• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Gurit Dewanto BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Gurit Dewanto BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronis (PGK) termasuk masalah yang sangat penting dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam khususnya bagian ginjal hipertensi (nefrologi). PGK yang tidak ditatalaksana dengan baik dapat menyebabkan ke arah penyakit ginjal stadium akhir atau dikenal sebagai End Stage Renal Disease (ESRD). Stadium akhir ini yang disebut sebagai gagal ginjal dan membutuhkan terapi pengganti ginjal permanen berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

(2)

6 sampai 20 juta individu mengalami penyakit ginjal kronis fase awal, dan cenderung meningkat. Pada akhir tahun 1996 di Jepang ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Di negara Afrika, insiden penyakit ginjal kronis diperkirakan 3 – 4 kali lipat negara maju. Angka kematian diperkirakan mencapai 200 kejadian per satu juta penduduk.

Menurut Santoso dan Sutomo (2009) kasus penyakit ginjal di Indonesia setiap tahunnya masih tinggi. Masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makannya dan kesehatan tubuhnya. Meskipun belum dilakukan survai secara nasional, tetapi berdasarkan perbandingan data dengan negara lain kasus penyakit ginjal di Indonesia masih tinggi. Penyakit ginjal layaknya fenomena gunung es. Jumlah yang tidak terdeteksi lebih besar dibanding pasien yang telah divonis menderita penyakit ginjal. Hanya sekitar 0,1% kasus terdeteksi, sementara kasus yang tidak terdeteksi diperkirakan mencapai angka 11 – 16% (Nasser, 2009).

Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 15.353 pasien yang baru menjalani hemodialisis dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani hemodialisis sebanyak 4.268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 19.621 pasien baru yang menjalani hemodialisis. Sampai akhir tahun 2012 terdapat 244 unit Hemodialisis di Indonesia (IRR, 2013).

(3)

6,2% penduduk Indonesia diperkirakan menderita penyakit ginjal kronis. Pada saat ini dan mungkin mendatang gagal ginjal kronis (GGK) derajat 5 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat hampir setiap Negara maju apalagi negara berkembang karena insiden meningkat dan memerlukan biaya sangat tinggi. Khusus di Indonesia hanya sekitar 20% pasien GGK derajat 5 (sebagian besar PNS) yang mampu mendapat terapi dialisis regular (2-3 kali atau 12-15 jam /minggu) untuk waktu tidak terbatas (Enday Sukandar, 2006).

Hemodialisis merupakan terapi pengganti penyakit ginjal kronik yang menjadi pilihan utama saat ini. Zat hasil sisa metabolisme yang bersifat toksik seperti racun uremik akan dikeluarkan dari tubuh. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Depkes RI, 2008).

(4)

Adekuasi hemodialisis dilihat dengan mentabulasikan parameter yang dapat diukur untuk menentukan adekuatnya tindakan hemodialisis, ureum dan keratin merupakan bahan yang secara praktis dapat diukur sebagai pertanda adekuasi hemodialisis. Tidak adekuatnya tindakan hemodialisis akan meningkatkan mortalitas. Angka mortalitas lebih tinggi dinegara industri dan dilaporkan penyebabnya karena tindakan hemodialisis tidak adekuat. Adekuasi tindakan hemodialisis diukur dengan suatu formula yang disebut Kt/V (K=klirens dialyzer terhadap urea, L/menit, t=lama dialysis, menit, V=volume distribusi urea dalam tubuh,liter) yang berbasis pada urea kinetic modeling dengan parameter kadar ureum dan kreatin sebelum dan sesudah hemodialisis. Perubahan dinilai dengan urea reduction rate (URR). Bila nilai URR < 60% mempunyai hubungan dengan kenaikan resiko kematian. National Kidney Foundation-Dialisis Outcome Quality Inititive (NKF – DOQI) memakai batasan bahwa hemodialisis harus dilakukan dengan URR 65-70% dengan Delivery Dose minimal 10 jam/minggu (NKF-DOQI, 2006).

(5)

untuk eleminasi toksin azotemia dengan BM sedang. Transfer atau pergeseran toksin azotemia BM sedang dari ruang intraseluler ke ruang ekstraseluler berlangsung lambat, diperlukan durasi hemodialisis lebih lama yaitu lebih dari 12 jam per minggu (Enday Sukandar, 2006).

Setelah dilakukan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, didapatkan data jumlah pasien yang menderita penyakit ginjal kronis yang menjalankan hemodialisis dalam periode Januari – Desember 2012 sebanyak 232 pasien. Selama periode itu jumlah mortalitas di Unit Hemodialisa RSUD Banyumas adalah 62 pasien. Sedangkan pada tahun 2013 di bulan Desember pasien yang menjalani hemodialisis berjumlah 167 orang. Dosis yang digunakan 2 kali/minggu sebanyak 154 pasien dan 1 kali/minggu 13 pasien, dengan Quick Blood berkisar antara 150-250 ml/mnt (Unit Hemodialisa, 2013).

B. Rumusan Masalah

(6)

oleh quick blood (QB), quick dialisat (QD), luas permukaan membran dialiser, permeabilitas membrane dialiser dan lamanya waktu hemodialisis. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Perbedaan Waktu Dialisis Terhadap Penurunan Kadar Ureum Kreatin pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani Hemodialisis di RSUD Banyumas.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan waktu dialisis terhadap ureum kreatin pasien gagal ginjal kronis yang menjalani Hemodialisis di RSUD Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pekerjaan, berat badan) Pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Banyumas.

b. Mengetahui kadar ureum kreatin sebelum dan sesudah hemodialisis.

(7)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga perawat untuk meningkatkan pengetahuan Perbedaan Waktu Dialisis Terhadap Kadar Ureum Kreatin pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. 2. Bagi Peneliti

Menerapkan metodologi ilmiah dalam pembuktian masalah pada praktek keperawatan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis.

3. Bagi Insitusi Terkait

Memberi masukan untuk perbaikan/evaluasi penggunaan/penerapan waktu dialisis pada pasien yang menjalani Hemodialisis.

4. Bagi Responden

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pasien agar dapat mematuhi waktu dialisis yang adekuat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang perbedaan waktu hemodialisis terhadap penurunan kadar ureum kreatin di Ruang Hemodialisis RSUD Banyumas belum pernah dilakukan. Penelitian serupa pernah dilakukan yaitu :

(8)

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama hemodialisis terhadap standar blood ureum keratin. Penelitian ini menggunakan metode one short case study pada 15 orang pasien. Uji yang digunakan Uji Paired Test. Hasil analisa tidak ada pengaruh lama hemodialisa 4 jam (durasi 1 kali sesi HD) terhadap rasio reduksi ureum (RUU).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu; tempat, jumlah sampel, jenis penelitian, dan uji yang digunakan. Persamaan penelitian ini adalah meneliti kadar ureum kreatin.

2. Imam Pranoto (2010) Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penelitian di ruang Hemodialisis RSUD Moewardi Surakarta tanggal 2 september- 30 desember 2009 : “ Hubungan Antara Lama HD Dengan Terjadinya Perdarahan Intra Serebral”. Penelitian ini menggunakan cara purposive sampling 60 sampel dan menggunakan uji t dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara lama Hemodialisis dengan terjadinya perdarahan intra serebral.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

FAKTJ'-TAS PtrTERNAI'{N UNIVERSITAS

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

Pada penurunan viskositas ini tipe pengaduk juga berpengaruh dan yang paling besar pengaruhnya yaitu jenis disimounted flate blade turbine, karena pada jenis ini

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Masalah utama yang akan dijawab dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : Apakah penerapan Metode pembelajaran Make a Match (Menjodohkan) dan MediaKartundapat

Minggu pertama pelaksanaan blok 3.1, koordinator blok memberitahukan kepada mahasiswa untuk mencari journal reading dengan topik yang diminati, sehingga pada

otobiografinya berjudul Kitab Riwayat Hidup Imam Maulana Abdul Manaf Amin , yang selesai ditulis pada 28 Syawwal 1423 H/9 Nopember 2002 di suraunya sendiri, yang terletak di

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk