i
NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
CUT MARDIANA 08C10404068
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
ii
NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
CUT MARDIANA 08C10404068
Skripsisebagaisalahsatusyaratuntukmemperoleh Gelarsarjanapertanianpadafakultaspertanian
Universitasteukuumarmeulaboh Kabupatenacehbarat
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian perlu mendapat perhatian serius dalam rangka
pengembangan ekonomi nasional, ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
dan tenaga yang berkerja pada sektor pertanian atau sektor lainnya yang berkaitan
dengan pertanian (Partowijoto, 2003).
Hal ini disebabkan sektor pertanian mempunyai peranan yang penting
sebagai berikut : (1) kontribusi yang dominan, kesempatan kerja, dan berusaha,
(2) keunggulan komparatif wilayah masih tetap bertumpu kepada pengusahaan
sumber daya alam sebagai Negara agraris; (3) pengembangan agribisnis wilayah
sejalan dengan upaya membangun ketahanan pangan yang keragaman bahan
pangan, budaya; (4) pembangunan pertanian mampu memyelaraskan dimensi
pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan pembangunan dalam arti luas.
Seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar negara, sektor pertanian
dituntut pula agar dapat memacu pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat
memberi pengaruh terhadap pembangunan ekonomi nasional. Salah satu pusat
pertumbuhan baru yang sangat potensial dikembangkan pada masa kini dan masa
depan adalah subsektor palawija. Subsektor ini memegang peranan penting dalam
pertanian Indonesia secara umum. Salah satu komoditi andalan di sektor
holtikultura adalah jagung. Jagung merupakan komoditas yang mempunyai nilai
ekonomis yang cukuptinggi serta dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan
Jagung (Zea Mays, L) merupakan bahan baku industri pakan dan pangan
serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah Indonesia. Kecamatan Kuala
Pesisir masyarakat membudidayakan tanaman jagung di Kabupaten Nagan Raya.
Produksi jagung di Kecamatan Kuala Pesisir di Kabupaten Nagan Raya dapat
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut ini :
Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Jagung menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2010.
No Kecamatan Luas (hektar) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Hektar) Tanam Panen
1 2 3 4 5
1 Darul makmur 415 340 680 2,00 2 Kuala 200 246 517 2,10 3 Kuala pesisir 250 263 552 2,10 4 Tadu raya 80 78 156 2,00 5 Beutong 80 81 162 2,00 6 Seunagan 50 53 100 1,88 7 Suka makmur 25 27 50 1,86 8 Seunagan timur 79 81 170 2,10 2010 1.179 1.169 2.387 2,04 Jumlah/ 2009 1856 1833 7608 4,10 Total 2008 1.000 986 4.111 4,11 2007 1.000 826 3.304 4,00 2006 772 772 1.714 2,22
Sumber : Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Nagan Raya dalam angka 2011.
Dari tabel diatas dapat kita lihat luas tanam, luas panen, produksi dan
rata-rata produksi jagung (Zea Mays, L) menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan
Raya tahun 2010, dan dapat dilihat bahwa Kecamatan Kuala Pesisir merupakan
salah satu Kecamatan dengan rata-rata produksi jagung terbesar yaitu 2,10 ton/
hektar. Seperti halnya padaKecamatan yang lain, Kecamatan Kuala Pesisir juga
memiliki pasar langsung dimana produsen langsung menjual kekonsumen, jagung
yang dipasarkan adalah jagung dari kebun sendiri yaitu di Kecamatan Kuala
Pesisir.
Jagung (Zea mays, L) merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga
Seperti yang diketahui salah satu sifat produk pertanian adalah segar dan sangat
mudah rusak sehingga sangat diperlukan suatu sistem pemasaran yang mampu
menyampaikan produk dari produsen kekonsumen secara cepat (Basu Swasta,
2000,).
Dalam rangka peningkatan taraf hidup dan pendapatan petani di pedesaan
maka usaha-usaha peningkatan produksi saja tidaklah cukup, akan tetapi harus
diimbangi dengan usaha perbaikan dan penyempurnaan dibidang pemasaran hasil.
Hal ini disebabkan peningkatan produksi tanpa diiringi oleh sistem pemasaran
hasilyang efisien menyebabkan berkurangnya pendapatan petani (Isnani, 1993).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemasaran yang dilakukan di Kecamatan Kuala Pesisir.
2. Bagaimana efisiensi pemasaran jagung terhadap pendapatan petani berdasarkan
margin pemasaran farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi pemasaran yang ada di Kecamatan Kuala Pesisir.
2. Menentukan dan menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kecamatan Kuala
Pesisir dengan pendekatan margin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum
untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar. Di samping itu juga di harapkan dapat menjadi informasi dan
referensi bagi petani dan lembaga pemasaran terkait sebagai bahan pertimbangan
dalam membentukan sistem pemasaran jagung yang menguntungkan bagi kedua
belah pihak, khususnya untuk wilayah Kuala Pesisir dan daerah-daerah lainya
dalam menentukan tindakan untuk meningkatkan sistem pemasaran yang efisien.
1.5. Kerangka pemikiran
a. Kerangka pemikiran Teoritis
Jagung merupakan salah satu bahan pokok makanan di Indonesia yang
memiliki kedudukan cukup penting setelah beras.Untuk peningkatan
pendapatan petani di pedesaan maka usaha-usaha peningkatan produksi
saja tidaklah cukup,akan tetapi harus diimbangi dengan usaha perbaikan
dan penyempurnaan dibidang pemasaran hasil. Hal ini disebabkan
peningkatan produksi tanpa diiringi oleh sistem pemasaran hasil yang
tidak efisien menyebabkan rendahnya harga yang diterima petani sehingga
mengakibatkan berkurangnya pendapatan petani.
Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh
konsumen untuk suatu produk dan harga yang diterima petani produsen
untuk produk yang sama. Perbedaan tersebut dihitung secara persentase.
Margin pemasaran tersebut termasuk semua biaya yang menggerakan
produk tersebut mulai dari petani sampai ke konsumen akhir (Azzaino,
b. Kerangka pemikiran secara Operasional
Dari kerangka pemikiran secara teori dapat dibuat secara kerangka
pemikiran secara operasional yaitu sebagai berikut :
Petani produsen
Jagung Pemasaran Margin pemasaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung
Jagung (Zea Mays, L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai
sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun
tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (Sepriliyana
2010).
Jagung manis merupakan salah satu tanaman jagung dimana memiliki
karakter spesial yaitu memiliki rasa manis secara alami.
2.2. Pemasaran
Pemasaran adalah segala usaha yang diutamakan atau diperlunya agar
barang-barang hasil produksi dimungkinkannya mengalir secara lancar ke sekitar
konsumsi. Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam
kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia (Staton,
William. J. 2011).
Pemasaran jagung tidak terlepas dari kendala-kendala dalam proses
menyalurkan jagung dari petani hingga ke konsumen. Produksi jagung yang tidak
karena semakin bertambahnya penduduk, maka semakin besar permintaan jagung.
Apabila peningkatan produksi masih dibawah laju permintaan menyebab
terjadinya kesenjangan antara penawaran dan permintaan yang semakin besar.
Berarti harga suatu produk akan terus meningkat, sehingga bagi produsen
merupakan prospek yang cukup cerah (Sudiyono, 2004).
Sistem pemasaran berkaitan erat dengan sistem manajemen informasi.
Sistem informasi pasar sangat penting bagi pemasaran bukan saja dilihat dari
kepentingan informasi itu sendiri tetapi juga kegunaan informasi tersebut untuk
pengembangan perusahaan dan tentu saja penting untuk pengembangan
manajemen pemasaran (Soekartawi, 2002). Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan
pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab pemasaran
pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place
utility), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan (possession utility). Guna
waktu artinya produk pertanian dapat tersedia bagi konsumen pada setiap waktu.
Untuk meningkatkan guna waktu harus dilakukan aktivitas penyimpanan
yang membutuhkan biaya penyimpanan (storage cost). Untuk meningkatkan guna
tempat diperlukan pengangkutan yang membutuhkan biaya pemindahan (transfer
cost) dan agar untuk meningkatkan guna bentuk dari produk pertanian diperlukan
pengolahan yang membutuhkan biaya pengolahan (processing cost). Komoditi
pertanian yang mengalami peningkatan guna tempat, waktu dan guna bentuk ini
baru bisa memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak
milik dari produsen ataupun lembaga pemasaran kepada konsumen. Agar terjadi
pemindahan hak milik ini harus dilakukan transaksi yang membutuhkan biaya
2.3. Lembaga Pemasaran
Dalam mekanisme pasar pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran
adalah produsen, pedagang atau lembaga-lembaga perantara dan konsumen yang
masing-masing pihak berusaha untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam
proses pertukaran sesuai dengan tujuan (Syedfuddin, 1982 dan Prasetyo, 1996).
Lembaga-lembaga yang terlibat adalah :
1. Produsen, yaitu petani yang menghasilkan suatu produk pertanian.
2. Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barang-barang
hasil pertanian besar kepada pedagang lain.
3. Pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang
pengumpul dari produsen, serta serta menjualkembali kepada pengecer dan
pedagang lain.
4. Pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang kepada konsumen
dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
5. Konsumen, yaitu pembeli atau pemakai yang mengkonsumsi suatu hasil
produksi pertanian.
2.4. Saluran Pemasaran
Basuswastha (1981) mengatakan bahwa saluran pemasaran adalah
sekelompok pedagang dan agen yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik
dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagipasar tertentu.
Menurut Soetrisno (2003), saluran pemasaran dapat berbentuk sederhana dan
dapat pula rumit sekali. Hal tersebut tergantung pada macam komoditi lembaga
pemasaran dan sistem pasar. Barang yang lebih cepat ke tangan konsumen
pemasaran tersebut adalah : Menurut Basuswastha (1981), unsur-unsur yang
terkandung dalam saluran pemasaran adalah :
1. Saluran pemasaran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara
berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
2. Anggota-anggota kelompok terdiri dari berbagai pedagang dan beberapa agen,
maka ada sebagian yang ikut memperoleh nama dan sebagian lain tidak. Tidak
perlu bagi saluran pemasaran untuk menggunakan sebuah agen, tetapi pada
prinsipnya setiap saluran pemasaran harus memiliki seorang pedagang.
3. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu.
Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan distribusi.
4. Saluran pemasaran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan,
yaitu mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikannya
5. Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan produk
yang dapat memberikan kepuasan pasar.
2.5. Konsep Pemasaran
Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus efisiensi
menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat
terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam
perusahaan harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang lebih baik.
Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan
terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan perusahaan yang berdasar
pada konsep pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi kelangsungan
hidup perusahaan (Swasta, 1996).
Konsep pemasaran juga menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan
organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan
kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan pasar sasaran
(Kotler, 1997).
Dewasa ini konsep pemasaran mengalami perkembangan yang semakin
maju sejalan dengan majunya masyarakat dan teknologi. Perusahaan tidak lagi
berorientasi hanya pada pembeli saja, akan tetapi berorientasi pada masyarakat
atau manusia. Konsep yang demikianlah yang disebut dengan konsep pemasaran
masyarakat (Swasta, 1996).
2.6. Harga Pemasaran
Harga pemasaran adalah keseluruhan biaya/harga yang di keluarkan dalam
proses transfer barang (produk) dari tangan produsen sampai ketangan konsumen akhir.
Besar kecilnya harga pemasaran tergantungdari volume (besar kecilnya)
lembaga-lembaga pemasaran melakukan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran, dan jumlah
fasilitasyang diperlukan dalam proses transfer barang.Harga merupakan salah satu
bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah
satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place,
promotion / produk, harga, distribusi, promosi), (Basu Swasta, 2000).
2.7. Margin pemasaran
Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen
sama, perbedaan tersebut dihitung secara persentase. Margin pemasaran tersebut
termasuk semua biaya yang menggerakan produk tersebut mulai dari petani
sampai ke konsumen akhir (Azzaino, 1981).
Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponem margin ini terdiri dari
biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya dengan menggunakan metode survey. Penentuan lokasi penelitian dilakukan
dengan sengaja (purposive sampling) yang didasarkan atas pertimbangan bahwa
lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi jagung di Kabupaten Nagan
Raya.
Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu Kecamatan yang berada di
Kabupaten Nagan Raya paling barat terdiri dari 16 Gampong dan 3 Kemukiman,
luas wilayah Kecamatan Kuala Pesisir ± 267.39 KM².
Adapun batas Kecamatan Kuala Pesisir sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Kuala.
• Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Tadu Raya.
• Sebelah barat berbatas dengan kabupaten Aceh Barat dan Samudra Hindia.
• Sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Kuala.
Objek penelitian adalah semua lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang
pengumpul, dan pedagang pengecer, yang terlibat dalam pemasaran jagung di
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Petani yang dimaksud adalah
petani yang memproduksi jagung dan sekaligus melakukan kegiatan pemasaran.
Pedagang pengumpul adalah agen dari pedagang pengencer yang membeli jagung.
Sedangkan pedagang pengecer adalah pedagang yang menampung jagung dari
pedagang pengumpul untuk dijual ke konsumen akhir. Ruang lingkup penelitian
3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis
data yaitu :
1. Data primer : data yang diperoleh dari hasil kuesioner langsung dengan petani,
dan lain-lain.
2. Data sekunder : data yang lansung diperoleh dari lembaga/instansi terkait,
seperti BPS, Dinas Tenaga Kerja, dll.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara adalah percakapan langsung dengan petani yang memproduksi
jagung serta pihak yang terlibat dalam kegiatan penjualan (pemasaran).
2. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara peneliti mengamati lansung
objek penelitian.
3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel untuk penelitian ini menurut Gay dan Diehl (1996)
setidaknya 20 persen untuk populasi yang lebih kecil, dari jumlah populasi petani
yang mengusahakan jagung serta yang melakukan kegiatan penjualan (pemasaran)
jagung di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Besar Sampel di Daerah penelitian
N0 Uraian Populasi Sampel
1 Petani 92 19
2 Pedagang Pengumpul (agen) 7 1
3 Pedagang Pengecer 5 1
Jumlah 104 21
Pengambilan sampel petani sebanyak 19 orang dari 92 orang populasi
petani, sedangkan sampel pedagang sebanyak 2 orang yakni 1 orang dari 7 orang
pedagang pengumpul, dan 1 orang dari 5 orang pedagang pengecer. Dengan
demikian total sampel dalam penelitian ini adalah 21 orang ( 20 persen dari total
populasi).
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Metode deskriptif yaitu melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristis populasi tertentu dalam bidang tertentu secara cermat dan
faktual dari data yang telah dikumpulkan (Nazir, 1999). Data yang
dikumpulkan kemudian disusun, dianalisis, dan dijelaskan sehingga
gambaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi, serta mengambil
kesimpulan dari hasil analisis yang diperoleh.
2) Analisis kuantitatif, menggunakan data yang diperoleh disusun secara
tabulasi kemudian dianalisis. Analisis kuantitatif digunakan melihat
besarnya margin pemasaran, biaya pemasaran, keuntungan, dan efesiensi
saluran pemasaran.
3.4. Operasional Variabel
3.4.1.Pemasaran adalah segala usaha yang diutamakan atau diperlunya agar barang-barang hasil produksi dimungkinkannya mengalir secara lancar ke sekitar konsumsi.
3.4.2. Saluran pemasaran (unit) adalah banyaknya (jumlah) rantai atau saluran pemasaran yang di lalui dalam penyampaian jagung dari petani produsen ke konsumen akhir dinyatakan dalam angka (bilangan).
3.4.4. Margin pemasaran adalah perbedaan harga/ selisih harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani.
3.5. Motode Analisis
Data yang telah diperoleh dilapangan, di olah dan ditabulasikan ke dalam bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan analisis.
3.5.1. Margin pemasaran
Untuk mengetahui margin pemasaran, distribusi, share dan seluruh
keuntungan lembaga-lembaga pemasaran terhadap margin total dari berbagai
saluran pemasaran digunakan analisis margin pemasaran. Besarnya margin
pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
MP= KP+BP ………(Masyhuri, 1994, dan yusuf, dkk, 2004)
Dimana : MP = Marjin Pemasaran perunit (Rp)
KP = Keuntungan Pemasaran (Rp)
BP = Biaya Pemasaran (Rp)
Untuk mengetahui efisiensi pemasaran jagung dapat dianalisis menghitung
bagaimana harga yang di terima petani (farmer’s share) sebagai analisis
pemasaran jagung. Soekartawi (2002a) menyatakan, untuk mengukur efisiensi
pemasaran digunakan harga jual petani sebagai dasar dan dibandingkan dengan
harga beli pedagang di tingkat konsumen akhir di kalikan dengan 100 persen.
Jika share harga yang diterima petani lebih besar dari share margin
pemasarannya maka saluran pemasaran tersebut dikatagorikan efisien. Begitu juga
sebaliknya, jika share harga yang di terima petani lebih kecil dari share margin
Bagaimana harga yang diterima petani atau famer’s share adalah
perbandingan atau rasio antara harga yang dibayar konsumen dinyatakan dalam
persen (%). Secara sistematik di rumuskan dalam persamaan berikut :
Fs (%) = X100% Pe
Pf
………..(Soekartawi 2002a)
Dimana :
Fs =farmer’s share
Pf = harga di tingkat petani
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Letak Geografi dan Luas Daerah
Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu kecamatan yang berada di
kabupaten Nagan Raya paling barat terdiri dari 16 Gampong dan 3 Kemukiman,
luas wilayah Kecamatan Kuala Pesisir ± 267.39 KM².
Adapun batas Kecamatan Kuala Pesisir sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Kuala.
• Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Tadu Raya.
• Sebelah barat berbatas dengan kabupaten Aceh Barat dan Samudra Hindia.
• Sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Kuala.
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) di bagi menjadi 8 WKPP, 55
kelompok tani,1.380 orang petani dengan luas binaan 2.815 Ha.
4.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pecarian.
Menurut Data Statistik Kecamatan Kuala Pesisir, Jumlah Penduduk pada
masing-masing Desa Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Perincian Jumlah Penduduk pada masing-masing Desa di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
No Desa Jumlah Penduduk
L P L/P
1 Suak Puntong 435 491 854
2 Gampong Lhok 196 171 367
3 Kuala Baro 294 292 586
4 Padang Rubek 688 624 1.312
5 Pulo 130 125 255
6 Langkak 662 623 1.285
7 Kuala Tuha 294 241 535
8 Kubang Gajah 412 437 849
9 Kuala Trang 1.129 1.071 2.200
10 Cot Rambong 224 210 434
11 Padang Payang 581 576 1.157
No Desa Jumlah Penduduk
L P L/P
13 Jati Rejo 426 438 864
14 Purwodadi 667 663 1.330
15 Lueng T Ben 240 242 482
16 Purwosari 493 486 979
Jumlah 7.333 7.100 14.433
Sumber : Badan Pusat Statistik Nagan Raya
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat jumlah penduduk Kecamatan Kuala Pesisir
adalah 14.433 jiwa, dengan 7.100 diantaranya adalah perempuan dan sisanya
adalah laki-laki sebanyak 7.333 jiwa.
Keseluruhan penduduk di daerah penelitian bermata pencarian dari
berbagai sektor, baik sektor pertanian maupun non pertanian. Sebahagian besar
penduduk di Kecamatan Kuala Pesisir berusaha di sektor pertanian, sedangkan
bidang pekerjaan lainnya seperti pedagang, pengawai, dan lainya sangat kecil.
Untuk lebih jelas mengenai keadaan mata pencarian dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4. Jumlah penduduk kecamatan Kuala Pesisir menurut jenis mata pencarian tahun 2011 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kuala Pesisir
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis mata pencarian
seperti pedagang, pengawai, buruh, pensiun, PNS, Tukang Bangunan hanya
mencapai 6182 jiwa.
4.3. Karakteristik Petani dan Pedagang Sampel
Salah satu faktor yang dapat memperlancar pengembangan jagung adalah
karakteristik petani sebagai pelaku usaha tani dan pedagang sabagai penyalur di
dalam lembaga pemasaran. Karakteristik petani terutama meliputi kelompok
umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga. Karakteristik ini penting
untuk diketahui, mengingat keadaan dari setiap responden berbeda-beda baik dari
segi umur, pendidikan, pengalaman berusaha maupun tanggungan keluarga,
keadaan – keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan dan produktifitas kerja
para petani dan pedagang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Karakteristik
sangat erat kaitannya dengan keahlian petani dalam memilih saluran pemasaran,
Karena karakteristik ini akan mencerminkan kemampuan berfikir dan ketepatan
dalam mengambil keputusan serta berhubungan dengan kemampuan petani dalam
menerapkan teknik pembudidayaan tanaman jagung untuk hasil yang baik.
Jumlah sampel yang menjadi objek penelitian sebanyak 22 orang terdiri
dari 19 orang sampel petani dan 3 orang pedagang dari 106 populasi petani dan
pedagang, Petani dan pedagang sampel menurut karakteristik di daerah penilitian
Tabel 5. Rata-rata Karekteristik petani menurut usia, Pendidikan, Tanggungan dan Pengalaman di daerah penelitian, 2013.
Uraian Rata-rata Satuan
Usia 37 Tahun
Pendidikan 8 Tahun
Tanggungan 3 Orang
Pengalaman 6 Tahun
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Dengan memperhatikan tabel diatas kita bisa melihat bahwa tingkat usia
petani dan pedagang sampel di daerah penelitian relatif berusia produktif yaitu
rata-rata 37 tahun dari 22 responden (petani dan pedagang).
Faktor umur mempunyai kaitan erat dengan kemampuan kerja pedagang
dalam mengelola usahanya. Pedagang yang memiliki umur lebih muda jika
dibandingkan dengan pedagang yang lebih tua cenderung akan lebih bersemangat
dalam berusaha dan sering melakukan hal-hal yang sifatnya coba – coba untuk
kemajuan usahanya. Hal ini juga disebabkan mereka masih memiliki semangat
yang besar dalam berusaha.
Faktor kecerdasan akan berpengaruh terhadap aktivitas yang akan, sedang
dan yang telah dilaksanakan sehingga latar belakang dan tingkat pendidikan
petani dan pedagang sampel di daerah penelitian secara umum masih
berpendidikan rendah, yaitu rata-rata 8 tahun dari 22 responden (petani dan
pedagang). Karena Pendidikan merupakan faktor yang ikut menunjang
keberhasilan usaha, tingkat pendidikan yang memadai akan lebih bermanfaat
untuk memperlancar aktifitas (kegiatan) sehari – hari para petani dan pedagang
sampel. Dengan pendidikan yang baik, petani dan pedagang sampel akan
dan mencari solusi terbaik dalam menyelesaikannya. Sebaliknya tingkat
pendidikan yang rendah akan menyulitkan petani dan pedagang sampel untuk
berusaha kearah yang profesional dan juga dalam mengantisipasi terhadap kendala
yang mungkin dihadapi dalam menjalankan usahanya.
Tanggungan keluarga petani dan pedagang sampel per kepala keluarga di
daerah penelitian yaitu rata-rata 3 orang dalam satu kepala keluarga. Jumlah
tanggungan keluarga erat kaitannya dengan besarnya jumlah biaya hidup yang
dikeluarkan. Semakin besar jumlah tanggungan dalam keluarga akan semakin
besar biaya yang dikeluarkan, dan akan memperkecil jumlah modal yang dapat
digunakan untuk menjalankan usaha. Untuk menutupi hal tersebut harus
diimbangi dengan pencurahan tenaga kerja dalam keluarga, sehingga dapat
menghemat jumlah biaya/upah yang harus dibayar kepada pihak lain.
Disamping ketiga faktor yang telah diuraikan pengalaman juga merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengalokasikan biaya dan
faktor-faktor produksi. Petani dan pedagang yang mengalami pengalaman kerja
lebih lama akan lebih mudah dalam mengambil keputusan yang lebih baik pada
saat yang tepat.
Luas lahan garapan merupakan faktor produksi yang penting dalam usaha
meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan
yang diterima oleh petani. Luas lahan tanaman jagung yang di usahakan petani
sampel di daerah penelitian tergolong sempit dengan rata-rata 0,16 Ha petani.
Tabel 6. Proporsi Petani sampel menurut Luas Lahan di daerah penelitian, 2013
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Tabel diatas menunjukan petani jagung di daerah penelitian memiliki luas
lahan rata – rata 0,1 Ha sebanyak 2 orang, 0,13 Ha sebanyak 9 orang, 0,19 Ha
sebanyak 6 orang dan 0,3 Ha sebanyak 2 orang. Luas lahan keseluruhan yang
diusahakan sampel petani jagung di daerah penelitian sebesar 3,11 Ha, dan pada
umumnya lahan yang digunakan petani sampel di daerah penelitian adalah lahan
milik sendiri.
4.4. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan pemikiran yang sangat penting dalam
mengambil keputusan untuk menjalankan suatu usaha tani, dengan adanya
perhitungan biaya produksi akan memperoleh gambaran tentang besarnya
pendapatan yang diterima pada usaha tani jagung.
Penggunaan biaya produksi pada usaha tani jagung di daerah penelitian
adalah termasuk biaya tetap yang terdiri dari hand traktor, cangkul, parang,
sedangkan biaya variabel adalah bibit, pupuk, dan tenaga kerja. Oleh karena itu
petani harus mengefesiensikan biaya produksi, karena apabila biaya produksi
dikeluarkan secara berlebihan, maka terjadi pemborosan biaya, yang pada
Untuk itu perlu memperhitungkan biaya produksi dengan baik sesuai dengan
kebutuhan dalam produksi pada usaha tani jagung didaerah penelitian seperti pada
tabel 7 berikut ini : Sumber : Data Primer (diolah)), 2013
Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan petani
terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, total biaya. Membudidayakan
jagung sangat menguntungkan bagi petani jagung.
4.5. Saluran Pemasaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Kuala Pesisir
terdapat tiga lembaga pemasaran jagung yaitu petani, pedagang pengumpul,
dan pedagang pengecer. Produksi jagung di Kecamatan Kuala Pesisir
membentuk pola saluran pemasaran sebagai berikut :
1. Produsen Konsumen Akhir
Saluran ini merupakan model saluran yang paling sederhana dan pendek,
sering juga disebut pemasaran langsung.
Saluran pemasaran ini disebut juga saluran tradisioanal dan banyak yang
digunakan oleh produsen. Dimana produsen hanya melayani penjualan
dalam jumlah yang banyak kepada pedagang pengumpul (agen).
3. Produsen Pedagang pengecer Konsumen Akhir
Saluran ini melibatkan beberapa pengecer yang membeli secara langsung
dari produsen, ada juga beberapa penjualan langsung pada konsumennya
tetapi kondisi saluran ini tidak umum dipakai.
4.5.1. Saluran Pemasaran 1
Saluran pemasaran satu merupakan saluran pemasaran terdiri dari petani
ke konsumen atau yang disebut pemasaran langsung yaitu petani langsung
menjual ke konsumen akhir. Alasan petani menggunakan saluran pemasaran ini
adalah karena petani memiliki tempat berjualan (pemasaran) yang dibuatnya di
pinggir jalan. Produk petani yang dijual ke konsumen akhir adalah hasil dari
kebun sendiri atau hasil yang diproduksi oleh petani tersebut. Penentuan harga
berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya, sistem pembelian
umumnya secara tunai.
4.5.2. Saluran Pemasaran II
Saluran pemasaran dua merupakan saluran pemasaran terdiri dari petani
pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen. Dari penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa petani di Kuala Pesisir selain petani menjual hasil
produksinya sendiri, petani juga menjual jagung melalui pedagang pengumpul.
Alasan petani menggunakan saluran pemasaran ini adalah agar produksi yang
pengumpul sudah pasti terjual habis, karena sudah menjadi resiko pedagang
pengumpul jika produknya tidak terjual habis.
Penentuan harga berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang
lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga pedagang
pengumpul yang baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual.
Hal ini disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan pedagang pengumpul.
4.5.3. Saluran Pemasaran III
Saluran pemasaran tiga ini merupakan saluran pemasaran yang terdiri dari
petani- pedagang pengecer - konsumen. Jenis saluran pemasaran ini dilakukan
oleh sebahagian dari petani responden. Petani juga berperan sebagai pedagang
pengumpul yaitu menjual produknya sendiri yaitu jagung. Biaya-biaya yang harus
dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengangkutan. Alasan petani menggunakan
saluran pemasaran tiga adalah karena petani akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan jika menjualnya ke pedagang pengumpul.
Saluran pemasaran jagung yang ada di Kuala Pesisir cukup banyak,
sehingga dapat memperbesar keuntungan yang diterima produsen maupun
pedagang, tanpa merugikan konsumen. Adapun saluran pemasaran jagung di
Kecamatan Kuala Pesisir dari produsen ke konsumen dapat dilihat dari gambar
berikut :
Gambar saluran I atau petani ke konsumen akhir :
Gambar saluran III
Gambar 1, Skema Saluran pemasaran jagung di Kecamatan Kuala Pesisir .
Berdasarkan skema diatas terlihat adanya saluran pemasaran yang sering
dilalui oleh produsen untuk menyalurkan hasil produksinya. Dimana produsen
menjual langsung hasil produksinya kepada pedagang pengecer di pasar. Jadi
dalam hal ini produsen langsung bertindak sebagai pedagang pengumpul. Praktek
semacam ini tentu saja akan mempengaruhi para pedagang pengumpul yang
sesungguhnya.
4.6. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran diperlukan dalam kegiatan pemasaran untuk
memperlancar distribusi barang dan jasa dari tiap lembaga pemasaran yang
terlibat. Secara umum fungsi pemasaran yang dilaksanakan lembaga pemasaran
terdiri dari tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
Fungsi pertukaran meliputi kegiatan – kegiatan yang dapat memperlancar
perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik
merupakan perlakuan fisik yang perlu dilakukan agar komoditas yang diperlukan
konsumen dapat tersedia pada tempat yang diinginkan. Fungsi pertukaran berupa
pembelian dan penjualan, fungsi fisik terdiri dari pengolahan hasil, pengangkutan,
dan penyimpanan.
Setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran jagung
mulai dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer menjalankan
dalam kegiatan pemasaran jagung di Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya
yaitu:
1). Petani
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani jagung di Kuala Pesisir
adalah fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan
pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar,
penanggungan resiko dan pembiayaan.
a. Fungsi Pertukaran
Petani di Kuala Pesisir melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi
penjualan. Petani jagung di Kuala Pesisir yang menjual hasil produksinya melalui
pedagang pengumpul.
b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani jika petani tersebut
menjual hasil panennya langsung ke konsumen akhir dan tidak melalui pedagang
pengumpul. Fungsi fisik tersebut terdiri dari kegiatan pengemasan dan
pengangkutan. Kegiatan pengangkutan dilakukan oleh petani apabila petani
memasarkan produknya langsung ke konsumen akhir. Namun apabila petani tidak
langsung memasarkan ke pasar melainkan ke pedagang pengumpul maka
pedagang pengumpullah yang melakukan kegiatan pengangkutan dan biaya
pengangkutan di tanggung oleh pedagang pengumpul.
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani meliputi informasi pasar,
penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar dapat diperoleh petani
bagi petani. Kegiatan informasi pasar yang dilakukan berupa perkembangan harga
dari petani lain yang sebelumnya menjual produknya, kualitas barang yang
diinginkan oleh konsumen. Setelah mengetahui informasi pasar petani dapat
menentukan keputusan waktu menjual hasil produksinya serta pemilihan saluran
pemasaran yang tepat untuk mengoptimalkan kegiatan penjualan untuk mencapai
efisiensi pemasaran. Kegiatan penanggungan resiko yang dialami petani berupa
penurunan harga jagung di pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan yang
dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi. Modal
petani berasal dari petani itu sendiri dan tidak berasal dari pinjaman atau
pemberian kredit oleh pihak lain, oleh karena itu petani harus dapat
mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya.
2). Pedagang Pengumpul
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi
pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi
pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan
pembiayaan.
a. Fungsi Pertukaran
Kegiatan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah
fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang pengumpul di Kuala Pesisir
melakukan fungsi pembelian ke para petani langganannya.
b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu kegiatan
pengangkutan. Pedagang pengumpul membawa jagung dengan kereta sendiri dan
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul meliputi informasi
pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar diperoleh dari
sesama pedagang pengumpul lain di Kuala Pesisir. Penanggungan resiko
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pedagang pengumpul. Resiko yang bisa
muncul seperti penurunan harga, hal ini disebabkan banyaknya produk jagung di
pasar yang berasal dari daerah lain. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh
pedagang pengumpul yaitu penyediaan modal untuk membeli produk jagung dari
petani sampai pedagang pengumpul dapat menjual ke konsumen akhir.
3). Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer adalah yang melakukan pertukaran berupa fungsi
pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas
berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.
a. Fungsi Pertukaran
Fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengecer adalah fungsi
pertukaran berupa pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada
konsumen.
b. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer meliputi informasi
pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Fungsi informasi pasar yang
dilaksanakan oleh pedagang pengecer diataranya berupa perkembangan harga di
setiap tingkat pasar. Produk yang dihasilkan pesaing serta jenis dan kualitas
produk yang diminta oleh konsumen. Penjual seringkali melakukan diskriminasi
Pedagang pengecer juga menanggung resiko pada saat terjadi penurunan
harga jagung. Jika tidak habis terjual pedagang pengecer selalu berusaha menjual
habis jagung dalam waktu satu hari dengan cara menurunkan harga jagung atau
diborong oleh pedagang jagung yang lain.
Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengecer diantaranya
berupa penyediaan modal usaha. Pada umumnya pedagang pengecer melakukan
kegiatan pembelian sesuai dengan besarnya modal yang dimilikinya. Modal yang
dipergunakan pedagang pengecer umumnya berasal dari pedagang pengecer itu
sendiri dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak lain. Rata-rata modal yang
dibutuhkan oleh pedagang pengecer responden berkisar antara Rp 1.500.000
sampai dengan Rp 2.500.000 per pedagang. Pedagang memanfaatkan modal
tersebut seefesien mungkin.
Pedagang pengumpul pada saluran pemasaran satu melakukan pembelian
kepada petani dan penjualan ke pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan
dilakukan untuk mengangkut hasil panen dari petani ke konsumen akhir. Fungsi
pengemasan tidak dilakukan karena produk jagung yang dibawa pedagang
pengumpul langsung dijual ke pedagang pengecer dalam bentuk per buah
(tongkol). Produk yang dijual pedagang pengumpul terjual habis dalam satu
minggu.
Pada saluran pemasaran dua, petani melakukan fungsi pertukaran berupa
penjualan dan fungsi pengangkutan untuk membawa jagung yang akan dijual ke
pedagang pengecer di Pasar Mingguan. Sebelum dijual petani melakukan kegiatan
tongkol untuk pedagang pengecer. Pada saluran pemasaran tiga petani bertindak
sebagai pedagang pengumpul.
Pedagang pengecer pada saluran pemasaran satu dan dua melakukan
fungsi pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada konsumen
akhir. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk membawa jagung yang akan dijual
ke tempat pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan dilakukan apabila produk
yang dijual pedagang pengecer tidak terjual habis dalam satu hari. Pada saluran
pemasaran dua fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan petani sama dengan
saluran pemasaran dua.
4.7. Rata-rata Harga, Biaya, Keuntungan, Margin dan Efisiensi Pemasaran
Jagung
Dalam pemasaran jagung, pedagang menggunakan sistem tertentu untuk
memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Harga yang diterima petani sampai ke
tangan konsumen untuk masing-masing saluran tidak sama. Rata-rata harga jual
jagung ditingkat petani sebesar Rp. 421.000,- rata-rata harga jual ditingkat
pedagang pengumpul sebesar Rp.421.000,- dan rata-rata harga jual di tingkat
pedagang pengecer sebesar Rp. 526.250 Harga jual di tingkat petani merupakan
harga beli di tingkat pedagang pengumpul, harga jual di tingkat pedagang
pengumpul adalah harga beli di tingkat pedagang pengecer, sedangkan harga jual
di tingkat pedagang pengecer adalah harga beli ditingkat konsumen akhir.
Perkembangan harga jual, biaya pemasaran, keuntungan pemasaran,
margin pemasaran, dan bagian harga yang diterima petani dalam pemasaran
jagung pada berbagai saluran pemasaran di Kuala Pesisir pada saat penelitian
Tabel 8. Rata-rata Harga, Biaya Pemasaran, Keuntungan Pemasaran, Margin Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima petani dalam aktivitas Pemasaran Jagung Pada Saat Berbagai Saluran Pemasaran di Daerah Penelitian, Tahun 2013 harga share harga share harga share
(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) I Petani
Harga beli
harga jual 421.000 66,7 421.000 66,7 526.250 83,3
Biaya Pemasaran 12.000 1,9 20.000 3,16
Keuntungan Pemasaran 409.000 64,8 421.000 66,7 506.250 80,1 II pedagang Pengumpul
Harga Beli - - 421.000 66,7 -
-Harga Jual - - 526.250 83,3 -
-Margin Pemasaran - - 105.250 16,7 -
-Biaya Pemasaran - - 20.000 3,17 -
-Keuntungan Pemasaran - - 85.250 13,5 -
-III Pedagang Pengecer
Harga Beli - - 526.250 83,3 526.250 83,9
Harga Jual - - 631.500 100 631.500 100
Margin Pemasaran - - 105.250 16,7 105.250 16,6
Biaya Pemasaran - - 22.500 3,56 22.500 3,56
Keuntungan Pemasaran - - 82.750 13,1 82.750 13,1
IV Konsumen Akhir
Harga Beli 631.500 100 631.500 100 631.500 100
v Total Margin Pemasaran 631.500 100 210.500 33,3 105.250 16,6
Total Biaya Pemasaran 12.000 1,9 42.500 6,73 42.500 6,7 Total Keuntungan Pemasaran 619.500 98,1 589.000 93,3 589.000 93,2 Sumber : Data Primer (diolah), Tahun 2013
1. Harga
Rata-rata harga penjualan yang diterima dengan pedagang perantara dalam
pemasaran jagung berbeda-beda besarnya. Pebedaan ini disebabkan oleh kegiatan
yang dilaksanakan pedagang perantara dalam fungsi pemasaran berbeda dengan
petani. Rata-rata harga jual yang diterima petani dengan rata-rata harga jual yang
pada saluran I sebesar Rp 421.000,- Perolehan besar kecilnya rata-rata
harga jual di tingkat petani tergantung dari patokan rata-rata harga beli pedagang
pengumpul yang merupakan agen dari pedagang pengecer, hal ini disebabkan
petani bukan penentu harga tetapi berperan sebagai penerima harga. Patokan
harga jual oleh pedagang pengumpul untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
besar, namun demikian biaya pemasaran yang dikeluarkan petani terlihat lebih
kecil karena jarak tempuh dalam melakukan transaksi penjualan antara petani dan
pedgang pengumpul sangat dekat dibandingkan dengan melakukan penjualan
langsung kepada pedagang pengecer.
Saluran II sebesar Rp. 421.000,- Perolehan besar kecilnya rata-rata harga
jual di tingkat petani tergantung dari patokan rata-rata harga beli pedagang
pengumpul yang merupakan agen dari pedagang pengecer, hal ini disebabkan
petani bukan penentu harga tetapi berperan sebagai penerima harga. Patokan
harga jual oleh pedagang pengumpul untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
besar, namun demikian biaya pemasaran yang dikeluarkan petani terlihat lebih
kecil karena jarak tempuh dalam melakukan transaksi penjualan antara petani dan
pedagang pengumpul sangat dekat dibandingkan dengan melakukan penjualan
langsung kepada pedagang pengecer.
Pada saluran III rata-rata harga jual yang diterima pedagang besar terhadap
harga beli konsumen akhir sebesar Rp. 631.500 perolehan harga jual yang
diterima petani sebesar Rp 526.250,- saluran pemasaran II ini merupakan saluran
pemasaran yang pendek karena petani melakukan penjualan langsung kepada
yang jauh dan beban biaya pemasaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
saluran pemasaran I.
1. Keuntungan Pedagang
Keuntungan pedagang adalah imbalan atas jasa yang dilakukan selama
melakukan proses jagung, keuntungan pedagang berbeda-beda antara pedagang
satu dengan pedagang lainnya, hal ini diduga karena jasa yang dilakukan
pedagang tersebut berbeda-beda.
Keuntungan pemasaran adalah margin pemasaran dikurangi biaya
pemasaran. Bagian (Sharekeuntungan) yang diterima pelaku pasar terhadap harga
jual diperoleh dengan membagi keuntungan dengan harga jual dikalikan 100
persen. Besarnya keuntungan pemasaran dari berbagai jenis saluran pemasaran
jagung dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Keuntungan Pemasaran pada Berbagai Saluran Pemasaran Jagung di Daerah Penelitian,Tahun 2013
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Tabel terlihat keuntungan pemasaran terbesar diperoleh pada saluran I
yaitu Rp. 409.000 karena pada saluran pemasaran jagung I petani menjual jagung
terlebih dahulu kepada konsumen, sedangkan pada saluran II keuntungan
pemasaran sebesar Rp. 589.000 kemudian pedagang pengumpul yang melanjutkan
pemasaran sebesar Rp. 671.750 ini disebabkan petani menjual langsung jagung
kepada pedagang pengecer walaupun harga beli pengecer terhadap penjualan dari
petani tidak sama dengan harga beli dari pedagang pengumpul. Selisih rata-rata
harga jual petani dengan harga jual pedagang pengumpul terhadap harga beli
pedagang pengecer adalah Rp. 200-300/ tongkol. Pedagang pengecer relatif
mempunyai keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pedagang
pengumpul, karena pedagang pengecer mempunyai fasilitas dan kemampuan yang
lebih baik dalam aktivitas pemasaran.
4.8. Margin Pemasaran
Analisis margin pemasaran dan bagian harga merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengetahui efesiensi pemasaran. Untuk mengetahui
besar margin pemasaran dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan lembaga pemasaran yang ikut berperan dalam proses pemasaran.
Tabel 10. Besarnya Margin Pemasaran Pada Berbagai Salura Pemasaran Jagung di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Pada tabel diatas terlihat bahwa margin pemasaran pada saluran I yaitu Rp.
631.500, karena pada saluran I ini petani melakukan penjualan langsung kepada
konsumen akhir, margin pemasaran pada saluran II yaitu Rp. 210.500, Hal ini
disebabkan karena pada saluran II jauhnya jarak antara produsen dengan
jagung terlebih dahulu melalui pedagang pengumpul. Jauhnya jarak ini
mengakibatkan tingginya biaya pemasaran. Margin pemasaran yang terkecil
terlihat pada saluran III yaitu sebesar Rp.105.250 karena pada saluran III ini
petani melakukan penjualan pemasaran langsung kepada pedagang pengecer
walaupun dengan jarak pemasaran yang jauh dan risiko yang tinggi.
Ternyata dari ketiga saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya Famer’s Share yang paling besar adalah pada
saluran ketiga yaitu 83,3 persen.
4.9.Farmer’s Share
Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani
dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase.
Farmer’s Sharememiliki hubungan negatif dengan margin pemasaranyang mana
semakin tinggi margin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petani
semakin rendah. Farmer’s Sharepada saluran pemasaran komoditas jagung dapat
dilihat pada Tabel 11 berikut ini :
Tabel 11.Farmer’s SharePada Saluran Pemasaran Jagung Di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, Tahun 2013
Saluran Pemasaran Harga di tingkat
Saluran Pemasaran I 800 1200 66,7 Saluran Pemasaran II 800 1000 80 Saluran Pemasaran III 1000 1200 83,3 Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Bagian harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran
pemasaran I sebesar 66,7 persen, karena petani bertindak sebagai pedagang
Farmer’s Share sebesar 66,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada saluran
pemasaranI merupakan saluran pemasaran yang tidak menguntungkan petani,
Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan
kualitas produknya dan mengefisienkan saluran pemasaran komoditasnya
usahataninya.
4.10. Efisiensi Pemasaran
Untuk mengetahui efesien tidaknya pemasaran jagung di Kecamatan
Kuala Pesisir dilihat dari besar kecilnya pembagian (share) harga yang diterima
petani. Pada saluran pemasaran I bagian harga (share) yang diterima petani
sebesar 66,7 persen atau sebesar Rp 421.000 terhadap harga jual akhir
(Rp.631.500) besarnya total margin pemasaran Rp. 631.500, share harga yang
diterima petani pada saluran II adalah sebesar Rp. 421.000 terhadap harga jual
akhir (Rp.631.500), Total margin pemasaran Rp. 210.500 Sedangkan shareharga
yang diterima petani pada saluran III adalah sebesar Rp. 526.250 terhadap harga
jual akhir (Rp.631.500), Total margin pemasaran Rp.631.500.
4.11. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan setiap Saluran Pemasaran Bagi Petani :
Saluran Pemasaran I:
Keuntungan : - Keuntungan yang didapatkan petani besar
Kerugian : - Petani harus mengeluarkan biaya pemasaran
- Resiko tanggung sendiri bila barang tidak terjual habis Saluran Pemasaran II:
Keuntungan : - Resiko yang diterima petani akan lebih kecil - Petani tidak perlu melakukan penyimpanan - Petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran
Saluran Pemasaran III:
Keuntungan : - Keuntungan yang di peroleh petani semakin mahal dari pemasaran II
- Barang terjual habis
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
1. Pemasaran jagung di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
terdiri dari tiga saluran pemasaran yaitu:
Petani Konsumen
Petani Pedagang pengumpul Pedagang pengecer
Konsumen
Petani Pedagang pengecer Konsumen
2. Berdasarkan perhitungan efisiensi pemasaran untuk komoditas jagung,
ketiga saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten
Nagan Raya sudah dikategori dalam saluran pemasaran yang sangat efesien.
Pada saluran pemasaran I bagian harga (share) yang diterima petani sebesar
Rp. 421.000 Terhadap harga jual akhir (Rp. 631.500) besarnya total margin
pemasaran Rp.631.500. Pada saluran II adalah sebesar Rp. 421.000 terhadap
harga jual akhir (Rp.631.500). Total margin pemasaran Rp. 210.500.
Sedangkanshare harga yang diterima petani pada saluran III adalah sebesar
Rp. 526.250 terhadap harga jual akhir (Rp.631.500). Total margin
pemasaran Rp. 105.250.
5.2. Saran
1. Untuk dapat mendistribusikan komoditas jagung secara efisien, petani
perlu bekerjasama dengan pihak yang bersedia menampung produk petani
2. Petani perlu membuat perencanaan produksi yang lebih baik yaitu dalam
pengaturan panen yang bertujuan untuk mengantisipasi kelangkaan dan
melimpahnya produk di pasaran.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut berkaitan dengan persepsi konsumen
DAFTAR PUSTAKA
Azzaino. 1981. Pengantar tataniaga hasil pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB Bogor.
Azhari.2004. Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikulturan 2004. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Jakarta
Basu Swasta, 2000, Yogyakarta : Penerbit BPFI
Basu Swastha. 1996.Azas-Azas Marketing, Edisi 3. Liberty: Yogyakarta
Badan Pusat Statistik. 2012. Nagan Raya Dalam Angka. Suka Makmue: BPS Nagan Raya.
Isnani. 1993. Usul Penelian Sripsi. Fakultas Pertanian Unsyiah .
Kotler, Philip, 1997,Manajemen Pemasaran, PT. Prehallindo, Jakarta
Masyhuri.(1994). Manajemen Agribisnis Program Studi Ekonomi Pertanian. Program Pascasarjana. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Noor, Hendri Faisal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Partowijoto. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Sudiyono, A., 2004.Pemasaran Pertanian. UMM-Press. Malang.
Sudaryanto.(1991). Pengembangan Teknologi Pertanian Partisipasi Dalam Mendukung Pembedayaan Petani Dan Pengembangan Agribisnis.
Solahuddin,(1998) , Laporan Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil tentang Perkembangan JumlahUnit Usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura
Swasta,(1996),Pemasaran Strategis, edisi keempat, jilid 1 dan 2, terjemahan, Salim L Penerbit Erlangga, Jakarta.
Soekartawi, 1990. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Rajawali, Jakarta.
Syefuddin. 1982.Pengkaji Pemasaran Komoniti. IPB Bogor.