1 BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Belajar matematika penting untuk kehidupan sahari-hari, karena setiap harinya kita tidak terlepas dari penggunaan matematika mulai dari teori bilangan aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat, untuk itu matematika menjadi sangat penting. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu, matematika diberikan disemua jenjang sekolah baik jenjang pendidikan dasar maupun menengah, khususnya jenjang pendidikan dasar yang dipandang sangat penting.
2
model pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni (2007 : 19) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Menurut Artzt & Newman dalam Trianto (2009:56) mengatakan belajar
kooperatif “siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas
-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama”. Ada banyak model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah model pembelajaran two stay two stray yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Model ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran dan tingkat usia. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Tetapi siswa yang memiliki kemampuan lebih cenderung tidak mau bekerja dalam kelompok karena siswa yang kemampuannya kurang hanya mengandalkan temannya yang pintar. Untuk mengatasinya diperlukan suatu siasat agar siswa tidak merasa bekerja dalam kelompok.
3
berpikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Pengerjaan – pengerjaan logika dapat dilakukan dengan berorientasi objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang langsung dialami anak. Peristiwa yang langsung dialami anak dapat membantu dalam pemahaman konsep suatu materi. Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan untuk menutupi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Dalam pembelajaran Dienes juga mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung hanya bermain tanpa memahami materi. Agar dalam pembelajaran siswa tidak hanya bermain maka setiap siswa perlu dibebani tanggungjawab berupa tugas - tugas. Jadi selain bermain siswa mempunyai tanggungjawab menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Dari penjelasan di atas sangat menarik pengembangan model pembelajaran two stay two stray berdasar teori Dienes dalam pembelajaran matematika pada
siswa kelas V SD.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa belum memahami konsep dari materi yang diberikan. Hal ini akan mengakibatkan tidak tertanamnya konsep materi pada siswa dan tidak tercapainya hasil belajar yang maksimal.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah model two stay two stray berdasar teori Dienes dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD yang dikembangkan efektif dalam pembelajaran?
1.4 Tujuan Penelitian
4
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan dunia pendidikan khususnya dalam hal pengembangan model pembelajaran matematika berdasar teori Dienes untuk siswa kelas V SD. 1.5.2 Manfaat Praktis