• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN REHABILITASI SOSIAL PENGEMIS DI KOTA SERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN REHABILITASI SOSIAL PENGEMIS DI KOTA SERANG"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mrmperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

Asep Saripudin

NIM 6661130615

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr. Suwaib Amirudin, M.Si; Dosen Pembimbing II, Titi Stiawati, S.Sos., M.Si.

Penanganan pengemis merupakan tanggung jawab Dinas Sosial dalam melihat fenomena pengemis di Kota Serang sesuai dengan yang tertulis dalam peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat. permasalahan penelitian ini, kurangnya sosialisasi perda nomor 2 tahun 2010, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya SDM, lemahnya kordinasi, dan kurangnya anggaran untuk rehabilitasi sosial. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan dan mendeskripsikan karakteristik pengemis, model rehabilitasi sosial, dan proses manajemen rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang. teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu menggunakan teori fungsi manajemen menurut Luther Gullick menurut Handoko (2003:11) yang meliputi:Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting, dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa karateristik pengemis Kota Serang karna keturunan dan latar belakang pendidikan yang rendah, model rehabilitasi yang digunakan berupa pemberian pendidikan jasmani dan rohani serta memberikan pelatihan keterampilan, proses manajemen berjalan belum berjalan baik dan masih terdapat masalah di planning, directing, coordinating, dan budgeting. Saran yang menjadi rekomendasi peneliti yaitu, memberikan pembinaan bukan hanya kepada pengemisnya saja melainkan sampai keluarganya, melakukan pengawasan dari PSBK (Panti Sosial Bina Karya) sampai selesai dan perlu adanya rencana baru, pembinaan kerja, membentuk tim khusus dan mengajukan rencana anggaran baru.

(5)

Dosen Pembimbing I, Dr. Suwaib Amirudin, M.Si; Dosen Pembimbing II, Titi Stiawati, S.Sos., M.Si.

Handling beggar is the responbility of social services, as written in the local regulation number 2 of 2010, about the prevention of eradication and disease prevention community. This research problem is lack of socialization local regulation, lack of infrastructure, lack of human resources, lack of coordination and lack of budget for social rehabilitation. The purpose of this study is describe beggars, social rehabilitation models, management process of social rehabilitation of beggars in the Serang city. Theory used to analyze the theory of management functions by Luther Gullick in Handoko (2013:11) the form: planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting and budgeting, using descpriptive method qualitative approach. The result of this study, a model of rehabilitation that are used for the provision of physical education and spiritual, and provide skills training, this is because the characteristics of Serang city beggars who have offspring and low educational background. Management process has not gone well and there are still problems in planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting and budgeting. Recommended for provide guidance not only to beggars but to his family, supervision of (social house building works) to complete and the need for a new plan, coaching job, formed a special team and propose a new budget plan.

(6)
(7)

maka bangkit dan lawan kemalasan itu.” – Ridwan Kamil

“Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena

tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli,dan

tidak dapat dihancurkan.” – Hitopadesa

“Some beautiful paths can’t be discovered without getting lost.” – Erol Ozan

Skripsi ini kupersembahan untuk

Kedua orang tua ku terkasih dan tercinta

Bapak Sueb dan Ibu Baiyah,

(8)

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi

kemudian solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi besar

Muhammad S.A.W yang telah mengiringi doa dan harapan penulis untuk

mewujudkan terselesaikannya penelitian skripsi ini yang berjudul Manajemen Rehabilitasi Sosial Pengemis Di Kota Serang. Penelitian skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu

Administrasi Negara. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan

dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain

penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh

penulis. Untuk terwujudnya penulisan penelitian skripsi ini banyak pihak yang

membantu penulis dalam memberikan motifasi baik waktu, tenaga, dan ilmu

pengetahuannya. Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada kedua orang tua tercinta atas curahan perhatian dan kasih sayangnya dan

juga doa yang tak henti serta motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis untuk

mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang

telah membantu dan mendukung, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

(9)

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Kepada orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Sueb dan Ibu Baiyah

yang telah menjadi motivator terbesar selama perjalanan hidupku.

Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, nasihat,

semangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada

(10)

akademik yang telah membimbing sejak awal masuk.

10. Ibu Titi Stiawati, S.Sos., M.Si., sebagai dosen pembimbing II dan juga

yang peneliti anggap sebagai ibu diperkuliahan beliau telah senantiasa

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

11. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12. Para staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan;

13. Kepada Destysa Bella Al Jannah yang selalu mendampingi, tak pernah

lelah memberikan semangat kepada saya dan yang saya cintai setelah

orang tua saya.

14. Pihak Dinas Sosial Kota Serang yang telah memberikan informasi,

data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk

penulis;

15. Bapak H. Dul Barid selaku Kepala Bidang Pelayanan Dan Rehabilitasi

(11)

Sosial Kota Serang yang telah menjadi informan dan memberikan

informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan

data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus

penelitian pada skripsi ini;

17. Bapak Raden Kuncahyo Selaku Kepala Seksi Penegakan Hukum

Produk Hukum Daerah di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang

yang telah menjadi informan dan memberikan banyak informasi yang

saya butuhkan selama penyusunan skripsi;

18. Kepada kakak, adik keponakan dan sepupu tercinta yang memberikan

warna dalam hidup dan memberikan semangat serta motivasi.

19. Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi

semangat dan motivasi.

20. Teman-teman kelas A angkatan 2013 Ilmu Administrasi Negara

selama menuntut ilmu. Terimakasih atas semua kenangan selama

empat tahun perkuliahan kalian luar biasa

21. Kepada para sahabat Furqan Abdillah, Kartiwa Suryadinata, Firda

Amalia, dan Wildan Firdaus yang telah memberikan dukungan serta

keceriaan dan kebahagiaan;

22. Kepada teman-temanku linda saraswati CS, fardan, delki, siti solihat,

(12)

menyemangati satu sama lain.

24. Kawan-kawan KKM Kependudukan 20 yang juga memberikan

pengalaman hidup serta motivasi dan semangat kepada penulis,

terutama Dea Elma Pavitta yang sudah banyak membantu peneliti.

25. Dan tidak lupa juga para senior ka Ndew, ka Dodo, ka Wungu dan

yang lainnya atas semangat dan saran yang diberikan kepada penulis

Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf

apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu

kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi

berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

mahasiswa dan peneliti sendiri.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Serang, 14 Maret 2017

Penulis

(13)

i Halaman Judul

Abstrak

Lembar Persetujuan

Lembar Orisinalitas

Daftar Isi i

Daftar Gambar iv

Daftar Tabel v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 13

1.3 Batasan Masalah 13

1.4 Rumusan Masalah 14

1.5 Tujuan Penelitian 14

1.6 Manfaat Penulisan 14

1.7 Sistematika Penulisan 15

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

DASAR

2.1 Landasan Teori 20

(14)

ii

2.1.5. Tujuan Manajemen 44

2.1.6. Definisi Rehabilitasi Sosial 45

2.1.7. Definisi Pengemis 46

2.2 Penelitian Terdahulu 48

2.3 Kerangka Berfikir 51

2.4 Asumsi Dasar 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian 55

3.2 Fokus Penelitian 57

3.3 Lokus Penelitian 57

3.4 Instrumen Penelitian 57

3.5 Informan Penelitian 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data 60

3.7 Teknik Analisis Data 64

3.8 Triangulasi 66

3.9 Jadwal Penelitian 67

BAB IV HASIL PENELITIAN

(15)

iii

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian 79

4.2.2 Data Informan Penelitian 81

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 83

4.4 Pembahasan 112

4.4.1 Karateristik Pengemis Kota Serang 112

4.4.2 Model Rehabilitasi Sosial 113

4.4.3 Proses Manajemen 115

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 122

5.2 Saran 125

Daftar Pustaka

(16)

iv

(17)

v

Tabel 1.1 Data Pengemis Menurut Kab/Kota Provinsi Banten 4

Tabel 1.2 Pengemis Kota Serang Berdasarkan Kecamatan 5

Tabel 1.3 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang 11

Tabel 1.3 Fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli 27

Tabel 3.1 Informan Penelitian 59

Tabel 3.2 Pedoman 62

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian 68

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Serang 70

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur 72

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 73

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama 73

Tabel 4.5 Informan Penelitian 82

(18)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana Indonesia

terdiri dari beberapa pulau-pulau dari sabang sampai merauke. Pulau di Indonesia

terdiri dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dimana dari

kelima pulau tersebut pulau Jawa menjadi titik pusat, hal ini dikarenakan salah

satu provinsi di pulau Jawa menjadi ibu kota negara yaitu DKI Jakarta.

Seiring padatnya penduduk yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan

penduduk di Indonesia, hal ini memicu pada keadaan ekonomi masyarakat yang

semakin melemah, dimana lapangan pekerjaan yang minim membuat sebagian

masyarakat di Indonesia berkehidupan kekurangan dan jauh dari kata cukup.

Karena keadaan ekonomi yang kurang maka hal ini memicu sebagian warga

Indonesia yang memilih pekerjaan secara instan dan langsung mendapatkan uang

seperti menjadi pengemis dan pengamen. Hal ini semakin marak dimana setiap

daerah mulai ramai khususnya di pulau jawa, banyak masyarakat dari pulau

sebrang pulau jawa merantau ke pulau jawa untuk mencari pekerjaan dan sebagian

memilih untuk menetap dan tinggal di pulau jawa, sehingga tidak dipungkiri

kota-kota kecil yang semula sepi kini menjadi kota-kota-kota-kota yang ramai.

Adapun yang dimaksud pengemis menurut peraturan pemerintah nomor 31

(19)

yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum dengan

berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

Kehadiran pengemis di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari memburuknya

perekonomian Indonesia sejak krisis moneter tahun 1998 dan masih berlangsung

hingga sekarang. Indonesia termasuk dalam 5 besar negara yang memiliki jumlah

pengemis terbanyak di dunia dengan perkiraan jumlah pengemis kurang lebih 15

juta jiwa. Jumlah tersebut akan terus bertambah sekitar 30-40 persen di tahun

berikutnya. Bahkan setiap menjelang Idul Fitri pun, jumlah pengemis sudah

meningkat hingga 100%. Meningkatnya jumlah pengemis dari tahun ke tahun

mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Diantara dampak adanya pengemis

yang paling menyita perhatian adalah terganggunya ketertiban lingkungan,

meningkatnya tindakan kriminal, bertambahnya angka pengangguran, sertaimage

negara yang terkesan kumuh dan tidak tertata dengan baik. Banyak upaya yang

dilakukan untuk menangani mereka, seperti dengan pembagian makanan untuk

keluarga miskin, kampanye “anti-memberi” yang diharapkan dapat membuat jera para pengemis karena tidak ada yang memberi, sampai dengan operasi

penggarukan, yaitu metode pengangkutan dan pemindahan paksa para

gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh dinas sosial. Pada kenyataannya,

upaya-upaya tersebut kurang efektif dan bahkan dinilai tidak mampu

mengendalikan laju pengemis yang tiap tahun semakin menjamur.

Fenomena sosial pengemis di Indonesia semakin marak dimana mereka

melakukan berbagai cara untuk mengemis, mulai dari yang berpura-pura cacat

(20)

dewasa dan lanjut usia saja yang menjadi pengemis anak dibawah 18 tahun juga

ikut menjadi pengemis entah itu kemauan sendiri atau ada dorongan dari orang

lain. Dapat kita bedakan antara pengemis anak-anak dengan anak jalanan, dimana

menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), anak jalanan adalah anak yang

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup

sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan

tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia 5 sampai

dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya

kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Sedangkan

pengemis anak-anak adalah mereka anak berusia 5-18 tahun yang meminta-minta

dimuka umum dengan mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

Fenomena pengemis anak-anak tersebut menyimpang hak anak

sebagaimana yang tertulis dalam undang-undang nomor 23 tahun 2003 tentang

perlindungan anak dalam BAB 3 tentanng hak dan kewajiban anak, pasal 9 butir 1

bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakatnya. Bukan hanya pendidikan saja yang harus didapatkan oleh anak

melainkan hak anak lainnya seperti yang tertulis pada pasal 11 dimana disebutkan

bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,

bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai

dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.

Permasalahan sosial pengemis di Indonesia memang sangat sulit

(21)

anti memberi namun tetap saja tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.

Setiap daerah di Indonesia tidak lepas dari permasalahan sosial seperti pengemis

di provinsi-provinsi lainnya juga tidak luput dari permasalahan tersebut seperti di

Provinsi DKI Jakarta yang perkembangannya sangat pesat sehingga bukan hanya

warga asli Jakarta yang menjadi pengemis tetapi juga dari daerah-daerah lain.

Permasalahan ini juga dirasakan Provinsi Banten dimana dari tahun ketahun

jumlahnya selalu bertambah. Adapun data jumlah pengemis Provinsi Banten

tahun 2014 dan 2015 berdasarkan kabupaten/kota sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Pengemis Menurut Kab/Kota Provinsi Banten

No Kabupaten/Kota Jumlah Pengemis

2014 Jumlah 2015 Jumlah

(L) (P) (L) (P)

1 Kab. Pandeglang 82 40 122 37 6 43

2 Kab. Lebak 31 42 73 24 29 53

3 Kab. Tangerang 47 32 79 109 112 221

4 Kab. Serang 134 69 203 54 24 78

5 Kota Tangerang 18 14 32 19 8 27

6 Kota Cilegon 16 7 23 1 1 2

7 Kota Serang 96 40 136 153 56 209

8 Kota Tangsel 15 13 28 15 7 22

Jumlah 439 257 695 412 243 655

(22)

122

yang mengalami kenaikan jumlah pengemis yaitu Kota Serang dan Kabupaten

Tangerang dimana keduanya mengalami kenaikan di tahun 2015 sedangkan

kabupaten dan kota yang lainnya berkurang. Berikut grafik perkembangan jumlah

pengemis di Provinsi Banten:

Gambar 1.1

Perkembangan jumlah pengemis Provinsi Banten

Melihat data kenaikan jumlah pengemis di Kota Serang tentu hal ini

membuat resah pemerintah dimana melihat Kota Serang merupakan ibu kota

Provinsi Banten yang letak geografisnya dekat dengan Kawasan Pusat

Pemerintahan Provinsi Banten. Jika dibandingkan dengan Kota Tangerang dan

Kota Tangerang Selatan dimana jumlah pengemis mengalami penurunan

mengingat dua kota tersebut termasuk kota penyanggah ibu kota DKI Jakarta dan

daerahnya lebih ramai dari pada Kota Serang.

Sementara pengemis yang berada di Kota Serang berasal dari kecematan

(23)

dan kecamatan Kasemen. Berikut data pengemis 2014 dan 2015 berdasarkan

kecamatan yang berada di Kota Serang:

Tabel 1.2

Pengemis Kota Serang Berdasarkan Kecamatan Tahun 2014 Dan 2015

No Kecamatan Jumlah Pengemis

2014 Jumlah 2015 Jumlah

(L) (P) (L) (P)

1 Curug 13 5 18 6 5 11

2 Walantaka 9 6 15 5 4 9

3 Cipocok Jaya 19 6 25 3 2 5

4 Serang 24 6 30 90 5 95

5 Taktakan 5 2 7 3 0 3

6 Kasemen 26 15 41 46 40 86

Jumlah 96 40 136 153 56 209

(Sumber: Dinas Sosial Kota Serang)

Berdasarkan gambar diatas dapat kita ketahui kecamatan yang paling

banyak terdapat warganya menjadi pengemis yaitu kecamatan Serang dan

kecamatan Kasemen hal ini dikarenakan kecamatan Serang letaknya di pusat Kota

Serang sedangkan di kecamatan Kasemen terdapat tempat wisata religi Banten

lama, tetapi banyak pula pengemis yang berasal dari dari kecamatan Kasemen

yang mengemis di pusat Kota Serang dan sekitarnya. Berikut grafik

(24)

18 15 25

Curug Walantaka Cipocok Jaya Serang Taktakan Kasemen

2014 2015 Gambar 1.2

Perkembangan Jumlah Pengemis Kota Serang

Melihat banyaknya pengemis di Kota Serang, pemerintah Kota Serang

mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan,

Pemberantasan, Dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat. Dalam perda tersebut

disebutkan bahwa pengemis adalah salah satu jenis penyakit masyarakat,

pemerintah Kota Serang melarang adanya pengemis di Kota Serang dan

pemerintah melarang siapapun untuk memberi uang ataupun yang lainnya kepada

pengemis. Peraturan itu tertuang dalam perda Kota Serang nomor 2 tahun 2010

pasal 9 ayat 1,2, dan 3 yaitu :

1. Setiap orang dilarang menjadi gelandangan dan pengemis

2. Setiap orang dilarang menyuruh atau memaksa orang lain menjadi pengemis

3. Setiap orang dilarang memberikan uang ataupun lainnya kepada pengemis.

Dari pasal 9 ayat 1,2, dan 3 sudah jelas bahwa pengemis adalah salah satu

tergolong kedalam penyakit masyarakat dan pemerintah sangat melarang

(25)

siapapun memaksa atau menyuruh orang untuk mengemis serta pemerintah

melarang keras masyarakat untuk memberi uang santunan kepada pengemis.

Sebab bila peraturan tersebut dilanggar maka akan didenda sebesar 50 juta atau

kurungan penjara selama 3 bulan sesuai yang tertera dalam peraturan daerah

nomor 2 tahun 2010 pasal 21 ayat 1 dan 2.

Tanggung jawab atas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti

pengemis menjadi salah satu tanggung jawab pemerintah untuk membantunya, hal

ini seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 34

ayat 1 dan 2 yaitu :

1. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara

2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan

Untuk itu pemerintah Kota Serang, wajib untuk memerhatikan para

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Serang khususnya pengemis.

Sebab sebenanya mereka tidak ingin melakukan pekerjaan seperti itu karna

mereka sadar bahwa bekerja sebagai pengemis merupakan pekerjaan terendah

dimata masyarakat.(sumber: wawancara dengan seorang pengemis Kota Serang.

senin, 24 oktober 2016 pukul 10:45)

Sesuai fakta di lapangan bahwa masih banyaknya Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial seperti pengemis yang masih berkeliaran di tempat umum

Kota Serang seperti lampu merah, halte, pasar, terminal, bahkan sampai kampus.

Hal ini sungguh meresahkan warga karena banyaknya pengemis yang

(26)

Serang sangatlah meresahkan serta tidak indah untuk dipandang dan membuat

sebuah Kota terkesan kumuh.

Rehabilitasi Sosial merupakan salah satu program yang dilakukan

pemerintah khususnya pemerintah Kota Serang dalam mengatasi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial seperti eks NAPZA, Wanita Tuna Susila, dan

Pengemis. Rehabilitasi Sosial berarti pemulihan kembali keadaan individu yang

mengalamai permasalahan sosial kembali seperti semula, Rehabilitasi sosial

merupakan upaya yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang

kedalam kehidupan masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri

dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.

Dalam peraturan daerah Kota Serang nomor 2 tahun 2010 rehabilitasi

sosial merupakan salah satu upaya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah Kota Serang dimana dalam hal ini Dinas Sosial merupakan pihak yang

bertanggung jawab, hal tersebut tertera dalam perda Kota Serang nomor 2 tahun

2010 pasal 17 ayat 1-3 yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah dan masyarakat wajib melakukan pembinaan terhadap orang atau sekelompok orang yang terbukti melakukan penyakit masyarakat.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial.

3. Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan melalui kegiatan:

a. Bimbingan, pendidikan, pelatihan dan keterampilan teknis; b. Bimbingan, penyuluhan rohaniah dan jasmaniah;

c. Penyediaan lapangan kerja atau penyaluran tenaga kerja.

Dinas sosial dalam peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 merupakan

Dinas yang menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial salah satunya

(27)

oleh Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) yang kemudian dibawa ke Dinas

Sosial untuk didata dan direhabilitasi agar mereka tidak mengemis kembali,

namun fakta di lapangan berbicara lain dimana mereka para pengemis hanya

didata dan diberi surat perjanjian bahwa akan datang kembali dengan tanggal yang

telah ditentukan oleh pihak Dinas Sosial.

Rehabilitasi merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi

permasalahan sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti pengemis

di Kota Serang, karena dengan merehabilitasi para pengemis maka bukan tidak

mungkin pengemis di Kota Serang akan berkurang dengan proses rehabilitasi

sosial tersebut berjalan tanpa adanya hambatan. Rehabilitasi sosial merupakan

upaya yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang kedalam

kehidupan masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan

keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan

masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan

kesempatan untuk berpartisipasi. Dalam hal ini permasalahan Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial seperti pengemis sangat perlu direhabilitasi agar

pola pikir mereka berubah sehingga mereka tidak lagi mau mengemis.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti ditemukan masalah

sebagai berikut.

Pertama, Dalam implementasinya dari pertama berlakukannya perda

nomor 2 tahun 2010 tersebut hingga kini belum berjalan baik hal ini dikarenakan

adanya beberapa permasalahan seperti yang diungkapkan oleh kepala seksie

(28)

masyarakat yang belum tahu tentang isi perda tersebut hanya dan hanya tau

perdanya saja tapi mereka tidak tahu isi dari perda tersebut. (sumber: wawancara

dengan kepala seksi pelayanan rehabilitasi sosial bapak Heli Priatna. Kamis, 20

oktober 2016 pukul 11:30 di Dinas Sosial Kota Serang)

Kedua, kurangnya sarana dan prasarana yang menjadi hal paling penting

dalam rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang. Permasalahan tersebut

termasuk permasalahan yang sangat klasik dimana dari pertama diberlakukannya

peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 sampai sekarang masih belum ada panti

rehabilitasi sosial di Kota Serang, hal ini sangat menghambat proses rehabilitasi

sehingga rehabilitasi sosial di Kota Serang belum efektif hingga saat ini. Selain

tidak adanya panti rehabiliatasi alat-alat penunjang lainnya pun dikatakan sangat

kurang dimana masih tidak adanya alat keahlian seperti kompresor serta alat

lainnya. (sumber: wawancara dengan kepala seksi pelayanan rehabilitasi sosial

bapak Heli Priatna. Kamis, 20 oktober 2016 pukul 11:30 di Dinas Sosial Kota

Serang)

Ketiga, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Dinas Sosial dimana

kepala seksie satu-satunya yang menangani rehabilitasi sosial hal ini membuat

kinerja Dinas Sosial kurang efektif sehingga dapat menghambat program kerja

yang sudah dibuat. Sumber Daya Manusia yang dimaksud adalah sumber daya

manusia dalam membina pengemis untuk direhabilitasi. (sumber: wawancara

dengan kepala seksi pelayanan rehabilitasi sosial bapak Heli Priatna. Kamis, 20

(29)

Keempat, kurangnya kordinasi antara Dinas Sosial dengan SATPOL PP

selaku pihak pengekeskutor atau perazia pengemis di jalan atau tempat umumnya,

kordinasi merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu kerja sama

antar SKPD hal ini dikarenakan agar kerjasama berjalan dengan baik.(sumber:

wawancara dengan kepala seksi penegakan hukum produk hukum daerah bapak

Raden Kuncahyo. Selasa, 25 Oktober 2016 pukul 10:00 di Kantor Satpo PP Kota

Serang )

Kelima, anggaran merupakan hal yang paling sensitif, dimana tanpa

adanya anggaran maka semua kegiatan atau program tidak akan terlaksana. Pada

hakikatnya semua kegiatan termasuk rehabilitasi sosial memerlukan anggaran

yang cukup besar untuk menjalankannya pada program rehabilitasi sosial ditahun

2017 yang ditargetkan merehabilitasi 25 dari 75 orang dimana anggarannya

sebesar Rp. 55.000.000, ini menjadi alasan yang membuat program rehabilitasi

sosial kurang efektif. (sumber: wawancara dengn kepala bidang pelayanan dan

rehabilitasi sosial bapak Dul Barid, jumat 21 oktober 2016, pukul 09:00 di Dinas

Sosial Kota Serang)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan diatas,

maka peneliti ingin meneliti mendalam tentang Manajemen Rehabilitasi Sosial

Pengemis Di Kota Serang.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pendahuluan latar belakang masalah yang telah peneliti

(30)

1. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perda nomor 2 tahun

2010 tentang pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit

masyarakat

2. Kurangnya sarana dan prasaran pendukung rehabilitasi sosial pengemis

di Kota Serang, seperti belum adanya tempat penampungan ataupun

karantina untuk para penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti

pengemis dalam memberikan penyuluhan serta belum adanya alat

penunjang pelatihan keahlian khusus.

3. Kurangnya Sumber Daya Manusia membuat kinerja Dinas Sosial

dinilai tidak baik dalam hal rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang.

4. Lemahnya kordinasi antara Dinas Sosial dengan SATPOL PP

5. Kurangnya anggaran yang membuat tidak adanya atau kurangnya

alat-alat keahlian dikarenakan anggaran yang tidak mencukupi untuk

mengadakan alat-alat keahlian tersebut.

1.3. Batasan Masalah

Dari uraian-uraian latar belakang maslaah dan identifikasi masalah diatas

peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh.

Maka dengan itu peneliti membuat batasan masalah penelitian yaitu, manajemen

pengelolaan rehabilitasi sosial di Dinas Sosial dengan studi kasus pengemis di

(31)

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah peneliti paparkan dalam

bahasan sebelumnya,maka dalam hal ini peneliti membuat Rumusan Masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana karakterisitik pengemis di Kota Serang?

2. Bagaimana bentuk manajemen rehabilitasi sosial yang dilakukan

oleh Dinas Sosial Kota Serang?

3. Bagaimana proses manajemen rehabilitasi sosial di Dinas Sosial

Kota Serang?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengemis di Kota Serang

2. Untuk mengetahui bagaimana model rehabilitasi sosial yang dilakukan

Dinas Sosial Kota Serang

3. Untuk memaparkan dan mendeskripsikan mengenai bagaimana proses

manajemen rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang

1.6.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang

bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara

teoritis.

1.6.1. Manfaat Teoritis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai

(32)

a. Pengembangan Keilmuan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan,

khususnya dibidang Ilmu Administrasi Daerah

b. Pengembangan Rehabilitasi

Dengan penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan

pelaksanaan rehabilitasi sosial di Kota Serang

1.6.2. Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

a. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

Manajemen Strategi Dinas Sosial Dalam Program Rehabilitasi Sosial

Pengemis di Kota Serang

b. Bagi pembaca

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian ini dapat

memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi

instansi lokal khususnya Dinas Sosial kota Serang

1.7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil judul

penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah

(33)

uraian ini, dapat bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil

seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar

belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.

1.2 Identifikasi Masalah

Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul

penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti. Identifikasi

masalah biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada objek yang diteliti,

observasi dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat

diidentifikasi.

1.3 Rumusan Masalah

Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan judul

penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi

dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

1.5 Manfaat Penelitian

Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis maupun

teoritis.

(34)

2.1 Deskripsi Teori

Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan variabel

penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk

merumuskan masalah.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai

kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

2.3 Asumsi Dasar Penelitian

Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotesa

kerja yang mendasari penulisan sebagai landasan awal penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian

3.2 Instrumen Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat

pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah

peneliti itu sendiri.

3.3 Informan Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk

mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh

dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara

(35)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara

menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data

sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui pengamatan, wawancara,

dokumentasi dan bahan-bahan visual.

3.5 Teknik Analisis Data

Sub bab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan data ke dalam

formula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah diinterpretasi, maksudnya

analisis data disini tidak saja memberikan kemudahan interpretasi, tetapi mampu

memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga

implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan

simpulan akhir penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui pengkodean dan

berdasarkan kategorisasi data.

3.6 Uji Keabsahan Data

Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari objektifitas

dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif berasal dari unsur

subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana menginterpretasikan realitas sosial

terhadap fenomena-fenomena yang ada.

3.7 Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan penelitian

3.8 Jadwal Penelitian

(36)

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan

serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

4.2 Hasil Penelitian

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan teknik analisis data kualitatif.

4.3 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data dan

wawancara narasumber.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas,

(37)

20 2.1. Landasan Teori

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi

panduan dalam penilitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang

mendukung masalah peneliti mengenai Manajemen Rehabilitasi Sosial Pengemis

Di Kota Serang.

2.1.1. Definisi Manajemen

Menurut Stoner dalam Handoko (2003:9) menjelaskan definisi

manajemen sebagai berikut :

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan”

Manajemen berasal dari kata to manageyang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari

fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen dan organisasi bukan

tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena

tujuan yang dicapai itu adalah pelayanan atau laba.

Sedangkan menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen

(38)

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan

Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) yang di

terjemahkan sebagai berikut:

“bahwa manajemen pada umumnya dikaiktkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.”

Menurut Terry dalam Hasibuan (2011:2) mendefinisikan

manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari

timdakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang

telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya.

Selanjutnya pengertian manajemen menurut Koontz dan

O’Donnel dalam Hasibuan (2011:3) yang di terjemahkan sebagai

berikut:

“bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.”

Berdasarkan pemaparan pengertian manajemen diatas, maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan manusia itu sangat

(39)

tidak terbatas. Untuk menyeimbangkan kemampuan yang terbatas

dengan kebutuhan yang terbatas mendorong manusia untuk membagi

pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian

pekerjaan, tugas dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama

dan manusia saling terikat dalam satu organisasi. Dalam organisasi

maka pekerjaan yang sulit akan dapat diselesaikna dengan baik serta

tujuan yang diinginkan tercapai.

Adapun menurut George R. Terry (1972) dikutip dalam Rusadi

(1998:1) menyatakan bahwa manajemen merupakan:

“sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah di tetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya”

Secara sederhana pengertian manajemen menurut George R.

Terry (1972) meliputi:

a. Perencanaan(Planning);

b. Pengorganisasian(Organizing);

c. Penggerakan(Actualing);

d. Pengawasan(Controlling);

Lain halnya dengan definisi manajemen menurut Gibson,

Donelly & Ivancevich (1996) dikutip dalam (Ratminto & Atik, 2005: 2)

yaitu suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk

mengkordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil

(40)

Definisi lainnya yaitu dikemukakan oleh Makharita,expertPBB

yang diperbantukan pada kantor Pusat Lembaga Administrasi Negara

dari tahun 1977-1980 (Handayaningrat, 1990:19) memberikan definisi

yang sudah diterjemahkan yaitu bahwa manajemen adalah pemanfaatan

sumber-sumber yang tersedia atau yang berpotensial di dalam

pencapaian tujuan.

Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha

menggunakan atau memanfaatkan sumber yang tersedia atau yang

berpotensi dalam pencapaian tujuan.

Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai

pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan,

pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin,

ketatapengurusan, administrasi dan sebagainya.

Menurut Millet dalam Siswanto (2009:1) membatasi manajemen

yang di terjemahkan sebagai berikut, bahwa adalah suatu proses

pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang

diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Stoner dan Wankel dalam Siswanto

(2009:2) memberikan batasan manajemen yang diterjemahkan sebagai

berikut, bahwa manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian danpenggunaan seluruh sumber daya organisasi

(41)

Selanjutnya menurut Hersey dan Kenneth dalam Siswanto

(2009:2) memberikan batasan manajemen yaitu bahwa sebagai suatu

usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok

untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni untuk melakukan

tindakan guna mencapai suatu tujuan, manajemen sebagai suatu ilmu

adalah pengetahuan yang disitematiskan atau kesatuan pengetahuan

yang terorganisasi (Siswanto, 2009:7). Menurut Handoko (2003:11)

manajemen merupakan ilmu pengetahuan juga dalam artian bahwa

manajemen memerlukan disiplin ilmu-ilmu pengetahuan lain dalam

penerapannya, misal: ilmu ekonomi, statistic, akuntansi dan sebagainya.

Bidang-bidang ilmu ini dapat kita pelajari secara universal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang dilakukan oleh individu satu sama lian untuk

mencapai suatu tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi

seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

penyusunan pekerja atau karyawan (Staffing), dan pengawasan

(Controlling).

2.1.2. Asas-Asas Manajemen

Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau

kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan

(42)

ini sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki

asas yang mencerminkan intisari kebenaran-kebenaran dasar dalam

bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tetapi tidak mutlak. Artinya

penerapan asas baru harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus

dan keadaan yang berubah-ubah.

Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai

hipotesis yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis relevan dan

konsisten. Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang

manajer dapat mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar

dalam menjalankan pekerjaannya dan kepercayaan pada diri sendiri pun

akan semakin besar. Menurut Fayol dalam Hasibuan (2011:10)

asas-asas umum manajemen adalah:

1. Division of work(asas pembagian kerja)

2. Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung jawab)

3. Disciple(asas disiplin)

4. Unity of command(asas kesatuan perintah)

5. Unity of direction(asas kesatuan jurusan atau arah)

6. Subordination of individual interest into general interest (asas kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)

7. Renumeration of personnel (asas pembagian lagi yang wajar)

8. Centralization(asas pemusatan wewenang)

9. Scharal of chain(asas hierarki atau asas rantai berkala) 10.Order(asas keteraturan)

11.Equaty(asas keadilan) 12.Initiative(asas inisiatif)

13.Esprit de corps(asas kesatuan)

14.Stability of turn-over personnel (asas keadilan masa jabatan)

Dalam bukunya TaylorThe Principle Of Scientific Management

(43)

manajemen dapat dipakai untuk segala macam kegiatan manusia.

Taylor Mengemukakan asas-asas manajemen sebagai berikut:

1. Pembangunan metode-metode kerja yang baik. 2. Pemilihan serta pengembangan para pekerja.

3. Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode kerja yang terbaik serta para pekerja yang terpilih dan terlatih.

4. Kerja sama yang harmonis antar manajer dan nonmanajer, meliputi pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk merencakan pekerjaan.

2.1.3. Fungsi Manajemen

Hasibuan (2001:37) manajemen oleh para penulis dibagi atas

beberapa fungsi. Pembagian fungsi-fungsi manajemen ini, tujuannya

adalah:

a. Supaya sistematika urutan pembahasannya legih teratur;

b. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih

mendalam;

c. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen

bagi manajer.

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para penulis

tidak sama. Hal ini disebabkan latar belakang penulis, pendekatan yang

dilakukan tidak sama. Untuk bahan perbandingan fungsi-fungsi

manajemen yang dikemukakan para ahli, penulis mengutip fungsi

manajemen menurut para ahli, berikut fungsi-fungsi manajemen peneliti

(44)

Tabel 2.3

Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan

fungsi-fungsi tertentu, tetapi dalam hal ini belum ada persamaan

pendapat dari para ahli manajemen tentang apa fungsi-fungsi itu. Salah

satu klarifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh

Fayol, yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian,

pemberian perintah dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama

(Handoko, 2003:21).

Fungsi manajemen menurut Terry dalam Handayaningrat

(45)

1. Perencanaan (Planning), adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendaki.

2. Pengorganisasian (organizing), adalah menentukan, mengelompokkan dan pengatur berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai dan menunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating), merupkan usaha agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadaranmya dan berpedoman pada perencanaan(Planing)dan usaha pengorganisasian. 4. Pengawasan (Controlling), merupakan proses penentuan

apa yang harus diselesaikan yaitu, pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.

Koontz dan O’Donnell dalam Handayaningrat (1990:22) fungsi-fungsi manajemen yang disingkat POSDICO yaitu:

1. Perencanaan (Planning), berhubungan dengan pemilihan sasaran/tujuan (objective), strategi, kebijaksanaan, program dan prosedur pencapaiannya. Perencanaan adalah suatu pengambilan keputusan, manakala perencanaan ini menyangkut pemilihan diantara beberapa alternative. 2. Pengorganisasian (Organizing), berhubungan dengan

pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan dari pada suatu badan usaha secara keseluruhan atau setiap bagiannya. Pengelompokkan kegiatan-kegiatannya, penugasan, pelimpahan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, menentukan koordinasi, kewenangan dan hubungan informal baik horizontal maupun vertical dalam struktur organisasi itu.

3. Penyusunan pegawai (Staffing), berhubungan dengan penempatan orang-orang, yaitu menempatkan orang-orang sesuai dengan jabatan yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi.

(46)

atas harus memperhitungkan bawahannya terhadap nilai-nilai kebiasaan, sasaran/tujuan dan kebijaksanaan organisasi/badan usaha. Pihak bawahan diusahakan agar banyak mengetahui terhadap struktur organisasi, hubungan yang saling ketergantungan dari pada kegiatan dan kedudukan pribadinya, tugas-tugasnya dan wewenangnya. 5. Pengawasan (Controlling), merupakan tindakan

penilaian/perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana. Jadi penilaiannya apakah hasil pelaksanaannya tidak bertentangan dengan sasaran (goals) dan rencananya (plans).

Newman dalam handayaningrat (1990:20), menyebutkan fungsi

manajemen dengan akronim POASCO, yaitu:

1. Perencanaan (Planning), perencanaan ini meliputi serangkaian keputusan-keputusan termasuk penentuan-penentuan tujuan, kebijaksanaan, membuat program-program, menentukan metode & prosedur serta menetapkan jadwal waktu pelaksanaan.

2. Pengorganisasian(organizing), pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk melaksanakan rencana dan menetapkan hubungan antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan bawahan) di dalam setiap unit.

3. Pengumpulam Sumber (Assembling Resources), pengumpulan sumber-sumber yang dipergunakan untuk mengatur penggunaan dari pada usaha-usaha tersebut yang meliputi personal, uang/capital, alat-alat/fasilitas dan hal-hal lain yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. 4. Pengendalian kerja (Supervising), bimbingan dari pada

pelaksanaan pekerjaan setiap hari termasuk memberikan instruksi, motivasi agar mereka secara sadar menuruti segala instruksinya, mengadakan koordinasi dari pada berbagai kegiatan pekerjaan dan memelihara hubungan kerja baik antara atasan dan bawahan

(47)

Sedangkan fungsi manajemen menurut Mee dalam

Handayaningrat (1990:26) biasa di kenal dengan akronim POMCO,

yaitu:

1. Perencanaan (Planning), adalah proses pemikiran yang matang untuk dilakukan dimasa yang akan datang dengan menentukan kegiatan-kegiatannya.

2. Pengorganisasian (Organizing), seluruh proses pengelompokkan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sehingga merupkan organisasi yang dapat digerakkan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang telah ditentukan. 3. Pemberian Motivasi (Motivating), seluruh proses

pemberian motif (dorongan) kepada karyawan untuk bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling), proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat berjalan dengan rencana yang telah di tentukan sebelumnya.

Menurut Luther Gulick dalam Handoko (2003:11)

mendefinisikan bahwa manajemen sebagai berikut:

“suatu bidang ilmu pengetahuan (Science) yang berusaha secara sistematis untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi manusia”

Secara sederhana fungsi-fungsi manajemen menurut Luther

Gulick yang terkenal dengan akronim POSDCORB, adalah:

1. Pererncanaan (Planning), adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan pelaksanaannya dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan maksud/tujuan badan usaha itu.

2. Pengorganisasian (Organizing), menetapkan struktur formal dari pada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

(48)

para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.

4. Pembinaan Kerja (Directing), tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha/organisasi.

5. Pengkoordinasian(Coordinating), kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan.

6. Pelaporan (reporting), pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannya melalui catatan, penelitian maupun inspeksi.

7. Penganggaran (Budgeting), semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila disertai dengan usaha dalam bentuk rencana anggaran, perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran.

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai fungsi manajemen dari

beberapa para ahli yaitu dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa fungsi

manajemen itu diantaranya terdapat perencanaan (Planning),

pengorganisasian (Organizing), pengarahan (directing),

pengkoordinasian (coordinating), serta pengawasan (controlling). Jika

fungsi-fungsi manajemen tersebut bisa berjalan dengan maksimal, maka

sebuah instansi baik itu instansi negara ataupun swasta akan mencapai

kepada tujuan yang di inginkan.

Untuk dapat memaparkan secara jelas mengenai sub dari fungsi

manajemen tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Perencanaan

Perencanaan(Planning) adalah fungsi dasar manajemen, karena

(49)

direncanakan. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang tidak

pasti, karena adanya perubahan kondisi dan situasi.

Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa depan,

dimana dilihat dari resiko semua kegiatan yang di tanggung apakah

relatif kecil atau besar. Tindakan dan kebijakan suatu instansi

direncanakan diawal, dimana hasil apa yang di rencanakan dilihat di

akhir apakah perencanaan yang dibuat efektif atau tidak. Perencanaan

ini adalah masalah, artinya memilih tujuan dan cara terbaik untuk

mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada. Tanpa

alternatif, perencanaan pun tidak ada. Perencanaan merupakan

kumpulan dari beberapa keputusan.

Perencanaan menurut Terry (2007:92) yaitu “perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta

menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa mendatang dengan jalan

menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan

untuk mencapai hasil yang diinginkan.”

Sedangkan menurut Hasibuan “rencana adalah sejumlah

keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan itu.” Jadi, setiap rencana mengandung

dua unsur, yaitu tujuan dan pedoman.

Janis-jenis rencana menurut Hasibuan (2011:95) adalah sebagai

(50)

1. Tujuan

Tujuan yang diinginkan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar

dapat dipahami dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Tujuan

yang diinginkan harus wajar, rasional, ideal dan cukup menantang

untuk diperjuangkan dan dapat dicapai oleh orang banyak. Tegasnya

tujuan yang diinginkan itu harus ditetapkan supaya perencanaan itu

tidak mengambang.

Menurut Terry dalam Hasibuan (2011:96) tujuan adalah suatau

sasaran manajerial yaitu tujuan yang diinginkan melukiskan skop jelas,

serta memberikan arah pada usaha-usaha seorang manajer. Sasaran

(goal), skopnya lebih kecil dari pada tujuan, titik tertentu yang dicapai.

2. Kebijaksanaan

Menurut Koontz dalam Hasibuan (2011:96) kebijaksanaan

adalah peryataan-peryataan atau pengertian-pengertian umum yang

memberikan bimbingan berpikir dalam menentukan keputusan.

Fungsinya adalah menandai lingkungan di sekitar yang dibuat, sehingga

memberikan jaminan keputusan-keputusan itu akan sesuai dengan dan

menyokong tercapainya arah tujuan.

3. Prosedur

Prosedur-prosedur juga merupakan suatu jenis rencana, karena

prosedur menunjukan pemilihan cara bertindak dan berhubungan

dengan aktivitas-aktivitas masa depan. Prosedur benar-benar

(51)

berpikir. Prosedur memberikan detail-detail tindakan, sehingga suatu

aktivitas tertentu harus dilaksanakan. Esensinya adalahn rentetan

tindakan yang diatur secara kronologis atau berurutan.

4. Rule

Rule adalah rencana tentang peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan dan harus ditaati. Rule kadang-kadang ditimbulkan oleh

prosedur, tetapi keadaannya tidak sama.

5. Program

Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah

menggambarkan rencana yang konkret. Rencana ini konkret, karena

dalam program sudah tercantum, baik sasaran, kebijaksanaan, prosedur,

waktu maupun anggarannya. Jadi, program juga merupakan

usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus

dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing.

6. Budget

Budget adalah suatu rencana yang menggambarkan penerimaan

dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam

anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan

diperoleh.

7. Metode

Metode merupakan hal yang fundamental bagi setiap tindakan

dan hubungan dengan prosedur. Suatu prosedur terdiri dari serangkaian

(52)

Menurut Terry dalam Hasibuan (2011:102) suatu metode dapat

didefinisikan sebagai hasil penentuan cara pelaksanaan suatu tugas

dengan suatu pertimbangan yang memadai menyangkut tujuan,

fasilitas-fasilitas yang tersedia dan jumlah penggunaan waktu, uang dan

usaha.

8. Strategi

Strategi juga termasuk jenis rencana, karena akan menentukan

tindakan-tindakan pada masa mendatang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

Faktor-faktor penting yang menjadi perhatian dan perhitungan

dalam menentukan strategi adalah:

a. Memperhitungkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki dari pada pihak-pihak saingan.

b. Memanfaatkan keunggulan dan kelemahan-kelemahan pihak saingan

c. Memperhitungkan keadaan lingkungan intern maupun

ekstern yang dapat mempengaruhi perusahaan

d. Memperhitungkan faktor-faktor ekonomis, sosial dan psikologis

e. Memperhitungkan faktor-faktor sosio-kultural dan hukum f. Memperhitungkan faktor ekologis dan geografis

g. Menganalisis dengan cermat rencana pihak-pihak saingan

Pendekatan dalam fungsi perencanaan dalam buku Siagian

(2008:90) dapat ditinjau dari tiga segi atau cara yaitu pertama,

mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik. Kedua,

memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus di

(53)

B. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan

proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah

yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan

pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokkan tugas-tugas dan

membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan

departemen-departemen serta penentuan hubungan-hubungan.

Organizing berasal dari kata organize yang berarti menciptakan

struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa,

sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap

keseluruhannya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola,

skema, bagan yang menunjukkan garis-garis perintah, kedudukan

karyawan, hubungan-hubungan yang ada, dan lain sebagainya.

Hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. Pengorganisasian

diproses oleh organisator (manajer), hasilnya organisasi yang sifatnya

statis. Jika pengorganisasian baik maka organisasian pun akan baik dan

tujuan pun relatif mudah dicapai.

Dalam buku Siagian (2008:95) “organisasi yaitu setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk

sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam persekutuan,

yang mana selalu terdapat hubungan antara seorang/sekelompok orang

yang disebut pimpinan dan seorang/sekelompok orang lain yang disebut

(54)

Pengorganisasian menurut Hasibuan yaitu “suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam

aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan

orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,

menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap

individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.”

Menurut Hasibuan (2011:122) unsur-unsur organisasi adalah

sebagai berikut:

1. Manusia, artinya organisasi baru ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin.

2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukan.

3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai.

4. Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada, jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.

5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada, jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya. 6. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur

teknis.

7. Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama sosial.

Sedangkan pengorganisasian menurut Terry dalam Hasibuan

(2011 :119) yatiu tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan

yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama

secara efisisen dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi

dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan

(55)

C. Pengarahan

Fungsi pengarahan (directing=actuating=leading=penggerakan)

adalah fungsi manajemen yang paling penting dan dominan dalam proses

manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi

dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen

dapat merealisasi tujuan dimulai. Penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit

dan kompleks, karena karyawan tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini

disebabkan karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran,

perasaan, harga diri, cita-cita dan lainnya.

Menurut Hasibuan (2011:183) pengarahan yaitu mengarahkan

semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam

mencapai tujuan perusahaan.

Selanjutnya Terry (2007:183) pengarahan adalah membuat semua

anggota kelompok, agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta

bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan

usaha-usaha pengorganisasian.

Sedangkan menurut Koontz dan O’Donnel (2011:184)

“pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata”

Jadi pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan

untuk membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah

(56)

D. Pengkoordinasian

Ada beberapa definisi koordinasi berdasarkan para ahli

diantaranya yaitu menurut Brech dalam Hasibuan (2011:85) koordinasi

adalah mengimbangi dan menggerakan tim dengan memberikan lokasi

kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga

agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di

antara para anggota itu sendiri.

Sedangkan menurut Djamin dalam Hasibuan (2011:86)

koordinasi adalah suatu usaha kerja antar badan, instansi, unit dalam

pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat

saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.

Hasibuan (2011:86) menyebutkan bahwa ada beberapa tipe

koordinasi diantaranya:

Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,

pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap unit-unit,

kesatuan-kesatuan Hasibuan (2011:86) menyebutkan bahwa ada beberapa tipe

koordinasi diantaranya:

1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,

pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap unit-unit,

kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan

tanggung jawabnya.

2. Koordinasi horizontal adalah tindakan-tindakan atau

(57)

terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang

setingkat.

Koordinasi horizontal dibagi atas:

a) Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.

b) Interrelated adalah koordinasi antar badan, unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lainsaling bergantungan atau mempunyai kaitan baik, cara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena coordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat.

Sifat-sifat koordinasi menurut Hasibuan (2011:87) adalah

sebagai berikut:

1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang dalam rangka mencapai sasaran

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan

Tujuan koordinasi menurut Hasibuan (2011:87) adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan 2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah

sasaran perusahaan

3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1Perkembangan jumlah pengemis Provinsi Banten
Tabel 1.2
Gambar 1.2Perkembangan Jumlah Pengemis Kota Serang
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Wawancara: Program Magister (S2) untuk Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Jepang, Pendidikan Bahasa Perancis dan Pendidikan Seni; Program Doktor (S3)

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

In the Nunspeet experiment more professional ground markers were used with a yellow/black International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and

Sebuah persentasi pengetahuan eksternal yang informal disertai dengan interpretasi yang dapat secara langsung membangun working (tacit) knowledge meskipun penggunaan

Seberapa kuat pengaruh kepemimpinan dan karasteristik relawan secara simultan terhadap upaya relawan dalam peningkatan kualitas pelayanan masyarakat di Bulan Sabit Merah

A latin szertartású katolicizmus szempontjából az is aggasztó jelenségnek tűnhetett, hogy eredetileg római katolikus templomok kerültek át a görögkatolikusok

Pelaksanaan praktik residensi juga memberikan kesempatan untuk menerapkan peran sebagai pengelola yaitu dengan melaksanakan manajemen keperawatan dengan metoda tim,

Dalam Peraturan Rektor tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas Negeri Semarang, pasal 1, yang