• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi - PENINGKATAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TEKNIK KANCING GEMERINCING KELAS VIIE SMP NEGERI 1 LUMBIR - repository p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi - PENINGKATAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TEKNIK KANCING GEMERINCING KELAS VIIE SMP NEGERI 1 LUMBIR - repository p"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika

1. Partisipasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/ peran serta).

Menurut Suryosubroto (2009) partisipasi dalam pembelajaran, siswa harus terlibat dalam proses belajar, berlatih untuk menjelajah, mencari,

mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Partisipasi diartikan sebagai kegiatan atau keadaan mengambil bagian dalam suatu

aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal.

Menurut Mulyasa (2006) untuk mendorong partisipasi peserta didik

dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode

yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai

(2)

objectives oriented). Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada usaha pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Ketiga, berpusat kepada peserta didik (partisipan centered). Prinsip ini sering disebut learning centered, yang menunjukan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari kondisi riil kehidupan peserta didik. Keempat,

belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning), bahwa kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik.

Dari pendapat partisipasi oleh Suryosubroto, peneliti menjabarkan tentang partisipasi dalam pembelajaran ke beberapa indikator, yaitu :

a. Siswa harus terlibat dalam proses belajar  Turut aktif dalam proses pembelajaran

 Mengikuti pelajaran dengan baik

b. Berlatih untuk menjelajah, mencari dan mempertanyakan sesuatu

 Mengerjakan tugas baik terstruktur maupun tanpa terstruktur di kelas

dan di rumah dengan baik

 Mengambil keterangan atau informasi dari buku

 Berinisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum

dan akan di ajarkan

 Menyampaikan pertanyaan

c. Menyelidiki jawaban atas pertanyaan

 Menyampaikan pendapat, ide atau sanggahan

(3)

d. Mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif  Membuat catatan ringkas

 Menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok maupun mandiri.

Dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada partisipasi siswa, pendidik berperan aktif sebagai fasilitator, bertugas membantu memudahkan

siswa belajar, sebagai narasumber yang harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswanya. Pendidik harus mampu merancang, melaksanakan

kegiatan bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan serta menggunakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk ikut serta

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa adalah keterlibatan atau keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses belajar

mengajar baik pikiran maupun tenaga guna mengembangkan daya pikir serta menyampaikan hasil pemikirannya secara komunikatif untuk mencapai

kemanfaatan pembelajaran secara optimal. Indikator partisipasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) memperhatikan penjelasan guru; 2) menyampaikan pertanyaan; 3) menyampaikan pendapat

(4)

2. Prestasi Belajar

Kata “ Prestasi ” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil

usaha”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) prestasi adalah

hasil yang telah dicapai atau dilakukan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Winkel (1996) belajar adalah suatu aktivitas mental /psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Menurut Arifin (2010) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang

kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai peserta didik

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

(5)

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa

dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback ) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.

Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarkat.

Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa, baik secara persorangan maupun secara kelompok. Fungsi prestasi belajar tidak hanya

sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga

bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik.

Menurut Ahmadi (2004) prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari

(6)

kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan yang tergolong faktor eksternal adalah faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor

lingkungan spiritual atau keamanan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam periode tertentu dari kegiatan belajar,

berdasarkan hasil suatu tes atau penilaian hasil belajar yang dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar maupun bagi siswa untuk

mengetahui ketercapaian tujuan belajar.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Teknik Kancing

Gemerincing

1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian

Menurut Isjoni (2010) cooperative learning (pembelajaran kooperatif ) berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Trianto (2010) pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar

dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan

(7)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan saling membantu dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstuktur untuk mencapai tujuan belajar.

b. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992), terdapat

lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota

kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil

terhadap suksesnya kelompok.

2) Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar

kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi

dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan

(8)

terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3) Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual

dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawabsiswa dalam hal : (1) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa

tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4) Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam

belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang

diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide

dalam kelompok akan menuntut ketrampilan khusus.

5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan

berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja dengan

baik (Trianto, 2010).

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model

(9)

Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (2005), adalah sebagai berikut:

Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

1) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang

lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

2) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,

sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat

bernilai.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

(10)

Tabel 2.1

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Langkah-2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Langkah-3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Ibrahim,dkk (2000:10)

d. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2010) ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: (1) setiap anggota memiliki peran; (2) terjadi hubungan interaksi

(11)

jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; (4) guru membantu mengembangkan ketrampilan –ketrampilan interpersonal

kelompok; dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

a. Pengertian

Menurut Trianto (2010) strategi Think Pair Share (TPS) atau

berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model

pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan spencer Kagan. Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling

membantu. Keunggulan lain dari strategi ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dimana mereka dapat menunjukan partisipasinya

kepada orang lain. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya

untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan

(12)

b. Langkah-Langkah Think Pair Share (TPS)

Menurut Trianto (2010) Think Pair Share (TPS) sebagai salah

satu pembelajaran kooperatif terdiri dari 3 langkah, yaitu thinking, pairing, dan sharing.

1) Langkah 1: berpikir (Thingking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa

menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan

bagian berpikir.

2) Langkah 2: berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu

pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Langkah 3: berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasngan untuk berbagi

(13)

kesempatan untuk melaporkan Arends, (1997) disadur Tjokodihardjo, (2003)

c. Keunggulan dan Kelemahan Think Pair Share (TPS)

1) Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

adalah:

a) Meningkatkan partisipasi siswa

b) Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi

masing-masing anggota kelompok

c) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat

dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah

d) cocok untuk tugas sederhana dengan interaksi lebih mudah

2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)

adalah :

a) Metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan

di sekolah

b) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu

pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal

c) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan

(14)

d) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara

mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir

memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

3. Teknik Kancing Gemerincing

Menurut Lie (2008) teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Dalam kegiatan Kancing

Gemerining, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan

pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang

pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggungjawab dalam kelompok bisa tidak tercapai

karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.

Tahap-tahap dalam teknik Kancing Gemerincing adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing bisa juga

(15)

b. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam

masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah

kancing bergantung pada sukar atau tidaknya tugas yang diberikan) c. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia

harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya

ditengah-tengah.

d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh

berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

e. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,

kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) teknik kancing

gemerincing adalah sebagai berikut :

a. Menyampaikan informasi materi yang akan dipelajari

b. Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu kepada semua

siswa

c. Membagi kelas kedalam kelompok heterogen, dimana dalam setiap

kelompoknya terdiri dari empat anak

d. Membagikan kancing kepada siswa dan masing-masing anak

(16)

e. Menginstruksikan anggota pada setiap kelompok untuk berpasangan

mendiskusikan LKS yang sudah dikerjakan secara individu

f. Menginstruksikan pada siswa untuk kembali pada kelompoknya yang

terdiri dari empat anak dan mendiskusikan kembali hasil diskusi berpasangan

g. Mengistruksikan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi

h. Memberikan penghargaan pada kelompok.

C. Materi Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Garis-Garis Sejajar

Materi garis-garis sejajar merupakan salah satu pokok bahasan matematika di sekolah menengah pertama yang diajarkan di kelas VII semester II. Sub bahasan materi yang digunakan pada waktu penelitian adalah:

1. Sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga 2. Membagi garis

(17)

D. Kerangka Berfikir

Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share teknik kancing gemerincing adalah sebagai berikut :

1. Membagi kelas kedalam kelompok heterogen

2. Membagikan kancing kepada siswa dan masing-masing siswa mendapatkan tiga buah kancing.

3. Membentuk kelompok berpasangan

4. Menginstruksikan anggota pada setiap kelompok untuk mendiskusikan kembali dengan kelompok berempat

5. Mempresentasikan hasil diskusi

6. Memberikan penghargaan pada kelompok. Kondisi partisipasi siswa :

1. Cenderung tidak berani menyampaikan pertanyaan 2. Cenderung tidak berani menjawab pertanyaan 3. Beberapa siswa tidak membuat catatan ringkas

4. Cenderung tidak mengerjakan soal karena tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru

5. Tidak berani menyampaikan pendapat atau sanggahan

Prestasi belajarnya masih rendah dengan nilai rata-rata kelasnya masih di bawah KKM

(18)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Lumbir prestasi belajar matematikanya

masih rendah dibanding kelas lain dengan nilai rata-rata kelasnya masih di bawah KKM. Salah satu penyebab adalah masih rendahnya partisipasi belajar

matematika siswa di kelas tersebut. Pada saat proses belajar mengajar siswa cenderung tidak berani menyampaikan pertanyaan, siswa cenderung tidak berani menjawab pertanyaan, beberapa siswa tidak membuat catatan ringkas, siswa

1. Partisipasi pembelajaran siswa meningkat 2. Prestasi belajar siswa meningkat

1. Dengan dibagikannya kancing kepada setiap anak,

memberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pertanyaan, ide, pendapat atau sanggahan pada saat proses diskusi

2. Dengan diskusi, siswa lebih mudah untuk bertukar pikiran dan saling memeriksa jawaban.

3. Dengan presentasi, siswa lebih berani untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok

4. Dengan penghargaan kelompok, siswa lebih termotivasi untuk belajar secara berkelompok maupun individu.

(19)

cenderung tidak mengerjakan soal karena tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa tidak berani menyampaikan pendapat atau

sanggahan.

Sebagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, maka digunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share teknik kancing gemerincing dengan

langkah-langkah sebagai berikut : 1) membagi kelas kedalam kelompok heterogen; 2) membagi kancing kepada siswa dan masing-masing siswa

mendapatkan tiga buah kancing; 3) membentuk kelompok berpasangan; 4) menginstruksikan kelompok untuk mendiskusikan kembali dengan kelompok

berempat; 5) mempresentasikan hasil diskusi; 6) memberikan penghargaan pada kelompok.

Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share teknik kancing

gemarincing dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas VIIE SMP Negeri 1 Lumbir, yaitu : 1) dengan dibagikannya kancing kepada setiap anak,

memberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pertanyaan, ide, pendapat, atau sanggahan pada saat proses diskusi; 2) dengan diskusi, siswa lebih mudah untuk bertukar pikiran dan saling memeriksa jawaban; 3) dengan

presentasi, siswa lebih berani untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok; 4) dengan penghargaan kelompok, siswa lebih termotivasi untuk

(20)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian permasalahan dan landasan teori tersebut, maka

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah untuk mengatur latar belakang slide : Klik format | background dari menu bar, atau klik kanan pada slide kemudian pilih background sehingga muncul gambar

Pusat Inovasi mengusulkan untuk melaksanakan kegiatan Temu Bisnis yang terdiri dari Ekspose Produk dan Bincang UKM. Daftar sementara produk yang akan

Dalam izin lingkungan, pada umumnya terdapat kewajiban hukum yang dibebankan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi RKL-RPL, ANDAL dan

Proposal ini disusun sebagai syarat untuk mengajukan penelitian tesis pada Program Studi Magister Teknik Geologi pada Program Pasca Sarjana Universitas Pembangunan

Then, after analyzed Dorine’s characters the writer tries to analyze what are the moral messages can be taken from the characters of Dorine by applying significant theories..

“Behavior of spent HTR fuel elements in aquatic phases of repository host rock formations,” 2 nd International Topical Meeting on High Temperature Reactor Technology.. Beijing,

Dalam penerapan PTT, tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional, petani secara bertahap dapat memilih komponen teknologi yang paling sesuai dengan

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berinisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain atau