• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DI SMPN 2 SEBUKU KELAS VIII KABUPATEN NUNUKAN KALTIM ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DI SMPN 2 SEBUKU KELAS VIII KABUPATEN NUNUKAN KALTIM ARTIKEL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DI SMPN 2 SEBUKU KELAS VIII

KABUPATEN NUNUKAN KALTIM

ARTIKEL

Oleh: Rostiani 608311454751

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2013

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

Artikel oleh Rostiani yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat peraga Di SMP 2 Sebuku Kelas VIII Kabupaten Nunukan ” ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Malang, 2013 Pembimbing I, Drs. Abadyo, M.Si NIP 19520424 197412 1 001 Malang, 2013 Pembimbing II, Drs. Sudirman, M.Si NIP 19650322 199001 1 001

(3)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DI SMPN 2 SEBUKU KELAS VIII

KABUPATEN NUNUKAN KALTIM

Rostiani

Universitas Negeri Malang Pembimbing (1) Drs.Abadyo, M.Si pembimbing (2) Drs. Sudirman, M.Si

ABSTRAK. Penelitian ini menggunakan metode STAD dengan 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (do), observasi

(observing), dan refleksi (reflecting). Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan alat peraga. Data hasil analisis yang diperoleh menggambarkan apakah proses pembelajaran dengan bantuan alat peraga yang telah dikembangkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Instrumen pengumpulan data terdiri dari lembar observasi untuk aktivitas guru dan lembar observasi untuk siswa, tes serta

dokumentasi untuk siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis keberhasilan instrumen. Hasil analisis adalah sebagai berikut. Analisis observasi guru pertama menghasilkan rata-rata prosentase taraf keberhasilan 85% dan 86,25% untuk analisis observasi guru kedua yang menunjukkan bahwa dari adanya peningkatan dalam proses belajar oleh guru. Analisis observasi siswa menghasilkan rata-rata prosentase taraf keberhasilan 83,75% yang menunjukkan bahwa dari adanya peningkatan dalam proses belajar bagi siswa. Analisis hasil belajar siswa menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari rata-rata 68,4% menjadi 78,5% dari pertemuan pertama dan 73,68% menjadi 85,37% dari pertemuan kedua pada seluruh siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat dan seluruh siswa telah tuntas belajar.

Kata kunci: alat peraga,STAD Kubus dan Balok

Menyadari pentingnya pelajaran matematika untuk siswa, maka

pendekatan, strategi, metode, pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Kesesuaian, pendekatan, strategi, metode pembelajaran

matematika ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sedemikian hingga dapat mencapai atau bahkan melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yang ditetapkan. Peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan hasil belajar matematika. Mutu hasil belajar matematika ditentukan oleh mutu proses belajar matematika di kelas atau di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan hanya dapat dicapai melalui peningkatan mutu proses pembelajaran matematika yang bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika. Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaannya adalah para siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi kubus dan balok. Kesulitan yang di alami misalnya mengenai unsur-unsur kubus. Para siswa kesulitan menentukan diagonal bidang, diagonal ruang, atau bidang diagonal.

(4)

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan pendekatan kualitatif yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi (Kemmis dan Mc. Taggart, 1998). Kehadiran peneliti di lapangan adalah wajib sifatnya. Pada penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat

pengumpul data utama (Moleong 2007: 9). Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2007: 9). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sebuku yang beralamatkan di jalan Pembangunan, Kec. Sebuku, Kab Nunukan. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII

semester genap tahun ajaran 2012/2013. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa (1) hasil observasi selama proses pembelajaran yang berpedoman pada lembar observasi, (2) hasil tes yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus, (3) dokumentasi berupa foto-foto aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah RPP dan Lembar kerja siswa. Data hasil observasi yang dilakukan akan dianalisis dengan

memberikan skor untuk penentuan kategori. Persentase keberhasilan =

Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masing-masing tahapan pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan skor klasifikasi pada tabel berikut ini.

Tabel Penentuan Skor Klasifikasi Observasi Persentase Keberhasilan

Tindakan Taraf Keberhasilan 85%-100% 70%-85% 65%-70% 50%-65% 0%-50% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Data hasil belajar di analisis dengan teknik analisis hasil evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara klasikal dengan cara menganalisis data hasil tes formatif menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Persentase hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut kemudian

dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah

ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas belajar jika telah mencapai skor , dan ketuntasan klasikal apabila 75% kelas mencapai skor . Menghitung hasil belajar siswa dengan cara membandingkan jumlah skor yang diperoleh siswa dengan jumlah skor maksimum kemudian dikalikan 100%. Berikut rumus perhitungan persentase hasil belajar.

Persentase hasil belajar =

% 100 X maksimal Deskriptor muncul yang Deskriptor

75  75  % 100 X maksimum Skor dicapai yang Skor

(5)

Hasil

Hasil penelitian utama yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi dan data hasil tes. Pada siklus I diperoleh hasil observasi, yaitu yang pertama hasil observasi aktifitas guru seperti yang tersaji pada tabel berikut

Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I No Observer

Skor siklus I Persentase

Rata-rata Pertm. I Pertm. II Pertm. I Pertm. II 1 Observer 1 45 52 80,35% 92,85% 86,6% 2 Observer 2 49 50 87,5% 89,28 % 88,39%

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 86,6%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik. Menurut observer 2, rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 88,39%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian observer 1 dan observer 2 pada siklus I, keberhasilan tindakan sebesar 87,49%. Hasil observasi terhadap penerapan STAD oleh guru matematika selama proses pembelajaran pada siklus II yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan ini dikemas dalam lembar observasi pembelajaran STAD terhadap guru. Dalam sikus II ini, lembar observasi secara ringkas dipaparkan dalam tabel berikut

Tabel 4.3 : Tabel Taraf Keberhasilan Pembelajaran STAD oleh Guru pada Siklus II

No

observer

Skor siklus pertama Presentasi nilai rata-rata kategori Pertemuan 1 Pertemuan II Pertemuan 1 Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II 1 2 I II 33 33 35 36 82,5% 82,5% 87,5% 90% baik baik baik sangat baik

Hasil observasi terhadap penerapan STAD terhadap siswa selama proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang dikemas dalam lembar observasi pembelajaran STAD terhadap siswa. Dalam sikus II ini, lembar observasi secara ringkas dipaparkan dalam tabel berikut:

(6)

Tabel 4.4 : Tabel Taraf Keberhasilan Pembelajaran STAD terhadap Siswa pada Siklus II

No

Observer

Skor siklus pertama Presentasi nilai rata-rata Kategori Pertemuan 1 Pertemuan II Pertemuan 1 Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II 1 2 I II 32 32 35 35 80% 80% 87,5% 87,5% baik baik baik baik

Prestasi belajar siswa pada siklus II diukur menggunakan kuis yang

diberikan pada akhir pembelajaran. Adapun data prestasi belajar siswa pada siklus II adalah sebagai berikut. Pada kuis 1 sebanyak 32 siswa atau sebesar 78,05 % siswa yang mendapat nilai kuis  75. Pada pertemuan 2 sebanyak 35 siswa atau sebesar 85,37 % siswa yang mendapat nilai kuis  75. Adapun rinciannya nilai kuis terlampir (Tabel 4.3). Pada pertemuan pertama nilai aktivitas siswa sebanyak 37 siswa atau sebesar 90,24 % siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa  75. Pada pertemuan 2 sebanyak 38 siswa atau sebesar 92,68 % siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa  75. Adapun rinciannya nilai kuis terlampir (Tabel 4.4).

Perbandingan analisis penerapan pembelajaran STAD oleh guru pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Tabel Perbandingan Taraf Keberhasilan Penerapan Pembelajaran STAD oleh Guru pada Siklus I dan Siklus II

Observer Pertemuan

Prosentase Taraf

Keberhasilan Taraf Keberhasilan Siklus I Siklus II Siklus

I Siklus II I I 62,5% 82,5% kurang baik II 75% 87,5% Cukup baik II I 67,5% 82,5% Kurang baik II 82,5% 90% baik Sangat baik

Menurut tabel di atas terlihat bahwa prosentase taraf keberhasilan penerapan pembelajaran STAD oleh guru pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian ini,diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, prestasi belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Sebuku mengalami peningkatan. Pada penelitian ini prestasi belajar siswa diperoleh dari skor LKS pada siklus pertama, skor kuis pada siklus kedua dan nilai aktivitas siswa pada siklus pertama dan kedua. Seperti yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya untuk siklus pertama diperoleh prosentase banyak siswa yang

(7)

mendapat nilai kuis  75 belum mencapai 75%, yaitu pada pertemuan pertama 68,4 %. Pada pertemuan kedua meningkat menjadi 73,68 %. Pada siklus kedua diperoleh presentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis  75 telah mencapai

 75%, yaitu pada pertemuan pertama 78,5% dan pertemuan kedua 85,73 %. Sedangkan untukpresentasi banyaknya siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa

 75 belum mencapai 75% pada siklus pertama pertemuan pertama, yaitu hanya 65,79%. Pada pertama pertemuan kedua dan siklus kedua diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis  75 telah mencapai  75%, yaitu pada pertemuan kedua siklus pertama 76,92% dan siklus kedua pertemuan pertama dan kedua masing-masing 90,24 % dan 92,68% .

Dari hasil prestasi belajar yang diperoleh pada siklus I dan II dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan prestasi belajar menggunakan kooperatif tipe STAD. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Lie (2002:32) bahwa hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Kerjasama kelompok yang baik dapat menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Ini terjadi karena anggota tiap kelompok berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya. Nur (2005:21) mengungkapkan bahwa anggota tim melakukan yang terbaik untuk timnya, dan setiap tim melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan tim yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar.

Dengan pembelajaran penggunaan alat peraga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat seperti yang diungkapkan oleh (Saudah, 2009: 82) bahwa pembelajaran denganpenggunaan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran yang telah dipaparkan pada paparan data dan juga pada pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan 1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga yang dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa adalah sebagai berikut: a) Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari

empat atau lima orang. Setiap kelompok mewakili heterogenitas kelas dalam hal jenis kelamin, etnis, dan kemampuan akademik.

b) Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS , terlampir) pada setiap kelompok dan meminta mereka untuk mendiskusikan LKS bersama-sama anggota kelompok masing-masing. Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan. Cara guru membantu siswa yang mengalami kesulitan sebagai berikut:

1. Guru mendekati kelompok yang mengalami kesulitan memahami soal. 2. Guru meminta siswa untuk membaca ulang kalimat demi kalimat pada

soal.

3. Guru meminta siswa untuk memahami hal yang diketahui pada soal. 4. Guru meminta siswa menulis atau merumuskan hal yang ditanyakan

(8)

5. Kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal.

c) Setelah itu, guru menunjuk satu orang siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (LKS ) di depan kelas .

d) Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk mengomentari hasil kerja kelompok yang presentasi yang menurut mereka berbeda dengan hasil kerja mereka pada LKS atau menanggapi hasil kerja (LKS ) kelompok yang presentasi jika jawabannya masih kurang lengkap. Siswa dipandu guru bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari.

e) Setelah keseluruhan pembelajaran berakhir, guru selanjutnya mengadakan tes(kuis , terlampir) kepada masing-masing individu anggota kelompok. f) Hasil tes ini dikoreksi untuk menentukan poin kemajuan masing-masing

individu dan selanjutnya menentukan status kelompok dalam memperoleh penghargaan.

2. Pembelajaran matematika melalui model STAD dengan penggunaan alat peraga menunjukkan hasil yang positif, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Sebuku pada materi kubus dan balok.

Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran alat peraga dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif model pembelajaran matematika di kelas.

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian, bisa mencoba menggunakan pembelajaran alat peraga dengan model STAD untuk materi yang lain.

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Kemmis, S., &Mc Taggart, R. 1998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Saudah, Uud. 2009. Penerapan Model STAD untuk Membantu Meningkatkan

Pemahaman Materi Bilangan Pecahan pada Siswa Kelas VII di MTs Negeri Malang 1. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Gambar

Tabel 4.3 : Tabel Taraf Keberhasilan Pembelajaran STAD oleh Guru pada  Siklus II
Tabel 4.4 : Tabel Taraf Keberhasilan Pembelajaran STAD terhadap Siswa  pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL).. JURUSAN PENDIDIKAN

Uji Predasi Cecopet ( Forficula auricularia ) (Dermaptera : Nisolabodae) Terhadap Larva dan Imago Brontispa longissima Gestro (Coleoptera : Chrysomelidae) di

Salah satu komunitas anak muda yang eksis di Salatiga adalah komunitas club motor RAC, club motor RAC berdiri pada Juli 1989 dan masih bertahan hingga

[r]

Propaganda Amerika Serikat Terhadap Korea Utara Melalui Film The Interview.. 1.2

Tiga ratus enam puluh drajat artinya satu lingkaran penuh// Bila fotografer pada umumnya memajang karyanya di dalam bingkai datar/ sosok lelaki Jauhari lain//

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPENMELALUI PENDEKATAN SAINTIFIKDENGAN MEDIA GAMBAR DAN TEKNIK TRANSFORMASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sedangkan variabel