BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Batako
Batako atau juga disebut bata beton ialah suatu jenis unsur bangunan
berbentuk bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya,
air dan agregat, dengan atau tanpa bahan tambah lainnya yang tidak merugikan
sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI 03-0348-1989).
Batako terdiri dari beberapa jenis batako:
1) Batako ringan atau (HEBEL).
Bata ringan atau sering disebut hebel dibuat dengan menggunakan
mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memiliki tingkat kerataan
yang baik.
(http://doedijayabata.blogspot.com/2014/01/memilih-antara-bata-merah-batako-atau.html)
2) Batako tras/putih
Batako putih terbuat dari campuran trass, batu kapur, dan air, sehingga
sering juga disebut batu cetak kapur trass. Trass merupakan jenis tanah
yang berasal dari lapukan batubatu yang berasal dari gunung berapi.
(http://sukatekniksipil.blogspot.co.id/2013/03/batu-cetak-beton-batako.html)
3) Batako press
Batako pres yaitu batako yang pada umumnya dibuat dari campuran
(http://doedijayabata.blogspot.com/2014/01/memilih-antara-bata-merah-batako-atau.html).
Batako dapat diproduksi secara mekanis atau dengan cetak tangan. Pada
umumnya pembuatan batako secara mekanis mempunyai mutu kwalitas yang
lebih baik daripada dengan cara cetak tangan.
1. Kuat Tekan
Kuat tekan (Compressive strength) adalah suatu bahan yang
merupakan perbandingan besamya beban maksimum yang dapat ditahan
dengan luas penampang bahan yang mengalami gaya tersebut (Mariq R
dalam Dony Hermanto.2014). Kuat tekan batako mengidentifikasi mutu dari
sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki,
semakin tinggi pula mutu batako yang dihasilkan.
Batako harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan
suatu kuat tekan rerata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi,
batako yang telah dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa
sehingga memperkecil frekuensi terjadinya batako dengan kuat tekan yang
lebih rendah dari seperti yang telah disyaratkan. Untuk menghitung besanya
kuat tekan dipergunakan persamaan [1].
... [1]
Dengan :
f’ c = Kuat tekan (MPa)
P = Beban maksimum (N)
2. Daya Serap Air
Besar kecilnya penyerapan air oleh batako sangat dipengaruhi oleh
pori-pori atau rongga yang terdapat pada batako tersebut. Semakin banyak
pori-pori yang terkandung dalam batako maka akan semakin besar pula
penyerapan air sehingga ketahanannya akan berkurang. Rongga (pori-pori)
yang terdapat pada batako terjadi karena kurang tepatnya kualitas dan
komposisi material penyusunnya. Persentase penyerapan air menggunakan
persamaan [2].
Penyerapan Air (%) =
... [2]
Dengan :
mb = Massa basah dari sampel (gr)
mk = Massa kering dari sampel (gr)
3. Syarat Mutu Batako
Tabel 2.1 Persyaratan fisik Bata Beton Pejal
Bata Beton
Pejal Mutu
Kuat Tekan Minimum
(Kg/cm2)*
Penyerapan Air
Maksimum (%
Berat)
Rata-rata
Masing-masing I II III IV 100 70 40 25 90 65 35 21 25 35 - -
4. Persyaratan Dimensi dan Toleransi
Tabel 2.2 Persyaratan Ukuran dan Toleransi
Jenis Ukuran Nominal (mm)
Panjang Lebar Tebal
Pejal
Berlubang
-Kecil
-Besar
390 + 3
390 – 5
390 + 3
390 – 5
390 + 3
390 – 5
90 ± 2
190 + 3
390 – 5
190 + 3
390 – 5
100 ± 2
100 ± 2
200 ± 3
(Sumber : SNI 03-0349-1989)
5. Job Mix Desain
Tabel 2.3 Perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
No. Nilai K Beton
Komposisi Campuran Mutu
Beton (MPa) Semen (Kg) Pasir (Kg) Krikil (Kg) Air (Liter)
1 K-100 247 869 999 215 8,3
2 K-125 276 828 1012 215 10,38
3 K-150 299 799 1017 215 12,35
4 K-175 326 760 1029 215 14,53
5 K-200 352 731 1031 215 16,60
6 K-225 371 698 1047 215 18,68
7 K-250 384 692 1039 215 20,75
8 K-275 406 684 1026 215 22,83
9 K-300 413 681 1021 215 24,90
10 K-325 439 670 1006 215 26,98
11 K-350 448 667 1000 215 29,05
(Sumber : SNI 7394-2008)
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan ketentuan mix desain
K-150. Dengan komposisi bembuatan sebagai berikut :
Dalam penelitian ini menggunakan perbandingan 1 : 8
Jadi kebutuhan material adalah :
a Semen :
x 8000 = 889 cm
3
b Volume Pasir : x 8000 = 7111 cm3
c Volume Abu Sekam 10 % :
x 889 = 88,9 cm
3
25% :
x 889 = 222,25 cm
3
50% :
x 889 = 444,5 cm
3
75% :
x 889 = 666,75 cm
3
B. Bahan-bahan Penyusun Batako
1. Semen
Tjokrodimuljo mengemukakan (Dalam Ari.2014) Semen portland
(SP) adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling halus
klinker, yang terdiri terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu. Klasifikasi Sesuai dengan tujuan
pemakaiannya, semen portland dibagi dalam 5 jenis, sebagai berikut :
1. Jenis I : Untuk konstruksi pada umumnya, dimana tidak diminta
2. Jenis II : Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan
agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3. Jenis III : Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis IV : Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan
panas hidrasi yang rendah.
5. Jenis V : Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
Menurut Nawy (Dalam Husnah.2016) pada bahan pembentuk seman
terdiri dari empat unsur penting yaitu:
a. Trikalsium silikat (C3S)
b. Dikalsium silikant (C2S)
c. Trikalsium aluminat (C3A)
d. Tetrakalsium aluminoferit (C4af)
2. Pasir
Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung
berapi, sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat
digolongkan dalam tiga macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir
sungai.
Menurut (SK SNI-S–04–1989–F:28) disebutkan mengenai persyaratan
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan
indeks kekerasan <2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
a) Jika dipakai natriun sulfat bagian hancur maksimal 12%.
b) Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir
mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan –bahan organik terlalu banyak,
yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans-Harder
dengan larutan jenuh NaOH 3%.
5. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5
sampai 3,8 dan terdiri dari butir –butir yang beraneka ragam.
6. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir
terhadap alkali harus negatif.
7. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan
bangunan yang diakui.
8. Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan
harus memenuhi persyaratan pasir pasangan.
3. Air
Air merupakan bahan pembuat yang sangat penting namun harganya
reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses
pengerasan pada beton, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir–
agreagat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan
semen, air hanya diperlukan 25 % dari berat semen saja. Selain itu air juga
digunakan untuk merawat beton dengan cara pembasahan setelah dicor
(Tjokrodimulyo,1992).
Penggunaan air dalam campuran batako sebaiknya memenuhi syarat
yaitu sebagai berikut :
a. Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda
terapung lainya lebih dari 2 gram perliter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak
beton (asam-asam, zat organik, dsb.) lebih dari 15 gram perliter
c. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram perliter
d. Air perawatan dapat menggunakan air yang dipake untuk
pengadukan, tetapi harus tidak menimbulkan noda atau endapan
yang merusak warna permukaan.
4. Limbah Gypsum
Phosphogypsum dalam campuran semen Portland biasa sangat
menghambat pengaturan waktu namun tidak berkontribusi untuk
menghasilkan pasta semen yang tidak sehat. Phosphogypsum dapat
digunakan secara ekonomi hingga lima persen sebagai bahan atau campuran
Tingkat kemampuan kerja campuran beton dengan lima persen
fosfogipsum menurun dibandingkan dengan beton konvensional, namun
meningkatkan kohesi campuran beton dan dengan demikian mengurangi
pemisahan. Kekuatan tekan beton semen fosfogypsum (dengan lima persen
PG) meningkat menunjukkan bahwa fosfogipsum memiliki potensi besar
untuk digunakan dalam aplikasi beton, terutama kerja beton massal (S. S.
Bhadauria dalam Amarsinh B. Landage,2016).
Menurut penelitian yang dilakukan gypsum merupakan bahan galian
yang terbentuk dan air tanah yang mengandung ion-ion sulfat dan sulfida.
Di daerah Gypsum, air tanah bisa jenuh 1,45 g Sulfat per liter dan dalam hal
ini penambahan Gypsum tidak ana mengubah konsentrasi Sulfat
(G.Holzhey,1993). Sulfide yang berasal dari batuan dan daerah perakaran
akan berinteraksi dengan kalsium dari batuan gamping atau napal. Gypsum
(CaSO42H2O) adalah bahan yang biasa yang ditambahkan pada proses
pembuatan semen. Pengguanaan bahan tambah berwarna putih ini
diharapkan dapat menambah daya kuat tekan campuran dalam batako
(Aziiz,2008).
Limbah gypsum merupakan sisa dari pembuatan gypsum profil yang
tidak terpakai dan dibuang. Limbah gypsym yang tidak dimanfaatkan akan
mengakibatan pencemaran bagi lingkungan sekitar. Maka dari itu peneliti
berniat untuk memanfaatkan limbah gipsum yang ada di desa Sokaraja,
gypsum profil dibuang di lingkungan sekitar tidak ada yang
memanfaatkanya.
Penggunaan gypsum dapat digolongkan menjadi 2 macam seperti
paparan dibawah ini :
1. Yang belum mengalami kalsinasi dipergunakan dalam pembuatan
semen portland dan sebagai pupuk.
2. Yang mengalami proses kalsinasi sebagian besar digunakan sebagai
bahan bangunan, flester pasir, bahana dasar pembuatan kapur, untuk