Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Psikologi
program studi Psikologi
Disusun oleh :
Vidi Punjung Pakerti
NIM : 999114180
NIRM : 990051121705120176
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Psikologi
program studi Psikologi
Disusun oleh :
Vidi Punjung Pakerti
NIM : 999114180
NIRM : 990051121705120176
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
KEPERCAYAAN DIRI REMAJA
DALAM KELOMPOK YOUTH IMPACT GBI KELUARGA ALLAH
Oleh :
Vidi Punjung Pakerti
NIM : 999114180
NIRM : 990051121705120176
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing :
P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M.si Pada Tanggal……….
KEPERCAYAAN DIRI REMAJA
DALAM KELOMPOK YOUTH IMPACT GBI KELUARGA ALLAH
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Vidi Punjung Pakerti
NIM : 999114180
NIRM : 990051121705120176
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 25 juli 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. ……….
Sekretaris : Minta Istono, S. Psi., M. Si. ……….
Anggota : Y. Heri widodo, S. Psi. ……….
Yogyakarta,………..
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si)
Tetapi aku tahu bahwa
Ia tidak pernah meninggalkanku.
Sebab itu aku belajar menikmati hidup ini
dengan bersyukur…
Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan…
Kadang Tuhan membelokkan rencanaku.
Tetapi aku tahu bahwa itu lebih baik dari pada apa yang kurencanakan.
Sebab itu aku belajar menerima semuanya itu
dengan sukacita…
Aku belajar bahwa pencobaan itu pasti datang dalam hidupku…
aku tidak mungkin berkata tidak Tuhan
karena aku tahu bahwa semua itu tidak melampaui kekuatanku.
Sebab itu aku belajar menghadapinya
dengan sabar…
Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali atau ditangisi…
Karena semua rencanaNya indah bagiku.
Maka dari itu aku akan bersyukur dan bersukacitaDalam segala perkara.
Karena dengan bersyukur dan bersukacita
semua itu menyehatkan jiwaku dan menyegarkan hidupku
inilah yang kudapat dalam setiap perjalanan hidupku
bersamaNya…
Roma 5 : 4-5
Tida k a da se or a n gpu n ya n g da pa t m e n ga m bil se su a t u ba gi dir in ya , k a la u t ida k dik a r u n ia k a n k e pa da n ya da r i
sor ga Yoha ne s 3 : 27
setiap Orang Yang berharap dan berseru kepadaNya tidak
akan pernah dikecewakan
I Dedicate My Thesis
Simply to :
♥ Yesus Kristus Tuhan, Engkaulah segalanya bagiku, sekalipun daging dan
hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah
selamanya.
♥ papa mama yang sudah membesarkanku dan memberikan kasih sayang
serta perhatian dan doa. Aku sangat mengasihi kalian.
♥ kakak-kakakku denny dan david, terima kasih sudah menjadi kakak yang
baik di dalam persaudaraan dan kasih.
♥ teman-teman dan sababatku, yang sudah mewarnai hidupku begitu indah. ♥ almamaterku Fakultas Psikologi Sanata Dharma, disini aku belajar untuk
menghadapi masa depanku.
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta 19 Juni 2007
Penulis
Vidi Punjung Pakerti
Allah
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pelatihan outbound ESBC terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah. Kepercayaan diri menjadi penting bagi remaja baik untuk perkembangan dirinya sendiri maupun dalam hubungan remaja dengan orang lain dalam lingkungan hidupnya. Aspek-aspek dalam kepercayaan diri ada 6 yaitu : (1) memiliki rasa aman, (2) yakin pada kemampuan diri, (3) ambisi yang normal, (4) tolerean dan tidak egois, (5) mandiri, (6) optimis.
Subyek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang dengan rentang usia antara 16-24 tahun.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Quasi Experiment, dengan the One Group Pretest Posttest Design. Hipotesis yang digunakan yaitu ada pengaruh pelatihan outbound terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah. Hipotesis dianalisis dengan menggunakan t-test paired sample. Hasil Koefisien reabilitas adalah 0,922 dengan status andal. Uji normalitas menunjukkan bahwa sebaran data normal dan uji homogenitas menunjukkan bahwa subyek penelitian homogen. Analisis data dilakukan dengan uji-t yang menunjukkan nilai t sebesar 2,716 ; p<0,05. perbedaan mean pretest sebesar 89,5000 dan posttest sebesar 96,7800. hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yng signifikan antara pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan. Artinya ada pengaruh pelatihan outbound terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah.
Toward the Self-Confidence of Teenagers in Group of Youth Impact GBI Keluarga Allah
Vidi Punjung Pakerti
Psychology Faculty
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
This research aimed to know the training influence of ESBC outbound toward the self-confidence of teenagers in group of Youth Impact GBI Keluarga Allah. Self-confidence becomes very important to the teenagers either to their self-development or the relation between teenagers to the other person in their living environment. Some aspects in self-confidence are six, i.e.: (1) has the secured feeling, (2) confidence on the self-capability, (3) normal ambition, (4) tolerance and non-egoist, (5) self-supporting, (6) optimist.
Total subjects in this research were 50 persons by the range of age between 16 to 24 years of age.
This research was conducted by using method of Quasi Experiment, by the One Group Pre-test Post-test Design. Hypothesis was used was the influence of outbound training toward the self-confidence of the teenagers in the group of Youth Impact GBI Keluarga Allah. This hypothesis was analyzed by using t-test paired sample. The result of reliability coefficient was 0,922 by superior status. Normality test revealed that the spreading of normal data and homogeneity test revealed that the subject of this research was homogenous. Analysis of data was conducted by t-test which revealed the t-test which revealed the t value as much 2,716; p < 0,05. The difference of pre-test mean of 89,5000 and post-test of 96,7800. It revealed that there were significant different between the pre-training and post-training measurement. It means that there were any influences of outbound training toward the self-confidence of the teenagers in the group of Youth Impact GBI Keluarga Allah.
Puji syukur kepada Tuhanku Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan
kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Pelatihan Outbound ESBC (Elite Soldier Boot Camp) Terhadap Kepercayaan Diri Remaja dalam Kelompok Youth Impact GBI Keluarga Allah”.
penulis juga menyadari bahwa selesainya skripsi ini dengan baik, juga atas
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis secara khusus ingin
menyapaikan banyak terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, sekaligus sebagai
dosen Pembimbing Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukkan dan perbaikan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi, M.Si. dan Ibu Ratri Sunar Astuti,
M.Si., yang telah menjadi dosen pembimbing akademik saya selama ini.
3. Mba Etta yang mau meluangkan waktunya untuk membantu memberikan
langkah-langkah awal dalam pembuatan skripsi.
4. mas Adi walaupun pada saat kuliah kita jarang ngobrol tapi terima kasih
sudah mau bantuin merevisi tulisanku yang tidak S-P-O-K itu
5. Pak Didik maafin saya ya pak, diawal-awal kuliah bikin bapak emosi.
Walaupun Bapak terlihat dingin dan cuek tapi sebenarnya bapak penuh
jawab dan penuh perhatian terhadap semua mahasiswa. Ibu mempunyai
hati yang baik yang memancarkan kehidupan, terima kasih Bu atas
bimbingan dan bantuan selama ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Psikolgi Sanata Dharma yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan mengajarkan
banyak hal pada saya, terima kasih semuanya.
8. Mba Nanik dan Mas Gandunng yang telah membantu kelancaran dalam
proses administrasi, khususnya mas Gandung sori ya mas sering
ngerepotin. Mas Muji dan mas Doni di lab Psikologi yang sudah banyak
membantu pelaksanaan praktikum dan asistensi. Buat mas Muji thank
banget atas semua dagelannya, saranku banyak-banyak berdoa ya mas
hehee, Pak Giyono…terima kasih atas ketulusan dan keramahan dalam
pelayanan bapak selama ini.
9. Bapak caleb Deon Hover B. sebagai Youth Pastor didalam Youth Impact
ministry, yang sudah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian di
Elite Soldier Boot Camp (ESBC). Terima kasih sudah mengajarkan
banyak hal pada saya. Bapak adalah salah satu panutan saya digereja.
10.Panitia ESBC Diana, Ervi, Andre, Andrew, jang-jang, Sukadi, mas Agung
dan Glen. Mas Agung teryata yang dibilangin orang-orang tentang mas
Agung itu cuek n ga pedulian teryata salah..makasi ya mas udah nolongin
11.Paniti Encounter Deni, ferry, Eko, Musa, Ary, Susi, eliana, Apri, nancy
dan Elvira, pengalaman terindah dan termanis selama pelayanan adalah
berkerja bersama kalian semua..thx all..., Deni…makasi ya den
semangatmu membuat skripsi memberikan motivasi buat aku juga,
Nancy…makasi juga atas sindiran-sindirannya mungkin terdengar ga
enak tapi itu juga memberikan motivasi untuk aku dalam mengerjakan
skripsi, Ferry..Eliana..Apri…pengalaman pelayanan terdasyat dan
luarbiasa adalah bersama kalian di sumba, aku ga pernah bemimpi
terkatung-katung 3 hari ditengah laut bersama orang aneh tapi lucu
kayak kalian, Ary..Susi…kalian bukan hanya sabahatku tapi seperti
saudaraku sendiri, terima kasih ya uadah mau mendengar dan berbagi
dengan aku selama ini, Susi jaga Ary baek-baek ya jangan dinakalin lho,
Elvira…kamu satu-satunya orang yang banyak sekali kesamaannya
dengan aku, bahkan tanggal lahir kitapun sama ,mungkin aku sudah
mensia-siakan kesempatan yang ada tapi aku Cuma bisa berharap kita
semua mendapat yang terbaik, cepet lulus ya sis..aku selalu
mendukungmu.
12.Komsel Yes I Can Jimi senyum, Auri, jafet, Agus, Rio, maruli, Maria,
Retno dadari, Indri, Lia, kalian semua adalah orang-orang yang luarbiasa,
terima kasih buat doa dan dukungan kalian selama ini, aku percaya kalian
baik dan sangat rendah hati, terima kasih jim atas bimbingannya selama
ini sehingga aku boleh banyak melihat muzijat dan merasakan kasih
karunia Tuhan, pada saat nanti aku akan menjadi orang sukses, aku
cuma mo bilang kontribusimu besar didalamnya, Auri…di saat-saat
genting dan kritis kamu selalu ada disampingku kamu memang orang
yang diupari Tuhan dengan urapan pahlawan, tentaranya Tuhan.
13.Komsel Full of Blessing Musa, Jimi kecil, Ruben, Thomas, Ariyo, paul,
Yafeto, Eko, Frans, Bimo, Andit, Ari dan Septiandi. Anak-anak selku
yang luarbiasa, terima kasih dukungan doa, semangat dan pernghargaan
kalian, kalian adalah alasan untuk aku tetap bangkit dan kuat dalam
mengahadapi semua tantangan hidup ini.
14.Yuni Monalisa Gunardi terima kasih atas dukungan, kasih sayang,
perhatian, doa dan semangat serta sukacita selama ini.
15.papa, mama, mas denny dan mas epit (david) terima kasih atas doa dan
dukungannya I LOVE U ALL…sebenarnya kata itu kurang dapat
menggambarkan bagaimana aku sungguh mengasihi semuanya, itulah
sebabnya dalam keadaan kekecewaan dan kepahitan sekalipun aku tidak
pernah menyerah
16.Sahabat-sahabatku dikampus Zei, gatot, Armin, Heru, Lois, susi, thx 4
everythig kalian membuat hidupku mempunyai kenangan indah…jangan
pergumulan dihati, apa yang kamu alami itu bisa menjadi kekuatan untuk
maju dalam hidupmu, cepet lulus ze trus kita sama-sama kuasai pasar di
jogja ini, Gatot…walaupun sering mengeluh tapi sebenarnya kamu
menyimpan potensi yang besar dan kamu punya kasih karunia Tuhan, aku
percaya kamu bisa jadi berkat bagi banyak orang amin, Armin…kamu
orang yang rendah hati dan setia kawan..jangan pernah putus asa dalam
hidupmu min, Heru… sorii ru dulu aku sering ngejek-ngejek kamu abis
kamu lucu se heuheheee tapi kamu juga sahabat yang baik thx 4
everything, Lois…makasi ya kamu udah nolong aku banyak banget,
keyakinan dan kepercayaanmu banyak membangkitkan kepercayaan
diriku..thx sis.., Susi…thx ya dah bikin aku ketawa kalo denger
cerita-ceritamu agak wagu se tapi lucu juga hehehee
17.Temen-temenku dikost jasmine Lina, Tiar, Tris, Ziza, terima kasih buat
kepecayaan kalian sama aku untuk ngusir hantu dikost kalian, terus terang
aku sebenarnya ga bisa apa-apa itu semua cuma karena Roh Kudus.
18.Ambro, Iib, Tunjung dan Priyo hubungan kalian aneh tapi sebenarnya
kalia saling menyayangi, thanks ya udah mengisi hari-hariku dengan
sukacita dan kebaikan kalian.
19.Teman-teman seperjuanganku Fredy, Vincent, Robert, Adi kadal, deni
Gogon, toni…masa hura-hura yang kita lalui dulu menjadikan kenangan
permuliakan, Vincent…jangan sering-sering kecelakaan ya sent, jaga
dirimu baek-baek jangan menyerah, terus maju dan cepet slesein
skripisinya supaya kita bareng wisudanya.
20.Temen-temenku yang lain Rosa, Desi, Desta, Yanti, Indah, Yopie, Arina,
novi, Nana dite, Ria, Eko lemu, Eko kodok, guntur, dony etc. thx 4
everyting, melianthy, Rani, Nanik, Anna, Dian, Astry, Andy haji ayo kita
sama-sama lulus bareng jangan putus asa ya.
21.adek-adek tingkatku tere, andre, toa Cuma 1 kata luarbiasa.
22.Dan untuk semua yang telah mendukung langsung maupun tidak langsung
dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih Tuhan Yesus
memberkati
Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saya mohon
maaf atas kesalahan dan kelalaian selama saya dalam penelitian ini, baik sikap,
tutur kata maupun penulisan. Dengan rendah hati saya membuka hati untuk
menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian
selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, mei 2007
Vidi Punjung Pakerti
HALAMAN JUDUL ………...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….………...
HALAMAN PENGESAHAN ………...
HALAMAN MOTTO ………...
HALAMAN PERSEMBAHAN ………
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ………...
ABSTRAK ………
BAB I PENDAHULUAN ……….
A. Latar Belakang Masalah ………...………
B. Rumusan Masalah ………...
C. Tujuan Penelitian ……….
D. Manfaat Penelitian ………...
1. Manfaat Teoritis ………..
2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ………..
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri
Remaja………..
a. Penampilan Fisik ……..………
b. Dukungan Sosial ………
B. Outbound ……….
1. Pengertian Outbound ………..
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam
Pelatihan Outbound ……….
3. Tahapan Pelatihan dalam Outbound …….………...
4. Kriteria Evaluasi Pelatihan Outbound………...
C. Remaja ……….
D. Hubungan Antara Pelatihan Outound ESBC Dengan
Kepercayaan Diri ………
E. Hipotesis Penelitian ………
BAB III METODE PENELITIAN ………
A. Jenis Penelitian ………
B. Identifikasi Variabel Penelitian ………...
C. Definisi Operasional ………....
F. Alat ukur ………..
1. Validitas ………...
a. Validitas Muka ………..
b. Validitas Logik ………..
2. Seleksi Item ………...
3. Reliabilitas ………...
G. Prosedur Eksperimen ………...
H. Metode Analisis Data ………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………..
A. Pelaksanaan Penelitian ………
B. Deskripsi Subyek ………
C. Deskripsi Pelatihan Outbound ESBC………...
D. Hasil Penelitian ………
1. Validitas ………...
2. Seleksi Item ……….
3. Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri ………
4. Uji Asumsi Penelitian ………..
a. Uji normalitas Sebaran ………..
b. Uji Homogenitas ………
A. Kesimpulan ………..
B. Keterbatasan Penelitian……….
C. Saran ………
DAFTAR PUSTAKA ………
LAMPIRAN ………. 60
60
64
66
70
Tabel 2
Blue Print Skala Kepercayaan Diri ………..
Data Subyek Pelatiahan Outbound ………..
Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Kepercayaan Diri
(sebelum analisis ) ………..………..
Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Kepercayaan Diri
(sesudah analisis) ……….
Tabel Reliabilitas Skala Keperecayaan Diri ………
Hasil perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ………
Hasil Uji Homogenitas Varian ……….
Lampiran B : Data Skala Kepercayaan Diri Uji Coba
Lampiran C : Hasil Uji Kesahihan Butir Dan Reliabilitas
Lampiran D : Alat Ukur Penelitian Skala Kepercayaan Diri
Lampiran E : Data Penelitian Skala Kepercayaan Diri
Lampiran F : Uji Asumsi
1. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov_Smirnov
Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Outbound
2. Hasil Uji Homogenitas Varian
3. Analisis Uji-t
4. Hasil Uji-t per Aspek
5. Histogram
Lampiran G : Bukti Surat Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Masa remaja adalah sebuah masa yang sangat penting dalam kehidupan
remaja. Pada masa ini terjadi peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Masa peralihan ini merupakan masa yang rentan bagi remaja. Remaja
dituntut untuk dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Salah satu tugas
perkembangan remaja adalah mencari indentitas dirinya.
Identitas diri merupakan suatu hal yang penting bagi remaja, karena melalui
identitas diri tersebut, remaja akan berusaha menjelaskan atau mengerti siapa
dirinya dan apa peranannya dalam kehidupan bermasyarakat (Hurlock,1996).
Demi mencapai identitas diri ini, remaja akan berlomba-lomba dengan
kelompoknya untuk dapat menonjolkan diri sendiri sebagai seorang individu yang
berbeda dari orang lain. Penonjolan diri ini dilakukan dengan berbagai usaha,
misalnya penggunaan simbol-simbol status, pergaulan, dan sebagainya.
Untuk dapat menonjolkan diri dan mencapai identitas yang akan diraihnya,
seorang remaja perlu memiliki rasa kepercayaan diri yang kuat, mengingat pada
masa ini remaja akan berkompetisi dan mulai berinteraksi dengan orang lain,
disamping pandangan stereotype pada remaja yang semakin memberatkan usaha
remaja dalam memunculkan identitasnya. Jika kepercayaan diri tersebut sama
sekali tidak dimiliki oleh remaja, maka remaja tidak akan mampu untuk membuka
diri dan menunjukkan citra diri atau identitas yang dimilikinya.
Kepercayaan diri terebut dapat dimunculkan dengan menggali
potensi-potensi yang ada dalam diri remaja. Untuk dapat melihat dan mengembangkan
potensi dalam dirinya, remaja harus mempunyai gambaran diri yang positif
sehingga dapat memiliki kepercayaan diri yang dapat membuka pikirannya
sehingga berani bertindak untuk menggali potensi – potensi dirinya, karena
remaja akan cenderung bertindak sesuai dengan gambaran dirinya (Osborne,
2001). Disamping itu persepsi individu dalam menilai diri sendiri sebagai orang
yang mampu atau tidak mampu dalam berinteraksi, bagaimana penerimaan
lingkungan, dan kemampuan untuk berkompetisi dengan orang lain, juga
merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan kepercayaan diri (Hurlock,
1996). Mawarti (2001), mengungkapkan bahwa kepercayaan diri dapat diperoleh
melalui interaksi sosial, karena dengan berinteraksi diharapkan kemampuan
pemahaman terhadap diri sendiri, kemampuan belajar di dalam menyelesaikan
tugas, dan kemampuan berkompetisi pada remaja dapat terasah dan hal tersebut
dapat menimbulkan kepercayaan diri dalam diri remaja.
Jika pada masa ini, remaja mampu untuk mengelola kepercayaan dirinya
dengan baik dan benar maka, banyak hal yang dapat dilakukan sehubungan
dengan proses pencarian identitas dan masa pertumbuhan remaja. Kepercayaan
mudah bergaul, berani mengemukakan pendapat dan gagasan, memiliki problem
solving yang baik, mudah mengekspresikan diri, kreatif, dan menemukan citra diri
positif dalam dirinya. Semuanya itu akan sangat membantu proses penemuan
identitas diri dalam dirinya dan lebih lanjut akan menghantarkan individu untuk
mencapai kesuksesan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri
sangat erat kaitannya dengan pembentukan identitas remaja.
Namun apa yang terjadi pada remaja yang tidak mampu mengelola
kepercayaan dirinya bahkan tidak memiliki kepercayaan diri sama sekali?
Remaja yang mengalami krisis kepercayaan diri akan mengalami kesulitan dalam
melakukan problem solving yang mana pada rentang usia ini sangat diperlukan
keberadaannya. Disamping itu remaja akan terkurung dalam perasaan rendah diri,
takut, minder dan sebagainya. Remaja juga akan mengalami ketergantungan
dengan orang lain, dan akan cenderung menjadi individu yang egois (Lauster
,1990). Kepercayaan diri yang rendah, juga membuat individu sulit menemukan
kepercayaan dirinya yang berakibat kesalahan peran pada rentang usia
selanjutnya. Kesuksesan juga menjadi hal yang sulit dicapai, mengingat individu
yang mengalami krisis kepercayaan diri akan menutup diri pada orang lain,
sehingga pengetahuan, pengalaman, dan gagasan baru yang menjadi jalan
kesuksesan menjadi tertutup.
Melihat sedemikian besar dan buruk dampak yang terjadi akibat krisis
kepercayaan diri yang dialami remaja ini, perlu diadakan pelatihan-pelatihan
untuk membantu remaja dalam usahanya untuk memunculkan kepercayaan
Organisasi Youth Impact merupakan sebuah komunitas rohani, dimana visi
dan misinya adalah selain mengabarkan berita sukacita (injil) dengan berbagai
cara, organisasi ini juga membantu remaja untuk “mengubah” dirinya menjadi
lebih berani mengekspresikan diri, dengan mengembangkan daya kreatif untuk
tujuan yang positif dan mempunyai kepedulian terhadap sesama, dengan
mengembangkan sikap kepemimpinan dalam diri setiap anak muda sehingga
hidupnya dapat produktif dan berdampak positif bagi semua.(GBI. Keluarga
Allah, 2005). Realita buruk yang terjadi saat ini, dimana generasi muda yang
mayoritas mempunyai kebiasaan hidup yang salah dan menyia-nyiakan masa
mudanya dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna, yang mengakibatkan
hidupnya menjadi tidak produktif bahkan cenderung merugikan orang lain.(GBI.
Keluarga Allah, 2005). Hal ini mendorong Youth Impact untuk mengadakan
program-program pelatihan sebagai usahanya untuk membentuk citra diri positif
dan identitas yang baik pada remaja, serta memunculkan kepercayaan diri yang
tinggi pada remaja sekaligus mengelola dan menyalurkannya sehingga dapat
digunakan untuk hal-hal yang tidak negatif.
Berbagai program dilaksanakan Youth Impact dalam usahanya untuk
mencapai visi dan misinya, salah satunya adalah program Elite Soldier Boot Camp
atau yang lebih dikenal dengan singkatan ESBC yaitu pelatihan alam bebas yang
akrab disebut outbound. Pada pelatihan ini remaja tidak hanya dikenalkan pada
alam bebas dan lingkungan secara nyata saja, tetapi lebih lanjut dengan model
pelatihan “unik” ini remaja termotivasi untuk menemukan potensi dalam dirinya
dari model pelatihan ini adalah bahwa remaja akan difasilitasi untuk belajar
mengembangkan kerja sama team, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang
lain, empati, dan sebagainya yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap
munculnya kepercayaan diri.
Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa pelatihan outboundESBC dapat
mengenalkan atau melatih pesertanya untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi
secara sehat dengan cara yang cukup unik yaitu di alam bebas, dengan sebuah
tujuan yang pasti yaitu meningkatkan kepercayaan diri pesertanya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan secara
sederhana bahwa ada keterkaitan yang erat antara pelatihan outbound ESBC dan
kepercayaan diri remaja.
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti
merumuskan sebuah masalah yaitu apakah ada pengaruh pelatihan outbound
ESBC (Elite Soldier Boot Camp) terhadap kepercayaan diri remaja dalam
kelompok Youth Impact di GBI.Keluarga Allah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah secara empiris ada
pengaruh pelatihan Outbound ESBC (Elite Soldier Boot Camp) terhadap
kerpercayaan diri remaja di dalam kelompok Youth Impact di GBI Keluarga
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya dan psikologi perkembangan
yang berhubungan dengan kepercayaan diri pada khususnya.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan pengertian pada remaja khususnya mengenai pentingnya
peningkatan sekaligus pengelolaan rasa kepercayaan diri
b. Memberi masukan bagi lembaga / organisasi remaja, untuk
memberikan program pelatihan outbound sebagai alternatif
peningkatan kepercayaan diri remaja.
c. Memberikan masukkan kepada Youth Impact bhwa pelatihan
outbound yang mereka adakan mempunyai pengaruh pada
kepercayaan diri remaja khususnya dalam aspek ambisi normal dan
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kepecayaan diri
1. Pengertian Kepecayaan diri
Santrock (2003) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah dimensi
evaluatif yang menyeluruh dari diri. Kepercayaan diri juga dapat disebut
harga diri atau gambaran diri baik itu bersifat positif ataupun negatif, jadi
dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan evaluasi diri yang
menyeluruh dan merupakan hal yang penting dan sangat berpengaruh
terhadap kesuksesan dalam kehidupan seseorang. Sementara itu Davis
(2006) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan pada
kemampuan diri sendiri, keyakinan pada adanya suatu maksud dalam
kehidupan, dan kepercayaan bahwa dengan akal budi, individu akan
mampu melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan, dan
diharapkan.
Rakhmat (1999) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah
merupakan suatu kekuatan untuk melakukan komunikasi. Ketika
seseorang berani untuk berkomunikasi, maka menimbulkan kekuatan
dalam dirinya untuk menunjukkan dirinya. Individu yang berani
melakukan komunikasi, akan berani membuka dirinya sehingga dapat
menerima pengetahuan, pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan
baru yang membuka pandangannya tentang dirinya maupun orang lain.
Hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk meraih kepercayaan
diri. sehingga dapat memberikan kesuksesan baginya. Tokoh
psikosibernetik Maxwell Maltz menyatakan “believe in yourself and you’ll
succed”.
Orang yang kurang percaya diri akan cenderung menghindari
komunikasi, kerena takut akan mendapatkan ejekan atau menyalahkannya,
sementara hal inilah yang menghambat pencapaian kepercayaan diri
sekaligus semakin menjauhkan individu tersebut dari kesuksesan.
Dalam mencapai kesuksesan, interaksi dan aktivitas dengan orang
lain merupakan hal yang penting, karena pada dasarnya manusia adalah
mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain. Orang lainlah yang
memenuhi kebutuhan seseorang untuk bergaul, berteman, bersahabat dan
bekerja sama dan dari orang lain juga yang memenuhi kebutuhan individu
dalam penerimaan, pengakuan dan penghargaan yang akan membentuk
kepercayaan dirinya (Centi, 1993). Interaksi dan aktivitas dengan orang
lain dalam usaha menjalin hubungan dapat dilakukan dengan cara
komunikasi dimana komunikasi itu sendiri sangat dipengaruhi oleh rasa
kepercayaan diri.
Centi (1993) menyatakan bila seseorang menghindari kesempatan
untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang lain, orang tersebut dapat
kehilangan kesempatan yang diperlukan untuk mengembangkan atau
memperbaiki gambaran diri dan kepercayaan diri yang di dapat datang
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
diri merupakan hasil evaluasi diri secara menyeluruh dari pengetahuan
dan pengalaman yang didapat seseorang di dalam berinteraksi dan
beraktivitas dengan orang lain. Kepercayaan diri merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dimana keberhasilan
dan kesuksessan seseorang sangat dipengaruhi oleh kepecayaan diri yang
dimilikinya.
2. Aspek-aspek kepercayaan diri
Orang yang memiliki kepercayaan diri memiliki perasaan yakin terhadap
dirinya sehingga didalam bertindak cenderung tidak akan terlalu berhati-hati,
karena yakin kemampuan dan kemandiriannya.
Lauster (1999) memberikan paparan mengenai aspek-aspek kepercayaan diri
antara lain yaitu :
a. Rasa aman yaitu perasaan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu
terhadap situasi atau orang-orang disekelilingnya.
b. Yakin pada kemampuan diri sendiri yaitu perasaan tidak perlu
membandingkan dirinya dengan orang lain serta tidak mudah
terpengaruh dengan orang lain.
c. Memiliki ambisi normal yaitu memiliki ambisi yang sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat bertindak dan menyelesaikan tugas
d. Toleran dan tidak egois yaitu mengerti kekurangan yang ada pada
dirinya serta dapat menerima pandangan atau pendapat orang lain
dan dapat memberikan kesempatan pada orang lain.
e. Mandiri yaitu di dalam bertindak tidak tergantung dari orang lain
atau dukungan orang lain.
f. Optimis yaitu memiliki pandangan yang positif baik mengenai
dirinya, lingkungannya maupun masa depannya.
Dari aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang yang
mempunyai kepercayaan diri tidak akan merasa lebih rendah terhadap
orang lain, sehingga di dalam tindakannya tidak terlihat ragu-ragu dan
dapat bertanggung jawab atas tindakannya, serta bertindak dengan tidak
mementingkan diri sendiri. Tindakannya tidak tergantung dari orang lain
dan memiliki pandangan yang positif, meskipun sedang menghadapi
masalah sekalipun. Fradson (dalam Kumara, 1988) menyatakan bahwa
orang yang memiliki kepercayaan diri adalah orang yang berani
mengemukakan pendapat, jujur dalam mengerjakan tugas, bertanggung
jawab atas perbuatannya, mempunyai rasa menghargai, tabah dalam
menghadapi tantangan dan tidak merasa rendah diri.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Remaja
Kepercayaan diri pada remaja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
a. Penampilan fisik
Penampilan fisik menjadi penting di dalam pembentukan
kepercayaan diri, karena besarnya pengaruh penilaian lingkungan
pada diri remaja. Centi (1993), mengungkapkan bahwa
penampilan fisik di masa remaja sangat menentukan suksesnya dan
penerimaan di dalam pergaulan (Centi, 1993) Penilaian lingkungan
sendiri didasari oleh cita-cita masyarakat tentang penampilan fisik
yang ideal. Hal lain yang juga mempengaruhi pembentukan cita-cita
masyarakat adalah media massa baik di dalam film, televisi maupun
majalah yang memberikan gambaran-gambaran tentang penampilan
fisik yang ideal. Sejak masa kanak-kanak kita semua sudah menjadi
korban cita-cita penampilan fisik ideal media massa. Selain itu juga
ada anggapan umum dalam masyarakat, bahwa orang yang memiliki
penampilan fisik baik juga memiliki watak dan sifat yang baik dan
sebaliknya. Penampilan fisik juga di dalam masa remaja sangat
menentukan suksesnya dan penerimaan di dalam pergaulan (Centi,
1993).
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial sebenarnya terdiri dari 2 faktor yaitu faktor orang
tua dan teman sebaya. Namun penilaian teman sebaya memiliki
derajat yang lebih tinggi pada akhir masa kanak-kanak dan remaja
dibanding dukungan orang tua. Hal tersebut didukung oleh suatu
lebih berpengaruh terhadap kepercayaan diri pada remaja meskipun
dukungan orangtua juga merupakan faktor yang penting untuk
pembentukan kepercayaan diri (Santrock 2003). Perbedaan ini
terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama
dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah
dimengerti pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan dan perilaku mempunyai pengaruh lebih besar
dari pada pengaruh keluarga (Hurlock, 1996).
Dukungan teman atau kelompok, dapat memberikan rasa
berharga dan berarti bagi remaja. Hal ini dapat menimbulkan
perasaan senang, puas dan bahagia yang dapat membentuk
kepercayaan diri pada remaja (Mappiare, 1982). Hal tersebut
memberikan dorongan yang kuat bagi remaja untuk menjadi bagian
dari kelompok, karena itu penolakan kelompok dapat berpengaruh
sangat besar terhadap kepercayaan diri remaja (Centi, 1993).
Besarnya dampak dukungan dan penerimaan sosial atau
kelompok dalam membentuk kepercayaan diri pada remaja. Hal
tersebut dapat menjelaskan bagaimana pengaruh pelatihan outbound
terhadap kepercayaan diri, dimana di dalam pelatihan outbound
sangat menekankan kerjasama yang didasari rasa saling percaya
antara anggota team yang menimbulkan rasa berharga bagi setiap
dalam pelatihan, juga semakin meningkatkan kepercayaan diri bagi
setiap remaja yang mengikuti pelatihan outbound.
B. Outbound
1. Pengertian Outbound
Istilah Outbound sendiri tidaklah asing bagi telinga kita, dimana
hampir setiap perusahaan maupun instansi-instansi tertentu menggunakan
metode Outbound sebagai training wajib bagi karyawan atau anggotanya.
Drury dan Bonney (Kaban, 2003) menyatakan tujuan dari metode outbound
sendiri yaitu untuk membangun dan meningkatkan kepercayaan diri,
kenyamanan diri, kepemimpinan, kerja sama team dan empati.
Sejarah Outbound sendiri berasal dari Yunani kuno yang merupakan
pengalaman dari kegiatan di alam terbuka. Tahun 1821 didirikan Round Hill
School yang merupakan sekolah yang memberikan pendidikan melalui
kegiatan alam terbuka (Ewert, 1989). Secara sistematik pendidikan melalui
kegiatan Outbound pertama kali didirikan oleh Dr.Kurt Hahn yaitu orang
berkebangsaan Jerman yang berkerja sama dengan seorang pedagang
Inggris bernama Lawrence Holt pada tahun 1941 di inggris (Ancok, 2003).
Outbound pertama kali diadakan selama 28 hari, yang dirancang untuk
keperluan militer dan diharapkan dapat memperoleh kepercayaan diri dan
kerja sama team bagi pasukan angkatan laut Inggris yang menjaga perairan
atlantik. Kemudian Outbound berkembang pula di Amerika serikat oleh
Setelah perang dunia ke II lembaga pendidikan Outbound banyak
dibangun di berbagai daerah seperti di Inggris, Eropa, Asia dan Australia.
Pertama kali kegiatan pelatihan di alam terbuka ini, banyak dipakai oleh
lembaga angkatan bersenjata untuk kepentingan mempersiapkan para
prajurit yang tangguh didalam menghadapi kesulitan hidup baik dalam
situasi aman maupun dalam situasi perang.(Ancok, 2003).
Seiring berjalannya waktu metode Outbound ini banyak juga
digunakan dalam metode pelatihan manajemen, salah satu contohnya yaitu
beberapa perusahaan besar di Amerika seperti Bell South (perusahaan
telekomunikasi) yang menggunakan metode pelatihan ini (Bolt, 1989).
Metode ini juga merambah masuk dalam dunia pendidikan, salah satu
contoh yang populer yaitu Quantum Learning yang ditulis oleh Deporter
dan Hernacki (1992) dan metode ini terus merambah masuk dalam segi-segi
kehidupan lainnya seperti kedokteran dalam terapi kejiwaan (Gass, 1993),
khususnya untuk anak-anak nakal, pecandu narkotika dan anak – anak yang
kesulitan dalam hubungan sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat metode
Outbound digunakan sebagai modal sosial yaitu jaringan kerjasama diantara
warga masyarakat yang memfasilitasi pencaharian solusi dari permasalahan
yang dihadapi masyarakat (Ancok, 2003).
Perbedaaan outbound dengan metode pelatihan atau pengajaran
lainnya yaitu di dalam penerapannya menggunakan pendekatan melalui
pengalaman atau yang dikenal Experiental Learning, berbeda dengan
sering sulit dimengerti. Metode outbound sangat efektif karena membuat
peserta terlibat langsung secara kognitif (pikiran), afektif (emosi) dan
psikomotorik (gerakan fisik motorik), karena ketiga modalitas ini secara
aktif terlibat langsung dalam merekam sesuatu yang dipelajari sehingga
metode ini sangat efektif ( Ancok, 2003).
Outbound sendiri memfasilitasi terwujudnya pengetahuan tentang
dunia nyata dan meningkatkan kemampuan individu untuk
menyeimbangkan persepsi terhadap lingkungannya. Keseimbangan disini
berarti individu lebih dapat memaknai hasil dari kombinasi perasaan dan
pemikiran (Wikan , 1992).
Dapat disimpulkan outbound adalah kegiatan pelatihan alam bebas
dengan mengutamakan kerja sama team, yang menggunakan alam bebas
sebagai tempat pelatihannya. Dengan kata lain, outbound adalah suatu cara
pendidikan di luar ruangan yang menggunakan alam sebagai kelas atau
media serta menyediakan tantangan lingkungan yang nyata dan juga
menyediakan kesempatan tentang hubungan manusia dengan alam. Hal ini
dapat membuat peserta terlibat langsung secara kognitif (pikiran), afektif
(emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik motorik). Cara seperti ini
memungkinkan bagi setiap peserta outbound untuk mengenal lingkungan
yang baru atau yang jarang dilihatnya. Selain itu dapat menstimulus peserta
untuk merespon dengan cara yang tidak biasa dilakukan, karena stimulus
yang diterima juga tidak biasa, sehingga ada kemungkinan peserta
dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi peserta (Outward bound world
conference, 2002).
Pelatihan outbound yang diadakan oleh Youth Impact yang
bernama ESBC (Elite Soldier Boot Camp), adalah sama dengan outbound
pada umumnya, antara lain menggunakan alam bebas sebagai tempat
pelatihannya sehingga menyediakan tantangan lingkungan yang nyata. Hal
ini dapat membuat peserta terlibat langsung secara kognitif (pikiran), afektif
(emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik motorik). Pelatihan outbound
ESBC dalam melakukan pelatihan atau permainannya juga menekankan
unsur – unsur kerja sama tim, saling percaya dan komunikasi serta
kepemimpinan. Jadi dalam penerapannya mengkombinasikan unsur – unsur
tersebut dalam lingkungan nyata. Cara seperti ini dapat menstimulus peserta
untuk merespon dengan cara yang tidak biasa, karena stimulus yang
diterima juga tidak biasa. Peserta yang mengikuti pelatihan outbound ini
diharapkan dapat menemukan wawasan – wawasan yang baru dan
mengubah pola pikir serta cara pandangnya tentang diri sendiri dari negatif
kepada cara pandang yang positif atau lebih positif dari sebelumnya. Hal
tersebut diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri seseorang, serta
dapat menemukan arti dan tujuan hidup yang berguna dan menjadi teladan
bagi orang lain. Tujuan tersebut selaras dengan visi dasar Youth Impact
yaitu menjadi generasi yang berdampak secara positif bagi lingkungannya
secara khusus dan bangsa negara secara umum.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Pelatihan Outbound
Keberhasilan dengan mencapai hasil yang maksimal sangat
dipengaruhi oleh kombinasi faktor-faktor dibawah ini (Neil, 2003) yaitu :
a. Motivasi peserta.
Yaitu keinginan atau kemauan yang melatar belakangi peserta untuk
ikut berpartisipasi dalam Outbound termasuk keinginan peserta untuk
mengalami perubahan atau inovasi dalam dirinya.
b. Kesiapan peserta.
Yaitu kesiapan didalam kondisi fisik dan mental, karena di dalam
pelaksanaannya metode Outbound sangat erat dengan kondisi fisik dan
mental, disarankan untuk peserta yang memiliki penyakit tertentu
untuk tidak mengikuti permainan atau pelatihan yang mempunyai
resiko tinggi.
c. Jenis kelamin.
Yaitu ada perbedaan respon yang diberikan oleh pria dan wanita yaitu
pria menanggapi sesuatu dengan rasional tetapi wanita cenderung
lebih pada emosional (Mckenzie, 2001). Berdasarkan hal ini aktivitas
yang banyak melibatkan emosi akan lebih mempunyai pengaruh dan
kekuatan terhadap wanita dari pada pria.
d. Usia.
Yaitu metode Outbound lebih berdampak pada orang dewasa dari
yang berbeda antara anak-anak,remaja dan dewasa khususnya dalam
hal memaknai nilai-nilai yang terdapat dalam setiap pemainan,
misalannya anak-anak dan remaja melihat pelatihan atau permainan di
dalam Outbound lebih cenderung bersifat rekreatif atau bersifat
kesenangan saja. (Mckenzie, 2001)
e. Durasi pelatihan.
Yaitu semakin lama pelatihan berlangsung semakin efektif pula
nilai-nilai yang diajarkan dan ditanamkan di dalam Outbound. Neill (1999)
menyatakan ada korelasi yang positif antara lamanya pelatihan dengan
efek yang tejadi di dalam diri individu.
f. Alur pelatihan.
Yaitu sesuai dengan alur Experiental learning yang dikemukakan
oleh Boyett dan Boyett (1998) yaitu beberapa tahap antara lain
Pembentukan pengalaman (Experience), perenungan pengalaman
(Reflect), pembentukan konsep (Form Concept), dan pengujian konsep
(Test Consept).
g. Kualitas instruktur.
Yaitu memiliki dasar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
yang memadai karena peran instruktur cukup vital yaitu sebagai media
transfer of learning dari pelatihan dalam kehidupan peserta. Mckenzie
(2001) menyatakan seorang instruktur harus memiliki kompetensi
dalan hal micro teaching yaitu kemampuan memberikan learning point
menjadi teladan dalam mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari atau nyata.
3. Tahapan Pelatihan dalam Outbound
Boyett dan Boyett (1998) mengungkapkan tahapan atau alur dalam
pelatihan outbound yang telah disesuaikan dengan metode Experimental
Learning. Tahap ini kiranya perlu benar-benar diikuti untuk menciptakan
pelatihan yang efektif. Tahapan tersebut adalah :
a. Pembentukan pengalaman (Experience) yaitu peserta dilibatkan
dalam suatu kegiatan dengan orang lain yang dapat menimbulkan
pengalaman intelektual, emosional dan pengalaman bersifat fisikal.
b. Perenungan pengalaman (Reflect) yaitu memproses pengalaman
yang diperoleh dari kegiatan yang telah dilakukan yaitu merefleksi
pengalaman yang di rasakan baik secara intelektual, emosional
maupun fisikal.
c. Pembentukan konsep (Form Concept) yaitu mencari makna dari
pengalaman intelektual, emosional dan fisikal yang diperoleh
dalam kegiatan misalnya hubungan antara kegiatan yang dilakukan
dengan kehidupan yang sesungguhnya.
d. Pengujian konsep (Test Consept) yaitu diajak untuk merenungkan
dan mendiskusikan sejauh mana konsep yang telah terbentuk di
dalam tahap-tahap yang telah dilalui di terapkan dalam kehidupan
Skema tahapan atau alur pelatihan outbound dengan menggunakan
metode ExperimentalLearning dapat dilihat dibawah ini :
Experience
Test Concept Reflect
Form Concept
4. Kriteria Evaluasi Pelatihan Outbound
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan meminta peserta pelatihan duduk
secara santai dengan membuat lingkaran agar peserta saling berhadapan
dengan Trainer berada di lingkaran dan menyatu dengan peserta. Pada
tahap evaluasi peserta diajak untuk mencari makna dari pengalaman
intelektual, emosional dan fisikal yang diperoleh dari keterlibatan dalam
pelatihan atau kegiatan. Selanjutnya peserta diajak untuk merenungkan
dan mendiskusikan sejauhmana konsep yang telah terbentuk didalam
pelatihan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Trainer
yang menggiring peserta untuk melihat relevansi dari pengalaman selama
pelatihan dengan kegiatan didunia sesungguhnya (Ancok, 2003).
Evaluasi yang diberikan dalam pelatihan ourbound ESBC (Elite
Soldier Boot Camp) kepada peserta terbagi dalam 2 jenis yaitu yang
pertama dalam bentuk sharing, dimana masing – masing tim mendapatkan
satu trainer sebagai pembimbing dalam sharing. Tujuan diadakannya
sharing untuk memastikan seluruh anggota tim mengerti dan memahami
maksud dan tujuan pelatihan atau permainan yang diberikan, serta
mendorong agar segala sesuatu yang didapatkan dalam pelatihan dapat
diaplikasikan dala kehidupan pelayanan maupun kehidupan dalam
bermasyarakat. Bentuk kedua yang diberikan dalam evaluasi yaitu
berbentuk tulisan yang didalamnya berisi komitmen untuk berani
C. REMAJA
Masa remaja sering disebut juga sebagai masa usia bermasalah atau masa
mencari identitas dan sering memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti
siapakah saya?, apakah yang ada pada diri saya?, apa yang akan saya lakukan
dengan hidup saya?, apakah yang berbeda dari diri saya?, bagaimana saya
melakukan sesuatu sendiri?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut di masa remaja
menjadi masalah umum dan universal di masa tersebut mengingat identitas diri
remaja belum mapan pada saat itu.
Masa remaja adalah masa di mana seorang remaja berusaha untuk
menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka
dan arah mereka dalam menjalani hidup seperti peran dalam kehidupannya.
Ketika seorang remaja mengeksplorasi dan mencari identitasnya, remaja sering
kali bereksperimen dengan peran-peran yang berbeda. Remaja yang berhasil
menghadapi identitas-identitas yang saling bertentangan akan mendapatkan
pemikiran yang baru dan dapat diterima mengenai dirinya (Santrock, 2003).
Remaja juga sering disebut sebagai masa yang tidak realistik dan sebagai
ambang masa dewasa serta usia yang menimbulkan ketakutan. Kegagalan dimasa
ini dapat berakibat besar pada kepercayaan diri remaja, sebab peralihan yang
terjadi tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,
melainkan lebih-lebih peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya, artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan
Remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu
ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari
perkembangan fisiknya, ia belum dapat dikatakan orang dewasa (Zulfikri,1985).
Banyak ahli yang memiliki batasan-batasan umur sendiri antara remaja dan
anak-anak. Hurlock (1996) mengatakan bahwa masa remaja berlangsung kira-kira 13 -
17 tahun. Sementara itu Gunarsa (1986) mengungkapkan bahwa batasan umur
remaja adalah antara 12 - 22 tahun. Monks (1985), mengatakan bahwa batasan
umur yang digunakan remaja adalah antara umur 12 - 21 tahun dan Sarwono
(1994) menyatakan batasan umur remaja adalah 11 – 24 tahun dan belum
menikah. Batasan umur atau usia dalam penelitian ini menggunakan batasan umur
Sarwono sebagai batasan umur remaja.
Berdasarkan berbagai macam ciri dan tugas perkembangan yang
dikemukakan Hurlock (1996), ada beberapa ciri penting yang kiranya dapat
digunakan dalam penelitian ini. Ciri tersebut adalah sebagai periode dimana
terjadi pencarian identitas diri. Melalui ciri penting ini dapat dilihat bahwa remaja
pencarian identitas diri bagi perkembangan dirinya. Pada proses ini sangat
dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi. Rendahnya kepercayaan diri untuk
sebagian besar remaja hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional
yang bersifat sementara tetapi bagi beberapa remaja rendahnya kepercayaan diri
dapat menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, delinkuensi dan
masalah penyesuaian diri lainnya (Damon&Hart dalam Santrock, 2003). Maka
dari itu untuk menghindari dampak negatif tersebut, sangat diperlukan sekali
D. Hubungan Antara Pelatihan Outbound ESBC Dengan Kepercayaan diri
Kepercayaan diri adalah dimensi evalutif yang menyeluruh dari diri.
Kepercayaan diri juga dapat disebut harga diri atau gambaran diri baik itu bersifat
positif ataupun negatif, jadi dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan
evaluasi diri yang menyeluruh dan merupakan hal yang penting dan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Kepercayaan diri secara garis besar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu penampilan fisik dan dukungan sosial antara
lain orang tua, teman-teman sebaya dan lingkungan, tetapi yang banyak
memberikan pengaruh adalah teman-teman sebaya dan lingkungan (Santrock,
2003).
Faktor dukungan sosial di dalam menjalin hubungan sosial, sangat
dipengaruhi oleh faktor komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain di
dalam lingkungannya. Pada saat seseorang mampu untuk melakukan komunikasi,
maka di dalam dirinya timbul keinginan untuk menunjukkan dirinya dan dapat
mendorong untuk meraih kesuksesan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
kepercayaan diri, mengingat kepercayaan diri bukanlah faktor bawaan tetapi hasil
dari sebuah proses kehidupan dalam setiap tahap-tahap kehidupan, yaitu
bagaimana lingkungan memperlakukannya dan bagaimana individu mengatasi
permasalahan dalam hidup menjadi acuan dalam pembentukan kepercayaan diri
(Hurlock, 1996). Jadi kepercayaan diri lebih merupakan hasil proses belajar secara
individual ataupun secara sosial dari pengalaman-pengalaman didalam
Pelatihan outbound ESBC dalam aktivitasnya memberikan jalan dan
dorongan untuk seseorang dapat berinteraksi dan memperoleh pengalaman –
pengalaman baru yang mengubah cara pandanganya baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain di dalam pelatihan outbound. Pelatihan outbound
ESBC dalam menerapkan pelatihannya menggunakan metode yang disebut
Experiental Learning, berbeda dengan pendekatan pengajaran yang melalui
metode ceramah tanpa simulasi yang sering sulit dimengerti. Hal ini membuat
pelatihan outbound ESBC sangat efektif karena membuat peserta terlibat langsung
secara kognitif (pikiran), afektif (emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik
motorik), karena ketiga modalitas ini secara aktif terlibat langsung dalam
merekam sesuatu yang dipelajari sehingga pelatihan ini sangat efektif untuk orang
dapat berinteraksi, belajar dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang
dapat mengubah cara pandang mereka terhadap diri sendiri maupun orang lain,
karena cara pandang kitalah yang akan mempengaruhi kepercayaan diri kita.
Pelatihan outbound ESBC di dalam penerapan dan pelaksanaannya
menggunakan beberapa aspek, antara lain komunikasi dalam berinteraksi dan
bekerja sama, kerena pelatihan outbound sendiri hanya dapat berjalan bila orang
yang terlibat lebih dari dua atau tiga orang. Semakin banyak orang yang terlibat
maka bentuk permainan akan semakin menarik dan semakin kompleks dan juga
semakin menuntut untuk adanya komunikasi yang baik dalam bekerja sama. Hal
tersebut dapat membuka peluang pagi peserta atau individu yang mengikutinya,
mau atau tidak mau untuk melakukan interaksi dengan individu atau peserta
menjadi pengikat kepentingan bersama dari seluruh anggota tim, yang
menimbulkan sikap saling tergantung dan menimbulkan pola pikir yang positif
terhadap setiap anggota. Adanya kepentingan bersama dan pola pikir yang positif
memberikan kesadaran bahwa hanya keterlibatan orang lainlah tujuan bersama
akan tercapai. Hal ini akan membentuk sinergi yang terwujud dari adanya visi
bersama yang pencapaiannya dilakukan bersama dengan pola pikir dan tindakan
yang sama. Semua itu dapat merangsang atau memberikan stimulus untuk
melakukan komunikasi dan interaksi dalam berkerja sama untuk memcapai
tujuannya.(Ancok, 2003).
Komunikasi didalam pelatihan Outbound ESBC dapat terjadi dengan lancar
karena adanya Ice-breaking yaitu sebuah penghangatan agar para peserta
terbentuk rasa persahabatan dan suasana menyenangkan (rapport). Salah satu
contoh bentuk Ice-breaking dalam pelatihan Outbound yaitu permainan yang
menuntut setiap peserta untuk saling berpegangan, berpelukan dan itu akan dapat
mencairkan suasana yang ada. Pada saat individu sudah mulai berani untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain maka hal ini dapat berdampak
pada persepsi individu bagi dirinya sendiri dan orang lain yang akhirnya
berdampak juga pada kepercayaan dirinya (Ancok, 2003).
Pembentukan suasana yang menyenangkan akan sangat mendukung dan
efektif untuk seseorang melakukan komunikasi, sebaliknya bila suasanya tidak
menyenangkan akan menimbulkan perasaan tegang, resah dan tidak enak
sehingga orang akan menutup dan cenderung menghindari komunikasi (Rakhmat,
Pelatihan outbound ESBC di dalamnya juga terdapat aktivitas seperti
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kesempatan mendapatkan
umpan balik dan kesadaran konseptual akan didapat pada saat peserta berdiskusi,
pada waktu proses tersebut berlangsung peserta dapat menerima kehangatan,
penerimaan dan cinta, penghargaan, kritik, perhatian dan harapan-harapan yang
dapat membentuk konsep diri. Selanjutnya konsep diri yang utuh akan membawa
pengaruh besar terhadap terbentuknya kepercayaan diri seseorang (Centi, 1993).
Untuk meningkatkan kepercayaan diri dibutuhkan konsep diri yang sehat
(Rakhmat, 1999).
Dalam pelatihan outbound ESBC dimana peserta dapat langsung
menerapkan prinsip-prisip yang didapat dalam materi Outbound langsung di
dalam kerja sama tim sehingga pengalaman tersebut semakin bertambah
maknanya dalam mengasah kemampuan yang akhirnya mempengaruhi dan
berdampak pada kepercayaan diri peserta. Dikatakan Lauster (1978) bahwa
kepercayaan diri dapat dibentuk melalui pendidikan dan pengalaman. Doyle
(1989) mengatakan bahwa sejumlah pengalaman sukses cenderung akan
memberikan rasa percaya diri. Sementara Centi (1993) menyatakan bahwa
kegagalan yang terus-menerus yang menimpa seseorang dapat menghancurkan
gambaran dirinya dan ini berpengaruh pada rasa percaya diri yang dimilikinya.
Keberhasilan dalam pelatihan outbound ESBC, sangat dipengaruhi oleh
kerja sama yang didasari oleh rasa saling percaya antar anggota tim dalam
tugas itulah yang dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi tiap angota atau
individu yang bersangkutan (Jurnal Anima, vol 18, 2003).
Saling percaya yang dibangun antar anggota tim dalam satu kelompok, juga
dapat memberikan pertolongan kepada anggotanya untuk menemukan potensi
tertinggi yang dimiliki. Hal tersebut dapat terjadi karena penerimaan yang penuh
kasih dari anggota kelompok di dalam satu tim, ditambah dengan kejujuran
sepenuhnya antara anggota, sehingga dapat membantu para anggota team untuk
dapat melihat dirinya sebagaimana adanya tanpa perasaan takut.
Pengalaman-pengalaman yang diterima dari kelompok dapat memberikan gambaran diri yang
baru pada masing-masing anggota. Hal tersebutlah yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri para anggotanya (Osborne, 2001)
E. Hipotesis penelitian
Berdasarkan landasan teori sebagai kajian teoritis terhadap permasalahan
yang telah dikemukakan, maka dapat disusun suatu hipotesis untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh pelatihan outbound ESBC (Elite Soldier Boot
Camp) terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok Youth
Impact GBI Keluarga Allah.
Ho : Tidak ada pengaruh pelatihan outbound ESBC (Elite Soldier
Boot Camp) terhadap kepercayaan diri remaja dalam kelompok
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi, dengan desain penelitian
Quasi Experiment one group pretest-posttest ( Campbell, 1979). Desain Quasi
Experiment juga dikenal dengan istilah eksperimen lapangan (Field Experiment).
Tujuan menggunakan metode desain eksperimen ini yaitu untuk mengungkapkan
adanya pengaruh yang ditimbulkan secara signifikan oleh variabel bebas terhadap
variabel tergantung (Mutchnick & Berg, 1996). Variabel bebas adalah variabel
yang akan diberikan kepada subyek penelitian sebagai bentuk perlakuan,
sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang akan diamati dan diukur
setelah manipulasi varibel bebas dilakukan (Berkowitz, 1980).
Salah satu keuntungan menggunakan desain Quasi experiment atau
eksperimen lapangan ialah dapat memperkecil prasangka subyek penelitian.
Subyek akan bertingkah laku secara spontan dan wajar karena tidak mengetahui
bahwa dirinya sedang dikondisikan dalam suatu penelitian ( Worchel, 1989).
Selain itu juga terdapat kelemahan dalam metode lapangan yaitu hasil pengukuran
variabel tergantung tidak dapat dianggap sebagai hasil murni dari pengaruh
variabel bebas, karena hasil ukuran variabel tergantung juga dapat dipengaruhi
oleh variabel bebas ekstra atau yang sering dikenal sebagai variabel ekstranius
(McGuigan, 1993).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penetilian ini yaitu : 1. Variabel bebas : Pelatihan outbound (ESBC) 2. variabel tergantung : Kepercayaan diri
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dari masing-masing variabel pada penelitian ini adalah : 1. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah hasil evaluasi diri secara menyeluruh dari pengetahuan dan pengalaman yang didapat seseorang dalam berinteraksi dan beraktivitas dengan orang lain yang memunculkan keyakinan, kepercayaan, dan kekuatan untuk melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan, dan diharapkan.
Tingkat kepercayaan diri diukur dengan skala kepercayaan diri yang disesuaikan dengan kondisi subyek penelitian. Dalam skala ini, kepercayaan diri diukur melalui aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1999), yaitu;
a. Rasa aman.
Yaitu perasaan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekelilingnya.
b. Yakin pada kemampuan diri.
c. Ambisi yang normal.
Yaitu memiliki ambisi yang sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat bertindak dan menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.
d. Toleran dan tidak egois.
Yaitu mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat menerima pandangan atau pendapat orang lain dan dapat memberikan kesempatan pada orang lain.
e. Mandiri.
Yaitu di dalam bertindak tidak tergantung dari orang lain atau dukungan orang lain.
f. Optimis.
Yaitu memiliki pandangan yang positif baik mengenai dirinya, lingkungannya maupun masa depannya.
Dalam penelitian ini, tingkat kepercayaan diri dapat dilihat dari perolehan skor yang didapat dalam skala kepercayaan diri. Skor skala yang diperoleh menunjukkan tingkat kepercayaan diri. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh semakin tinggi pula tingkat kepercayaan diri seseorang.
2. Pelatihan Outbound
menggunakan permainan-permainan yang menyediakan tantangan lingkungan yang nyata dan mengandung nilai-nilai atau makna tertentu dalam setiap permainannya.
Adapun program pelatihan outbound yang dijadikan acuan pada penelitian ini adalah program pelatihan outbound yang diselenggarakan oleh komunitas rohani Youth Impact. Pelatihan ini dalam youth impact diberi nama ESBC (Elite Soldier Boot Camp) yang di dalamnya sama dengan pelatihan outbound pada umumnya yaitu terdapat permainan – permainan atau pelatihan yang menekankan unsur-unsur kerja sama tim, saling percaya dan komunikasi serta kepemimpinan. Selain itu pelatihan outbound ESBC juga menyediakan tantangan lingkungan yang nyata sehingga peserta dapat terlibat langsung secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pelatihan atau permainan yang diberikan diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri seseorang, serta dapat menemukan arti dan tujuan hidup yang berguna dan menjadi teladan bagi orang lain. Tujuan tersebut selaras dengan visi dasar Youth Impact yaitu menjadi generasi yang berdampak secara positif bagi lingkungannya secara khusus dan bangsa negara secara umum
Seseorang dapat dikatakan telah mengikuti pelatihan outbound ESBC jika telah memenuhi beberapa kriteria berikut ini,yaitu;
a. Telah mengikuti seluruh program pelatihan outbound ESBC
b. Terdaftar keikutsertaannya pada panitia atau pelaksana ESBC.
c. Memiliki tanda lulus lengkap yang akan diberikan pada akhir pelaksanaan dan tiap program pelatihan.
Demikian pula sebaliknya, seseorang yang tidak memenuhi kriteria diatas dapat dikatakan tidak pernah mengikuti pelatihan outbound ESBC yang diadakan oleh Youth Impact GBI Keluarga Allah.
D. Subyek penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling, dimana dalam pemilihan subjek didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang dianggap berhubungan dengan ciri populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 1991).
Subjek dalam penelitian ini adalah adalah 50 remaja yang tergabung dalam komunitas rohani Youth Impact ministry, yang akan mengikuti program pelatihan
E. Alat Pengumpul data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kepercayaan Diri. Skala tersebut disusun dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (summated rating) yaitu metode penskalaan yang menggunakan distribusi respon subyek sebagai dasar penentuan nilai akala (Azwar, 1999). Jenis skala yang digunakan untuk pengukuran ini adalah skala model Likert, yang didasarkan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1990), yaitu; memiliki rasa aman, yakin pada kemampuan diri, ambisi yang normal, toleran dan tidak egois, mandiri, optimis.
Untuk skala kepercayaan diri tersebut, digunakan 4 kategori respon sebagai jawaban subyek yaitu: SS, S, TS, dan STS. Alasan penghilangan jawaban N/R pada skala ini dimaksudkan untuk menghindari adanya social desirability, dimana individu akan memilih netral untuk menutupi keadaan dirinya yang mungkin tidak sesuai dengan norma sosial yang ada.
Skala kepercayaan diri ini terdiri atas 2 rumusan pernyataan yaitu: pernyataan Favorabel dan pernyatan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel berisi pernyataan yang intinya mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang hendak diukur. Sedangkan pernyataan Unfavorabel adalah penyataan yang isinya tidak mendukung, tidak memihak, atau tidak menunjukkan ciri adanya atribut yang hendak diukur. Pernyataan Favorabel memiliki skor mulai dari 4 sampai 1. Jawaban SS=4, S=3, TS=2, STS=1. Sedangkan untuk pernyataan
Tabel 1
Pemberian Skor Skala Kepercayaan Diri
Jawaban Favorabel Unfavorabel
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan model try out terpakai dimana peneliti hanya melakukan sekali pengambilan data, dikarenakan kelangkaan atau keterbatasan jumlah populasi subyek penelitian yang akan diteliti. Komunitas Rohani Youth Impact tersebut mengadakan pelatihan outbound hanya 2 kali dalam 1 tahun, dengan pertimbangan waktu, efektivitas, dan efisiensi, maka peneliti menggunakan model tryout terpakai atau single trial Administration, yaitu peneliti hanya melakukan sekali pengumpulan data atau mengenakan 1 kali sebuah tes kepada sampel penelitian sebagai subyek. adapun penelitian ini menggunakan tehnik reliabilitas koefisien alpha (Azwar, 2003)
Skala Kepercayaan Diri ini akan dibagikan kepada subyek penelitian sebanyak 2 kali, yaitu sebelum mengikuti pelatihan outbound dan sesudah subyek mengikuti pelatihan outbound. Pemberian skala sebanyak 2 kali tersebut bertujuan untuk melihat perubahan tingkat kepercayaan diri pada subyek sebelum dan sesudah pelatihan.
Tabel 2
Blue Print Skala Kepercayaan Diri
No Komponen Favoabel Unfavorabel Total 5 (8,33 %)
yakin pada kemampuan diri ambisi yang normal
toleran dan tidak egois mandiri
a. Validitas Muka (Fase Validity)
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah menyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. Namun demikian validitas muka tetap penting artinya guna membangun kredibilitas tes dan selanjutnya meningkatkan motivasi individu untuk menjawab tes. Selain itu dapat meminimalisir efek-efek yang mungkin terjadi seperti kesalahan pengerjaan karena instruksi yang tidak jelas (Azwar, 1986). Tanpa adanya validitas muka, tes tidak akan memperoleh apresiasi yang layak dari responden dan akibatnya lebih lanjut adalah berkurangnya kesungguhan responden dalam menghadapi tes (Azwar, 1999).
b. Validitas Logik (Lagalical Validity)