan sumber daya alam yang sangat melimpah seharusnya Indonesia menjadi negara yang mandiri dalam ekonomi. Pembangungan ekonomi yang berkelanjutan merupakan upaya untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 Pada alinea ke IV, dimana salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum.

(19)

dolar seperti sekarang, meski faktor terbesar adalah eksternal. (Sumber :detikfinance. Blak-blakan Jokowi Soal Indonesia Negeri Ketergantungan Impor.

Senin, 21/09/2015 21:31 WIB).

Dalam mengatasi dinamika ekonomi dan mengantisipasi imbas krisis ekonomi global, Indonesia memerlukan perubahan secara konkret yang awalnya hanya menjadi produsen SDA harus dirubah menjadi penghasil produk-produk inovatif dan kompetitif. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya saing di bidang perdagangan dan sumber daya manusia (SDM). Pemerintah harus mengoptimalkan keunggulan produk dan kemampuan produksinya di sektor-sektor penting seperti tekstil, pariwisata, perkebunan, perikanan, teknologi, industri kreatif, energi dan dibidang pertanian. Negara-negara berkembang harus menghadapi situasi paling buruk yaitu krisis ekonomi global dan jika negara-negara maju melakukan proteksi terhadap ekspor – impor dari negara-negara berkembang, hal ini tentu saja akan memberi dampak yang besar kepada dunia perekonomian negara-negara berkembang khususnya indonesia. Salah satu dampak yang akan terasa yaitu meningkatnya jumlah kemiskinan, Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara berkembang termasuk di Indonesia.

(20)

melalui Koperasi. Sistem perekonomian indonesia yang berdasarkan demokrasi ekonomi sesuai dengan isi pembukaan UUD 1945, antara lain menyatakan bahwa salah satu tujuan negara indonesia adalah utuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak lepas dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, “ negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, sebagai mana dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 23,27,33 dan 34 UUD 1945.

(21)

Pemantapan perekonomian nasional melalui pengembangan koperasi telah berkontribusi pada peningkatan pelaku ekonomi di kelompok akar rumput sehingga lebih merata dan berkeadilan. Pertumbuhan koperasi dan UMKM terus meningkat dari tahun ke tahun.Sehingga mampu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Berdasarkan data Dekopin, jumlah koperasi di Indonesia berkembang pesat sejak 2009 hingga 2014 dari 110.470 unit koperasi menjadi 203,701. Jumlah anggota koperasi pun ikut meroket dari 29,2 juta menjadid 35,2 juta. Sementara volume usaha meningkat dari Rp 82,21 triliun menjadi Rp 125,690 triliun. “Pertumbuhan koperasi dan UKM tentu akan berdampak pada pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Pasalnya, Kemenkop dan UKM memberikan fasilitas berbagai pelatihan, kemudian pendanaan, pendampingan, dan menjembatani pemasaran produk-produk dari UKM baik di dalam maupun luar negeri,”.(Sumber : Indopos. Pemerintah Jokowi Diminta Lanjutkan Program Koperasi.Minggu, 26 Oktober 2014 - 02:33).

(22)

kini menjadi salah satu fokus pemerintah. Salah satu daerah yang merupakan daerah otonom baru yaitu Provinsi Banten yang memiliki sumber daya alam yang melimpah salah satunya dibidang pertanian, potensi terbaik di Provinsi Banten dalam bidang pertanian adalah Kabupaten Pandeglang.

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa dimana sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian dari 274.689 hektar luas Pandeglang, sebesar 239.731 hektar ( 87,27 persen ) digunakan untuk usaha pertanian. (Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015). Wilayah selatan Kabupaten Pandeglang terbentang pantai serta beberapa pulau yang merupakan wilayah potensial untuk pariwisata, baik wisatawan lokal maupun domestik. Meskipun kedua sektor tersebut sudah dikelola, akan tetapi hasilnya belum cukup memuaskan, hal ini menjadi tantangan untuk pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat yang tentunya akan menunjang peningkatan PAD Kabupaten Pandeglang.

(23)

Tabel 1.1

Jumlah Koperasi Berdasasarkan Kelompok Usaha

NO JENIS NAMA KOPERASI STATUS TOTAL

KOPERASI

AKTIF TIDAK

AKTIF

I PRODUKSI 1. INDUSTRI PERTANIAN

2. INDUSTRI KERAJINAN

3. KOPERASI KRISTA MINA PRIMA (KKMP)

4. KOPERASI PERTANIAN ( KOPTAN ) 5. KOPERASI PRIMER HUTAN RAKYAT

(KPHR)

6. KOPERASI PRODUKSI PERKEBUNAN (KPP)

7. KOPERASI KELOMPOK TANI NELAYAN ANDALAN (KTNA) 8. KOPERASI WARGA NELAYAN (KWN) 9. KOPERASI PERSATUAN PENGUSAHA

2. KOPERASI PASAR ( KOPPAS )

(24)

IV SERBAUSAHA 2. KOPERASI UNIT DESA ( KUD )

V FUNGSIONAL 1. KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK

INDONESIA ( KPRI )

2. PERSATUAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI ( PKP-R I) KOP SEKUNDER 3. KOPERSI TNI DAN KEPOLISIAN

JUMLAH KOPERASI FUNGSIONAL

JUMLAH TOTAL 375 226 601

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015)

(25)

sisanya digunakan untuk pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya, padang rumput, lahan yang sementara tidak diusahakan dan lain sebagainya.

Jika dilihat dari PDRB Kabupaten Pandeglang, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merefleksikan besaran nilai tambah bruto yang tercipta sebagai akibat proses produksi barang dan jasa oleh sektor produktif dalam perekonomian suatu daerah tanpa melihat pelaku ekonominya.Kabupaten Pandeglang Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga komoditas penyusunan PDRB terhadap capaian nilai PDRB yaitu :

Tabel 1.2

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2010–2015

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Atas Dasar Harga Berlaku

12,279.54 13,694.97 15,115.44 16,460.31 18,456.04 16,010,181

Atas Dasar Harga Konstan

12,279.54 12,984.40 13,738.88 14,415.45 15,139.66 20,277,961

(26)

Nilai PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Proses pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pandeglang yang terus berjalan sedikit demi sedikit diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan peranannya dalam percaturan ekonomi regional, yang pada akhirnya menciptakan masyarakat Kabupaten pandeglang sejahtera.

Struktur ekonomi Kabupaten Pandeglang tahun 2010 sampai dengan 2014 seperti ditunjukkan dalam tabel :

Tabel 1.3

Struktur Perekonomian Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan UsahaTahun 2010-2015

Sektor

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(%) (%) (%) (%) (%)

Pertanian 30,25 31,90 30,30 31,20 34,15 34,40

Pertambangan dan Penggalian

11,07 12,05 13,48 13,41 11,46 12,19

Perdagangan Besar dan Eceran , adan Reparasi Mobil dan Motor

10.52

11,82 12,27 12,00 11,59 10,91

Industri Pengolahan 6,34 6,64 6,76 6,53 6,42 6.,01

Pengadaan Listrik dan Gas 0,35 0,50 0,38 0,41 0,32 0,30

Pengadaan Air 0,06 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06

Konstruksi 4,52 4,63 4,65 4,70 4,70 4,79

Transportasi dan Pergudangan

5,21 5,37 5,23 5,15 5,43 5,83

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

4,06 5,01 4,91 4,85 4,86 5,24

(27)

Jasa Keuangan 2,15 2,28 2,35 2,50 2,52 2,45

Real Estate 5,87 8,31 7,88 7,52 7,07 6,64

Jasa Perusahaan 0,12 0,24 0,23 0,23 0,23 0,23

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

5,15 5,60 5,96 6,00 5,72 6,38

Jasa Pendidikan 3,09 3,11 3,13 3,17 3,21 3,31

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,98 1,00 0,98 0,96 0,93 0,94

Jasa Lainnya 1,02 1,05 1,04 0,96 1,01 1,10

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

(Sumber :BPS Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015)

Struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang, didominasi oleh sektor pertanian. Hal tersebut sebanding dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari 274.689 hektar luas Pandeglang, 219.950 hektar (80,07 persen) diantaranya digunakan untuk usaha pertanian, jika di lihat secara keseluruhan, dalam lima tahun terakhir ( Tahun 2010–2015) ternyata belum menunjukkan adanya pergeseran struktur ekonomi yang berarti, dimana posisi masing-masing sektor masih tetap meskipun terdapat perubahan besarnya kontribusi.

(28)

meningkat ditahun 2015 sebesar 12,19. Kemudian sektor selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar yaitu sektor Perdagangan Besar dan eceran , dan Reparasi mobil dan motor, kontribusi pada tahun 2014 sebesar 11,59 menurun pada tahun 2015 sebesar 10,91. (Sumber :BPS Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015).

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten adalah merupakan yang terbesar di Kabupaten pandeglang,Bila dilihat selama periode 5 tahun terakhir, grafik kontribusi sektor pertanian berikut ini :

Grafik. 1.1

Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang Tahun 2010–2015

(Sumber :BPS Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015)

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB pada tahun 2015 tercatat sebesar 34,4% lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 33,29% pada tahun 2014, Nilai PDRB Kabupaten Pandeglang menunjukan trend yang terus meningkat tiap

31,9

(29)

tahunnya. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang, yakni sebesar Rp. 6.863,684 milyar dari total PDRB Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015 pandeglang saat ini. (Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015). Potensi sektor pertanian dalam menggerakan perekonomian masyarakat dikabupaten jika dikelola dengan baik melalui pembinaan koperasi pertanian maka akan berdampak positif kepada pendapatan daerah yang lebih besar serta adanya pemerataan ekonomi ditingkat masyarakat. Pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang menyadari pentingnya koperasi untuk membangun perekonomian masyarakat itu tertuang didalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Didalam Pasal 2 Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bertujuan :

1) Memantapkan dan menumbuh kembangkan swadaya Koperasi danUsaha Kecil Menengah sehingga mampu menjadi pusat pelayananperekonomian yang memiliki daya saing, efektif dan efisien.

(30)

Tabel 1.4

JUMLAH KOPERASI PRODUKSI DI KABUPATEN PANDEGLANG DARI TAHUN 2010 -2014

JENIS KOPERASI

STATUS

AKTIF TIDAK AKTIF

TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015

PRODUKSI

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015)

(31)

mengalami penurunan yang sangat siginifikan terlihat dari grafik dibawah ini yaitu :

Grafik. 1.2

JUMLAH KOPERASI PRODUKSI DI KABUPATEN PANDEGLANG DARI TAHUN 2010 -2014

Grafik diatas menunjukan setiap tahun koperasi produksi dikabupaten pandeglang terus mengalami penurunan, padahal jika pemerintah konsen terhadap pertanian untuk kesejahteraan masyarakat melalui Koperasi produksi salah satunya Koperasi Pertanian sangat mungkin pandeglang menjadi industri pertanian yang dapat membangun kabupaten pandeglang dan mensejahterakan masyarakatnya melalui koperasi pertanian. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang Olis Solihin menjelaskan, jumlah koperasi yang tercatat mencapai 878 unit dan 411 unit diantaranya sudah gulung tikar, jadi yang tersisa dan masih menjalankan usaha tinggal 467 unit, Sumber (Antara News.Com. Jumat,

94 95 95 95

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(32)

6 Juli 2012 18:36 WIB). Data Koperasi Pertanian yang berhasil peneliti dapatkan dari Disperindagkop kabupaten pandeglang.

Tabel. 1.5

Jumlah Keanggotaan Koperasi Pertanian Kabupaten PandeglangTahun 2010- 2015

Tahun

Anggota Koperasi Pertanian

2010 2011 2012 2013 2014 2015

L P L P L P L P L P L P

3.840 2.781 3.431 2.484 3.431 2.484 2.991 2.166 2.408 1.744 2.352 1.704

Total 6.621 5.915 5.915 5157 4.152 4.056

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015)

(33)

Grafik. 1.3

Jumlah Keanggotaan Koperasi Pertanian

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015)

Jika melihat dari diagram diatas bahwa keanggotaan koperasi pertanian dari tahun 2010 sampai 2015 tecatat mengalami penurunan yang sangat signifikan, banyak faktor mengapa keanggotaan koperasi setiap tahunnya terus mengalami penurunan bahkan banyak koperasi yang dibubarkan. Dengan struktur perekonomian kabupaten pandeglang yang didominasi oleh pertanian dan sebagai penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Pandeglang seharusnya koperasi pertanian dapat menjaring anggota yang lebih besar sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan bersama. .

(34)

Grafik. 1.4

Jumlah Koperasi Pertanian Aktif

(Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015)

Dapat dilihat dari grafik diatas setiap tahun koperasi pertanian di Kabupaten Pandeglang menurun drastis , dengan banyaknya koperasi pertanian yang tidak aktif secara langsung mempengaruhi jumlah keanggotaan koperasi.banyaknya koperasi yang tidak aktif dikarenakan kurangnya keseriusan pemerintah dalam pembinaan koperasi dari segi sumberdaya manusia dan usahanya: Dinas Koperasi kurang melakukan pembinaan dalam hal memberikan pengetahuan mengenai perkoperasian yang sesuai dengan aturan perkoperasian hak dan kewajiban kepada para anggota koperasi sehingga sumberdaya manusia dalam berkoperasi masih perlu ditingkatkan. Jika merujuk pada pengertian Koperasi Pertanian yaitu: koperasi yang anggotanya terdiri dari para petani pemilik tanah, atau buruh tani dan orang yang berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan dengan usaha-usaha pertanian. Koperasi ini

117

(35)

melakukan kegiatan usaha ekonomi pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan Koperasi Pertanian antara lain memberikan pinjaman modal, menyediakan pupuk, obat pemberantas hama tanaman, benih, alat pertanian, memberi penyuluhan teknis pertanian, dan membantu penjualan hasil pertanian anggotanya.

Dari berbagai jenis koperasi yang ada di Kabupaten Pandeglang peneliti memilih fokus penelitiannya mengenai Koperasi Pertanian karena peneliti mendapatkaan temuan temuan yang menjadi dasar penelitian yang sudah di paparkan diatas misalnya banyaknya Koperasi Pertanian resmi yang tidak aktif, setiap tahun keanggotaan koperasi pertanian mengalami penurunan secara signifikan padahal jika dilihat dari kondisi geografis dan struktur ekonomi di Kabupaten Pandeglang yang sebagian besar luas lahannya digunakan untuk usaha pertanian serta mayoritas masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani, jika ditinjau dari temuan peneliti seharusnya Koperasi Pertanian menjadi andalan untuk pengembangan produk hasil pertanian dan andalan untuk membangun masyarakat dari segi perekonomian melalui Koperasi Pertanian.

(36)

produk koperasi kepada pemilik modal dengan harga yang tidak menguntungkan. Untuk menguatkan argumen yang akan ditulis peneliti dalam latarbelakang, peneliti melakukan observasi awal melalui wawancara kepada Ketua Koperasi, Kepala Bidang Koperasi, Seksi Pemberdayaan Koperasi, Seksi Kelembagaan Koperasi, Kepala Desa dan Anggota Koperasi, bahwa tujuan utama terbentuknya koperasi atas inisiatif masyarakat yang berkeinginan memperbaiki ekonominya secara bersama-sama.

Adapun permasalahan yang dapat ditemukan saat observasi awal yaitu: Data koperasi pertanian dari Dinas Koperasi dan UMKM tidak sesuai dengan keadaan dilapangan. Koperasi pertanian yang aktif menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM berjumlah 67 koperasi tetapi peneliti hanya menemukan sedikit koperasi yang aktif dari jumlah tersebut. Kemudian kurang seriusnya pemerintah dalam melakukan penyuluhan, kepada masyarakat agar masyarakat menjadi paham dan sadar akan pentingnya koperasi. Banyaknya koperasi yang tidak aktif karena tidak ada konsistensi pemerintah dalam pembinaan ekonomi di masyarakat khususnya melalui koperasi pertanian. Kemudian tidak adanya peran pemerintah dalam membangun jaringan pasar, padahal itu tertuang dalam peraturan daerah No. 06 Tahun 2003 Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengenai Jaringan Usaha koperasi dan Usaha Kecil Menengah terkandung dalam Pasal 14 yaitu :

(37)

2. Pembentukan jaringan usaha dapat melibatkan hubungan yang saling menguntungkan antara Koperasi, usaha Kecil Menengah dan Badan Usaha Lainnya.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, Koperasi Pertanian tidak memiliki jaringan pasar yang luas sehingga informasi akan harga potensial komoditas hasil pertanian terbatas, itu berdampak kepada pendapatan para petani dengan terbatasnya jaringan pasar maka koperasi tidak bisa berbuat banyak dalam mempengaruhi harga tawar sehingga para petani mengikuti harga para pemborong yang muncul ketika panen tiba. Harga yang diterima oleh petani tidak menguntukan apalagi jika panen raya karena harga sangat mudah dimainkan oleh para tengkulak dan dampaknya merugikan para petani, seharusnya pemerintah dengan perda yang sudah dibuat memiliki kewajiban dalam membantu permasalahan ini dan mencari solusi untuk membangun jaringan pasar yang lebih potensial.

(38)

saja. Misalnya anggota membutuhkan dana untuk penanaman sayur mayur sebesar 4-7 juta rupiah, koperasi hanya dapat memberikan pinjaman sebesar 800 ribu sampai 1.5 juta rupiah saja. Masih ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan misalnya Biaya pupuk, biaya pemeliharaan yang menggunakan pestisida dan lain-lain.Dana tambahan yang tidak bisa di penuhi oleh koperasiparapetani biasanya meminjam uang kepada tengkulak/pemodal sehingga ketika panen pendapatan para petani dari menjual hasil pertanian tidak sesuai harapan dan lebih mengutungkan para tengkulak.

Infrastruktur jalan yang kurang baik sebagai akses utama untuk menjual hasil pertanian sangat mempengaruhi harga jual produk hasil pertanian, dari hasil observasi dapat diketahui masalah yang timbul dari kurang baiknya infrastruktur jalan misalnya, pada saat panen raya padi harga gabah standar pemerintah yang harus diterima oleh para petani sebesar Rp.350.000 sampai Rp. 400.000 /Kwintal dengan kondisi infrastruktur jalan yang rusak harga gabah dapat turun secara signifikan mencapai harga Rp. 300.000. dan itu sangat merugikan para petani. para petani tidak memiliki harga tawar dan menjadi dilema tersendiri ketika hasil pertanian dipertahankan tidak dijual pada saat harga rendah menunggu harga yang sesuai atau tinggi karena petani tidak memiliki tempat penyimpanan yang layak jika dipaksakan gabah tersebut akan rusak dan harganya akan lebih turun lagi, dengan tidak ada solusi lain para petani menjual hasil pertaniannya dengan harga yang ada dipasaran saat itu.

(39)

anggota-anggota masyarakat. lebih menekankan kepada kemakmuran masyarakat bukan kemakmuran orang seorang. Salah satu tujuan peraturan daerah Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dibuat salah satunya untuk kemandirian dan pemerataan ekonomi dilevel masyarakat desa, tetapi yang terjadi saat ini ialah dengan adanya tengkulak/pemodal yang menguasai struktur ekonomi di desa hanya untuk kepentingan diri sendiri mengakibatkan parapetani sepertiterbelenggu, terpenjara dan terjajah secara ekonomi.

(40)

yang ada belum bisa mendongkrak perekonomian masyarakat serta daya saing prodak yang dihasilkan masih kurang maksimal.

Dari berbagai permasalahan diatas dapat diketahui bahwa peran Koperasi Pertanian di Kabupaten Pandeglang dengan banyaknya potensi yang dimiliki masih belum maksimal dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Pandeglang khususnya para petani. Inilah yang menjadi latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang, Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi bahwa permasalahan yang timbul terkait dengan latar belakang masalah di atas, adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kepada Koperasi Pertanian.

2. Masih banyaknya Koperasi Pertanian resmi di Kabupaten

pandeglang yang tidak aktif.

3. Belum terbentuknya jaringan pemasaran hasil pertanian yang dapat menguntungkan Koperasi Pertanian.

1.3 Pembatasan Masalah

(41)

dengan Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan UKM, khususnya Pembinaan Koperasi Pertanian.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah akan memberikan suatu arahan yang jelas untuk hasil analisis agar lebih nyata, sehingga peneliti harus membatasi masalah yang akan dianalisis karena dapat membantu memperjelas dalam pengkajiannya. Dengan itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Pembinaan Koperasi Pertanian yang di lakukan ole Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang.

2. Bagaimana Pengawasan Koperasi Pertanian yang dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang.

3. Bagaimana Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang

Membantu Koperasi Pertanian Dalam Memasarkan Hasil Pertanian.

1.5 Tujuan Penelitian

(42)

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tentunya sangat diharapkan adanya manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Dalam rangka pengembangan ilmu administrasi yang telah diperoleh selama perkuliahan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta bahan pemahaman untuk penelitian sejenisnya

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis, yaitu:

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan saran atau masukan guna mengambil langkah yang tepat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam memberdayakan masyarakat melalui koperasi khususnya koperasi pertanian.

(43)

26 2.1 Deskripsi Teori

Secara estimologis, istilah Policy (Kebijakan) berasal dari bahasa yunani, sansakerta, dan latin. Akar kata Policy dalam bahasa yunani dan sansakerta yaitu polis (negara-kota) dan pur (kota) dikembangkan dalam bahasa latin menjadi politia(negara) dan pada akhirnya dalam bahasa inggris pertengahan policie, yang berarti menangani masalah-masalah public atau administrasi pemerintahan ( Dunn, 2003:51).

Menurut Kerlinger (Sugiyono, 2012:41) pengertian teori adalah:

“Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomea by specifiying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena. Artinya teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.”

(44)

2.1.1 Konsep Kerja Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai, dan praktek-praktek yang terarah. Kebijakan publik juga dapat diartikan sebagai susunan rancangan tujuan-tujuan dan dasar-dasar pertimbangan program-program pemerintah yang berhubungan erat

dengan masalah-masalah tertentu yang dihadapi masyarakat

(Agustino,2008:7).

Anderson (Agustino, 2008:7) memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik, yaitu:

“Serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertntu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang actor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.”

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan melalui suatu program atau keputusan yang bertujuan demi kepentingan masyarakatnya.

2.1.2 Kerangka Kerja Kebijakan Publik

Kerangka kerja kebijakan publik dalam Subarsono (2010:6) ditentukan oleh beberapa variabel yaitu sebagai berikut:

(45)

b. Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan. Suatu kebijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar suatu nilai.

c. Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial, materiil, dan infrastruktur lainnya.

d. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Kualitas dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas para aktor yang terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut ditentukan dari tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan intergritas moralnya.

e. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Kinerja suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan.

f. Startegi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja dari suatu kebijakan. Strategi kebijakan dapat bersifat otoriter maupun demokratis.

(46)

kebijakan itu sendiri dan strategi yang akan digunakan. Sedangkan faktor eksternalnya adalah sumber daya dan lingkungan. Sumber daya disini menyangkut aspek finansial, materiil, dan infrastruktur. Dan lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan disekitar wilayah tempat kebijakan dilaksanakan.

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik

Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Implementasi kebijakan menurut Nugroho (2012:674) pada prinsipnya adalah:

“Cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik,

ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung

mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan devirat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.”

Menurut Carl Friedrich dalam wahab (2008:3) kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Pendapat lain menurut Merrile. S Grindle dalam Agustino (2006:139) mengatakan bahwa implementasi kebijakan adalah:

“Merupakan pengukuran keberhasilan yang dapat dilihat dari

prosesnya, ditentukan dengan mempertanyakan apakah

(47)

Menurut peneliti,pengertian mengenai implementasi kebijakan yang sudah dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan bagian dari suatu proses kebijakan yang sudah dapat diketahui sejauhmana kebijakan tersebut mencapai tujuan tertentu, baik itu dalam bentuk program kebijakan maupun dalam sebuah aturan hukum. 2.1.4 ModelModel Implementasi

Untuk dapat melihat hasil pencapaian dari sebuah kebijakan yang telah dibuat, maka harus ada suatu pengukuran. Pengukuran dari hasil sebuah kebijakan dapat diketahui dari berbagai model implementasi yang telah banyak disampaikan oleh para ahli. Berikut adalah model-model implementasi kebijakan.

A. Model Teori George C. Edwards III

Dalam pandangan Edwards III (Subarsono, 2010:90), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

1. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang haus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

(48)

3. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.

4. Struktur Birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standar (Standard operating proceduresatau SOP).

Berdasakan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengimplementasikan suatu kebijakan sangat diperngaruhi oleh adanya komunikasi yang jelas baik antar individu maupun lembaga, sumber daya yang digunakan, serta perilaku dari para implementornya. Dan akhirnya akan menghasilkan suatu struktur birokasi yang tidak berbelit-belit.

B. Model Implementasi Kebijakan Model Merrile S. Grindle

(49)

1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya.

2) Apakah tujuan kebijakan tercapai? Dimensi diukur dengan melihat dua faktor, yaitu:

a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu atau kelompok.

b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan perubahan yang terjadi.

Selanjutnya menurut Grindle, keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh tingkatimplementabilityitu sendiri, yaitu yang terdiri dari isi kebijakan (Content of Policy) dan lingkungan kebijakan (Context of Policy). Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Isi kebijakan (Content of Policy)menurut Grindle adalah:

1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi (Interest Affected) 2. Tipe Manfaat (Type of Benefit)

3. Derajat perubahan yang ingin dicapai (Extent of change Envision) 4. Letak pengambilan keputusan (Site of Decision Making)

5. Pelaksana Program (Program Implementer)

6. Sumber-sumber daya yang digunakan (Resources Committed) 2. Lingkungan kebijakan (Context of Policy)

(50)

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa (Institution and Regime Characteristic)

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana (Compliance and Responsiveness)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam dalam mengimplementasikan suatu kebijakan harus dilihat dari isi kebijakan itu sendiri, sehingga akan dapat terlihat bagaimana impak atau efek yang dialami oleh pelaksana dan penerima kebijakan.

C. Model Teori Implementasi dari G. Shabbir Cheema dan Denis A. Rondinelli (Subarsono, 2012: 101)

1. Kondisi Lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan penerima program.

2. Hubungan Antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

3. Sumberdaya Organisasi untuk Implementasi Program

(51)

(human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non human resources).

4. Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana

Yang dimaksud karakteristik dan kemampuan agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

Berdasakan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan, kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik jika sejauhmana lingkungan dapat menerima kebijakan yang diimplementasikan. Kemudian dalam implementasi kebijakan harus didukung oleh organisasi yang berkaitan dengan kebijakan serta kemampuan dari sumber daya yang dimiliki.

D. Model Teori Implementasi dari Donald Van Metter dan Carl Van Horn ( Agustino, 2008: 141)

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang ada di level pelakasana kebijakan.

(52)

Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementsi, tetapi diluar sumberdaya manusia perlu diperhitungkan juga sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu. Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal

dan organisasi informal yang akan terlibat dalam

pengimplementasian kebijakan publik, selain itu cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana semakin luas cakupan implementasi kebijakan maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

(53)

implementasi maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitupun sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan public yang telah ditetapkan, lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

Berdasakan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran dan tujuan kebijakan harus realistis sehingga kebijakan tersebut akan mencapai hasil yang maksimal, kemudian yang mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dan didukung oleh sumberdaya finansial dan sumber daya waktu. kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik harus didukung oleh karakteristik agen pelaksana dan sikap kecenderungan para pelaksana dalam mengimplmentasikan kebijakan public, selain itu koordiansi yang baik merupakan cara ampuh dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Dan terakhir lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif menjadi penyebab kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

2.1.5 Pengertian Koperasi

Secara harafiah kata “koperasi” berasal dari : Cooperation (

(54)

atau kerjasama.Sudarsono,S.H., M.Si. Edillius, S.E. (Sri Edi Swasono, 2005 : 1).

Koperasi yang dimaksud disini dalam kaitannya dengan demokrasi ekonomi adalah, koperasi sebagai organisasi atau lembaga ekonoi modern yang mempunyai tujuan, mempuyai sistem pengelolaan, mempunyai tertib organisasi ( mempunyai rules dan relugation) bahkan mempunyai asas dan sendi-sendi dasar.

Koperasi menurut definisi Dr. Fay (1908), menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.

Memahami dari definisi Dr. Fay menunjukan adanya unsur “untuk golongan ekonomi lemah” juga mengandung unsure-unsur kerjasama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dan adanya unsure demokrasi, yang dapat dilihat dari pernyataan bahwa imbalan jasa kepada anggota diberikan sesuai dengan jasa atau partisipasi anggota dalam perkumpulan.

(55)

perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri

hendak bekerjasama untuk memajukan ekonominya”. Kata-kata yang dapat dipahami dalam definisi tersebut ialah :

• Adanya unsur kesukarelaan dalam berkoperasi.

• Bahwa dengan bekerjasama manusia akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan.

• Pendirian dari suatu koperasi mempunyai pertimbangan-pertimbangan ekonomis.

Ir. Kaslan A. Tohir, menyebutkan adanya pengelompokan dari bermacam-macam koperasi menurut Klasik. Pengelompokan (penjenisan) menurut Klasik tersebut hanya mengenal adanya 3 jenis koperasi yaitu :

1. Koperasi pemakaian ( koperasi warung, koperasi sehari-hari, koperasi distribusi, dan sebagainya). Tujuan dari koperasi ini ialah membeli barang-barang yang dibutuhkan anggota-anggotanya dan membagi barang-barang itu kepada mereka.

2. Koperasi penghasil atau koperasi produksi : tujuan dari koperasi jenis ini ialah mengerjakan sesuatu pekerjaan bersama-sama.

(56)

2.1.6 Fungsi, Asas dan Sendi Dasar Koperasi Indonesia 1. Fungsi Koperasi :

1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi

kesejateraan rakyat.

2. Alat pendemokrasian nasional.

3. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.

4. Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana perekonomian rakyat. 2. Asas Koperasi :

Adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan. 3. Sendi-sendi Dasar Koperasi :

1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia.

2. Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam koperasi.

3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.

4. Adanya pembatasan bunga atas modal.

5. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

(57)

7. Swadaya, swakerta, dan swasembada, sebagai pencerminan dari prinsip dasar, yaitu percaya pada diri sendiri.

Asas dan Sendi Dasar Koperasi yang mengungkapkan bahwa koperasi itu berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat adalah dengan berpegangan teguh pada asas kekeluargaan dan kegotongroyongan sesuai dengan kepribadian Indonesia. Ini tidak berarti koperasi meninggalkan sifar dan syarat-syarat ekonominya, yaitu aspek efisiensi. Kemudian dengan dasar kedua asas tersebut ( kekeluargaan dan kegotongroyongan ) setiap anggota koperasi secara sukarela berdasarkan kesadaran dan keyakinan untuk secara aktif bekerjasama dan dengan koperasi bertekad memperbaiki kehidupannya dan Kehidupan masyarakatnya.

2.1.7 Jenis-Jenis Koperasi

1. Koperasi Jasa : Koperasi yang menyelenggarakan fungsi pelayanan jasa tertentu untuk kepentingan anggota, contoh : jasa asuransi, angkutan, pendidikan dan pelatihan, dan sebagainya.

(58)

Contoh : berupa hasil kerajinan, pakaian jadi dan bahan makanan.

3. Koperasi konsumsi menyediakan semua kebutuhan para anggota dalam bentuk barang. Contoh : bahan makanan, pakaian, alat tulis atau berupa peralatan rumah tangga.

4. Koperasi Pertanian : Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang – orang yang terlibat dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Contoh : penyuluhan pertanian, pengadaan bibit unggul, penyediaan pupuk, obat–obatan, dll. 5. Koperasi Simpan Pinjam : koperasi yang beranggotakan

masyarakat baik selaku konsumen maupun produsen barang. Usaha koperasi jenis ini adalah menyelenggarakan fungsi penghimpun dana dan menyediakan pinjaman/modal untuk anggota, baik selaku konsumen maupun produsen.

(59)

Berikut ini merupakan makna–makna arti lambang koperasi indonesia :

1. Roda Bergigi : menggambarkan upaya keras yang ditempuh secara terus-menerus. Hanya orang yang bekerja keras yang bisa menjadi calon Anggota koperasi dengan memenuhi beberapa persyaratan-persyaratan koperasi.

2. Rantai (di sebelah kiri) : melambangkan ikatan persatuan yang kokoh. Bahwa Anggota Koperasi adalah Pemilik Koperasi tersebut

3. Kapas dan Padi (di sebelah kanan) : menggambarkan kemakmuran anggota koperasi secara khusus dan merakyat secara umum yang diusahakan oleh koperasi tersebut.

4. Timbangan : yaitu keadilan sosial sebagai salah satunya dasar dari koperasi. Biasanya akan menjadi simbol hukum.

(60)

6. Pohon beringin : Timbangan dan Bintang dalam Perisai menjadi nilai hidup yang harus dijunjung tinggi.

7. Koperasi Indonesia : menandakan bahwa Koperasi yang dimaksudkan merupakan koperasi dari Rakyat Indonesia.

8. Warna merah dan putih : bacground menggambarkan sifat-sifat nasionalisme Negara Kerakyatan Republik Indonesia sendiri.

2.1.8 Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

1. Pasal 2 Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bertujuan :

a) Memantapkan dan menumbuh kembangkan swadaya Koperasi dan Usaha Kecil Menengah sehingga mampu menjadi pusat pelayanan perekonomian yang memiliki daya saing, efektif dan efisien.

b) Memperkuat kerangka dasar ekonomi kerakyatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional.

(61)

a) Pertanian yang meliputi bidang pertanian pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan agro industri.

b) Penyaluran kebutuhan pokok masyarakat.

c) Jasa seperti bidang perkreditan angkutan darat, sarana produksipertanian, listrik pedesaan, dan lain-lain.

d) Industri kecil dan kerajinan rakyat. e) Lain-lain bidang usaha sesuai.

1. Pasal 4 Pemerintah Daerah memberikan bimbingan,

penyuluhan, bantuan usaha, manajemen, permodalan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan kekuatan koperasi dan usaha kecil Menengah sehingga menjadi kekuatan usaha ekonomi nasional.

Pembinaan Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah : Akta Pendirian , Perubahan Anggaran Dasar , Penggabungan Dan Keputusan Pembubaran Koperasi : a) Pasal 6 Penerbitan Izin Operasional Koperasi

b) Pasal 7 Laporan Keuangan Koperasi c) Pasal 8 Klasifikasi Koperasi

d) Pasal 9 Penilaian Kesehatan KSP / USP e) Pasal 10 Pemeriksaan Koperasi

(62)

Pembinaan Usaha Koperasi dan Usaha Kecil Menengah : a) Pasal 12 Pemupukan Modal Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah.

b) Pasal 13 Bimbingan Kemudahan dan Perlindungan Usaha Bagi Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

c) Pasal 14Jaringan Usaha koperasi dan Usaha Kecil Menengah

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, seperti Skripsi, Jurnal, maupun Tesis. Ada beberapa penelitian terdahulu yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Skripsi tentang Analisis Strategi Pengembangan Koperasi di Kabupaten Serang, Oleh Tiwi Rizkiyani (2012).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan Nomogram dari Harry King dengan taraf kesalahan 10% dan menggunakanteknik proportional area accidental samplingsebagai teknik sampling. Hasil penelitian, strategi pengembangan koperasi di Kabupaten Serang Cukup Optimal.

(63)

terlihat dari Fokus Penelitian yaitu sama-sama meneliti mengenai koperasi hanya saja dalam penelitian ini meneliti semua jenis koperasi yang ada, kemudian Lokus Penelitian yang berbeda dan metode penelitian yang berbeda.

2. Skripsi tentang Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan di Kabupaten Sidrap. ( Studi Kasus : Pemberdayaan Koperasi Pertanian ), Oleh Sri Wahyuni R (2013).

Secara umum penelitian in bertujuan untuk

mendeskripsikan tentang strategi pemberdayaan UKM di Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan, dalam hal ini adalah koperasi pertanian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan Konsep Pranaka dan Priyono, tiga Fase dalam Pemberdayaan yaitu :(1) Fase Inisial;(2) Fase Partisipatoris;(3) Fase Emansipatoris.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam rangka memberdayakan koperasi pertanian belum optimal, hal ini terbukti dengan kurang berkualitasnya sumber daya yang ada dalam koperasi, rendahnya permodalan koperasi, sarana dan prasarana belum memadai, pengawasan yang lemah dan sebagainya.

(64)

Perbedaannya dari penelitian ini ialah, penelitian ini lebih meneliti kearah strategi organisasinya, strategi apa yang dilakukan oleh Dinas koperasi dalam memberdayakan koperasi pertanian tersebut.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berfikir merupakan model yang konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah di definisikan sebagai masalah yang penting.Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca, berdasarkan judul penelitian diatas kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi. Dengan adanya Perda tersebut diharapkan koperasi menjadi penggerak perekonomian di masyarakat desa yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat desa khususnya petani di kabupaten pandeglang.

Berdasarkan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini menurutModel Teori Implementasi dari Donald Van Metter dan Carl Van Horn ( Agustino, 2008: 141). Ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publikyaitu:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang ada di level pelakasana kebijakan.

(65)

Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementsi, tetapi diluar sumberdaya manusia perlu di perhitungkan juga sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu. Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal

dan organisasi informal yang akan terlibat dalam

pengimplementasian kebijakan publik, selain itu cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana semakin luas cakupan implementasi kebijakan maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

(66)

implementasi maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitupun sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan public yang telah ditetapkan, lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

Dari teori Donald Van Metter dan Carl Van Horn tersebut, peneliti dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi. Jika dilihat dari prosesnya apakah pelaksanaan Perda tersebut sudah sesuai dengan desain yang ditentukan, serta apakah tujuan kebijakan tercapai. Sehingga keberhasilan dalam pembinaan koperasi dapat diwujudkan.

(67)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

(Sumber: Peneliti, 2016)

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Koperasi Pertanian Identifikasi Masalah :

1. Kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kepada Koperasi

Pertanian.

2. Masih banyaknya Koperasi Pertanian resmi di Kabupaten pandeglang

yang tidak aktif.

3. Belum terbentuknya jaringan usaha yang dapat menguntungkan Koperasi

Pertanian.

Input

Teori Kebijakan Donald Van Metter dan Carl Van Horn ( Agustino, 2008: 141) :

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan 2. Sumber Daya

3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik OUTPUT

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang

Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah dalam Pembinaan Koperasi Petanian

dapat Berjalan Optimal. utuk memajukan

(68)

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar adalah anggapan dasar yakni suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penulis yang dirumuskan secara jelas.Menurut Arikunto (2002:61). Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti rumuskan adalah sebagai berikut:

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan bahwa

(69)

52 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini berupaya mengetahui sejauh mana Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2). Metodologi penelitian merupakan suatu usaha pembuktian terhadap suatu objek penelitian untuk memperoleh kebenaran dari permasalahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dipertanggunjawabkan kebenarannya. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

(70)

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.Data yang dihasilkan berbentuk kata-kata, kalimat untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang terjadi sebenarnya di lapangan.

Pendekatan kualitatif dipergunakakan karena untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012:15). Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atauoutcomedan juga digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.

(71)

penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan perasaan dan perilaku individu ataupun sekelompok orang.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai batasan masalah, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum, ( Sugiyono : 2012 : 32). Adapun fokus penelitian yang diteliti adalah terkait Implementasi Peraturan Daerah No. 06 Tahun 2003 Mengenai Pembinaan Koperasi dan UKM, tetapi peneliti membatasi fokus penelitian mengenai pembinaan koperasi pertaniannya nya saja.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pandeglang.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Definisi Konsep

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini menurut Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn (Agustino, 2008: 141). Ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publikyaitu:

(72)

2. Sumber Daya

3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana 5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Dalam penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari aturan yang menjadi pedomanyaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Koperasi. Isi dari Peraturan tersebut merupakan pedoman yang harus diperhatikan dalam implementasi peraturan daerah yang terkait dengan pembinaan koperasi pertanian.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran dari konsep atau variable peneleitian dalam rincian yang terukur atau disebut juga indikator penelitian.Dalam penjelasan definisi operasional akan dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang tentunya dikaitkan dengan konsep teori yang digunakan seperti yang telah dijelaskan didalam definisi konsep sebelumnya.

Donald Van Metter dan Carl Van Horn ( Agustino, 2008: 141). Ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publikyaitu:

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang
Tabel 1.3
Grafik. 1.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk validitas software Pharmacy Support System melalui uji diagnostik (sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif) dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan K3 di industri dalam ketegori baik hal tersebut dibuktikan dengan prosentase penerapan dari segi keselamatan 90%, kesehatan

Dalam penghimpunan Dana Bank CIMB Niaga Syari’ah diantaranya menawarkan tabungan yang diberi nama Tabungan iB Pendidikan yang menggunakan akad mudharabah mutlaqah dimana bank

Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat Yogyakarta tentang ketahanan pangan

Untuk mengetahui apa pengaruh perilaku kepemimpinan dan pemberdayaan psikologis terhadap kepuasan kerja karyawan, sehingga bagi perusahaan dapat digunakan menjadi

Tingkat kepentingan aplikasi e-SPT sangat berpengaruh positif bagi para penggunannya (user) karena Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman karena lampiran dalam

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa titik lebur terendah campuran asam salisilat dan mentol yaitu melebur pada suhu

Oleh karena itu, ruang semadi yang berada di ruang belakang dalam kelenteng merupakan pusat kegiatan sembahyang dan merupakan bagian ruang yang terpenting, sedangkan ruang depan –