• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Pengaruh Variabel Kinerja Perbankan terhadap Tingkat Bunga Deposito Syakir (1995) dalam penelitiannya yang mengambil judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga deposito pada Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di Indonesia (pasca deregulasi 27 Oktober 1988) mencoba mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi dan faktor-faktor yang berpengaruh paling dominan dalam penetapan tingkat suku bunga deposito berjangka. Variabel dependent dalam penelitian Imam adalah tingkat bunga deposito berjangka pada bank-bank umum pemerintah dan Bank-bank-bank umum swasta nasional. Sedangkan variabel independentnya adalah jumlah uang yang beredar (M2) atau likuiditas perekonomian, tingkat inflasi, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil, LDR (Loans to Deposit Ratio), SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate), kurs US$ terhadap rupiah, likuiditas bank serta tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

Kesimpulan yang di ambil adalah bahwa semua variabel independent yang diteliti secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penetapan tingkat suku bunga deposito. Sedangkan secara parsial beberapa faktor tersebut berpengaruh secara signifikan sementara faktor-faktor lain tidak mempunyai nilai signifikan dalam mempengaruhi tingkat penetapan

(2)

suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah dan bank-bank umum swasta nasional.

Almilia et all (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bunga deposito berjangka pada Bank umum nasional, mencoba mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi dan faktor yang berpengaruh paling dominan dalam penetapan tingkat suku bunga deposito berjangka. Variabel dependent dalam penelitian Imam adalah tingkat bunga deposito berjangka pada dan Bank-bank umum swasta nasional. Variabel independentnya adalah Pertumbuhan ekonomi , likuiditas perekonomian, tingkat inflasi, ROA(Capital Adequacy Ratio), CAR( Return On Equity), LDR (Loans to Deposit Ratio).

B. Pengertian Deposito berjangka

Deposito Berjangka berdana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan sumber dana yang terpenting bagi bank jika mampu membiayai operasinya sumber dana ini. Penghimpuan dana dari masyarakat dapat dikatakan lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya.

Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang reletif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas baik berasal dari perorangan (rumah tangga), Perusahaan,

(3)

maupun lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya yang reatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada 3 jenis simpanan sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu : simpanan giro, tabungan, dan deposito (Hasibuan, 2007:99).

Simpanan deposito dalam Undang-uandang Nomor 10 Tahun 1998 dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu sito tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. berbeda dengan giro dan tabungan, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan hanya setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bungan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan giro dan tanbungan (Hasibuan, 2007:125). Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka menggunakan Bilyet deposito. Dalam parakteknya ada jenis deposito berjangka, sertifikat deposito, deposit on call.

Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1,3,6,12, hingga 12 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya, oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito tersebut. Oleh karena itu, deposito berjangka merupakan simpanan atas nama. Apabila jangka waktu yang telah ditentukan habis maka

(4)

deposan dapat menarik deposito berjangka atau memperpanjang dengan suatu periode yang diinginkan. Deposito berjangka dapat diterbitkan atas nama perorangan maupun lembaga.

Penetapan suku bunga untuk setiap jangka waktu ditetapkan masing-masing bank sesuai dengan perhitungan kondisi bunga di pasar. Bunga deposito berjangka di bayar setiap tanggal jatuh tempo (tanggal yang sama dengan tanggal pembukuan) atau tanggal jatuh tempo pokok (tanggal berakhirnya jangka waktu penyimpanan).

Jenis deposito kedua yaitu sertifikat deposito. Sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas tunjuk, yang dengan ijin Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat diperjualbelikan pada pihak ketiga.

Pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka, perbedaannya hanyalah bahwa sertifikat deposito diternitkan atas tunjuk dalam bentuk sertifikat sedangkan deposito berjangka dikeluarkan atas nama. Jadi, sertifikat deposito yang ditunjukkan harus dibayar oleh bank yang menerbitkannya. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka dalam arti dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat deposito itu dibeli, baik tunai maupun non tunai. Selain itu, bunga juga dapat dicairkan setiap bulan atau jatuh tempo. Sebagai catatan tambahan, perlu diperhatikan bahwa bank umum, bank pembangunan ataupun bank perkreditan rakyat dapat menyelenggarakan deposito berjangka. Tetapi untuk menerbitkan deposito berjangka, hanya bank umum dan bank pembangunan yang diperbolehkan.

(5)

Itupun harus memperoleh ijin Bank Indonesia setelah memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain dari segi kesehatan dan kemampuan bank dari segi kebutuhan.

Deposit on call yang merupakan jenis deposito ketiga hanya digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah besar, misalnya Rp.25.000.000 dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan deposit on call memiliki jangka waktu minimal 7 (tujuh) hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Deposit on call diterbitkan atas nama. Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposit on call. Apabila deposan ingin mencairkan depositonya sebelum deposit on call tersebut dicairkan sesuai jangka waktunya, tiga hari sebelumnya deposan terlebih dahulu harus memberi tahukan kepada pihak bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan mencairkan deposit on call nya.

Pada dasarnya deposito tidak dapat ditarik atau dicairkan deposan sebelum deposito yang bersangkutan jatuh tempo. Bila hal itu terpaksa dilakukan, maka penabung dikenakan denda atau biasanya disebut dengan penalty. Denda atau penalty yang dikenakan yaitu sebesar selisih antara bunga yang diperoleh selama deposito belum jatuh tempo dengan bunga yang berlaku sesuai dengan lamanya deposito mengendap. Di samping dikenakan penalty, nasabah juga dikenakan biaya administrasi tergantung dari besarnya nilai niminal deposito yang bersangkutan.

(6)

C. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Pengertian dasar dari tingkat bunga yaitu sebagai harga dari waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai penggunaan uang untuk jangka “harga” ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus di bayar apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti (misalnya setahun lagi). Hutang piutang timbul karena terjadi “pertukaran” semacam ini. “pembeli” dari satu rupiah sekarang dan sekaligus “penjual” dari satu rupiah nanti adalah peminjam (debitur), sedangkan “penjual” dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga “pembeli” satu rupiah nanti adalah orang yang meminjamkan (kreditur).

Debitur harus membayar kepada kreditur “harga” dari pertukaran tersebut, dan harga ini adalah bunga yang dibayarkan debitur dan yang diterima debitur. Tingkat bunga tidak pernah stabil, hari ini naik dan besok turun, demikian seterusnya. Sejak awal Februari 1984, Bank Indonesia mulai memperkenalkan fasilitas diskonto dan melalui pasar terbukanya mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Dampak dari kebijakan tersebut, bank-bank umum pemerintah bebas menaikkan suku bunga deposito. Hal ini di maksud agar dana masyarakat dapat digunakan untuk investasi sehinggan kenaikan output. Maka kebijakan ini milau mengarah pada tercipta dan berfungsinya pasar uang lebih bebas. Perkembangan selanjutnya yaitu mulai dikenalkan pula Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu alat pengendali uang beredar.

(7)

Menurut Hasibuan (2001:19), teori tingkat suku bunga terbagi atas 6 teori, yaitu :

1. Teori klasik

Teori klasik bunga adalah “harga” dari (penggunaan) loanable funds. Secara bebas diterjemahkan sebagai dana investasi atau dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Menurut teori klasik merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung uangnya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah tabungannya. Investasi juga merupaka fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingakt bunga, keinginan untuk melakukan investasi uga kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus ia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Sebaliknya makin rendah tingkat suku bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan) untuk melakukan investasi. Hal ini tercapai pada saat penabung dan investor (dalam hal ini pengusaha) untuk melakukan tawar menawar yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat bungan kesepakatan (keseimbangan). 2. Teori Nilai

Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai sekarang (present value) lebih besar dari pada nilai yang akan dating (future value). Perbedaan nilai ini harus mendapat penggantian dari peminjam atau debitur. Penggantian nilai inilah yang dimaksud dengan bunga. Jadi menurut teori ini bunga merupakan pengganti atas perbedaan nilai tersebut. Bunga adalah besarnya penggatian perbedaan antara nilai sekarang dengan nilai yang akan datang. 3. Teori Pengorbanan

Teori ini didasarkan pada penikiran bahwa pengorbanan yang diberikan seharusnya mendapatkan balas jasa berupa pembayaran. Teori ini mengemukakan bahwa jika pemilik uang meminjamkan uangknya kepada debitur, selama uangnya belum dikembalikan debitur atau bank, debitur tdapat menggunakan uang tersebut. Pengorbanan kreditur inilah yang harus di bayar debitur. Pembayaran inilah yang disebut bunga.

4. Teori Laba

Teori ini mengemukakan bahwa bunga ada karena adanya motif laba (spread profit) yang ingin dicapai. Bank dan para pelaku

(8)

ekonomi mau dan bersedia membayar bunga di dasarkan atas laba yang akan diperolehnya.

5. Teori Kelompok Pasar

Teori kelompok pasar (The Preferred Market Habitat Theory) mengemukakan bahwa jika permintaan pasar kelompok dana besar untuk jangka waktu 1 bulan, tingkat bunga satu bulan akan lebih besar dari pada tingkat bunga tiga bulan. Alaannya adalah peranan harapan masuk sulit dan hubungan kelompok sangat menentukan. 6. Teori Paritas Tingkat Bunga

Menurut teori ini tingkat bunga penting dalam system devisa bebas. dalam hal ini, Paritas Tingkat yang sama besarnya dalam Negara yang menganut devisa besar.

D. Pengertian CAR, ROA, LDR,

CAR (Capital Adequacy Ratio), adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, Bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%.

% 100 x ATMR Penyertaan Modal Total CAR = −

ROA ( Return On Equity), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

% 100 x Aset rataTotal Rata Pajak Sebelum Laba ROA − =

(9)

LDR (Loans to Deposit Ratio), adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. LDR menyatakab seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. % 100 x Ketiga Pihak Dana kredit LDR=

E. Pengertian Tingkat Inflasi

Inflasi adalah salah satu masalah yang terus menjadi perhatian pemerintah. Tujuan jangka panjang pemerintah dalam hal menjaga tingkat inflasi antara lain adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai mata uang (depresiasi) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik.

Berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :

1. Inflasi Tarikan Permintaan.

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembangkan dengan pesat. Kesempatan kerja tinggi menciptakan

(10)

yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluaran barang dan jasa. Pengeluaran berlebihan inilah yang menyebabkan inflasi.

Disamping dalam masa perekonomian yang berkembang pesat, inflasi juga dapat terjadi pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang di pungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyebabkan barang dan jasa. Keadaan ini akan mewujudkan inflasi.

2. Inflasi Desakan Biaya

Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomiaan berkembang pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan menaikkan produksi dengan cara memberikan upah dan gaji yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibat biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.

3. Inflasi Diimpor

Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang

(11)

mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.

Menurut Sudono (2006;337) berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga-harga berlaku, inflasi dapat dibedakan kepada tiga golongan : inflasi merayap, inflasi sederhana (moderate) dan hiperinflasi. Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Tingkat kenaikannya tidak melebihi dua atau tiga persen setahhun. Malaysia dan Singapura adalah salah satu negara yang tergolong mengalami inflasi merayap. Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga-harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Indonesia salah satu negara yang mengalami kondisi inflasi seperti ini. Inflasi sederhana (moderate) adalah laju inflasi yang tidak rendah tidak tinggi. Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan, akan tetapi tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Wacana Berfokus pada Penggunaan Aspek Kohesi Leksikal dalam

Pembuatan laporan akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Circuit Breaker dalam memproteksi arus gangguan hubung singkat yang terjadi di Gardu Induk Bungaran.. Arus

 Evaluasi Penilaian Dokumen RPI2JM Kab/Kota dilakukan oleh Satgas RPI2JM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Korwil. dan Satker Perencanaan dan

Jika adik menonton televisi, pada saat atau pada waktu yang bagai mana. Pada jam yang

Bahan yang digunakan dalam filter ini adalah duroid RT-5880 yang memiliki konstanta dielektrik sebesar 2.2.Hasil pengukuran dari filter yang direalisasikan berada

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,.. konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun

[r]

Dengan menggunakan OpenSSH dan Script Bash dapat digunakan untuk membangun sebuah aplikasi sederhana yang sifatnya open source untuk mendukung proses