• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU PADA MADRASAH ALIYAH (MA) SALAFIYAH WONOYOSO KEBUMEN TAHUN 2015 - STIE Widya Wiwaha Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU PADA MADRASAH ALIYAH (MA) SALAFIYAH WONOYOSO KEBUMEN TAHUN 2015 - STIE Widya Wiwaha Repository"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Oleh :

BUDI SANTOSA

131902385

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2015

 

 

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(2)

 

Tesis

untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan Oleh :

BUDI SANTOSA

131902385

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2015

 

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(3)

ii 

 

Diajukan Oleh :

 

BUDI S ANTOS A

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal : 18 Oktober 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Endy Gunanto, M M Drs. M uh. Subkhan, M M

dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar M agister

 

Yogyakarta, Oktober 2015

M engetahui,

PROGRAM M AGISTER M ANAJEM EN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

DIREKTUR

Prof. Dr. Abdul Halim, MBA.,Ak

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(4)

iii 

 

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Oktober 2015

BUDI S ANTOS A

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(5)

iv 

 

Persembahan :

Orangtuaku, Istri, dan anakku

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(6)

 

anugerah-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis M agister

M anajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta dengan tepat waktu. Banyak pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu kelancaran

tesis ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Halim, M BA.,Ak selaku Direktur M agister

M anajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta atas bimbingannya.

2. Dr. Endy Gunanto, M M selaku pembimbing I yang telah memberikan

dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

3. Drs. M uh. Subkhan, M M selaku pembimbing II yang telah memberikan

dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak/ Ibu dewan penguji yang telah memberikan masukan dalam

penyelesaian tesis ini.

5. Bapak / Ibu Dosen M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha

Yogyakarta.

6. Bapak / Ibu guru M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen.

7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(7)

vi 

 

Yogyakarta, Oktober 2015

BUDI SANTOSA

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(8)

vii 

 

HALAM AN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PERSEM BAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAM BAR ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang M asalah ... 1

1.2. Rumusan M asalah ... 4

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4. Tujuan penelitian ... 4

1.5. M anfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. M anajemen Sumber Daya M anusia... 6

2.2. Guru ... 10

2.3. Disiplin ... 12

2.4. Disiplin kerja Guru ... 30

2.5. Penelitian Yang Relevan... 37

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(9)

viii 

 

3.2. Definisi Operasional ... 40

3.3. Lokasi Penelitian ... 42

3.4. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42

3.5. M etode Pengumpulan Data ... 42

3.6. Instrumen Penelitian ... 43

3.7. Keabsahan Data ... 44

3.8. Teknik Analisis Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN 4.1. Gambaran M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen ... 49

4.2. Hasil Penelitian... 52

4.3. Pembahasan ... 61

BAB V KESIM PULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 75

5.2. Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(10)

ix 

 

Tabel 4.1. Identifikasi Faktor Internal ... 31

Tabel 4.2. Identifikasi Faktor Eksternal ... 60

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(11)

 

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ... 31

Gambar3.1. Triangulasi Teknik ... 36

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(12)

xi 

 

mampu meraih prestasi kerja dalam melaksanakan pengajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. Guru yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan. Seorang guru yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen ditinjau dari segi pengawasan pemimpin kurang dan kurangnya pemberian sangsi yang tegas terhadap guru yang melanggar peraturan, sehingga membuat semua perihal indisipliner jadi merebak berkelanjutan, seperti ditemukan bahwa ketidak disiplinan dalam waktu, seperti keterlambatan dalam kehadiran dan meninggalkan sekolah sebelum waktu usai. M ereka terkadang meninggalkan sekolah bila jam belajar mengajar mereka telah usai yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah yang telah ditetapkan sekolah, seperti hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan pulang setelah pelajaran selesai, tidak meninggalkan sekolah, tanpa izin kepala sekolah. Tidak hanya itu guru juga terkadang meminta bantuan kepada petugas tatausaha untuk memeriksa dan menilai setiap tugas, pekerjaan dan latihan yang diberikan kepada siswa yang seharusnya harus dilakukan guru bersangkutan, sehingga kurangnya efektifitas dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah secara tepat.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan disiplin guru di M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen. M etode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada saat berlangsungnya penelitian melalui pengumpulan data yang kemudian diinterprestasikan satu sama lain sehingga diperoleh perumusan dan analisa terhadap masalah yang ada.

Hasilnya diketahui faktor yang menyebabkan kedisiplinan guru di M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen masih rendah karena rendahnya kompensasi bagi guru wiyata bhakti, tidak adanya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan, kurangnya kegiatan supervisi atas pengawasan pimpinan, karena faktor kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin, pimpinan kurang berani dalam mengambil tindakan bagi yang tidak taat pada aturan dan masalah keluarga, kesehatan. Upaya untuk meningkatkan disiplin di M A Salafiyah Wonoyoso Kebumenadalah meningkatkan kesadaran diri sehingga menjadi kebiasaan, kemudian di sekolah membuat tata tertib yang jelas, dilakukan rapat koordinasi, supervisi dan pembinaan berkelanjutan dan penilaian kinerja.

(13)

1 1.1. LATAR BELAKANG

Untuk mewujudkan peningkatan mutu sumber daya manusia suatu

bangsa, maka pemerintah mengambil salah satu kebijakan yaitu meningkatkan

kualitas pendidikan. Kegiatan yang dapat mempengaruhi peningkatan mutu

pendidikan didalamnya termasuk pengembangan pelaksanaan proses belajar

mengajar. Untuk mengembangkan proses belajar mengajar maka pemerintah

berusaha meningkatkan mutu para guru, pengajar atau tenaga kependidikan

dengan menyekolahkan mereka kejenjang lebih tinggi. Kebijakan dan langkah

iangkah pemerintah tersebut diambil agar kualitas generasi penerus atau sumber

daya manusia meningkat sehingga menghasilkan manusia-manusia yang cerdas,

handal, demokratis dan berkemampuan tinggi untuk menghadapi tantangan atau

masalah yang lebih kompleks di era globalisasi.

Kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik didukung

dengan banyak faktor, yang salah satunya adalah disiplin kerja guru. Pada saat ini

sering dijumpai disiplin guru sering tidak maksimal dalam proses mengajar,

misalnya sering jam kosong atau tidak sesuai waktu yang ditentukan, perlunya

disiplin guru dalam hal mengajar sesuai dengan kewajibannya. Sastrohadiwiryo

(2003) menyatakan bahwa ”Disiplin kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap

menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang

berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(14)

dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas

dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting untuk pendidikan,

digunakan terutama untuk memotivasi guru agar dapat mendisiplinkan diri serta

mampu meraih prestasi kerja dalam melaksanakan pengajaran, baik secara

perorangan maupun kelompok. Guru yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang

tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan.

Seorang guru yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan

hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Sastrohadiwiryo (2003)

mengatakan bahwa disiplin kerja ialah sebagai suatu sikap menghormati,

menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang

tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak

mengelak menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya. M emelihara kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit,

karena banyak indikator-indikator yang mempengaruhinya.

Fathoni (2006) menambahkan bahwa Indikator-indikator yang

mempengaruhi disiplin kerja yaitu : tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan,

balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan, peraturan

dan hubungan kemanusiaan. guru memegang peranan sangat penting dalam

pendidikan. Tanpa bantuan dan peran para guru, program kerja yang telah

ditetapkan tidak dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Karena guru

merupakan pelaku utama pada kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi di M adrasah Aliyah (M A) Salafiyah

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(15)

Wonoyoso Kebumen memahami pentingnya disiplin kerja yang baik namun

terkadang M A Salafiyah Wonosoyo Kebumen dihadapkan pada guru yang

melanggar peraturan, seperti ditemukan bahwa ketidakdisiplinan dalam waktu,

seperti keterlambatan dalam kehadiran dan meninggalkan sekolah sebelum waktu

usai. M ereka terkadang meninggalkan sekolah bila jam belajar mengajar mereka

telah usai yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah yang telah ditetapkan

sekolah, seperti hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan pulang

setelah pelajaran selesai, tidak meninggalkan sekolah, tanpa izin kepala sekolah.

Tidak hanya itu guru juga sering meminta bantuan kepada petugas tata usaha

untuk memeriksa dan menilai setiap tugas, pekerjaan dan latihan yang diberikan

kepada siswa yang seharusnya harus dilakukan guru bersangkutan, sehingga

kurangnya efektifitas dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah secara tepat.

M A Salafiyah Wonoyoso Kebumenini terus berupaya membenahi kinerja guru,

hal ini dikarenakan kalau masalah ketidakdisiplinan seperti yang telah diuraikan

diatas terus berlangsung, maka akan berakibat menurunnya mutu pendidikan di

M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen sehingga dapat berimbas pada prestasi siswa

dan image yang buruk bagi M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen.

Berangkat dari pemikiran di atas dan betapa pentingnya peranan

kepemimpinan seseorang dalam keberhasilan suatu organisasi, maka dengan itu

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul "Upaya Peningkatan

Disiplin Kerja Guru Pada M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen".

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(16)

1.2. RUMUS AN MAS ALAH

Bertitik tolak dan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut

terkadang M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen dihadapkan pada guru yang

kedisiplinan rendah, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kedisiplinan

guru.

1.3. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah bagaimana upaya untuk

meningkatkan disiplin guru tetap di M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen?

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah untuk mengetahui upaya untuk

meningkatkan disiplin guru tetap di M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :

1. Dari segi teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia

pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada.

b. M enambah literatur terutama mengenai meningkatkan kedisiplinan

guru.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(17)

2. Dari segi praktis,

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi

khususnya upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan

kedisiplinan kerja guru di sekolah.

b. M enambah wawasan penulis mengenai masalah peningkatan

kedisiplinan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(18)

BAB II

LANDAS AN TEORI

2.1. MANAJEMEN S UMBER DAYA MANUS IA

M anajemen merupakan proses untuk mencapai tujuan organisasi.

M anajemen bisa sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis

juga sebagai suatu kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan.

M enurut Samsudin (2006) M anajemen adalah suatu proses yang khas,

yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang

telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

daya lainnya”.

Dari definisi manajemen di atas maka dapat diketahui bahwa ada dua

istilah yang diberikan para ahli mengenai istilah manajemen yaitu sebagai seni

yang merupakan kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan dan ada pula

yang memberikan definisi manajemen sebagai suatu ilmu yang merupakan

kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis. M aka suatu organisasi untuk

mencapai tujuannya tidak akan terlepas dari aktivitas manajemen. M anajemen

menginginkan tujuan organisasi tercapai dengan efisien dan efektif.

Adapun fungsi manajemen diantaranya :

1. Perencanaan (Planning) adalah kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan

memilih cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(19)

2. Pengorganisasian (Organizing dan Staffing) adalah kegiatan

mengkoordinir sumber daya, tugas, dan otoritas diantara anggota

organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif.

3. Pengarahan (Leading) adalah membuat bagaimana orang-orang tersebut

bekerja untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.

4. Pengendalian (Controlling) bertujuan untuk melihat apakah organisasi

berjalan sesuai rencana.

M anajemen sumber daya manusia (M SDM ) merupakan salah satu bidang

dari manajemen umum yang meliputi segi-segi : perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi,

pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia

mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan perusahaan, maka

pengalaman dan hasil penelitian bidang SDM dikumpulkan secara sistematis

selanjutnya disebut dengan manajemen sumber daya manusia. M enurut Rivai

(2008) istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang

bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia. Dengan

manajemen maka pemanfaatan sumber daya yang ada dapat lebih optimal guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

oleh manajemen semakin kompleks seiring dengan perkembangan teknologi di era

globalisasi ini. Pada masa kini persoalan manajemen tidak hanya terdapat pada

bahan mentah atau bahan baku akan tetapi juga menyangkut prilaku karyawan

atau sumber daya manusia. Seperti sumber daya lainnya, sumber daya manusia

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(20)

merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan

keluaran (output). Sumber daya manusia merupakan asset bagi perusahaan yang

apabila dimanage akan menghasilkan output kinerja bagi perusahaan yang

tentunya akan menguntungkan bagi perusahaan. Sumber daya manusia yang

belum mempunyai keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan

apabila dilatih, diberikan pengalaman dan diberikan motivasi untuk berkembang

maka akan menjadi asset yang sangat menguntungkan bagi perusahaan.

Pengelolaan sumber daya manusia inilah yang disebut dengan manajemen sumber

daya manusia. Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah

mengembangkan pegawai dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran individu

maupun organisasi.

Sedarmayanti (2009) mengatakan bahwaM anajemen Sumber Daya

M anusia (SDM ) adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau

sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring,

melatih, memberi penghargaan dan penilaian.M enjadi tugas utama manajemen

sumber daya manusia yaitu mengelola pegawai se-efisien dan se-efektif mungkin

agar diperoleh pegawai yang produktif dan dapat memberikan keuntungan yang

maksimal bagi perusahaan. Secara khusus Sedarmayanti (2009) mengungkapkan

bahwa manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk :

1. M emungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan pegawai

cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi seperti yang

diperlukan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(21)

2. M eningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada manusia

kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka.

3. M engembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi

prosedur perekrutan dan seleksi yang teliti, sistem kompensasi dan insentif

yang tergantung pada kinerja, pengembangan manajemen serta aktifitas

pelatihan yang terkait “kebutuhan bisnis”.

4. M engembangkan praktek manajemen dengan komitmen tinggi yang

menyadari bahwa karyawan adalah pihakterkait dalam organisasi yang

bernilai membantu dan membentuk pengembangan iklim kerjasama dan

kepercayaan bersama.

5. M enciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis dapat

dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan karyawan.

6. M engembangkan iklim lingkungan dimana kerjasama tim dan fleksibilitas

dapat berkembang.

7. M embantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikankebutuhan

pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil pemerintah,manajemen,

karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat luas).

8. M emastikan bahwa orang dinilai atau dihargai berdasarkan apa yang

mereka lakukan dan mereka capai.

9. M engelola karyawan yang beragam, memperhitungkan perbedaan individu

dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi.

10.M emastikan bahwa kesamaan tersedia untuk semua.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(22)

11.M engadopsi pendekatan etis untuk mengelola karyawan yang didasarkan

pada perhatian untuk karyawan, keadilan dan transportasi.

12.M empertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental

karyawan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas manajemen sumber daya

manusia harus malaksanakan beberapa kelompok aktivitas yang semuanya saling

berhubungan dan terkait, seperti yang terjadi dalam konteks organisasi meliputi :

perencanaan sumber daya manusia, kompensasi dan tunjangan kesehatan,

keselamatan dan keamanan, hubungan karyawan dan buruh. Namun di era

globalisasi dimana teknologi membuat dunia seolah tanpa batas maka lingkungan

eksternal menjadi bagian penting yang harus menjadi pertimbangan bagi semua

pimpinan dalam melaksanakan aktivitas sumber daya manusia diantaranya :

hukum,politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Hal ini dikarenakan

lingkungan eksternal seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi itu

sendiri.

2.2. GURU

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberi ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orng

yang melaksanakan pendidikan di tempat tertentu, tidfak mesti di lembaga

pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushalla di rumah,

dan sebaganiya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(23)

Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang

membuat guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.

M asyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar

menjadi orang yang berkepribadian mulia.

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar

dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis

tugas guru, yakni tugas dalam profesei tugas kemanusiaan, dan tugas dalam

bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam profesi meliputi mendidik, mengajar

dan melatih. M endidik berarti meneruskan nilai-nilai hidup. M engajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnoplogi. Sedfangkan

melatih mengembangkan ketrampilan-keterampilan pada siswa.(Usman, 1995 :

6-7)

Syaiful bahri Djamarah (2000: 31)mengatakan “ di bidang kemasyarakatan

merupakan tugas guru yang juga tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini

mempunya tugas mendidik dan masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia

yang bermoral pancasila. M emang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak

didik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia”.

Keberhasilan melaksanakan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) saat

tergantung pada guru. M engapa demikian? Sebab guru merupakan ujung tombak

dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun sempurnanya sebuah kurikulum tanpa

didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis

yang tidak memiliki makna. Oleh karena itulah, guru memilki peran yang sangat

penting dalam proses implementasi kurikulum. (Wina Sanjaya, 2006:13)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(24)

Dalam pengajaran guru pun memiliki peran, antara lain:

1. Organisasi kegiatan belajar mengajar

2. Sumber informasi (nara sumber) bagi siswa.

3. M otivasi bagi siswa umtuk belajar

4. Penyediaan materi dan kesempatan belajar bagi siswa

5. Pembimbing, kegiatan belajar bagi siswa.( Sabri, 2005 : 107)

2.3. DIS IPLIN

2.3.1. Pengertian Disiplin

M enurut Simamora (2004) Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau

menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin

merupakan pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan

menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi.

Tindakan disipliner menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal

memenuhi standar yang ditatapkan. Tindakan disipliner yang efektif terpusat pada

perilaku karyawan yang salah, bukan pada diri karyawan sebagai pribadi.

Disiplin menurut Siswanto (2005) adalah Suatu sikap menghormati,

menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang

tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak

untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya.

Rivai (2004) mengemukakan bahwa Disiplin kerja adalah suatu alat yang

digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(25)

bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku.

M enurut Hasibuan (2007) berpendapat bahwa Kedisiplinan adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu

organisasi perusahaan. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit bagi

perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci

keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Sinungan (2000) menjelaskan Disiplin kerja sebagai suatu sikap mental

yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau

masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap

peraturan-peraturan yang ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma, dan kaidah yang

berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.

Siagian (2005) juga berpendapat bahwa Pendisiplinan pegawai adalah

suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan,

sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela

berusaha bekerja secara kooperatif dengan pegawai yang lainnya

Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itu, ia harus

ditanamkan secara terus-menerus agar disiplin menjadi kebiasaan. Orang-orang

yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang

tinggi, sebaliknya orang yang gagal umumnya tidak disiplin.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(26)

M akna disiplin secara istilah bedrasal dari istilah bahasa inggris yaitu:

“dicipline berarti: 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan

diri, kendali diri ; 2). Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan

sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral: 3). Hukuman yang

diberikan untuk melatih memperbaiki: 4). Kumpulan atau sistem

peraturan-peraturan bagi tingkah laku. (Tulus, 2004 : 43)

Dengan demikian maka disiplin dapat diartikan sebagai suatu kepatuhan

dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan yang terjadi

dalam diri orang itu.

M enurut Wursanto (2003 :156) merumuskan “Disiplin merupakan suatu

bentuk ketaatan dan pengendalian diri yang rasional, sadar penuh, tidak

memaksakan perasaan sehingga tidak emosional.”

Jadi, disiplin merupakan suatu proses latihan dan belajar untuk

meningkatkan kemampuan dalam bertindak, berfikir dan bekerja yang aktif dan

kreatif. Disiplin juga merupakan suatu kepatuhan dari orang-orang dalam suatu

organisasi terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sehingga

menimbulkan keadaan tertib.

Demikian juga pendapat searah dilontarkan oleh Tabrani (2001: 54). Yang

menyatakan bahwa disiplim adalah:” suatu perbuatan yang mentaati, mematuhi

tertib akan aturan, norma dan kaidah-kaidah yang berlaku baik dimasyarakat

maupun ditempat kerja”.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(27)

Sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

مكنمرملأايلوأو لوس ّرلا اوعيطأوﷲ اوُعْيطأ اوُنَمأنيذلا اھّيأاي

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah

Rasul-RasulNya, dan Ulil Amri di antara kamu…”(QS. An-Nissa:59).

Apa yang diterangkan dalam ayat tersebut diperjelas lagi dalam hadist

yang berbunyi:

Artinya: “ Dari ibnu Umar Ra dari Nabi SAW, berkata: Seorang muslim wajib

mendengarkan dan taat pada perintah yang disukainya maupun tidak, kecuali bila

ia diperintah mengerjakan kemasiatan maka ia wajib mendengar dan taat”.(HR.

M utafaqa’laihi). (Imam Nawawi, 1999 : 611)

Berdasarkan pernyataan tersebut kiranya jelas bahwa disiplin adalah sutau

keadaan, dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya,

serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak

langsung, selama peraturan-peraturan itu tidak melanggar norma-norma agama.

Disiplin tidak dipandang sebagai paksaan semata, sekurang-kurangya karena dua

alasan. Pertama ia menetapkan memberi cara-cara respons yang pantas, tanpa

mana tatanan dan kehidupan yang terorganisasi tidak mungkin. Ia membebaskan

kita dari keharusan setiuap saat menyusun cara pemecahan. Kedua, ia memberi

jawaban kepada kabutuhan individu akan pengekangan, yang mungkin si individu

mencapai, secara berturut-turut, tujuan-tujuan tertentu. Tanpa pembatasan seperti

itu, ia tak bisa tidak akan menderita karena frustasi dan kecewa sebagai akibat dari

keinginan yang tidak ada batasnya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(28)

Berkaitan dengan konsep di atas, Tulus Tu’u (2004 : 44) menguraikan

tentang konsep disiplin tersebut sebagai berikut:

1. Disiplin Otoritarian

Disiplin ini adalah pengendalian tingkah laku seseorang. Orang yang

berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan mentaati

peraturan yang telah disusun dan barlaku dan berlaku di tempat itu.

2. Disiplin Permissive

Dalam disiplin ini seseorang dibiarakan bertindak menurut keinginannya

dan dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai

dengan keputusan yang di ambilnya, serta barakibat pelanggaran norma

atau aturan yang berlaku dan tidak diberi sanksi.

Disiplin Demokratis

3. Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin yang muncul

atas kesadaran diri sehingga seseorang dapat memiliki disiplin diri yang

kuat dan mantap.

2.3.2. Maksud dan S asaran Kedisiplinan

Handoko (2001) berpendapat bahwa M aksud pendisiplinan adalah untuk

memperbaiki kegiatan di waktu yang akan datang bukan menghukum kegiatan di

masa lalu. Sedangkan sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif,

bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan

karyawan yang berbuat salah. Tindakan negatif ini biasanya mempunyai berbagai

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(29)

pengaruh sampingan yang merugikan seperti hubungan emosional terganggu,

absensi meningkat, apati atau kelesuan, dan ketakutan pada penyelia.

M enurut Siswanto (2005), M aksud dan sasaran dari disiplin kerja adalah

terpenuhinya beberapa tujuan seperti :

1. Tujuan umum disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai

dengan motif perusahaan. yang bersangkutan, baik hari ini maupun hari esok.

2. Tujuan khusus disiplin kerja

a.Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang

berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, serta

melaksanakan perintah manajemen.

b.Dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya serta mampu meberikan

servis yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan

dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan

kepadanya.

c.Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan

jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.

d.Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang

berlaku pada perusahaan.

e.Tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai

dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(30)

2.3.3. Indikator Disiplin Kerja

M enurut Siswanto (2005) berpendapat bahwa faktor-faktor dari disiplin

kerja itu ada 5 yaitu :

1. Frekuensi Kehadiran, salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat

kedisiplinan pegawai. Semakin tinggi frekuensi kehadirannya atau rendahnya

tingkat kemangkiran maka pegawai tersebut telah memliki disiplin kerja yang

tinggi.

2. Tingkat Kewaspadaan, pegawai yang dalam melaksanakan pekerjaannya

selalu penuh perhitungan dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan yang

tinggi terhadap dirinya maupun pekerjaannya.

3. Ketaatan Pada Standar Kerja, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai

diharuskan menaati semua standar kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan

aturan dan pedoman kerja agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau dapat

dihindari.

4. Ketaatan Pada Peraturan Kerja, dimaksudkan demi kenyamanan dan

kelancaran dalam bekerja.

5. Etika Kerja, diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan

perkerjaannya agar tercipta suasana harmonis, saling menghargai antar

sesama pegawai.

M enurut Hasibuan (2007) pada dasarnya banyak indikator yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya :

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(31)

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan

kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan

sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta

sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,

kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan pimpinan kurang baik

(kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.

3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan

terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik

terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa

berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.Artinya semakin

besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan karyawan.Sebaliknya, apabila

balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan menjadi rendah.Karyawan sulit untuk

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(32)

berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi

dengan baik.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta diperlakukan

sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan

dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang

terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. M anajer yang cakap dalam

memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya.

Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.

Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar

kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam

mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan.Dengan waskat berarti atasan

harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan

prestasi kerja bawahannya.Hal ini berarti atasan harus selau hadir di tempat

kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya

yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.Waskat efektif

merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan.Karyawan merasa

mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari

atasannya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(33)

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut

melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan

akan berkurang.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak

untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi

hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani menindak tegas

menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan

diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan akan

memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu

perusahaan.Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct

Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross Relationship

hendaknya berjalan harmonis.M anajer harus berusaha menciptakan suasana

kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun

horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya Human Relationship

yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.

Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi,

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(34)

kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam

organisasi tersebut baik.

Faktor-faktor atau indikator yang mempengaruhi kedisiplinan menurut

Saydam (2005) sebagai berikut :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.

2. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan/organisasi.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.

4. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan.

5. Ada tidaknya pengawasan pemimpin.

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.

7. Diciptakan kebiasan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Rivai (2008) menjelaskan bahwa, disiplin kerja memiliki beberapa

komponen seperti :

1. Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur

kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah

terbiasa untuk terlambat dalam bekerja.

2. Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja tidak

akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti pedoman kerja

yang ditetapkan oleh perusahaan.

3. Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung

jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(35)

4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi akan

selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta

selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.

5. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang tidak

sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini

merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis

sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan.

2.3.4. Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja

Handoko (2001) mengemukakan bahwa terdapat dua tipe kegiatan

pendisiplinan, yaitu :

1. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para

karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah

untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para

karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa

oleh pihak manajemen.

2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.Kegiatan korektif sering berupa suatu

bentuk hukuman dan disebut sebagai tindakan pendisiplinan (disciplinary

action). Sebagai contoh bisa berupa peringatan atau skorsing.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(36)

Bentuk-bentuk kedisiplinan menurut Simamora (2004) ada 3 yaitu:

1. Disiplin M anajerial, segala sesuatu tergantung pada pemimpin mulai dari

awal hingga akhir.

2. Disiplin Tim, kesempurnaan kinerja bermuara dari ketergantungan satu sam

alin dan ketergantungan ini berkecambah dari suatu komitmen setiap anggota

terhadap seluruh organisasi.

3. Disiplin Diri, dimana pelaksana tunggal sepenuhnya tergantung pada

pelatihan, ketangkasan, dan kendali diri.

Sedangkan menurut Rivai (2008) adalah sebagai berikut :

1. Disiplin Retributif.

Yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah.

2. Disiplin Korektif.

Yaitu berusaha membantu karyawan mengkoreksi perilakunya yang tidak

tepat.

3. Perspektif Hak-hak Individu.

Yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan

disipliner.

4. Perspektif Utilitarian.

M emiliki fokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat

konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(37)

2.3.5. S anksi Pelanggaran Disiplin Kerja

Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, perbuatan seorang

pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh pimpinan

organisasi (Rivai, 2004), sedangkan sanksi pelanggaran kerja adalah hukuman

disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang melanggar

peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi.

M enurut Rivai (2004) ada beberapa tingkat dan jenis pelanggaran kerja

yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu:

1. Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis: teguran lisan, teguran tertulis, dan

pernyataan tidak puas secara tertulis.

2. Sanksi pelanggaran sedang, dengan jenis: penundaan kenaikan gaji,

penurunan gaji, penundaan kenaikan pangkat.

3. Sanksi pelanggaran berat, dengan jenis: penurunan pangkat, pembebasan dari

jabatan, pemberhentian, pemecatan.

Dharma (2004) berpendapat bahwa sanksi pelanggaran kerja akibat

tindakan indisipliner dapat dilakukan dengan cara :

1. Pembicaraan informal

Dalam aturan pembicaraan informal dapat dilakukan terhadap karyawan yang

melakukan pelanggaran kecil dan pelanggaran itu dilakukan pertama kali. Jika

pelanggaran yang dilakukan karyawan hanyalah pelanggaran kecil, seperti

terlambat masuk kerja atau istirahat siang lebih lama dari yang ditentukan, atau

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(38)

karyawan yang bersangkutan juga tidak memiliki catatan pelanggaran

peraturan sebelumnya, pembicaraan informal akan memecahkan masalah. Pada

saat pembicaraan usahakan menemukan penyebab pelanggaran, dengan

mempertimbangkan potensi karyawan yang bersangkutan dan catatan

kepegawaiannya.

2. Peringatan lisan

Peringatan lisan perlu dipandang sebagai dialog atau diskusi, bukan sebagai

ceramah atau kesempatan untuk “mengumpat karyawan”. Karyawan perlu

didorong untuk mengemukakan alasannya melakukan pelanggaran. Selama

berlangsungnya pembicaraan, sebagai seorang pimpinan perlu berusaha

memperoleh semua fakta yang relevan dan memintanya mengajukan

pandangan. Jika fakta telah diperoleh dan telah dinilai, maka perlu dilakukan

pengambilan keputusan terhadap karyawan bersangkutan.

3. Peringatan tertulis

Peringatan tertulis diberikan untuk karyawan yang telah melanggar peraturan

berulang-ulang. Tindakan ini biasanya didahului dengan pembicaraan terhadap

karyawan yang melakukan pelanggaran.

4. Pengrumahan sementara

Pengrumahan sementara adalah tindakan pendisiplinan yang dilakukan

terhadap karyawan yang telah berulang kali melakukan pelanggaran. Ini berarti

bahwa langkah pendisiplinan sebelumnya tidak berhasil mengubah

perilakunya. Pengrumahan sementara dapat dilakukan tanpa melalui tahapan

yang diuraikan sebelumnya jika pelanggaran yang dilakukan adalah

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(39)

pelanggaran yang cukup berat. Tindakan ini dapat dilakukan sebagai alternatif

dari tindakan pemecatan jika pimpinan perusahaan memandang bahwa karir

karyawan itu masih dapat diselamatkan.

5. Demosi

Demosi berarti penurunan pangkat atau upah yang diterima karyawan. Akibat

yang biasa timbul dari tindakan pendisiplinan ini adalah timbulnya perasaan

kecewa, malu, patah semangat, atau mungkin marah pada karyawan

bersangkutan. Oleh sebab itu, demosi tidak dipandang sebagai langkah yang

besar manfaatnya dalam pendisiplinan progresif di sejumlah perusahaan.

6. Pemecatan

Pemecatan merupakan langkah terakhir setelah langkah sebelumnya tidak

berjalan dengan baik. Tindakan ini hanya dilakukan untuk jenis pelanggaran

yang sangat serius atau pelanggaran yang terlalu sering dilakukan dan tidak

dapat diperbaiki dengan langkah pendisiplinan sebelumnya. Keputusan

pemecatan biasanya diambil oleh pimpinan pada tingkat yang lebih tinggi.

Pada dasarnya penerapan sanksi sebaiknya diatur dengan menampung

masukan dari pegawai dengan maksud keikutsertaan mereka dalam penyusunan

sanksi yang akan diberikan sedikit banyaknya akan mempengaruhi serta

mengurangi ketidakdisiplinan tersebut, selain itu pemberian sanksi disiplin harus

berorientasi pada pemberian latihan atau sifatnya pembinaan bukan bertujuan

untuk menghukum agar para pegawai tidak melakukan kesalahan yang sama

dimasa datang.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(40)

Disamping itu untuk membina selanjutnya telah ditetapkan Peraturan

Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, disebutkan

ada tiga tingkatan dan jenis hukuman disiplin pada pegawai negeri sipil. Hukuman

disiplin terdiri dari :

(1) Hukuman disiplin ringan

(2) Hukuman disiplin sedang, dan

(3) Hukuman disiplin berat.

2.3.6. Indikator Kedisiplinan

M enurut Hasibuan (2007) Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi

kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:

1. Tujuan Dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara

ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

2. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahannya.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan

karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan

karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(41)

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego

dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta

diperlakukan sama dengan manusia lainnya.

5. Kejujuran

Kejujuran merupakan kualitas manusiawi dengan cara mengomunikasikan

diri dan bertindak secara benar (truthfully). Karena itu, kejujuran

sesungguhnya berkaitan erat dengan nilai kebenaran, termasuk di

dalamnya kemampuan mendengarkan, sebagaimana kemampuan

berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan manusia.

6. Waskat

Waskat ialah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengetahui

kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan,

meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan,

menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem

internal control yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan dan masyarakat.

7. Sanksi Hukuman

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin

takut melanggar peraturan-eraturan perusahaan, sikap dan perilaku

indisipliner karyawan akan berkurang. Berat ringannya sanksi hukuman

yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan

karyawan. Sanksi hukuman harus dipertimbangkan secara logis, masuk

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(42)

akal dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan.sanksi

hukuman seharusnya tidak terlalu ringan, namun juga tidak terlalu berat

agar dapat tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya.

8. Ketegasan

Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap

karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan. Pemimpin yang demikian akan mudah untuk disegani dan

diakui kepemimpinannya oleh bawahan.

9. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. M anajer harus

berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta

mengikat, vertikal maupun horizontal di antara semua karyawannya.

Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan

dan suasana kerja yang nyaman.

2.4. DIS IPLIN KERJA GURU

Disiplin merupakan fungsi operatif dari M anajemen Sumber Daya

M anusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan semakin tinggi

prestasi kerja yang dapat dicapainya.Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi

organisasi mencapai hasil yang optimal.Pada umumnya apabila orang memikirkan

tentang disiplin, yang terbayang adalah berupa hukuman berat, padahal hukuman

hanya sebagian dari seluruh persoalan disiplin. Dengan disiplin kerja yang baik

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(43)

diharapkan akan terwujud lingkungan yang tertib, berdaya guna dan berhasil

guna melalui seperangkat peraturan yang jelas dan tepat. Umumnya disiplin ini

dapat dilihat dari indikator seperti : guru datang ke tempat kerja tepat waktu ;

berpakaian rapih, sopan, memperhatikan etika cara berpakaian sebagaimana

mestinya seorang pegawai; guru mempergunakan alat-alat dan perlengkapan

sesuai ketentuan, mereka bekerja penuh semangat dan bekerja sesuai dengan

aturan yang ditetapkan lembaga. Kebiasaan-kebiasaan di atas akan terwujud kalau

para pegawainya mempunyai disiplin yang baik. Penanaman disiplin ini tentunya

perlu diterapkan oleh seorang pemimpin terhadap bawahannya untuk

menciptakan kualitas kerja yang baik.

Penerapan disiplin kerja di lingkungan kerja, memang awalnya akan

dirasakan berat oleh para pegawai, tetapi apabila terus menerus diberlakukan akan

menjadi kebiasaan, dan disiplin tidak akan menjadi beban berat bagi para

pegawai. Disiplin ini perlu diterapkan di lingkungan kerja, karena seperti telah

disinggung di atas bahwa disiplin tidak lahir begitu saja, tetapi perlu adanya

pembinaan - pembinaan dalam menegakkan disiplin kerja ini.

Kondisi disiplin kerja pegawai tidak langsung tercipta begitu saja,

melainkan harus ada kemauan dan usaha semua pihak terutama pihak pimpinan

untuk menumbuhkan disiplin kerja. Sehubungan dengan itu, bagaimana

mewujudkan disiplin kerja yang baik dalam organisasi.

Dalam memberikan kedisiplinan kepada bawahan seorang pemimpin

mempunyai gaya yang berbeda-beda tergantung kepada kemampuan dan

keilmuan yang dimiliki oleh pimpinan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(44)

Selanjutnya M artoyo (2000) mengatakan bahwa Pimpinan dalam

pembinaan disiplin terhadap bawahan harus memperhatikan : pengawasan yang

berkelanjutan, mengetahui organisasi yang dipimpinnya, instruksi harus jelas dan

tegas tidak membingungkan bawahan. M enurut prosedur kerja yang sederhana

dan mudah dipahami, membuat kegiatan yang dapat menyibukkan anak buah.

Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin

diri (self-discipline) dalam kaitan ini pemimpin harus membantu pegawai

mengembangkan pola dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan

pelaksanaan aturan sebagai alat untuk mengakkan disiplin. Disiplin merupakan

sesuatu yang penting utuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan,

menanamkan kerjasama, serta menanamkan rasa hormat terhadap orang lain.

Fathoni (2006) mengartikan disiplin sebagai Kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang

berlaku.

M enurut Siagian dalam Sutrisno (2009), bentuk disiplin yang baik akan

tercermin pada suasana di lingkungan organisasi sekolah, yaitu:

1. Tingginya rasa kepedulian guru terhadap pencapaian visi dan misi sekolah.

2. Tingginya semangat, gairah kerja dan inisiatif para guru dalam mengajar.

3. Besarnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya.

4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solideritas yang tinggi di kalangan

guru.

5. M eningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(45)

Suatu asumsi bahwa pemimpin mempunyai pengaruh langsung pada sikap

kebiasaan yang dilakukan karyawan. Kebiasaan itu dampak dari keteladanan

yang dicontohkan oleh pimpinan.Oleh karena itu, jika mengharapkan karyawan

memiliki tingkat disiplin yang baik, maka pemimpin harus memberikan

kepemimpinan yang baik pula.

M enurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2009), faktor yang mempengaruhi

disiplin guru adalah :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.

2. Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

8. Pengembangan struktur organisasi yang sehat.

9. Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memelihara

semangat dan disiplin guru.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan merosotnya disiplin seperti yang

di kemukakan oleh IG Wursanto (2003, 151) yaitu, meliputi Faktor

Kpemimpinan, faktor Kebutuhan, Faktor Pengawasan. Dan disini akan

menjelaskan ketiga faktor diatas.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(46)

1. Faktor Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau

mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dari tingkah laku orang lain.

2. Faktor Kebutuhan

Pegawai tidak hanya menuntut terpenuhinya kebutuhan ekonomis, tetapi

kebutuhan sosial dan psikologis perlu diperhatikan pula.

3. Faktor Pengawasan

Faktor pengawasan atau controlling sangat penting dalam usaha

mendapatkan disiplin kerja yang tinggi.

Untuk menegakkan disiplin kerja guru perlu dilaksanakan pengawasan yang

sifatnya membantu setiap personil agar selalu melaksanakan kegiatannya

sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Sedangkan menurut Suroso (2001: 55) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi di siplin guru antara lain: moril semangat kerja pegawai,

klesejahteraan pegawai, dengan suasana kerja yang harmonis.

1. M oril atau semangat pegawai kerja

Seorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah di sepakati

apabila moril atau semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang

pegawai mempunyai moril yang rendah maka ia akan berbuat tidak sesuai

dengan peraturan yang di sepakati.

2. Kesejahteraan Pegawai

Kesejahteraan adalah keinginan tetap setiap manusia, kesejahteraan selalu

dikaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan. Untuk kesejahteraan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(47)

pegwai wajib memberikan intensif finansial sebagai imbalan jasa yang telah

mereka berikan kepada perusahaan.

3. Suasana kerja yang harmonis

Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan komunikasi yang lancar,

pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu

pegawai berbuat disiplin.

Berbeda dengan pendapat Tulus Tu’u (2004 : 44), mengemukakan bahwa ada

empat hal yang dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin seseorang di

antaranya mengikuti dan menaati peraturan, kesadaran diri, alat pendidikan,

hukuman. Keempat faktor ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi

dan membentuk disiplin dengan alasan sebagai berikut:

1. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap

penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran

diri menjadi motif yang sangat kuat terwujudnya disiplin.

2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktek atas

peratuiran-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Tekanan dari

luara dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar

disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan

diikuti dan dipraktekkan.

3. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan

membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang di tentukan atau

diajarkan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(48)

Dengan ditandatanganinya Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Kementerian Agama Nomor 1 Tahun 2013 tanggal 6 November 2013 tentang

Disiplin Kehadiran Guru di Lingkungan M adrasah untuk melengkapi peraturan

sebelumnya yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Displin Pegawai

2. Peraturan M enteri Agama Nomor 28 Tahun 2013 tentang Disiplin

Kehadiran Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Agama.

M aka secara otomatis mengikat kepada semua guru yang berstatus sebagai

Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan M adrasah. Adapun jam kerja per minggu

tetap 37,5 jam dengan ketentuan 6,25 jam/hari bagi yang melaksanakan 6 hari

kerja.

M enurut Ali Imron (1997 : 61) disiplin guru adalah:”suatu keadaan tertib

da teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya, dan terhadap sekolah secara

keseluruhan”.

Sebagian besar guru di Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil. Oleh

karena mereka adalah Pegawai Negeri Sipil, maka ia wajib menjalankan disiplin

sebabagaimana peraturang perundang-undangan yang berlaku, salah satu

peraturan antara lain adalah peraturan pemerintah No 53 Tahun 2010, tentang

disiplin Pegawai Negeri Sipil antara lain:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(49)

1. Peraturan Disiplin pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang

mengatur kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati

atau larangan dilanggar.

2. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan

pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin

Pegawai Negeri sipil, baik yang dilakukan diu dalam maupun di luar jam

kerja.

3. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan krpada Pegawai

Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil.

4. Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi

wewenang menjatuhkan hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil.

2.5. PENELITIAN YANG RELEVAN

Kartika Sariani (2011) Dalam Penelitian Yang Berjudul Upaya

M eningkatkan Disiplin Kinerja Guru Dan Staf Tata Usaha Pada SM P Negeri 3

M entaya, mengatakan bahwa seperti penggunaan seragam kerja, datang dan

pulang sesuai jam kerja, tetapi juga patuh dan taat terhadap sesuatu yang tidak

kasat mata tetapi melibatkan komitmen, baik dengan diri sendiri ataupun

komitmen dengan organisasi (kelompok kerja). Jika dikaitkan dengan tujuan

organisasi, maka disiplin kerja pada dasarnya merupakan upaya untuk

menyesuaikan diri dengan aturan organisasi sehingga tercapai tujuan

organisasi.Disiplin kerja merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi.

Jikalau sekarang upaya gerakan disiplin bagi pegawai negeri ditanggapi melalui

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(50)

berbagai razia di tempat – tempat umum atau penggunaan seragam kerja maka

upaya peningkatan disiplin kerja masih sebatas pengertian disiplin sebagai patuh

dan taat kepada aturan dan jam kerja. Dengan kata lain, kualitas disiplinnya masih

dalam taraf kepatuhan, disiplin yang paling rendah. Upaya ini seharusnya

ditingkatkan kualitas disiplinnya dalam tingkat identifikasi. Implikasinya para

pemimpin diharapkan menjadi model peran dan pusat identifikasi bagi

karyawannya dalam melaksanakan disiplin kerja.

Silalahi (2012) dalam penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan

Disiplin Guru M elalui Sistem Reward and Funishment Guna M enunjang

Efektivitas Proses Belajar M engajar di SM A Negeri 1 Cileles mengatakan

Peranan kepala sekolah dalam mengelola waktu dapat meningkatkan kinerja guru

dan pada akhirnya secara keseluruhan meningkatkan kinerja sekolah, Kesadaran

guru dalam disiplin waktu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terlihat pada

hasil penelitian siklus 1 s/d 2, kinerja guru dan hasil belajar siswa mengalami

peningkatan sangat signifikan, Kemampuan guru dalam mengelola waktu

berdampak pada suksesnya program-program sekolah seperti program tahunan,

program semester, dan rencana pengajaran, Tingkat kesadaran guru tentang

pentingnya disiplin waktu belajar pada siklus 1 masih lemah, namun setelah siklus

ke-2 semua guru yang menjadi sampel sudah memiliki kinerja dalan kategori baik.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(51)

2.6. KERANGKA PENELITIAN

Gambar 2.1. Kerangka Penelitian

Disiplin kerja Faktor-faktor Displin Kerja :

1. Frekuensi Kehadiran

2. Tingkat Kewaspadaan

3. Ketaatan Pada Standar Kerja

4. Ketaatan Pada Peraturan Kerja

5. Etika Kerja 

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. DES AIN PENELITIAN

Sesuai dengan judul dari penelitian ini menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. M etode penelitian deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada saat

berlangsungnya penelitian melalui pengumpulan data yang kemudian

diinterprestasikan satu sama lain sehingga diperoleh perumusan dan analisa

terhadap masalah yang ada. (Sugiyono, 2008)

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penuangan pikiran yang memaparkan,

menggambarkan dan melaporkan suatu keadaan atau objek dari apa yang diteliti

berdasarkan fakta-fakta dan keterangan yang diperoleh.

3.2. DEFINIS I OPERAS IONAL

1. Disiplin

M enurut Simamora (2004) Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi

atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin

merupakan pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan

menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi.

Tindakan disipliner menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(53)

memenuhi standar yang ditatapkan. Tindakan disipliner yang efektif terpusat

pada perilaku karyawan yang salah, bukan pada diri karyawan sebagai pribadi.

2. Faktor-faktor Displin Kerja

Siswanto (2005) berpendapat bahwa faktor-faktor dari disiplin kerja itu ada 5

yaitu :

a. Frekuensi Kehadiran, salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat

kedisiplinan pegawai. Semakin tinggi frekuensi kehadirannya atau

rendahnya tingkat kemangkiran maka pegawai tersebut telah memliki

disiplin kerja yang tinggi. Dalam frekuensi kehadiran yang dinilai adalah

guru datang tepat waktu, guru datang kemudian masuk kelas dan

melaksanakan KBM serta mengakhiri KBM tepat waktu.

b. Tingkat Kewaspadaan, pegawai yang dalam melaksanakan pekerjaannya

selalu penuh perhitungan dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan

yang tinggi terhadap dirinya maupun pekerjaannya. Dalam tingkat

kewaspadaan yang dinilai adalah guru melaksanakan pekerjaan dengan

penuh perhitunngan, ketelitian, dan memiliki tingkat kewaspadaan yang

tinggi terhadap dirinya dan pekerjaannya.

c. Ketaatan Pada Standar Kerja, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai

diharuskan menaati semua standar kerja yang telah ditetapkan sesuai

dengan aturan dan pedoman kerja misalnya Guru mentaati Program

Tahunan Sekolah, Guru mentaati Program Semester, Guru memiliki

silabus sesuai kurikulum, Guru memiliki RPP sesuai kurikulum dan Guru

memiliki jadwal tatap muka.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(54)

d. Ketaatan Pada Peraturan Kerja, dimaksudkan demi kenyamanan dan

kelancaran dalam bekerja, misalnya Bekerja Sesuai dengan pedoman kerja,

M entaati peraturan sekolah

e. Etika Kerja, diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan

perkerjaannya agar tercipta suasana harmonis, saling menghargai antar

sesama guru.

3.3. LOKAS I PENELITIAN

Dalam penelitian ini dilakukan di M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen

pada bulan April sampai dengan Juni 2015.

3.4. S UBYEK DAN OBYEK PENELITIAN

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, yang menjadi subyek

penelitian adalah 1 orang kepala sekolah M A Salafiyah Wonoyoso

Kebumensebagai key informan dan 6 orang guru M A Salafiyah Wonoyoso

Kebumensebagai informan dalam wawancara.

Obyek penelitian adalah semua guru di kegiatan peningkatan disiplin guru

di M A Salafiyah Wonoyoso Kebumen.

3.5. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam suatu penelitian diperlukan teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan data-data yang akurat, teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Gambar

Tabel 4.2. Identifikasi Faktor Eksternal ...........................................................
Tabel 4.1. Identifikasi Faktor Internal

Referensi

Dokumen terkait

Dari kedua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa web service adalah komponen yang didesain untuk menjembatani pertukaran data antar aplikasi dengan database

Bertitik tolak dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan dalam setiap bab, akhirnya penulis mencoba mengungkapkan saran-saran kepada dewan stasi St. Maria Cikampek dan umat

Waktu pada saat batang kendali di pancung sampai dengan saat batang kendali mencapai posisi terbawah (absorber down 100%) adalah waktu jatuh batang kendali yang terbaca

Jika perbandingan tersebut dinaikkan menjadi 9:1 (jumlah serangga radiasi yang dilepas 9 kali dari jumlah serangga lapangan), maka kemampuan populasi tersebut untuk berkembang

tidak, jika tidak maka berkas-berkas itu d i k e m b a l i k a n , apabila berkas-berkas tersebut memenuhi syarat untuk diberikan kredit dan telah diperiksa oleh tim

kepribadian; guru harus memiliki cirikhas penampilan sosial dan kepribadiannya yang kemungkinan tidak dimiliki oleh profesi lain; Kompetensi pedagogis akan mewarnai

perendaman buah tanjung dengan larutan kapur berpengaruh nyata terhadap tekstur permen jelly yang dihasilkan, sedangkan konsentrasi gula dan interaksi perlakuan

Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam