BAB II
KAJIAN TEORI
A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika
1. Partisipasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/ peran serta).
Menurut Suryosubroto (2009) partisipasi dalam pembelajaran, siswa harus terlibat dalam proses belajar, berlatih untuk menjelajah, mencari,
mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Partisipasi diartikan sebagai kegiatan atau keadaan mengambil bagian dalam suatu
aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal.
Menurut Mulyasa (2006) untuk mendorong partisipasi peserta didik
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode
yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai
objectives oriented). Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada usaha pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Ketiga, berpusat kepada peserta didik (partisipan centered). Prinsip ini sering disebut learning centered, yang menunjukan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari kondisi riil kehidupan peserta didik. Keempat,
belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning), bahwa kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik.
Dari pendapat partisipasi oleh Suryosubroto, peneliti menjabarkan tentang partisipasi dalam pembelajaran ke beberapa indikator, yaitu :
a. Siswa harus terlibat dalam proses belajar Turut aktif dalam proses pembelajaran
Mengikuti pelajaran dengan baik
b. Berlatih untuk menjelajah, mencari dan mempertanyakan sesuatu
Mengerjakan tugas baik terstruktur maupun tanpa terstruktur di kelas
dan di rumah dengan baik
Mengambil keterangan atau informasi dari buku
Berinisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum
dan akan di ajarkan
Menyampaikan pertanyaan
c. Menyelidiki jawaban atas pertanyaan
Menyampaikan pendapat, ide atau sanggahan
d. Mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif Membuat catatan ringkas
Menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok maupun mandiri.
Dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada partisipasi siswa, pendidik berperan aktif sebagai fasilitator, bertugas membantu memudahkan
siswa belajar, sebagai narasumber yang harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswanya. Pendidik harus mampu merancang, melaksanakan
kegiatan bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan serta menggunakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk ikut serta
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa adalah keterlibatan atau keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar baik pikiran maupun tenaga guna mengembangkan daya pikir serta menyampaikan hasil pemikirannya secara komunikatif untuk mencapai
kemanfaatan pembelajaran secara optimal. Indikator partisipasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) memperhatikan penjelasan guru; 2) menyampaikan pertanyaan; 3) menyampaikan pendapat
2. Prestasi Belajar
Kata “ Prestasi ” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil
usaha”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) prestasi adalah
hasil yang telah dicapai atau dilakukan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Winkel (1996) belajar adalah suatu aktivitas mental /psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Menurut Arifin (2010) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain :
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback ) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.
Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarkat.
Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa, baik secara persorangan maupun secara kelompok. Fungsi prestasi belajar tidak hanya
sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga
bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik.
Menurut Ahmadi (2004) prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari
kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan yang tergolong faktor eksternal adalah faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor
lingkungan spiritual atau keamanan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam periode tertentu dari kegiatan belajar,
berdasarkan hasil suatu tes atau penilaian hasil belajar yang dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar maupun bagi siswa untuk
mengetahui ketercapaian tujuan belajar.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Teknik Kancing
Gemerincing
1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian
Menurut Isjoni (2010) cooperative learning (pembelajaran kooperatif ) berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Trianto (2010) pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar
dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan saling membantu dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstuktur untuk mencapai tujuan belajar.
b. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992), terdapat
lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
1) Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota
kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
terhadap suksesnya kelompok.
2) Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar
kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi
dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan
terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3) Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual
dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawabsiswa dalam hal : (1) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa
tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
4) Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam
belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang
diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide
dalam kelompok akan menuntut ketrampilan khusus.
5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja dengan
baik (Trianto, 2010).
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model
Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (2005), adalah sebagai berikut:
Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
1) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang
lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
2) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat
bernilai.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.1
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Langkah-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Langkah-3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Sumber: Ibrahim,dkk (2000:10)
d. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2010) ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: (1) setiap anggota memiliki peran; (2) terjadi hubungan interaksi
jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; (4) guru membantu mengembangkan ketrampilan –ketrampilan interpersonal
kelompok; dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
a. Pengertian
Menurut Trianto (2010) strategi Think Pair Share (TPS) atau
berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model
pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan spencer Kagan. Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling
membantu. Keunggulan lain dari strategi ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dimana mereka dapat menunjukan partisipasinya
kepada orang lain. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya
untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan
b. Langkah-Langkah Think Pair Share (TPS)
Menurut Trianto (2010) Think Pair Share (TPS) sebagai salah
satu pembelajaran kooperatif terdiri dari 3 langkah, yaitu thinking, pairing, dan sharing.
1) Langkah 1: berpikir (Thingking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa
menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan
bagian berpikir.
2) Langkah 2: berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
3) Langkah 3: berbagi (sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasngan untuk berbagi
kesempatan untuk melaporkan Arends, (1997) disadur Tjokodihardjo, (2003)
c. Keunggulan dan Kelemahan Think Pair Share (TPS)
1) Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
adalah:
a) Meningkatkan partisipasi siswa
b) Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi
masing-masing anggota kelompok
c) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat
dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah
d) cocok untuk tugas sederhana dengan interaksi lebih mudah
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
adalah :
a) Metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan
di sekolah
b) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal
c) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan
d) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir
memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
3. Teknik Kancing Gemerincing
Menurut Lie (2008) teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Dalam kegiatan Kancing
Gemerining, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang
pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggungjawab dalam kelompok bisa tidak tercapai
karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
Tahap-tahap dalam teknik Kancing Gemerincing adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing bisa juga
b. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam
masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah
kancing bergantung pada sukar atau tidaknya tugas yang diberikan) c. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya
ditengah-tengah.
d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
e. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) teknik kancing
gemerincing adalah sebagai berikut :
a. Menyampaikan informasi materi yang akan dipelajari
b. Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu kepada semua
siswa
c. Membagi kelas kedalam kelompok heterogen, dimana dalam setiap
kelompoknya terdiri dari empat anak
d. Membagikan kancing kepada siswa dan masing-masing anak
e. Menginstruksikan anggota pada setiap kelompok untuk berpasangan
mendiskusikan LKS yang sudah dikerjakan secara individu
f. Menginstruksikan pada siswa untuk kembali pada kelompoknya yang
terdiri dari empat anak dan mendiskusikan kembali hasil diskusi berpasangan
g. Mengistruksikan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi
h. Memberikan penghargaan pada kelompok.
C. Materi Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Garis-Garis Sejajar
Materi garis-garis sejajar merupakan salah satu pokok bahasan matematika di sekolah menengah pertama yang diajarkan di kelas VII semester II. Sub bahasan materi yang digunakan pada waktu penelitian adalah:
1. Sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga 2. Membagi garis
D. Kerangka Berfikir
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share teknik kancing gemerincing adalah sebagai berikut :
1. Membagi kelas kedalam kelompok heterogen
2. Membagikan kancing kepada siswa dan masing-masing siswa mendapatkan tiga buah kancing.
3. Membentuk kelompok berpasangan
4. Menginstruksikan anggota pada setiap kelompok untuk mendiskusikan kembali dengan kelompok berempat
5. Mempresentasikan hasil diskusi
6. Memberikan penghargaan pada kelompok. Kondisi partisipasi siswa :
1. Cenderung tidak berani menyampaikan pertanyaan 2. Cenderung tidak berani menjawab pertanyaan 3. Beberapa siswa tidak membuat catatan ringkas
4. Cenderung tidak mengerjakan soal karena tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru
5. Tidak berani menyampaikan pendapat atau sanggahan
Prestasi belajarnya masih rendah dengan nilai rata-rata kelasnya masih di bawah KKM
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Lumbir prestasi belajar matematikanya
masih rendah dibanding kelas lain dengan nilai rata-rata kelasnya masih di bawah KKM. Salah satu penyebab adalah masih rendahnya partisipasi belajar
matematika siswa di kelas tersebut. Pada saat proses belajar mengajar siswa cenderung tidak berani menyampaikan pertanyaan, siswa cenderung tidak berani menjawab pertanyaan, beberapa siswa tidak membuat catatan ringkas, siswa
1. Partisipasi pembelajaran siswa meningkat 2. Prestasi belajar siswa meningkat
1. Dengan dibagikannya kancing kepada setiap anak,
memberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pertanyaan, ide, pendapat atau sanggahan pada saat proses diskusi
2. Dengan diskusi, siswa lebih mudah untuk bertukar pikiran dan saling memeriksa jawaban.
3. Dengan presentasi, siswa lebih berani untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok
4. Dengan penghargaan kelompok, siswa lebih termotivasi untuk belajar secara berkelompok maupun individu.
cenderung tidak mengerjakan soal karena tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa tidak berani menyampaikan pendapat atau
sanggahan.
Sebagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, maka digunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share teknik kancing gemerincing dengan
langkah-langkah sebagai berikut : 1) membagi kelas kedalam kelompok heterogen; 2) membagi kancing kepada siswa dan masing-masing siswa
mendapatkan tiga buah kancing; 3) membentuk kelompok berpasangan; 4) menginstruksikan kelompok untuk mendiskusikan kembali dengan kelompok
berempat; 5) mempresentasikan hasil diskusi; 6) memberikan penghargaan pada kelompok.
Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share teknik kancing
gemarincing dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas VIIE SMP Negeri 1 Lumbir, yaitu : 1) dengan dibagikannya kancing kepada setiap anak,
memberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pertanyaan, ide, pendapat, atau sanggahan pada saat proses diskusi; 2) dengan diskusi, siswa lebih mudah untuk bertukar pikiran dan saling memeriksa jawaban; 3) dengan
presentasi, siswa lebih berani untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok; 4) dengan penghargaan kelompok, siswa lebih termotivasi untuk
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian permasalahan dan landasan teori tersebut, maka