• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - UPAYA MENINGKATKAN AFEKTIF DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) DI KELAS V SD N 3 TAMBAKSOGRA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - UPAYA MENINGKATKAN AFEKTIF DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) DI KELAS V SD N 3 TAMBAKSOGRA - repository perpustakaan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Afektif dan Prestasi Belajar

Pada sub pokok bahasan mengenai prestasi berikut ini, akan dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan Afektif pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, fungsi prestasi belajar, dan prestasi belajar.

Berikut ini pemaparan tentang afektif dan prestasi belajar: a. Afektif

Afektif merupakan salah satu ranah hasil belajar yang mencakup tentang sikap peserta didik. Ranah afektif mencakup sikap peserta didik setelah mempelajari materi yang sudah diterangkan oleh guru. Sudijono (2006: 54) afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Winkel (1996: 247) menerangkah bahwa ranah afektif meliputi: a) Penerimaan mencakup kepekaan adanya suatu rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan. b) Partisipasi adalah kerelaan peserta didik untuk memperhatikan

pelajaran yang sedang diberikan guru.

(2)

dengan penilaian itu. d) Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. e) Pembentukan pola hidup dalam hal ini harus menghayati nilai-nilai kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar.

Dari pemaparan di atas afektif merupakan salah satu ranah dari hasil belajar yang menilai aspek sikap peserta didik di dalam kelas. Dalam hal ini guru perlu selalu memantau perkembangan kualitas hasil belajar ranah afektif.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang diingikan seperti perubahan kualitas pemahaman materi. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Sagala (2011: 13) belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.

(3)

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Slameto (2010: 54) menjelaskan bahwa faktor interen merupakan faktor yang terjadi pada diri seseorang. Terdapat beberapa faktor dalam faktor intern yaitu faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan terjadi ketika peserta didik mengalami kebosanan atau kelesuhan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berikut penjelasan dari faktor intern :

1) Faktor jasmani

Faktor jasmani mengacu pada kesehatan peserta didik.Kesehatan peserta didik berpengaruh pada kegiatan belajar.

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong pada faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

3) Faktor kelelahan

(4)

Faktor ekstern merupakan faktor belajar yang mempengaruhi dari luar peserta didik. Slameto (2010: 60) menyebutkan bahwa faktor ekstern terdiri dari tiga ranah yaitu: 1) faktor keluarga, 2) faktor sekolah, 3) faktor masyarakat.

Berdasarkan faktor intern dan faktor ekstern dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan peserta didik dapat dipengaruhi dari dua faktor, sehingga guru dan orang tua harus memperhatikan supaya peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. d. Fungsi utama prestasi belajar antara lain :

1) Prestasi sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuam yang telah dikuasai peserta didik

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan peserta didik.

e. Prestasi belajar

(5)

nilai diberikan guru. Kata “prestasi’’ Menurut Zainal (2009: 12) berasal dari bahasa Belanda yaitu prestati. Adapun dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi

merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Adapun prestasi menurut Hamdani (2011: 137) yaitu hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.

Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil usaha dari kegiatan yang dilaksanakan secara maksimal. Prestasi tidak akan dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

2. Pembelajaran matematika di SD

a. Pengertian matematika

(6)

tentang pola keturunan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, keaksioma dan akhirnya ke dalil.

Maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu deduktif tentang pola yang telah terorganisasi dari awal sampai akhir. Ilmu deduktif mengacu pada pemahaman konsep yang konkrit.

b. Suwanggih dan tiurlina (2006: 25) Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD, adalah:

1) Pembelajaran menggunakan metode spiral

Metode spiral merupakan metode yang digunakan pada pembelajaran matematika untuk mengkaitkan dengan pembelajaran sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap pada pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap supaya peserta didik mengetahui konsep dasarnya terlebih dahulu.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode deduktif Pembelajaran matematika menggunakan metode deduktif bertujuan supaya peserta didik mendapatkan pemahaman konsep menggunakan benda konkrit.

(7)

lain dalam penyampaian sama tidak bertentangan. Misalnya pada konsep penjumlahan 1 + 1 = 2 tidak 1+1= 3.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna bermakna artinya dapat diingat jangka panjang oleh peserta didik. Suanggih dan Tiurlina (2006: 25)

Berikut ini standar kompetensi dan kompetensi dasar silabus matematika kelas V semester 2 pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Silabus Matematika kelas V Semester 2

Standar kompetensi Kompetensi dasar 1. Menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah.

5.4 Menggunaan pecahan

dalam masalah

perbandingan dan skala (Silabus SD N 3 Tambaksogra)

3. Pecahan

Pecahan merupakan salah satu materi dalam pembelajaran matematika. Heruman (2007: 43) meyebutkan bahwa pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam gambar biasa dilambangkan dengan arsiran. Bagian yang diarsir dinamai pembilang dan bagian yang utuh dinamakan penyebut.

a. Jenis Pecahan : 1) Pecahan biasa

Contoh pecahan biasa : 2 1

merupakan pecahan biasa dibaca satu perdua atau setengah.

(8)

Pecahan campuran yaitu pecahan yang memiliki bilangan bulat di depan pecahan contoh : 1

2 1

dibaca satu satu per dua. Pecahan campuran juga bisa diubah menjadi pecahan biasa.

3) Pecahan desimal

Pecahan desimal merupakan pecahan yang menggunakan desimal.

Persen adalah perseratus dilambangkan dengan %. Persen merupakan nama dengan penyebut perseratus.

5) Permil

Permil adalah perseribu, dilambangkan “ ‰”. b. Operasi pecahan kelas V

1) Mengubah pecahan biasa dan campuran ke bentuk persen dan sebaliknya

2) Menjumlah berbagai bentuk pecahan

Pada materi menjumlahkan pecahan dengan berpenyebut sama maka akan mudah mengoperasikan bilangan tersebut, namun ketika menjumlahkan penjumlahan dengan penyebut berbeda maka harus disamakan terlebih dahulu penyebutnya.

Contoh pecahan dengan penyebut sama :

(9)

Contoh pecahan dengan penyebut tidak sama :

Dalam penyelesaian soal pecahan berpenyebut sama dengan berpenyebut tidak sama berbeda. Jika dalam penyelesaian soal penjumlahan pecahan berpenyebut sama dapat langsung dioperasikan atau dijumlahkan, namun dalam operasi penyelesaian soal pecahan dengan berpenyebut tidak sama harus dicari terlebih dahulu Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari penyebut.

3) Pengurangan berbagai bentuk pecahan

Materi pengurangan pecahan sama dengan materi penjumlahan. Perbedaan pada materi ini adalah hanya dikurangi. Contoh pengurangan bentuk pecahan dengan penyebut sama

3

Contoh pengurangan bentuk pecahan dengan penyebut berbeda

3

Contoh pecahan dalam bentuk perkalian:

5

5) Pembagian pecahan

(10)

9

6) Operasi hitung campur pada pecahan Contoh:

7) Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pecahan Contoh pecahan dalam bentuk masalah sehari-hari :

Sinta memiliki pita yang panjangnya 3 m. pita tersebut akan gunakan untuk mengikat bungkus kado. Sinta membagi pita tersebut menjadi beberapa potongan. Setiap potongan panjangnya m. Berapakah potongan pita yang diperoleh Sita?

Jawab :

3 : = 3 x = = 4

Jadi, pita yang diperoleh Sita adalah 4 potong.

8) Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan skala setiap pecahan.

a) Perbandingan

Pecahan terdiri dari dua nilai yaitu nilai penyebut dan pembilang.Pecahan sebenarnya juga memiliki pengertian perbandingan karena mempunyai nilai yang berbeda antara penyebut dan pembilang. Contohnya

6 4

artinya 4 sebagai pembilang dan 6 sebagai penyebut.

(11)

b) Skala

Skala merupakan ukuran yang biasanya terdapat pada peta. Contohnya jarak di perta 8 m, skala pada peta 1 : 160.000 maka jarak 1 m pada peta merupakan perwakilan dari 160.000, maka jarak pada peta dikali skala pada peta.

Dalam penelitian PTK ini peneliti menggambil materi pecahan sub bab menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

4. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning)

a. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning)

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengacu pada diskusi kelompok yang diperbaharui. Isjoni (2011: 15) menyatakan bahwa cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok. Slavin dalam Isjoni (2011: 15) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar pada kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didik.

(12)

b. Pembelajaran kooperatif tipe TGT

Teams Games Turnamen (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran yang terkenal di kalangan para ahli pendidikan. Trianto (2009:83) menyatakan bahwa TGT merupakan model yang dimainkan oleh peserta didik dengan anggota-anggota tim untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim. Menurut Slavin (2005: 163) menyatakan bahwa TGT sama dengan Student Teams Achivement Division (STAD) kecuali satu hal TGT menggunakan

turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem kemajuan individu, dimana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim dengan anggota tim harus saling bekerja sama.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa TGT merupakan model pembelajaran kooperatif (Cooperative leaning) yang merujuk pada pembelajaran kelompok dengan kuis-kuis yang disampaikan oleh guru. Pada pembelajaran TGT setiap anggota tim diharuskan untuk saling kerja sama supaya kelompok tim mendapatkan banyak skor.

Menurtut Slavin (2009: 169) langkah-langkah memulai TGT :

1) Membuat Lembar Kegiatan dan Kuis Untuk STAD atau TGT Sebelum melaksanakan model pembelajaran TGT hendaknya menyiapkan soal terlebih dahulu.

(13)

b) Buatlah lembar permainan/kuis yang akan digunakan saat permaianan

c) Lalu membuat tata ruang. Mintalah peserta didik memindahkan meja untuk membuat tim. Sampaikan kepada peserta didik akanbekerja dalam tim yang mendapatkan skor tertinggiakan mendapatkan penghargaan.

d) Pada awal permainan umumkan penempatan meja turnamen dan minta peserta didik memindahkan meja secara bersama-sama. Acak nomor supaya peserta didik tidak bisa mengetahui meja atas dan meja bawah. Mintalah salah satu peserta didik untuk membagi satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu nomor, dan satu lembar skor. Permainan pada tiap meja.

e) Lalu mulailah permainan tersebut.

TEAM A

TEAM B TEAM C

Gambar 2.1 Menggambar Aturan atau Prosedur Permainan.

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja Turna

men 1

Meja Turna mn2

Meja Turnam

en 3

Meja Turnam

en 4

B-1 B-2 B-3 B-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4

(14)

Materi pada TGT sama dengan STAD, perlu menyiapkan kartu-kartu bernomor sejumlah banyaknya peserta didik. Hitunglah jumlah peserta didik di dalam kelas, meja turnamen disesuaikan dengan banyaknya peserta didik.

2) Memulai TGT

a) Pengajaran: pertama sebelum memulai pembelajaran TGT harus memulai terlebih dahulu dengan menyampaikan pelajaran.

b) Belajar Tim: para peserta didik mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

c) Turnamen: peserta didik memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen.

d) Rekognisi Tim: Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang ditetapkan sebelumnya.

Contoh kegiatan TGT : Pengajaran

Waktu : 1-2 periode kelas

Gagasan utama : menyampaikan pelajaran Belajar Tim

(15)

Waktu: sesuai jam pelajaran

Gagasan utama: Kompetisi dengan peserta didik, setiap meja turnamen dengan kemampuan peserta didik homogen. Materi yang dibutuhkan

Lembar pembagian meja turnamen yang sudah diisi. Satu kopian lembar permainan dan lembar jawaban untuk setiap meja turnamen. Satu lembar skor penilaian, satu boks kartu bernomor, yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan, untuk tiap meja turnamen.

(16)

mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya jika peserta didik salah menjawab. Pemain yang dapat menjawab dengan benar maka dapat menyimpan kartu. Pemain yang tidak dapat menjawab pertanyaan maka tidak mendapatkan kartu.

Pada permainan TGT ada pembaca, penantang 1 dan penantang II. Permbaca bertugas untuk membacakan soal dan penantang I mendapat kesempatan menjawab pertanyaan terlebih dahulu jika tidak bisa maka penantang II yang membacakan. Berikut gambar aturan permainan dalam TGT Slavin (2005: 173) :

Gambar 2.2 Aturan Permainan TGT

Untuk putaran berikutnya, semua bergerak satu posisi ke kiri: penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama, dan yang membacakan penantang kedua.Permainan berlanjut sampai kartu didalam kotak habis dan sampai waktu pelajaran habis. Apabila sudah berakhir maka Pembaca

1. Ambil kartu bernomor dan cari soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.

2. Bacalah pertanyaan yang keras. 3. Bacalah pertanyaan yang keras

Penantang I

Menantang jika memang dua mau, atau boleh melewati.

Penantang II

(17)

para pemain mencatat yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan untuk Game I. Semua peserta didik harus terlibat dalam permainan ini. Lalu pastikan semua peserta didik mengetahui cara bermain. Selanjutnya mereka harus mengisi nama, tim, dan lembar skor.

Tabel 2.5 Penilaian Skor Permainan

Pemain TIM Game

Mintalah peserta didik menambahkan skor yang diperoleh dalam tiap permainan dan mengisi total perolehan pada permainan yang telah dilaksanakan, namun jika peserta didik yang lebih tua mintalah menghitung poin turnamen mereka sendiri.

Tabel 2.6.Menghitung Poin-Poin Permainan

Pemain

(18)

Tabel 2.7 Untuk pemain 3 pemain

Pemain Tidak ada

yang seri

Seri nilai tertinggi

Seri nilai terendah

Seri 3-macam

Pemain skor

tertinggi

60 poin 50 60 50

Pemain skor tengah 40 poin 50 40 50

Pemain skor rendah 30 poin 20 40 50

Merekognisi Tim Berprestasi

Seperti di STAD di TGT juga ada tingkatan penghargaan yang di dasar pada perolehan skor tim.

Kriteria (Rata-rata tim) Penghargaan

40 Tim Baik

45 Tim Sangat Baik

50 Tim Super

Setelah mengetahui skor yang tertinggi guru hendaknya memberikan penghargaan bagi anggota tim dan bagi kelompok. Supaya peserta didik mengetahui bahwa kesuksesan bukan hanya diraih peserta didik namun juga dapat dilakukan dengan kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnamen (TGT) memiliki kelemahan dan kelebihan. Tukiran

(19)

a. Kelebihan Teams Games Turnamen (TGT)

1) Didalam kelas kooperatif peserta didik memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan mengemukakan pendapat.

2) Rasa percaya diri peserta didik meningkat. 3) Perilaku menggangu peserta didik lain mengecil.

4) Memotivasi peserta didik agar mendalam dalam memahami materi.

5) Pemahaman yang lebih mendalam tentang pokok bahasan.

6) Menanam sikap budipekerti.

b. Kelemahan Teams Games Turnamen (TGT)

1) Tidak semua peserta didik menyumbangkan pendapatnya. Perihal kekurangan ini guru dapat memberikan arahan pada peserta didik untuk bekerjasama secara maksimal supaya nilai kerja kelompok juga mendapatkan hasil yang bagus.

(20)

3) Sering terjadi kegaduhan. Agar di dalam kelas tidak terjadi kegaduhan guru hendaknya mengingatkan pada peserta didik supaya tidak membuat gaduh.

Guru yang kurang dapat mengkondisikan kelas akan menyebabkan kegagalan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebab dibutuhkan kesabaran dan kecerdasan dalam mengkondisikan peserta didik. Dalam pembelajaran ini juga dibutuhkan waktu yang cukup lama sehingga guru dituntut untuk pintar mengelola waktu. Ciri khas model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah adanya turnamen dalam pembelajaran.

5. Media

a. Pengertian Media

Media merupakan alat peraga yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Seperti yang dikemukakan Anita (2009: 1) bahwa media merupakan perantara atau penghubung antara kedua pihak yaitu dengan sumber pesan dan penerima pesan. Pengertian lain terkait dengan media juga dikemukakan Bretz dalam Anita (2009: 1) yang mengatakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah.

(21)

didik supaya peserta didik paham mengenai konsep dari materi yang diajarkan. Media dapat berupa media visual dan audio-visual.

b. Prinsip-prinsip umum penggunaan media Anita (2009: 93)

Ketika memilih media guru hendaknya mengetahui manfaat media dan dampak bagi peserta didik.

Prinsip umum penggunaan media adalah :

1) Penggunaan media hendaknya dipandang sebagai bagian dari integral dan sistem pembelajaran. Penggunaan media sebaiknya dilakukan setiap kali melakukan kegiatan belajar mengajar. 2) Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber

daya.Pada penggunaan media lebih baik menggunakan media yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau berada pada lingkungan sekitar peserta didik.

3) Guru hendaknya memahami tingkat hirarki (sequence) dari jenis alat dan kegunaannya. Guru diharapkan mengetahui dampak negatif dan positif untuk peserta didik.

4) Pengujian media pembelajaran hendaknya berlangsung terus, sebelum, selama, dan sesudah pemakaian.

Penggunaan media selalu diperhatikan manfaatnya ketika akan digunakan sebagai media.

5) Penggunaan multi media akan sangat mengguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran.

(22)

batu dan gambarmerupakan media yang mudah didapat dilingkungan sekitar peserta didik. Sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami materi pecahan dalam perbandingan dan skala.

1) Perbandingan

Alat peraga yang digunakan dalam perbandingan adalah batu warna hitam dan putih. Misalnya : banyak batu hitam ada 5 dan putih ada 7. Maka dapat dinyatakan dalam perbandingan sebagai berikut :

a) Perbandingan banyak batu hitam dengan batu putih 5 : 7 b) Perbandingan banyak batu putih dengan batu hitam 7 : 5 c) Perbandingan banyak batu hitam dari semua batu adalah 5

: 13

d) Perbandingan banyak batu putih dari semua batu adalah 7 : 13

(23)

gambar tersebut peserta didik dapat menentukan jarak sesungguhnya. Contoh :

Misalnya kota A dan kota B berjarak 50 KM, sedangkan jarak pada peta 20 cm. Skala peta dapat ditentukan sebagai berikut:

Skala =

arnya jarakseben

eta jarakpadap

= km cm 50 20

=

cm cm 5000000

20

=

000 . 250

1

Jadi, skala pada peta 1 : 250.000, artinya setiap 1 cm pada peta mewakili 250.000 cm = 2,5 km pada jarak sebenarnya

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Keberhasilan model teams games turnamen (TGT). Telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain:

1. Meilinda, (2011: 23).“Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Bilangan Bulat Melalui model pembelajaran Kooperatif tipe TGT Di kelas IV SD N 05 Salem. FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

(24)

ketuntasan minimun 62,5% dan pada siklus II diperoleh 90,6%. Penggunaan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga meningkatkan hasil belajar peserta didik ranah afektif hal ini dibuktikan pada siklus I 70,75% yang meraih nilai rata-rata dan pada siklus II meraih 87,2%.Penggunaan Model pembelajaran kooperatif juga meningkatkan hasil belajar ranag psikomotor.

2. Yulia, Ayu. (2013: 1). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI-IPS III SMA NEGERI 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013 .FKIP Universitas Negeri Surakarta.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliani, Ayu menyatakan bahwa dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu pada siklus I prosentase 68,7% dan pada siklus II naik menjadi 86,20%. Hal ini ditunjukkann adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik. Penelitian yang akan dilakukan penulis adalah pembelajaran menggunakan Teams Games Turnamen (TGT) yang akan di gunakan saat pembelajaran pada materi pecahan di kelas V SD.

C. Kerangka Berpikir

(25)

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, digunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pecahan dalam perbandingan dan skala.

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Kondisi awal

 Guru sudah menggunakan model

pembelajaran namun belum maksimal  prestasi rendah  Peserta didik

belum sepenuhnya memperhatikan penjelasan guru (afektif rendah)

Tindakan

Guru menggunakan model pembelajaran TGT

Siklus I

Menggunakan model pembelajaran TGT Siklus II

Menggunakan model pembelajaran TGT

(26)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada ranah afektif materi pecahan dalam pembagian dan skala kelas V SD N 3 Tambaksogra. 2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan prestasi belajar materi pecahan dalam perbandingan dan skala kelas V SD N 3 Tambaksogra.

Gambar

Tabel 2.4 Silabus Matematika kelas V Semester 2
Gambar 2.1 Menggambar Aturan atau Prosedur Permainan.
Gambar 2.2 Aturan Permainan TGT
Tabel 2.6.Menghitung Poin-Poin Permainan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

though the crime occurred when they were in a dreamlike state... • Once the initial shock of the crime has worn off, victims may experience other emotions such as anger,

Mata ajar keperawatan maternitas II merupakan kelanjutan dari mata ajar keperawatan maternitas I, di mana mata ajar keperawatan maternitas II menekankan pada penerapan

NO NAMA PESERTA TGL... NO NAMA

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh dari penerapan positive reinforcement terhadap self efficacy akademik dan gender anak usia diniv. Kata Kunci

Para suster yang terkasih, setelah mengikuti pertemuan dari awal hingga sekarang, kita telah menggali pengalaman kita sebagai seorang religius PRR, seringkali kita

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

Varian: Sakura rasa ayam kecap pedas, Sakura rasa soto ayam, Sakura rasa baso sapi, Sakura rasa ayam bawang, Sakura rasa ayam spesial, Sakura rasa sup ayam, Sakura rasa kaldu ayam