• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 1. Pengertian - HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, KEBIASAN MEROKOK DAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN PADA PEMBUAT BATU BATA DI DESA LEDUG KECAMATAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 1. Pengertian - HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, KEBIASAN MEROKOK DAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN PADA PEMBUAT BATU BATA DI DESA LEDUG KECAMATAN K"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

1. Pengertian

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara berurutan (Muttaqin, 2008).

Pengertian ISPAdalam Kamus Kesehatan (2013) adalah infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung, tenggorokan, laring (kotak suara) dan trakea (batang tenggorokan). ISPA paling umum adalah pilek.

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka

(2)

dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes RI, 2008).

Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut seperti dalam penjelasan berikut:

a. Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernapasan.

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 2000)

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

ISPA adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang berlangsung kurang

(3)

2. Penyebab

Menurut Noor (2008), terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang menyebabkan adanya penyakit.

b. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit c. Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya.

Sedangkan menurut Rahajoe (2008) faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA adalah dari segi faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yaitu sebagai berikut:

a. Lingkungan internal a) Penyediaan air bersih b) Pencahayaan

c) Kebersihan lingkungan

d) Jenis lantai yang digunakan misalnya keramik ataukah masih tanah karena untuk mempermudah dalam membersihkan debunya.

e) Kepadatan hunian

f) Ada tidaknya kamar mandi dalam suatu rumah tangga g) Jamban

(4)

b. Lingkungan eksternal

a) Saluran pembuangan air limbah b) Pembuangan sampah

c) Kebisingan

d) Pekarangan yang banyak ditanamin tumbuhan hijau, yang dapat menyerap CO2 dan menggantinya dengan O2 sehingga keluarga lebih segar dalam menghirupnya.

e) Jarak kandang ternak dengan rumah

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).

(5)

Menurut Gold et all. (2005) juga menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada pekerja yang terpapar oleh debu memperbesar kemungkinan untuk terjadinya gangguan fungsi paru.

Pekerja yang aktivitas pekerjaannya banyak terpapar oleh partikel debu memerlukan alat pelindung diri berupa masker untuk mereduksi jumlah partikel yang kemungkinan dapat terhirup. Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan. Masker dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu agar risiko paparan debu yang dapat terinhalasi ke paru-paru sehingga terjadi pengendapan partikel dan akhirnya mengurangi nilai KVP dapat diminimalisir (Carlisle,et. all., 2000).

3. Klasifikasi ISPA

Menurut Depkes RI tahun (2008), klasifikasi dari ISPA adalah sebagai berikut :

a. Ringan (bukan pneumonia)

Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit, hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telinga berair.

b. Sedang (pneumonia sedang)

(6)

c. Berat (pneumonia berat)

Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, sianosis dan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.

4. Tanda dan Gejala

(7)

infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (Halim, 2000).

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,

pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus

(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,

stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), hipoksia (kurang

oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat

pertolongan dan mengakibatkan kematian (Nelson, 2003).

B. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

1. Pengertian

Alat pelindung diri untuk pekerja adalah alat pelindung untuk pekerja agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan suatu pekerjaannya. Alat pelindung diri untuk pekerja di Indonesia sangat banyak sekali permasalahannya dan masih dirasakan banyak kekurangannya (Husaeri, 2003).

APD yang baik adalah APD yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and acceptation), apabila pekerja memakai APD yang tidak nyaman dan tidak bermanfaat maka pekerja enggan memakai, hanya berpura-pura sebagai syarat agar masih diperbolehkan untuk bekerja atau menghindari sanksi perusahaan (Khumaidah, 2009).

(8)

memakai masker pada saat bekerja sebesar 59.1% (13 orang). Penggunaan masker dengan persentase terendah adalah pada pekerja yang memakai masker pada saat bekerja yaitu sebesar 40% (4 orang).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusnabeti(2010) menyatakan bahwa dari 43 pekerja mebel yang mengalami ISPA, hampir semua pekerja tidak menggunakan alat perlindungan diri, seperti masker atau penutup hidung yang lain. Hasil pengamatan dan wawancara, penggunaan masker selama kerja dapat mengganggu kenyamanan pekerja. Pekerja di lokasi penelitian hanya menggunakan masker jika kayu yang diolah berupa kayu kering oven karena debu dari kayu tersebut lebih tajam mempengaruhi mata dan pernapasan.

2. Jenis APD

Menurut Budiono (2002), APD yang tepat bagi tenaga kerja yang berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi tinggi adalah:

1. Masker

Masker untuk melindungi dari debu atau partikel-partikel yang lebih kasar yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

2. Respirator

(9)

a. Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan dengan toksisitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan. Alat pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau tabung kimia yang menyerap gas, uap dan kabut.

b. Respirator penyalur udara

Membersihkan aliran udara yang terkontaminasi secara terus menerus. Udara dapat dipompa dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang tahan tekanan) atau dari persediaan yang portable (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal dengan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) atau alat pernafasan mandiri. Digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen.

Pemakaian masker oleh pekerja pembuat batu bata yang udaranya banyak mengandung asap dan debu, merupakan upaya mengurangi masuknya partikel debu ke dalam saluran pernafasan. Dengan mengenakan masker, diharapkan pembuat batu bata melindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan pernafasan akibat terpapar udara yang kadar debunya tinggi.

(10)

kerja adalah sangat diutamakan. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan: enak dipakai, tidak mengganggu kerja, memberi perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya. Jenis alat proteksi diri, antara lain :

a. Untuk kepala, pengikat dan penutup rambut, topi dari berbagai bahan.

b. Untuk mata, kaca mata dari berbagai bahan. c. Untuk muka, perisai muka.

d. Untuk tangan dan jari, sarung tangan, bidal jari, e. Untuk kaki, sepatu dan sendal,

f. Untuk alat pernapasan, respirator atau master khusus, g. Untuk telinga, sumbat telinga atau tutup telinga,

h. Untuk tubuh, pakaian kerja yang memenuhi persyaratan sesuaikandengan jenis pekerjaan.

3. Kriteria APD

Menurut Budiono (2002), cara-cara pemilihan APD harus dilakukan secara hati-hati dan memenuhi beberapa kriteria yang diperlukan antara lain:

1. APD harus memberikan perlindungan yang baik terhadap bahaya-bahaya yang dihadapi tenaga kerja.

(11)

3. APD tidak menimbulkan bahaya tambahan yang lain bagi pemakaiannya yang dikarenakan bentuk atau bahannya yang tidak tepat atau salah penggunaan

4. APD harus tahan untuk jangka pemakaian yang cukup lama dan bersifat fleksibel.

C. KEBIASAAN MEROKOK

1. Pengertian kebiasan merokok

Menurut Sumadi (2001) kebiasaan adalah respon yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau sejenis.Merokok adalah sebuah kebiasaan orang dewasa yang berdampak buruk bagi tubuh si pengkonsumsinya.Sari (2003) menjelaskan bahwa kebiasan merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Kesehatan yang kian mengkuatirkan di Indonesia adalah semakin banyaknya jumlah perokok yang berarti semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat merokok ataupun menghirup asap rokok yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini tidak bisa dianggap sepele karena beberapa penelitian memperlihatkan bahwa justru perokok pasiflah yang mengalami risiko lebih besar daripada perokok sesungguhnya (Dachroni, 2003).

(12)

Asap rokok yang diisap oleh perokok adalah asap mainstream sedangkan asap dari ujung rokok yang terbakar dinamakan asap sidestream. Polusi udara yang diakibatkan oleh asap sidestream dan asap mainstream yang sudah terekstrasi dinamakan asap tangan kedua atau asap tembakau lingkungan. Mereka yang menghisap asap inilah yang dinamakan perokok pasif atau perokok terpaksa (Adningsih, 2003).

Adipatra(2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa pekerja yang mengalami kapasitas paru tidak normal menurut kebiasaan merokok dengan persentase tertinggi adalah pada pekerja dengan kategori perokok sebesar 59.3% (16 orang). Kebiasaan merokok dengan persentase terendah adalah pada pekerja dengan kategori bukan perokok sebesar 20% (1 orang).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan kebiasan merokok adalah aktifitas mengisap rokok yang berulang-ulang dilakukan oleh seseorang pembuat batu bata.

2. Tipe perokok

Sivan Thomas dalam Mu’tadin (2002) mengungkapkan ada empat

tipe perilaku merokok:

a. Perilaku merokok yang di pengaruhi oleh perasaan positf.

(13)

1) Perilaku merokok hanya untuk menambah kenikmatan yang sudah di dapat,misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

2) Perilaku merokok hanya di lakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan.

3) Kenikmatan yang di peroleh dengan memegang rokok. Hal ini sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau. Sedangkan untuk menghisapnya hanya di perlukan waktu beberap menit saja.

b. Perilaku merokok yang dapat dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif.

c. Perilaku merokokyang adiktif.

Perokok yang sudah ketagihaan akan menambah dosis rokok yang di gunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

(14)

3. Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok, yaitu:

a. Nikotin

Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paru-paru dan kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007). b. Tar

(15)

c. Karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb) membuat darah tidak 18mampu mengikat oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

4. Intensitas merokok

Menurut Smet (dalam Kemala, 2007) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:

a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. 5. Bahaya merokok

(16)

masa merokok dengan kejadian ISPA. Rokok meningkatkan kelainan paru. Asap rokok menyebabkan iritansi persisten pada saluran pernapasan, perubahan struktur jaringan paru-paru. Perubahan anatomi saluran pernapasan akan timbul perubahan fungsi paru-paru. Hal ini menjadi dasar terjadinya obstruksi paru menahun.

Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar risiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan, memperburuk asma dan memperberat penyakit anginapectoris serta dapat meningkatkan resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit saluran pernapasan seperti flu, asma pneumonia dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat dikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di jaringan paru mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara (Dachroni, 2002).

(17)

banyak diteiliti. Rokok mengandung sejumlah besarbahan berbahaya, yaitu kurang lebih sebanyak 4000 bahan yang telahdiidentifikasi (Mhase, 2003).

D. MASA KERJA

Menurut Morgan dan Parkes waktu yang dibutuhkan seseorang yangterpapar oleh debu untuk terjadinya gangguan fungsi paru kurang lebih 10tahun(Faidawati, 2003). Beberapa bahan dalam cat yang dapat menyebabkan penyakit paruseperti kanker paru antara lain yaitu timah, chromium, molybdenum,asbestos, arsenic, titanium dan mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon)merupakan bahan karsinogen. Bahan tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh.Pajanan kronik dari bahan karsinogen tersebut membutuhkan waktu lamauntuk dapat menyebabkan kanker. Lama waktu pajanan akan meningkatkan risiko kanker paru. Penelitian Droste et al menunjukkan bahwa molybdenum,khromium dan mineral oil sangat behubungan dengan kanker paru dankejadian kanker paru akan meningkat setelah pajanan lebih dari 20 - 30 tahun (Wahyuningsih, 2003)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusnabeti(2010) menyatakan bahwa pekerja yang bekerja ≥10 tahun lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan pekerja yang bekerja <10 tahun.

(18)

diterima olehseorang pekerja. Timbulnya gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat batu bata dapat sangat tergantung pada lamanya paparan serta dosis paparan yangditerima. Paparan dengan kadar rendah dalam waktu lama tidak segera menunjukkan adanya gangguan fungsi paru. Hubungan antara paparandan efek ini sangat bergantung pada tiga hal yaitu

1. Kadar debu dalam udara.

2. Paparan kumulatif (penjumlahan kadar dalam udara dan lamanyapaparan).

3. Waktu tinggal atau lamanya debu berada dalam paru.

Paparan dengan kadar rendah dalam jangka waktu lama menyebabkanpenyakit yang kurang berat dibandingkan paparan terhadap kadar tinggi dalamwaktu singkat (WHO, 2000).

(19)

E. KERANGKA TEORI

Berdasarkan teori diatas, maka peneliti membuat kerangka teori yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Rahajoe (2008), Luciana (2010) dan Budiono (2007)

Penyebab terjadinya ISPA

Kejadian ISPA pada pembuata batu bata

(20)

F. KERANGKA KONSEP

Dalam melakukan penelitian ini peneliti membuat kerangka konsep yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian infeksi saluran pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten Banyumas.

b. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan infeksi saluran pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten Banyumas.

c. Ada hubungan antara penggunaan alat perlindungan diri dengan infeksi saluran pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten Banyumas.

-Masa Kerja -Alat Perlindungan

Diri

-Kebiasaan Merokok

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

karakter termasuk upaya yang dilakukan oleh guru sejarah di SMA Negeri 1 Tibawa.. SMA Negeri 1 Tibawa dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian karena

Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengidentifikasikan komponen yang di butuhkan untuk proses packing dan stuffing, sehingga tidak terjadi kerusakan pada barang setelah sampai

Pada skripsi ini peneliti memberikan judul “ Al-Dh ā m ā n dalam Asuransi Syariah Menurut Wahbah Az-Zuhaili ”, dengan judul tersebut peneliti ingin menjelaskan beberapa hal

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran bidang studi Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan (PJOK) Atletik nomor lompat jauh

Bahwa Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri semarang dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan atau UU, sehingga permohonan kasasi yang diajukan

berpengaruh pada kreativitas QI dalam memecahkan masalah matematika divergen yang telah diberikan. Deskripsi aktivitas kreatif QI dan karakteristik lain yang dapat

informasi berupa kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu ada diskusi kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah yang

57 Total regulatory adjustments to Tier 2 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) Modal Pelengkap -. 58 Tier 2 capital (T2) Jumlah Modal Pelengkap (T2)