• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN OUTBOUND ESBC (ELITE SOLDIER BOOT CAMP) TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DALAM KELOMPOK YOUTH IMPACT GBI KELUARGA ALLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN OUTBOUND ESBC (ELITE SOLDIER BOOT CAMP) TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DALAM KELOMPOK YOUTH IMPACT GBI KELUARGA ALLAH"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Psikologi

program studi Psikologi

Disusun oleh :

Vidi Punjung Pakerti

NIM : 999114180

NIRM : 990051121705120176

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Psikologi

program studi Psikologi

Disusun oleh :

Vidi Punjung Pakerti

NIM : 999114180

NIRM : 990051121705120176

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(4)

KEPERCAYAAN DIRI REMAJA

DALAM KELOMPOK YOUTH IMPACT GBI KELUARGA ALLAH

Oleh :

Vidi Punjung Pakerti

NIM : 999114180

NIRM : 990051121705120176

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing :

P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M.si Pada Tanggal……….

(5)

KEPERCAYAAN DIRI REMAJA

DALAM KELOMPOK YOUTH IMPACT GBI KELUARGA ALLAH

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Vidi Punjung Pakerti

NIM : 999114180

NIRM : 990051121705120176

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 25 juli 2007

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. ……….

Sekretaris : Minta Istono, S. Psi., M. Si. ……….

Anggota : Y. Heri widodo, S. Psi. ……….

Yogyakarta,………..

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si)

(6)

Tetapi aku tahu bahwa

Ia tidak pernah meninggalkanku.

Sebab itu aku belajar menikmati hidup ini

dengan bersyukur…

Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan…

Kadang Tuhan membelokkan rencanaku.

Tetapi aku tahu bahwa itu lebih baik dari pada apa yang kurencanakan.

Sebab itu aku belajar menerima semuanya itu

dengan sukacita…

Aku belajar bahwa pencobaan itu pasti datang dalam hidupku…

aku tidak mungkin berkata tidak Tuhan

karena aku tahu bahwa semua itu tidak melampaui kekuatanku.

Sebab itu aku belajar menghadapinya

dengan sabar…

Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali atau ditangisi…

Karena semua rencanaNya indah bagiku.

Maka dari itu aku akan bersyukur dan bersukacitaDalam segala perkara.

Karena dengan bersyukur dan bersukacita

semua itu menyehatkan jiwaku dan menyegarkan hidupku

inilah yang kudapat dalam setiap perjalanan hidupku

bersamaNya…

(7)

Roma 5 : 4-5

Tida k a da se or a n gpu n ya n g da pa t m e n ga m bil se su a t u ba gi dir in ya , k a la u t ida k dik a r u n ia k a n k e pa da n ya da r i

sor ga Yoha ne s 3 : 27

setiap Orang Yang berharap dan berseru kepadaNya tidak

akan pernah dikecewakan

I Dedicate My Thesis

Simply to :

Yesus Kristus Tuhan, Engkaulah segalanya bagiku, sekalipun daging dan

hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah

selamanya.

papa mama yang sudah membesarkanku dan memberikan kasih sayang

serta perhatian dan doa. Aku sangat mengasihi kalian.

kakak-kakakku denny dan david, terima kasih sudah menjadi kakak yang

baik di dalam persaudaraan dan kasih.

teman-teman dan sababatku, yang sudah mewarnai hidupku begitu indah. almamaterku Fakultas Psikologi Sanata Dharma, disini aku belajar untuk

menghadapi masa depanku.

(8)

dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta 19 Juni 2007

Penulis

Vidi Punjung Pakerti

(9)

Allah

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pelatihan outbound ESBC terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah. Kepercayaan diri menjadi penting bagi remaja baik untuk perkembangan dirinya sendiri maupun dalam hubungan remaja dengan orang lain dalam lingkungan hidupnya. Aspek-aspek dalam kepercayaan diri ada 6 yaitu : (1) memiliki rasa aman, (2) yakin pada kemampuan diri, (3) ambisi yang normal, (4) tolerean dan tidak egois, (5) mandiri, (6) optimis.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang dengan rentang usia antara 16-24 tahun.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Quasi Experiment, dengan the One Group Pretest Posttest Design. Hipotesis yang digunakan yaitu ada pengaruh pelatihan outbound terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah. Hipotesis dianalisis dengan menggunakan t-test paired sample. Hasil Koefisien reabilitas adalah 0,922 dengan status andal. Uji normalitas menunjukkan bahwa sebaran data normal dan uji homogenitas menunjukkan bahwa subyek penelitian homogen. Analisis data dilakukan dengan uji-t yang menunjukkan nilai t sebesar 2,716 ; p<0,05. perbedaan mean pretest sebesar 89,5000 dan posttest sebesar 96,7800. hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yng signifikan antara pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan. Artinya ada pengaruh pelatihan outbound terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah.

(10)

Toward the Self-Confidence of Teenagers in Group of Youth Impact GBI Keluarga Allah

Vidi Punjung Pakerti

Psychology Faculty

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2007

This research aimed to know the training influence of ESBC outbound toward the self-confidence of teenagers in group of Youth Impact GBI Keluarga Allah. Self-confidence becomes very important to the teenagers either to their self-development or the relation between teenagers to the other person in their living environment. Some aspects in self-confidence are six, i.e.: (1) has the secured feeling, (2) confidence on the self-capability, (3) normal ambition, (4) tolerance and non-egoist, (5) self-supporting, (6) optimist.

Total subjects in this research were 50 persons by the range of age between 16 to 24 years of age.

This research was conducted by using method of Quasi Experiment, by the One Group Pre-test Post-test Design. Hypothesis was used was the influence of outbound training toward the self-confidence of the teenagers in the group of Youth Impact GBI Keluarga Allah. This hypothesis was analyzed by using t-test paired sample. The result of reliability coefficient was 0,922 by superior status. Normality test revealed that the spreading of normal data and homogeneity test revealed that the subject of this research was homogenous. Analysis of data was conducted by t-test which revealed the t-test which revealed the t value as much 2,716; p < 0,05. The difference of pre-test mean of 89,5000 and post-test of 96,7800. It revealed that there were significant different between the pre-training and post-training measurement. It means that there were any influences of outbound training toward the self-confidence of the teenagers in the group of Youth Impact GBI Keluarga Allah.

(11)

Puji syukur kepada Tuhanku Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan

kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengaruh Pelatihan Outbound ESBC (Elite Soldier Boot Camp) Terhadap Kepercayaan Diri Remaja dalam Kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah”.

penulis juga menyadari bahwa selesainya skripsi ini dengan baik, juga atas

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis secara khusus ingin

menyapaikan banyak terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, sekaligus sebagai

dosen Pembimbing Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., yang telah

memberikan bimbingan, arahan, masukkan dan perbaikan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi, M.Si. dan Ibu Ratri Sunar Astuti,

M.Si., yang telah menjadi dosen pembimbing akademik saya selama ini.

3. Mba Etta yang mau meluangkan waktunya untuk membantu memberikan

langkah-langkah awal dalam pembuatan skripsi.

4. mas Adi walaupun pada saat kuliah kita jarang ngobrol tapi terima kasih

sudah mau bantuin merevisi tulisanku yang tidak S-P-O-K itu

5. Pak Didik maafin saya ya pak, diawal-awal kuliah bikin bapak emosi.

Walaupun Bapak terlihat dingin dan cuek tapi sebenarnya bapak penuh

(12)

jawab dan penuh perhatian terhadap semua mahasiswa. Ibu mempunyai

hati yang baik yang memancarkan kehidupan, terima kasih Bu atas

bimbingan dan bantuan selama ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Psikolgi Sanata Dharma yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan mengajarkan

banyak hal pada saya, terima kasih semuanya.

8. Mba Nanik dan Mas Gandunng yang telah membantu kelancaran dalam

proses administrasi, khususnya mas Gandung sori ya mas sering

ngerepotin. Mas Muji dan mas Doni di lab Psikologi yang sudah banyak

membantu pelaksanaan praktikum dan asistensi. Buat mas Muji thank

banget atas semua dagelannya, saranku banyak-banyak berdoa ya mas

hehee, Pak Giyono…terima kasih atas ketulusan dan keramahan dalam

pelayanan bapak selama ini.

9. Bapak caleb Deon Hover B. sebagai Youth Pastor didalam Youth Impact

ministry, yang sudah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian di

Elite Soldier Boot Camp (ESBC). Terima kasih sudah mengajarkan

banyak hal pada saya. Bapak adalah salah satu panutan saya digereja.

10.Panitia ESBC Diana, Ervi, Andre, Andrew, jang-jang, Sukadi, mas Agung

dan Glen. Mas Agung teryata yang dibilangin orang-orang tentang mas

Agung itu cuek n ga pedulian teryata salah..makasi ya mas udah nolongin

(13)

11.Paniti Encounter Deni, ferry, Eko, Musa, Ary, Susi, eliana, Apri, nancy

dan Elvira, pengalaman terindah dan termanis selama pelayanan adalah

berkerja bersama kalian semua..thx all..., Deni…makasi ya den

semangatmu membuat skripsi memberikan motivasi buat aku juga,

Nancy…makasi juga atas sindiran-sindirannya mungkin terdengar ga

enak tapi itu juga memberikan motivasi untuk aku dalam mengerjakan

skripsi, Ferry..Eliana..Apri…pengalaman pelayanan terdasyat dan

luarbiasa adalah bersama kalian di sumba, aku ga pernah bemimpi

terkatung-katung 3 hari ditengah laut bersama orang aneh tapi lucu

kayak kalian, Ary..Susi…kalian bukan hanya sabahatku tapi seperti

saudaraku sendiri, terima kasih ya uadah mau mendengar dan berbagi

dengan aku selama ini, Susi jaga Ary baek-baek ya jangan dinakalin lho,

Elvira…kamu satu-satunya orang yang banyak sekali kesamaannya

dengan aku, bahkan tanggal lahir kitapun sama ,mungkin aku sudah

mensia-siakan kesempatan yang ada tapi aku Cuma bisa berharap kita

semua mendapat yang terbaik, cepet lulus ya sis..aku selalu

mendukungmu.

12.Komsel Yes I Can Jimi senyum, Auri, jafet, Agus, Rio, maruli, Maria,

Retno dadari, Indri, Lia, kalian semua adalah orang-orang yang luarbiasa,

terima kasih buat doa dan dukungan kalian selama ini, aku percaya kalian

(14)

baik dan sangat rendah hati, terima kasih jim atas bimbingannya selama

ini sehingga aku boleh banyak melihat muzijat dan merasakan kasih

karunia Tuhan, pada saat nanti aku akan menjadi orang sukses, aku

cuma mo bilang kontribusimu besar didalamnya, Auri…di saat-saat

genting dan kritis kamu selalu ada disampingku kamu memang orang

yang diupari Tuhan dengan urapan pahlawan, tentaranya Tuhan.

13.Komsel Full of Blessing Musa, Jimi kecil, Ruben, Thomas, Ariyo, paul,

Yafeto, Eko, Frans, Bimo, Andit, Ari dan Septiandi. Anak-anak selku

yang luarbiasa, terima kasih dukungan doa, semangat dan pernghargaan

kalian, kalian adalah alasan untuk aku tetap bangkit dan kuat dalam

mengahadapi semua tantangan hidup ini.

14.Yuni Monalisa Gunardi terima kasih atas dukungan, kasih sayang,

perhatian, doa dan semangat serta sukacita selama ini.

15.papa, mama, mas denny dan mas epit (david) terima kasih atas doa dan

dukungannya I LOVE U ALL…sebenarnya kata itu kurang dapat

menggambarkan bagaimana aku sungguh mengasihi semuanya, itulah

sebabnya dalam keadaan kekecewaan dan kepahitan sekalipun aku tidak

pernah menyerah

16.Sahabat-sahabatku dikampus Zei, gatot, Armin, Heru, Lois, susi, thx 4

everythig kalian membuat hidupku mempunyai kenangan indah…jangan

(15)

pergumulan dihati, apa yang kamu alami itu bisa menjadi kekuatan untuk

maju dalam hidupmu, cepet lulus ze trus kita sama-sama kuasai pasar di

jogja ini, Gatot…walaupun sering mengeluh tapi sebenarnya kamu

menyimpan potensi yang besar dan kamu punya kasih karunia Tuhan, aku

percaya kamu bisa jadi berkat bagi banyak orang amin, Armin…kamu

orang yang rendah hati dan setia kawan..jangan pernah putus asa dalam

hidupmu min, Heru… sorii ru dulu aku sering ngejek-ngejek kamu abis

kamu lucu se heuheheee tapi kamu juga sahabat yang baik thx 4

everything, Lois…makasi ya kamu udah nolong aku banyak banget,

keyakinan dan kepercayaanmu banyak membangkitkan kepercayaan

diriku..thx sis.., Susi…thx ya dah bikin aku ketawa kalo denger

cerita-ceritamu agak wagu se tapi lucu juga hehehee

17.Temen-temenku dikost jasmine Lina, Tiar, Tris, Ziza, terima kasih buat

kepecayaan kalian sama aku untuk ngusir hantu dikost kalian, terus terang

aku sebenarnya ga bisa apa-apa itu semua cuma karena Roh Kudus.

18.Ambro, Iib, Tunjung dan Priyo hubungan kalian aneh tapi sebenarnya

kalia saling menyayangi, thanks ya udah mengisi hari-hariku dengan

sukacita dan kebaikan kalian.

19.Teman-teman seperjuanganku Fredy, Vincent, Robert, Adi kadal, deni

Gogon, toni…masa hura-hura yang kita lalui dulu menjadikan kenangan

(16)

permuliakan, Vincent…jangan sering-sering kecelakaan ya sent, jaga

dirimu baek-baek jangan menyerah, terus maju dan cepet slesein

skripisinya supaya kita bareng wisudanya.

20.Temen-temenku yang lain Rosa, Desi, Desta, Yanti, Indah, Yopie, Arina,

novi, Nana dite, Ria, Eko lemu, Eko kodok, guntur, dony etc. thx 4

everyting, melianthy, Rani, Nanik, Anna, Dian, Astry, Andy haji ayo kita

sama-sama lulus bareng jangan putus asa ya.

21.adek-adek tingkatku tere, andre, toa Cuma 1 kata luarbiasa.

22.Dan untuk semua yang telah mendukung langsung maupun tidak langsung

dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih Tuhan Yesus

memberkati

Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saya mohon

maaf atas kesalahan dan kelalaian selama saya dalam penelitian ini, baik sikap,

tutur kata maupun penulisan. Dengan rendah hati saya membuka hati untuk

menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian

selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, mei 2007

Vidi Punjung Pakerti

(17)

HALAMAN JUDUL ………...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….………...

HALAMAN PENGESAHAN ………...

HALAMAN MOTTO ………...

HALAMAN PERSEMBAHAN ………

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ………...

ABSTRAK ………

BAB I PENDAHULUAN ……….

A. Latar Belakang Masalah ………...………

B. Rumusan Masalah ………...

C. Tujuan Penelitian ……….

D. Manfaat Penelitian ………...

1. Manfaat Teoritis ………..

(18)

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ………..

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri

Remaja………..

a. Penampilan Fisik ……..………

b. Dukungan Sosial ………

B. Outbound ……….

1. Pengertian Outbound ………..

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam

Pelatihan Outbound ……….

3. Tahapan Pelatihan dalam Outbound …….………...

4. Kriteria Evaluasi Pelatihan Outbound………...

C. Remaja ……….

D. Hubungan Antara Pelatihan Outound ESBC Dengan

Kepercayaan Diri ………

E. Hipotesis Penelitian ………

BAB III METODE PENELITIAN ………

A. Jenis Penelitian ………

B. Identifikasi Variabel Penelitian ………...

C. Definisi Operasional ………....

(19)

F. Alat ukur ………..

1. Validitas ………...

a. Validitas Muka ………..

b. Validitas Logik ………..

2. Seleksi Item ………...

3. Reliabilitas ………...

G. Prosedur Eksperimen ………...

H. Metode Analisis Data ………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………..

A. Pelaksanaan Penelitian ………

B. Deskripsi Subyek ………

C. Deskripsi Pelatihan Outbound ESBC………...

D. Hasil Penelitian ………

1. Validitas ………...

2. Seleksi Item ……….

3. Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri ………

4. Uji Asumsi Penelitian ………..

a. Uji normalitas Sebaran ………..

b. Uji Homogenitas ………

(20)

A. Kesimpulan ………..

B. Keterbatasan Penelitian……….

C. Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN ………. 60

60

64

66

70

(21)

Tabel 2

Blue Print Skala Kepercayaan Diri ………..

Data Subyek Pelatiahan Outbound ………..

Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Kepercayaan Diri

(sebelum analisis ) ………..………..

Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Kepercayaan Diri

(sesudah analisis) ……….

Tabel Reliabilitas Skala Keperecayaan Diri ………

Hasil perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ………

Hasil Uji Homogenitas Varian ……….

(22)

Lampiran B : Data Skala Kepercayaan Diri Uji Coba

Lampiran C : Hasil Uji Kesahihan Butir Dan Reliabilitas

Lampiran D : Alat Ukur Penelitian Skala Kepercayaan Diri

Lampiran E : Data Penelitian Skala Kepercayaan Diri

Lampiran F : Uji Asumsi

1. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov_Smirnov

Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Outbound

2. Hasil Uji Homogenitas Varian

3. Analisis Uji-t

4. Hasil Uji-t per Aspek

5. Histogram

Lampiran G : Bukti Surat Penelitian

(23)
(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Masa remaja adalah sebuah masa yang sangat penting dalam kehidupan

remaja. Pada masa ini terjadi peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa

dewasa. Masa peralihan ini merupakan masa yang rentan bagi remaja. Remaja

dituntut untuk dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Salah satu tugas

perkembangan remaja adalah mencari indentitas dirinya.

Identitas diri merupakan suatu hal yang penting bagi remaja, karena melalui

identitas diri tersebut, remaja akan berusaha menjelaskan atau mengerti siapa

dirinya dan apa peranannya dalam kehidupan bermasyarakat (Hurlock,1996).

Demi mencapai identitas diri ini, remaja akan berlomba-lomba dengan

kelompoknya untuk dapat menonjolkan diri sendiri sebagai seorang individu yang

berbeda dari orang lain. Penonjolan diri ini dilakukan dengan berbagai usaha,

misalnya penggunaan simbol-simbol status, pergaulan, dan sebagainya.

Untuk dapat menonjolkan diri dan mencapai identitas yang akan diraihnya,

seorang remaja perlu memiliki rasa kepercayaan diri yang kuat, mengingat pada

masa ini remaja akan berkompetisi dan mulai berinteraksi dengan orang lain,

(25)

disamping pandangan stereotype pada remaja yang semakin memberatkan usaha

remaja dalam memunculkan identitasnya. Jika kepercayaan diri tersebut sama

sekali tidak dimiliki oleh remaja, maka remaja tidak akan mampu untuk membuka

diri dan menunjukkan citra diri atau identitas yang dimilikinya.

Kepercayaan diri terebut dapat dimunculkan dengan menggali

potensi-potensi yang ada dalam diri remaja. Untuk dapat melihat dan mengembangkan

potensi dalam dirinya, remaja harus mempunyai gambaran diri yang positif

sehingga dapat memiliki kepercayaan diri yang dapat membuka pikirannya

sehingga berani bertindak untuk menggali potensi – potensi dirinya, karena

remaja akan cenderung bertindak sesuai dengan gambaran dirinya (Osborne,

2001). Disamping itu persepsi individu dalam menilai diri sendiri sebagai orang

yang mampu atau tidak mampu dalam berinteraksi, bagaimana penerimaan

lingkungan, dan kemampuan untuk berkompetisi dengan orang lain, juga

merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan kepercayaan diri (Hurlock,

1996). Mawarti (2001), mengungkapkan bahwa kepercayaan diri dapat diperoleh

melalui interaksi sosial, karena dengan berinteraksi diharapkan kemampuan

pemahaman terhadap diri sendiri, kemampuan belajar di dalam menyelesaikan

tugas, dan kemampuan berkompetisi pada remaja dapat terasah dan hal tersebut

dapat menimbulkan kepercayaan diri dalam diri remaja.

Jika pada masa ini, remaja mampu untuk mengelola kepercayaan dirinya

dengan baik dan benar maka, banyak hal yang dapat dilakukan sehubungan

dengan proses pencarian identitas dan masa pertumbuhan remaja. Kepercayaan

(26)

mudah bergaul, berani mengemukakan pendapat dan gagasan, memiliki problem

solving yang baik, mudah mengekspresikan diri, kreatif, dan menemukan citra diri

positif dalam dirinya. Semuanya itu akan sangat membantu proses penemuan

identitas diri dalam dirinya dan lebih lanjut akan menghantarkan individu untuk

mencapai kesuksesan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri

sangat erat kaitannya dengan pembentukan identitas remaja.

Namun apa yang terjadi pada remaja yang tidak mampu mengelola

kepercayaan dirinya bahkan tidak memiliki kepercayaan diri sama sekali?

Remaja yang mengalami krisis kepercayaan diri akan mengalami kesulitan dalam

melakukan problem solving yang mana pada rentang usia ini sangat diperlukan

keberadaannya. Disamping itu remaja akan terkurung dalam perasaan rendah diri,

takut, minder dan sebagainya. Remaja juga akan mengalami ketergantungan

dengan orang lain, dan akan cenderung menjadi individu yang egois (Lauster

,1990). Kepercayaan diri yang rendah, juga membuat individu sulit menemukan

kepercayaan dirinya yang berakibat kesalahan peran pada rentang usia

selanjutnya. Kesuksesan juga menjadi hal yang sulit dicapai, mengingat individu

yang mengalami krisis kepercayaan diri akan menutup diri pada orang lain,

sehingga pengetahuan, pengalaman, dan gagasan baru yang menjadi jalan

kesuksesan menjadi tertutup.

Melihat sedemikian besar dan buruk dampak yang terjadi akibat krisis

kepercayaan diri yang dialami remaja ini, perlu diadakan pelatihan-pelatihan

untuk membantu remaja dalam usahanya untuk memunculkan kepercayaan

(27)

Organisasi Youth Impact merupakan sebuah komunitas rohani, dimana visi

dan misinya adalah selain mengabarkan berita sukacita (injil) dengan berbagai

cara, organisasi ini juga membantu remaja untuk “mengubah” dirinya menjadi

lebih berani mengekspresikan diri, dengan mengembangkan daya kreatif untuk

tujuan yang positif dan mempunyai kepedulian terhadap sesama, dengan

mengembangkan sikap kepemimpinan dalam diri setiap anak muda sehingga

hidupnya dapat produktif dan berdampak positif bagi semua.(GBI. Keluarga

Allah, 2005). Realita buruk yang terjadi saat ini, dimana generasi muda yang

mayoritas mempunyai kebiasaan hidup yang salah dan menyia-nyiakan masa

mudanya dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna, yang mengakibatkan

hidupnya menjadi tidak produktif bahkan cenderung merugikan orang lain.(GBI.

Keluarga Allah, 2005). Hal ini mendorong Youth Impact untuk mengadakan

program-program pelatihan sebagai usahanya untuk membentuk citra diri positif

dan identitas yang baik pada remaja, serta memunculkan kepercayaan diri yang

tinggi pada remaja sekaligus mengelola dan menyalurkannya sehingga dapat

digunakan untuk hal-hal yang tidak negatif.

Berbagai program dilaksanakan Youth Impact dalam usahanya untuk

mencapai visi dan misinya, salah satunya adalah program Elite Soldier Boot Camp

atau yang lebih dikenal dengan singkatan ESBC yaitu pelatihan alam bebas yang

akrab disebut outbound. Pada pelatihan ini remaja tidak hanya dikenalkan pada

alam bebas dan lingkungan secara nyata saja, tetapi lebih lanjut dengan model

pelatihan “unik” ini remaja termotivasi untuk menemukan potensi dalam dirinya

(28)

dari model pelatihan ini adalah bahwa remaja akan difasilitasi untuk belajar

mengembangkan kerja sama team, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang

lain, empati, dan sebagainya yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap

munculnya kepercayaan diri.

Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa pelatihan outboundESBC dapat

mengenalkan atau melatih pesertanya untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi

secara sehat dengan cara yang cukup unik yaitu di alam bebas, dengan sebuah

tujuan yang pasti yaitu meningkatkan kepercayaan diri pesertanya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan secara

sederhana bahwa ada keterkaitan yang erat antara pelatihan outbound ESBC dan

kepercayaan diri remaja.

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti

merumuskan sebuah masalah yaitu apakah ada pengaruh pelatihan outbound

ESBC (Elite Soldier Boot Camp) terhadap kepercayaan diri remaja dalam

kelompok Youth Impact di GBI.Keluarga Allah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah secara empiris ada

pengaruh pelatihan Outbound ESBC (Elite Soldier Boot Camp) terhadap

kerpercayaan diri remaja di dalam kelompok Youth Impact di GBI Keluarga

(29)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya dan psikologi perkembangan

yang berhubungan dengan kepercayaan diri pada khususnya.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan pengertian pada remaja khususnya mengenai pentingnya

peningkatan sekaligus pengelolaan rasa kepercayaan diri

b. Memberi masukan bagi lembaga / organisasi remaja, untuk

memberikan program pelatihan outbound sebagai alternatif

peningkatan kepercayaan diri remaja.

c. Memberikan masukkan kepada Youth Impact bhwa pelatihan

outbound yang mereka adakan mempunyai pengaruh pada

kepercayaan diri remaja khususnya dalam aspek ambisi normal dan

(30)
(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kepecayaan diri

1. Pengertian Kepecayaan diri

Santrock (2003) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah dimensi

evaluatif yang menyeluruh dari diri. Kepercayaan diri juga dapat disebut

harga diri atau gambaran diri baik itu bersifat positif ataupun negatif, jadi

dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan evaluasi diri yang

menyeluruh dan merupakan hal yang penting dan sangat berpengaruh

terhadap kesuksesan dalam kehidupan seseorang. Sementara itu Davis

(2006) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan pada

kemampuan diri sendiri, keyakinan pada adanya suatu maksud dalam

kehidupan, dan kepercayaan bahwa dengan akal budi, individu akan

mampu melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan, dan

diharapkan.

Rakhmat (1999) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah

merupakan suatu kekuatan untuk melakukan komunikasi. Ketika

seseorang berani untuk berkomunikasi, maka menimbulkan kekuatan

dalam dirinya untuk menunjukkan dirinya. Individu yang berani

melakukan komunikasi, akan berani membuka dirinya sehingga dapat

menerima pengetahuan, pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan

baru yang membuka pandangannya tentang dirinya maupun orang lain.

(32)

Hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk meraih kepercayaan

diri. sehingga dapat memberikan kesuksesan baginya. Tokoh

psikosibernetik Maxwell Maltz menyatakan “believe in yourself and you’ll

succed”.

Orang yang kurang percaya diri akan cenderung menghindari

komunikasi, kerena takut akan mendapatkan ejekan atau menyalahkannya,

sementara hal inilah yang menghambat pencapaian kepercayaan diri

sekaligus semakin menjauhkan individu tersebut dari kesuksesan.

Dalam mencapai kesuksesan, interaksi dan aktivitas dengan orang

lain merupakan hal yang penting, karena pada dasarnya manusia adalah

mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain. Orang lainlah yang

memenuhi kebutuhan seseorang untuk bergaul, berteman, bersahabat dan

bekerja sama dan dari orang lain juga yang memenuhi kebutuhan individu

dalam penerimaan, pengakuan dan penghargaan yang akan membentuk

kepercayaan dirinya (Centi, 1993). Interaksi dan aktivitas dengan orang

lain dalam usaha menjalin hubungan dapat dilakukan dengan cara

komunikasi dimana komunikasi itu sendiri sangat dipengaruhi oleh rasa

kepercayaan diri.

Centi (1993) menyatakan bila seseorang menghindari kesempatan

untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang lain, orang tersebut dapat

kehilangan kesempatan yang diperlukan untuk mengembangkan atau

memperbaiki gambaran diri dan kepercayaan diri yang di dapat datang

(33)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan

diri merupakan hasil evaluasi diri secara menyeluruh dari pengetahuan

dan pengalaman yang didapat seseorang di dalam berinteraksi dan

beraktivitas dengan orang lain. Kepercayaan diri merupakan suatu hal

yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dimana keberhasilan

dan kesuksessan seseorang sangat dipengaruhi oleh kepecayaan diri yang

dimilikinya.

2. Aspek-aspek kepercayaan diri

Orang yang memiliki kepercayaan diri memiliki perasaan yakin terhadap

dirinya sehingga didalam bertindak cenderung tidak akan terlalu berhati-hati,

karena yakin kemampuan dan kemandiriannya.

Lauster (1999) memberikan paparan mengenai aspek-aspek kepercayaan diri

antara lain yaitu :

a. Rasa aman yaitu perasaan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu

terhadap situasi atau orang-orang disekelilingnya.

b. Yakin pada kemampuan diri sendiri yaitu perasaan tidak perlu

membandingkan dirinya dengan orang lain serta tidak mudah

terpengaruh dengan orang lain.

c. Memiliki ambisi normal yaitu memiliki ambisi yang sesuai dengan

kemampuannya sehingga dapat bertindak dan menyelesaikan tugas

(34)

d. Toleran dan tidak egois yaitu mengerti kekurangan yang ada pada

dirinya serta dapat menerima pandangan atau pendapat orang lain

dan dapat memberikan kesempatan pada orang lain.

e. Mandiri yaitu di dalam bertindak tidak tergantung dari orang lain

atau dukungan orang lain.

f. Optimis yaitu memiliki pandangan yang positif baik mengenai

dirinya, lingkungannya maupun masa depannya.

Dari aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang yang

mempunyai kepercayaan diri tidak akan merasa lebih rendah terhadap

orang lain, sehingga di dalam tindakannya tidak terlihat ragu-ragu dan

dapat bertanggung jawab atas tindakannya, serta bertindak dengan tidak

mementingkan diri sendiri. Tindakannya tidak tergantung dari orang lain

dan memiliki pandangan yang positif, meskipun sedang menghadapi

masalah sekalipun. Fradson (dalam Kumara, 1988) menyatakan bahwa

orang yang memiliki kepercayaan diri adalah orang yang berani

mengemukakan pendapat, jujur dalam mengerjakan tugas, bertanggung

jawab atas perbuatannya, mempunyai rasa menghargai, tabah dalam

menghadapi tantangan dan tidak merasa rendah diri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Remaja

Kepercayaan diri pada remaja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

(35)

a. Penampilan fisik

Penampilan fisik menjadi penting di dalam pembentukan

kepercayaan diri, karena besarnya pengaruh penilaian lingkungan

pada diri remaja. Centi (1993), mengungkapkan bahwa

penampilan fisik di masa remaja sangat menentukan suksesnya dan

penerimaan di dalam pergaulan (Centi, 1993) Penilaian lingkungan

sendiri didasari oleh cita-cita masyarakat tentang penampilan fisik

yang ideal. Hal lain yang juga mempengaruhi pembentukan cita-cita

masyarakat adalah media massa baik di dalam film, televisi maupun

majalah yang memberikan gambaran-gambaran tentang penampilan

fisik yang ideal. Sejak masa kanak-kanak kita semua sudah menjadi

korban cita-cita penampilan fisik ideal media massa. Selain itu juga

ada anggapan umum dalam masyarakat, bahwa orang yang memiliki

penampilan fisik baik juga memiliki watak dan sifat yang baik dan

sebaliknya. Penampilan fisik juga di dalam masa remaja sangat

menentukan suksesnya dan penerimaan di dalam pergaulan (Centi,

1993).

b. Dukungan sosial

Dukungan sosial sebenarnya terdiri dari 2 faktor yaitu faktor orang

tua dan teman sebaya. Namun penilaian teman sebaya memiliki

derajat yang lebih tinggi pada akhir masa kanak-kanak dan remaja

dibanding dukungan orang tua. Hal tersebut didukung oleh suatu

(36)

lebih berpengaruh terhadap kepercayaan diri pada remaja meskipun

dukungan orangtua juga merupakan faktor yang penting untuk

pembentukan kepercayaan diri (Santrock 2003). Perbedaan ini

terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama

dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah

dimengerti pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,

minat, penampilan dan perilaku mempunyai pengaruh lebih besar

dari pada pengaruh keluarga (Hurlock, 1996).

Dukungan teman atau kelompok, dapat memberikan rasa

berharga dan berarti bagi remaja. Hal ini dapat menimbulkan

perasaan senang, puas dan bahagia yang dapat membentuk

kepercayaan diri pada remaja (Mappiare, 1982). Hal tersebut

memberikan dorongan yang kuat bagi remaja untuk menjadi bagian

dari kelompok, karena itu penolakan kelompok dapat berpengaruh

sangat besar terhadap kepercayaan diri remaja (Centi, 1993).

Besarnya dampak dukungan dan penerimaan sosial atau

kelompok dalam membentuk kepercayaan diri pada remaja. Hal

tersebut dapat menjelaskan bagaimana pengaruh pelatihan outbound

terhadap kepercayaan diri, dimana di dalam pelatihan outbound

sangat menekankan kerjasama yang didasari rasa saling percaya

antara anggota team yang menimbulkan rasa berharga bagi setiap

(37)

dalam pelatihan, juga semakin meningkatkan kepercayaan diri bagi

setiap remaja yang mengikuti pelatihan outbound.

B. Outbound

1. Pengertian Outbound

Istilah Outbound sendiri tidaklah asing bagi telinga kita, dimana

hampir setiap perusahaan maupun instansi-instansi tertentu menggunakan

metode Outbound sebagai training wajib bagi karyawan atau anggotanya.

Drury dan Bonney (Kaban, 2003) menyatakan tujuan dari metode outbound

sendiri yaitu untuk membangun dan meningkatkan kepercayaan diri,

kenyamanan diri, kepemimpinan, kerja sama team dan empati.

Sejarah Outbound sendiri berasal dari Yunani kuno yang merupakan

pengalaman dari kegiatan di alam terbuka. Tahun 1821 didirikan Round Hill

School yang merupakan sekolah yang memberikan pendidikan melalui

kegiatan alam terbuka (Ewert, 1989). Secara sistematik pendidikan melalui

kegiatan Outbound pertama kali didirikan oleh Dr.Kurt Hahn yaitu orang

berkebangsaan Jerman yang berkerja sama dengan seorang pedagang

Inggris bernama Lawrence Holt pada tahun 1941 di inggris (Ancok, 2003).

Outbound pertama kali diadakan selama 28 hari, yang dirancang untuk

keperluan militer dan diharapkan dapat memperoleh kepercayaan diri dan

kerja sama team bagi pasukan angkatan laut Inggris yang menjaga perairan

atlantik. Kemudian Outbound berkembang pula di Amerika serikat oleh

(38)

Setelah perang dunia ke II lembaga pendidikan Outbound banyak

dibangun di berbagai daerah seperti di Inggris, Eropa, Asia dan Australia.

Pertama kali kegiatan pelatihan di alam terbuka ini, banyak dipakai oleh

lembaga angkatan bersenjata untuk kepentingan mempersiapkan para

prajurit yang tangguh didalam menghadapi kesulitan hidup baik dalam

situasi aman maupun dalam situasi perang.(Ancok, 2003).

Seiring berjalannya waktu metode Outbound ini banyak juga

digunakan dalam metode pelatihan manajemen, salah satu contohnya yaitu

beberapa perusahaan besar di Amerika seperti Bell South (perusahaan

telekomunikasi) yang menggunakan metode pelatihan ini (Bolt, 1989).

Metode ini juga merambah masuk dalam dunia pendidikan, salah satu

contoh yang populer yaitu Quantum Learning yang ditulis oleh Deporter

dan Hernacki (1992) dan metode ini terus merambah masuk dalam segi-segi

kehidupan lainnya seperti kedokteran dalam terapi kejiwaan (Gass, 1993),

khususnya untuk anak-anak nakal, pecandu narkotika dan anak – anak yang

kesulitan dalam hubungan sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat metode

Outbound digunakan sebagai modal sosial yaitu jaringan kerjasama diantara

warga masyarakat yang memfasilitasi pencaharian solusi dari permasalahan

yang dihadapi masyarakat (Ancok, 2003).

Perbedaaan outbound dengan metode pelatihan atau pengajaran

lainnya yaitu di dalam penerapannya menggunakan pendekatan melalui

pengalaman atau yang dikenal Experiental Learning, berbeda dengan

(39)

sering sulit dimengerti. Metode outbound sangat efektif karena membuat

peserta terlibat langsung secara kognitif (pikiran), afektif (emosi) dan

psikomotorik (gerakan fisik motorik), karena ketiga modalitas ini secara

aktif terlibat langsung dalam merekam sesuatu yang dipelajari sehingga

metode ini sangat efektif ( Ancok, 2003).

Outbound sendiri memfasilitasi terwujudnya pengetahuan tentang

dunia nyata dan meningkatkan kemampuan individu untuk

menyeimbangkan persepsi terhadap lingkungannya. Keseimbangan disini

berarti individu lebih dapat memaknai hasil dari kombinasi perasaan dan

pemikiran (Wikan , 1992).

Dapat disimpulkan outbound adalah kegiatan pelatihan alam bebas

dengan mengutamakan kerja sama team, yang menggunakan alam bebas

sebagai tempat pelatihannya. Dengan kata lain, outbound adalah suatu cara

pendidikan di luar ruangan yang menggunakan alam sebagai kelas atau

media serta menyediakan tantangan lingkungan yang nyata dan juga

menyediakan kesempatan tentang hubungan manusia dengan alam. Hal ini

dapat membuat peserta terlibat langsung secara kognitif (pikiran), afektif

(emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik motorik). Cara seperti ini

memungkinkan bagi setiap peserta outbound untuk mengenal lingkungan

yang baru atau yang jarang dilihatnya. Selain itu dapat menstimulus peserta

untuk merespon dengan cara yang tidak biasa dilakukan, karena stimulus

yang diterima juga tidak biasa, sehingga ada kemungkinan peserta

(40)

dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi peserta (Outward bound world

conference, 2002).

Pelatihan outbound yang diadakan oleh Youth Impact yang

bernama ESBC (Elite Soldier Boot Camp), adalah sama dengan outbound

pada umumnya, antara lain menggunakan alam bebas sebagai tempat

pelatihannya sehingga menyediakan tantangan lingkungan yang nyata. Hal

ini dapat membuat peserta terlibat langsung secara kognitif (pikiran), afektif

(emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik motorik). Pelatihan outbound

ESBC dalam melakukan pelatihan atau permainannya juga menekankan

unsur – unsur kerja sama tim, saling percaya dan komunikasi serta

kepemimpinan. Jadi dalam penerapannya mengkombinasikan unsur – unsur

tersebut dalam lingkungan nyata. Cara seperti ini dapat menstimulus peserta

untuk merespon dengan cara yang tidak biasa, karena stimulus yang

diterima juga tidak biasa. Peserta yang mengikuti pelatihan outbound ini

diharapkan dapat menemukan wawasan – wawasan yang baru dan

mengubah pola pikir serta cara pandangnya tentang diri sendiri dari negatif

kepada cara pandang yang positif atau lebih positif dari sebelumnya. Hal

tersebut diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri seseorang, serta

dapat menemukan arti dan tujuan hidup yang berguna dan menjadi teladan

bagi orang lain. Tujuan tersebut selaras dengan visi dasar Youth Impact

yaitu menjadi generasi yang berdampak secara positif bagi lingkungannya

secara khusus dan bangsa negara secara umum.

(41)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Pelatihan Outbound

Keberhasilan dengan mencapai hasil yang maksimal sangat

dipengaruhi oleh kombinasi faktor-faktor dibawah ini (Neil, 2003) yaitu :

a. Motivasi peserta.

Yaitu keinginan atau kemauan yang melatar belakangi peserta untuk

ikut berpartisipasi dalam Outbound termasuk keinginan peserta untuk

mengalami perubahan atau inovasi dalam dirinya.

b. Kesiapan peserta.

Yaitu kesiapan didalam kondisi fisik dan mental, karena di dalam

pelaksanaannya metode Outbound sangat erat dengan kondisi fisik dan

mental, disarankan untuk peserta yang memiliki penyakit tertentu

untuk tidak mengikuti permainan atau pelatihan yang mempunyai

resiko tinggi.

c. Jenis kelamin.

Yaitu ada perbedaan respon yang diberikan oleh pria dan wanita yaitu

pria menanggapi sesuatu dengan rasional tetapi wanita cenderung

lebih pada emosional (Mckenzie, 2001). Berdasarkan hal ini aktivitas

yang banyak melibatkan emosi akan lebih mempunyai pengaruh dan

kekuatan terhadap wanita dari pada pria.

d. Usia.

Yaitu metode Outbound lebih berdampak pada orang dewasa dari

(42)

yang berbeda antara anak-anak,remaja dan dewasa khususnya dalam

hal memaknai nilai-nilai yang terdapat dalam setiap pemainan,

misalannya anak-anak dan remaja melihat pelatihan atau permainan di

dalam Outbound lebih cenderung bersifat rekreatif atau bersifat

kesenangan saja. (Mckenzie, 2001)

e. Durasi pelatihan.

Yaitu semakin lama pelatihan berlangsung semakin efektif pula

nilai-nilai yang diajarkan dan ditanamkan di dalam Outbound. Neill (1999)

menyatakan ada korelasi yang positif antara lamanya pelatihan dengan

efek yang tejadi di dalam diri individu.

f. Alur pelatihan.

Yaitu sesuai dengan alur Experiental learning yang dikemukakan

oleh Boyett dan Boyett (1998) yaitu beberapa tahap antara lain

Pembentukan pengalaman (Experience), perenungan pengalaman

(Reflect), pembentukan konsep (Form Concept), dan pengujian konsep

(Test Consept).

g. Kualitas instruktur.

Yaitu memiliki dasar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan

yang memadai karena peran instruktur cukup vital yaitu sebagai media

transfer of learning dari pelatihan dalam kehidupan peserta. Mckenzie

(2001) menyatakan seorang instruktur harus memiliki kompetensi

dalan hal micro teaching yaitu kemampuan memberikan learning point

(43)

menjadi teladan dalam mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan sehari-hari atau nyata.

3. Tahapan Pelatihan dalam Outbound

Boyett dan Boyett (1998) mengungkapkan tahapan atau alur dalam

pelatihan outbound yang telah disesuaikan dengan metode Experimental

Learning. Tahap ini kiranya perlu benar-benar diikuti untuk menciptakan

pelatihan yang efektif. Tahapan tersebut adalah :

a. Pembentukan pengalaman (Experience) yaitu peserta dilibatkan

dalam suatu kegiatan dengan orang lain yang dapat menimbulkan

pengalaman intelektual, emosional dan pengalaman bersifat fisikal.

b. Perenungan pengalaman (Reflect) yaitu memproses pengalaman

yang diperoleh dari kegiatan yang telah dilakukan yaitu merefleksi

pengalaman yang di rasakan baik secara intelektual, emosional

maupun fisikal.

c. Pembentukan konsep (Form Concept) yaitu mencari makna dari

pengalaman intelektual, emosional dan fisikal yang diperoleh

dalam kegiatan misalnya hubungan antara kegiatan yang dilakukan

dengan kehidupan yang sesungguhnya.

d. Pengujian konsep (Test Consept) yaitu diajak untuk merenungkan

dan mendiskusikan sejauh mana konsep yang telah terbentuk di

dalam tahap-tahap yang telah dilalui di terapkan dalam kehidupan

(44)

Skema tahapan atau alur pelatihan outbound dengan menggunakan

metode ExperimentalLearning dapat dilihat dibawah ini :

Experience

Test Concept Reflect

Form Concept

4. Kriteria Evaluasi Pelatihan Outbound

Kegiatan evaluasi dilakukan dengan meminta peserta pelatihan duduk

secara santai dengan membuat lingkaran agar peserta saling berhadapan

dengan Trainer berada di lingkaran dan menyatu dengan peserta. Pada

tahap evaluasi peserta diajak untuk mencari makna dari pengalaman

intelektual, emosional dan fisikal yang diperoleh dari keterlibatan dalam

pelatihan atau kegiatan. Selanjutnya peserta diajak untuk merenungkan

dan mendiskusikan sejauhmana konsep yang telah terbentuk didalam

pelatihan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Trainer

(45)

yang menggiring peserta untuk melihat relevansi dari pengalaman selama

pelatihan dengan kegiatan didunia sesungguhnya (Ancok, 2003).

Evaluasi yang diberikan dalam pelatihan ourbound ESBC (Elite

Soldier Boot Camp) kepada peserta terbagi dalam 2 jenis yaitu yang

pertama dalam bentuk sharing, dimana masing – masing tim mendapatkan

satu trainer sebagai pembimbing dalam sharing. Tujuan diadakannya

sharing untuk memastikan seluruh anggota tim mengerti dan memahami

maksud dan tujuan pelatihan atau permainan yang diberikan, serta

mendorong agar segala sesuatu yang didapatkan dalam pelatihan dapat

diaplikasikan dala kehidupan pelayanan maupun kehidupan dalam

bermasyarakat. Bentuk kedua yang diberikan dalam evaluasi yaitu

berbentuk tulisan yang didalamnya berisi komitmen untuk berani

(46)

C. REMAJA

Masa remaja sering disebut juga sebagai masa usia bermasalah atau masa

mencari identitas dan sering memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti

siapakah saya?, apakah yang ada pada diri saya?, apa yang akan saya lakukan

dengan hidup saya?, apakah yang berbeda dari diri saya?, bagaimana saya

melakukan sesuatu sendiri?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut di masa remaja

menjadi masalah umum dan universal di masa tersebut mengingat identitas diri

remaja belum mapan pada saat itu.

Masa remaja adalah masa di mana seorang remaja berusaha untuk

menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka

dan arah mereka dalam menjalani hidup seperti peran dalam kehidupannya.

Ketika seorang remaja mengeksplorasi dan mencari identitasnya, remaja sering

kali bereksperimen dengan peran-peran yang berbeda. Remaja yang berhasil

menghadapi identitas-identitas yang saling bertentangan akan mendapatkan

pemikiran yang baru dan dapat diterima mengenai dirinya (Santrock, 2003).

Remaja juga sering disebut sebagai masa yang tidak realistik dan sebagai

ambang masa dewasa serta usia yang menimbulkan ketakutan. Kegagalan dimasa

ini dapat berakibat besar pada kepercayaan diri remaja, sebab peralihan yang

terjadi tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,

melainkan lebih-lebih peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap

berikutnya, artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

(47)

Remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu

ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari

perkembangan fisiknya, ia belum dapat dikatakan orang dewasa (Zulfikri,1985).

Banyak ahli yang memiliki batasan-batasan umur sendiri antara remaja dan

anak-anak. Hurlock (1996) mengatakan bahwa masa remaja berlangsung kira-kira 13 -

17 tahun. Sementara itu Gunarsa (1986) mengungkapkan bahwa batasan umur

remaja adalah antara 12 - 22 tahun. Monks (1985), mengatakan bahwa batasan

umur yang digunakan remaja adalah antara umur 12 - 21 tahun dan Sarwono

(1994) menyatakan batasan umur remaja adalah 11 – 24 tahun dan belum

menikah. Batasan umur atau usia dalam penelitian ini menggunakan batasan umur

Sarwono sebagai batasan umur remaja.

Berdasarkan berbagai macam ciri dan tugas perkembangan yang

dikemukakan Hurlock (1996), ada beberapa ciri penting yang kiranya dapat

digunakan dalam penelitian ini. Ciri tersebut adalah sebagai periode dimana

terjadi pencarian identitas diri. Melalui ciri penting ini dapat dilihat bahwa remaja

pencarian identitas diri bagi perkembangan dirinya. Pada proses ini sangat

dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi. Rendahnya kepercayaan diri untuk

sebagian besar remaja hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional

yang bersifat sementara tetapi bagi beberapa remaja rendahnya kepercayaan diri

dapat menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, delinkuensi dan

masalah penyesuaian diri lainnya (Damon&Hart dalam Santrock, 2003). Maka

dari itu untuk menghindari dampak negatif tersebut, sangat diperlukan sekali

(48)

D. Hubungan Antara Pelatihan Outbound ESBC Dengan Kepercayaan diri

Kepercayaan diri adalah dimensi evalutif yang menyeluruh dari diri.

Kepercayaan diri juga dapat disebut harga diri atau gambaran diri baik itu bersifat

positif ataupun negatif, jadi dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan

evaluasi diri yang menyeluruh dan merupakan hal yang penting dan sangat

berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Kepercayaan diri secara garis besar

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu penampilan fisik dan dukungan sosial antara

lain orang tua, teman-teman sebaya dan lingkungan, tetapi yang banyak

memberikan pengaruh adalah teman-teman sebaya dan lingkungan (Santrock,

2003).

Faktor dukungan sosial di dalam menjalin hubungan sosial, sangat

dipengaruhi oleh faktor komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain di

dalam lingkungannya. Pada saat seseorang mampu untuk melakukan komunikasi,

maka di dalam dirinya timbul keinginan untuk menunjukkan dirinya dan dapat

mendorong untuk meraih kesuksesan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap

kepercayaan diri, mengingat kepercayaan diri bukanlah faktor bawaan tetapi hasil

dari sebuah proses kehidupan dalam setiap tahap-tahap kehidupan, yaitu

bagaimana lingkungan memperlakukannya dan bagaimana individu mengatasi

permasalahan dalam hidup menjadi acuan dalam pembentukan kepercayaan diri

(Hurlock, 1996). Jadi kepercayaan diri lebih merupakan hasil proses belajar secara

individual ataupun secara sosial dari pengalaman-pengalaman didalam

(49)

Pelatihan outbound ESBC dalam aktivitasnya memberikan jalan dan

dorongan untuk seseorang dapat berinteraksi dan memperoleh pengalaman –

pengalaman baru yang mengubah cara pandanganya baik terhadap diri sendiri

maupun terhadap orang lain di dalam pelatihan outbound. Pelatihan outbound

ESBC dalam menerapkan pelatihannya menggunakan metode yang disebut

Experiental Learning, berbeda dengan pendekatan pengajaran yang melalui

metode ceramah tanpa simulasi yang sering sulit dimengerti. Hal ini membuat

pelatihan outbound ESBC sangat efektif karena membuat peserta terlibat langsung

secara kognitif (pikiran), afektif (emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik

motorik), karena ketiga modalitas ini secara aktif terlibat langsung dalam

merekam sesuatu yang dipelajari sehingga pelatihan ini sangat efektif untuk orang

dapat berinteraksi, belajar dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang

dapat mengubah cara pandang mereka terhadap diri sendiri maupun orang lain,

karena cara pandang kitalah yang akan mempengaruhi kepercayaan diri kita.

Pelatihan outbound ESBC di dalam penerapan dan pelaksanaannya

menggunakan beberapa aspek, antara lain komunikasi dalam berinteraksi dan

bekerja sama, kerena pelatihan outbound sendiri hanya dapat berjalan bila orang

yang terlibat lebih dari dua atau tiga orang. Semakin banyak orang yang terlibat

maka bentuk permainan akan semakin menarik dan semakin kompleks dan juga

semakin menuntut untuk adanya komunikasi yang baik dalam bekerja sama. Hal

tersebut dapat membuka peluang pagi peserta atau individu yang mengikutinya,

mau atau tidak mau untuk melakukan interaksi dengan individu atau peserta

(50)

menjadi pengikat kepentingan bersama dari seluruh anggota tim, yang

menimbulkan sikap saling tergantung dan menimbulkan pola pikir yang positif

terhadap setiap anggota. Adanya kepentingan bersama dan pola pikir yang positif

memberikan kesadaran bahwa hanya keterlibatan orang lainlah tujuan bersama

akan tercapai. Hal ini akan membentuk sinergi yang terwujud dari adanya visi

bersama yang pencapaiannya dilakukan bersama dengan pola pikir dan tindakan

yang sama. Semua itu dapat merangsang atau memberikan stimulus untuk

melakukan komunikasi dan interaksi dalam berkerja sama untuk memcapai

tujuannya.(Ancok, 2003).

Komunikasi didalam pelatihan Outbound ESBC dapat terjadi dengan lancar

karena adanya Ice-breaking yaitu sebuah penghangatan agar para peserta

terbentuk rasa persahabatan dan suasana menyenangkan (rapport). Salah satu

contoh bentuk Ice-breaking dalam pelatihan Outbound yaitu permainan yang

menuntut setiap peserta untuk saling berpegangan, berpelukan dan itu akan dapat

mencairkan suasana yang ada. Pada saat individu sudah mulai berani untuk

berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain maka hal ini dapat berdampak

pada persepsi individu bagi dirinya sendiri dan orang lain yang akhirnya

berdampak juga pada kepercayaan dirinya (Ancok, 2003).

Pembentukan suasana yang menyenangkan akan sangat mendukung dan

efektif untuk seseorang melakukan komunikasi, sebaliknya bila suasanya tidak

menyenangkan akan menimbulkan perasaan tegang, resah dan tidak enak

sehingga orang akan menutup dan cenderung menghindari komunikasi (Rakhmat,

(51)

Pelatihan outbound ESBC di dalamnya juga terdapat aktivitas seperti

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kesempatan mendapatkan

umpan balik dan kesadaran konseptual akan didapat pada saat peserta berdiskusi,

pada waktu proses tersebut berlangsung peserta dapat menerima kehangatan,

penerimaan dan cinta, penghargaan, kritik, perhatian dan harapan-harapan yang

dapat membentuk konsep diri. Selanjutnya konsep diri yang utuh akan membawa

pengaruh besar terhadap terbentuknya kepercayaan diri seseorang (Centi, 1993).

Untuk meningkatkan kepercayaan diri dibutuhkan konsep diri yang sehat

(Rakhmat, 1999).

Dalam pelatihan outbound ESBC dimana peserta dapat langsung

menerapkan prinsip-prisip yang didapat dalam materi Outbound langsung di

dalam kerja sama tim sehingga pengalaman tersebut semakin bertambah

maknanya dalam mengasah kemampuan yang akhirnya mempengaruhi dan

berdampak pada kepercayaan diri peserta. Dikatakan Lauster (1978) bahwa

kepercayaan diri dapat dibentuk melalui pendidikan dan pengalaman. Doyle

(1989) mengatakan bahwa sejumlah pengalaman sukses cenderung akan

memberikan rasa percaya diri. Sementara Centi (1993) menyatakan bahwa

kegagalan yang terus-menerus yang menimpa seseorang dapat menghancurkan

gambaran dirinya dan ini berpengaruh pada rasa percaya diri yang dimilikinya.

Keberhasilan dalam pelatihan outbound ESBC, sangat dipengaruhi oleh

kerja sama yang didasari oleh rasa saling percaya antar anggota tim dalam

(52)

tugas itulah yang dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi tiap angota atau

individu yang bersangkutan (Jurnal Anima, vol 18, 2003).

Saling percaya yang dibangun antar anggota tim dalam satu kelompok, juga

dapat memberikan pertolongan kepada anggotanya untuk menemukan potensi

tertinggi yang dimiliki. Hal tersebut dapat terjadi karena penerimaan yang penuh

kasih dari anggota kelompok di dalam satu tim, ditambah dengan kejujuran

sepenuhnya antara anggota, sehingga dapat membantu para anggota team untuk

dapat melihat dirinya sebagaimana adanya tanpa perasaan takut.

Pengalaman-pengalaman yang diterima dari kelompok dapat memberikan gambaran diri yang

baru pada masing-masing anggota. Hal tersebutlah yang dapat meningkatkan

kepercayaan diri para anggotanya (Osborne, 2001)

E. Hipotesis penelitian

Berdasarkan landasan teori sebagai kajian teoritis terhadap permasalahan

yang telah dikemukakan, maka dapat disusun suatu hipotesis untuk penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh pelatihan outbound ESBC (Elite Soldier Boot

Camp) terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth

Impact GBI Keluarga Allah.

Ho : Tidak ada pengaruh pelatihan outbound ESBC (Elite Soldier

Boot Camp) terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok

(53)
(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi, dengan desain penelitian

Quasi Experiment one group pretest-posttest ( Campbell, 1979). Desain Quasi

Experiment juga dikenal dengan istilah eksperimen lapangan (Field Experiment).

Tujuan menggunakan metode desain eksperimen ini yaitu untuk mengungkapkan

adanya pengaruh yang ditimbulkan secara signifikan oleh variabel bebas terhadap

variabel tergantung (Mutchnick & Berg, 1996). Variabel bebas adalah variabel

yang akan diberikan kepada subyek penelitian sebagai bentuk perlakuan,

sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang akan diamati dan diukur

setelah manipulasi varibel bebas dilakukan (Berkowitz, 1980).

Salah satu keuntungan menggunakan desain Quasi experiment atau

eksperimen lapangan ialah dapat memperkecil prasangka subyek penelitian.

Subyek akan bertingkah laku secara spontan dan wajar karena tidak mengetahui

bahwa dirinya sedang dikondisikan dalam suatu penelitian ( Worchel, 1989).

Selain itu juga terdapat kelemahan dalam metode lapangan yaitu hasil pengukuran

variabel tergantung tidak dapat dianggap sebagai hasil murni dari pengaruh

variabel bebas, karena hasil ukuran variabel tergantung juga dapat dipengaruhi

oleh variabel bebas ekstra atau yang sering dikenal sebagai variabel ekstranius

(McGuigan, 1993).

(55)

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penetilian ini yaitu : 1. Variabel bebas : Pelatihan outbound (ESBC) 2. variabel tergantung : Kepercayaan diri

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel pada penelitian ini adalah : 1. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah hasil evaluasi diri secara menyeluruh dari pengetahuan dan pengalaman yang didapat seseorang dalam berinteraksi dan beraktivitas dengan orang lain yang memunculkan keyakinan, kepercayaan, dan kekuatan untuk melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan, dan diharapkan.

Tingkat kepercayaan diri diukur dengan skala kepercayaan diri yang disesuaikan dengan kondisi subyek penelitian. Dalam skala ini, kepercayaan diri diukur melalui aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1999), yaitu;

a. Rasa aman.

Yaitu perasaan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekelilingnya.

b. Yakin pada kemampuan diri.

(56)

c. Ambisi yang normal.

Yaitu memiliki ambisi yang sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat bertindak dan menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.

d. Toleran dan tidak egois.

Yaitu mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat menerima pandangan atau pendapat orang lain dan dapat memberikan kesempatan pada orang lain.

e. Mandiri.

Yaitu di dalam bertindak tidak tergantung dari orang lain atau dukungan orang lain.

f. Optimis.

Yaitu memiliki pandangan yang positif baik mengenai dirinya, lingkungannya maupun masa depannya.

Dalam penelitian ini, tingkat kepercayaan diri dapat dilihat dari perolehan skor yang didapat dalam skala kepercayaan diri. Skor skala yang diperoleh menunjukkan tingkat kepercayaan diri. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh semakin tinggi pula tingkat kepercayaan diri seseorang.

2. Pelatihan Outbound

(57)

menggunakan permainan-permainan yang menyediakan tantangan lingkungan yang nyata dan mengandung nilai-nilai atau makna tertentu dalam setiap permainannya.

Adapun program pelatihan outbound yang dijadikan acuan pada penelitian ini adalah program pelatihan outbound yang diselenggarakan oleh komunitas rohani Youth Impact. Pelatihan ini dalam youth impact diberi nama ESBC (Elite Soldier Boot Camp) yang di dalamnya sama dengan pelatihan outbound pada umumnya yaitu terdapat permainan – permainan atau pelatihan yang menekankan unsur-unsur kerja sama tim, saling percaya dan komunikasi serta kepemimpinan. Selain itu pelatihan outbound ESBC juga menyediakan tantangan lingkungan yang nyata sehingga peserta dapat terlibat langsung secara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pelatihan atau permainan yang diberikan diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri seseorang, serta dapat menemukan arti dan tujuan hidup yang berguna dan menjadi teladan bagi orang lain. Tujuan tersebut selaras dengan visi dasar Youth Impact yaitu menjadi generasi yang berdampak secara positif bagi lingkungannya secara khusus dan bangsa negara secara umum

Seseorang dapat dikatakan telah mengikuti pelatihan outbound ESBC jika telah memenuhi beberapa kriteria berikut ini,yaitu;

a. Telah mengikuti seluruh program pelatihan outbound ESBC

(58)

b. Terdaftar keikutsertaannya pada panitia atau pelaksana ESBC.

c. Memiliki tanda lulus lengkap yang akan diberikan pada akhir pelaksanaan dan tiap program pelatihan.

Demikian pula sebaliknya, seseorang yang tidak memenuhi kriteria diatas dapat dikatakan tidak pernah mengikuti pelatihan outbound ESBC yang diadakan oleh Youth Impact GBI Keluarga Allah.

D. Subyek penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling, dimana dalam pemilihan subjek didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang dianggap berhubungan dengan ciri populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 1991).

Subjek dalam penelitian ini adalah adalah 50 remaja yang tergabung dalam komunitas rohani Youth Impact ministry, yang akan mengikuti program pelatihan

(59)

E. Alat Pengumpul data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kepercayaan Diri. Skala tersebut disusun dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (summated rating) yaitu metode penskalaan yang menggunakan distribusi respon subyek sebagai dasar penentuan nilai akala (Azwar, 1999). Jenis skala yang digunakan untuk pengukuran ini adalah skala model Likert, yang didasarkan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1990), yaitu; memiliki rasa aman, yakin pada kemampuan diri, ambisi yang normal, toleran dan tidak egois, mandiri, optimis.

Untuk skala kepercayaan diri tersebut, digunakan 4 kategori respon sebagai jawaban subyek yaitu: SS, S, TS, dan STS. Alasan penghilangan jawaban N/R pada skala ini dimaksudkan untuk menghindari adanya social desirability, dimana individu akan memilih netral untuk menutupi keadaan dirinya yang mungkin tidak sesuai dengan norma sosial yang ada.

Skala kepercayaan diri ini terdiri atas 2 rumusan pernyataan yaitu: pernyataan Favorabel dan pernyatan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel berisi pernyataan yang intinya mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang hendak diukur. Sedangkan pernyataan Unfavorabel adalah penyataan yang isinya tidak mendukung, tidak memihak, atau tidak menunjukkan ciri adanya atribut yang hendak diukur. Pernyataan Favorabel memiliki skor mulai dari 4 sampai 1. Jawaban SS=4, S=3, TS=2, STS=1. Sedangkan untuk pernyataan

(60)

Tabel 1

Pemberian Skor Skala Kepercayaan Diri

Jawaban Favorabel Unfavorabel

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan model try out terpakai dimana peneliti hanya melakukan sekali pengambilan data, dikarenakan kelangkaan atau keterbatasan jumlah populasi subyek penelitian yang akan diteliti. Komunitas Rohani Youth Impact tersebut mengadakan pelatihan outbound hanya 2 kali dalam 1 tahun, dengan pertimbangan waktu, efektivitas, dan efisiensi, maka peneliti menggunakan model tryout terpakai atau single trial Administration, yaitu peneliti hanya melakukan sekali pengumpulan data atau mengenakan 1 kali sebuah tes kepada sampel penelitian sebagai subyek. adapun penelitian ini menggunakan tehnik reliabilitas koefisien alpha (Azwar, 2003)

Skala Kepercayaan Diri ini akan dibagikan kepada subyek penelitian sebanyak 2 kali, yaitu sebelum mengikuti pelatihan outbound dan sesudah subyek mengikuti pelatihan outbound. Pemberian skala sebanyak 2 kali tersebut bertujuan untuk melihat perubahan tingkat kepercayaan diri pada subyek sebelum dan sesudah pelatihan.

(61)

Tabel 2

Blue Print Skala Kepercayaan Diri

No Komponen Favoabel Unfavorabel Total 5 (8,33 %)

yakin pada kemampuan diri ambisi yang normal

toleran dan tidak egois mandiri

(62)

a. Validitas Muka (Fase Validity)

Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah menyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. Namun demikian validitas muka tetap penting artinya guna membangun kredibilitas tes dan selanjutnya meningkatkan motivasi individu untuk menjawab tes. Selain itu dapat meminimalisir efek-efek yang mungkin terjadi seperti kesalahan pengerjaan karena instruksi yang tidak jelas (Azwar, 1986). Tanpa adanya validitas muka, tes tidak akan memperoleh apresiasi yang layak dari responden dan akibatnya lebih lanjut adalah berkurangnya kesungguhan responden dalam menghadapi tes (Azwar, 1999).

b. Validitas Logik (Lagalical Validity)

Gambar

Tabel 1 Pemberian Skor Skala Kepercayaan Diri
Tabel 2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri
 Tabel 4 Distribusi Butir-Butir Peryataan
TABEL 5 Distribusi Butir-Butir Peryataan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, hidayah, dan barakah-Nya yang tak terhingga, serta shalawat dan salam penulis haturkan

[r]

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur

ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERSAHABAT DAN KARAKTER CINTA DAMAI BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII A

Proses tampilan pembuatan media dalam bentuk buku atau novel baik di laptop maupun komputer tablet yang ditampilkan dengan menggunakan aplikasi Digipub berhasil ditampilkan

Bahan

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi terjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Banjar disertai Analisis sintaksis, yang digunakan untuk membantu para pendatang di Banjar

Belanja Barang dan Jasa yang Diserahkan kepada Masyarakat 10.000.000,00. Belanja Barang untuk Diserahkan kepada