• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN PLURALISME AGAMA MENURUT NURCHOLISH MADJID (1939-2005) DAN DJOHAN EFFENDI (1939-2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN PLURALISME AGAMA MENURUT NURCHOLISH MADJID (1939-2005) DAN DJOHAN EFFENDI (1939-2017)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA MENURUT NURCHOLISH MADJID (1939-2005) DAN DJOHAN EFFENDI (1939-2017)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

Oleh:

DIANA NASUTION NIM: 11731203013

Pembimbing I Dr. Rina Rehayati, M.Ag

Pembimbing II Dr. Sukiyat, M.Ag

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1444 H/2022 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

atau besok, nikmati setiap moment dalam hidupmu dan berpetualanglah”

Pantang dalam menyerah, pantang dalam berpatah arang. Tidak ada kata gagal untuk orang yang enggan berhasil. “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus dari

rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kufur”.































“DIANA NASUTION"

(7)

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam tak henti-hentinya juga ananda wasilahkan kepada ruh baginda Nabi Muhammad ملسو هيلعالله ىلص.

Skripsi ini Ananda persembahkan untuk kedua orang tua yaitu Ayahanda Bahron Nasution dan Ibunda Nurma Sari Hasibuan. Mereka tidak pernah bosan- bosannya dalam memberikan nafkah lahir dan bathin kepada saya serta do’a dan semangat yang tak terhingga dari mereka berdua. Sehingga Ananda mampu menyelesaikan pendidikan (S1). Selanjutnya Ananda ucapkan terima kasih kepada saudara/i ananda yaitu Sahbana Nasution, Hotnida Nasution, Sahdan Nasution, Rizki Nasution.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan. Tak hanya itu, diharapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dapat mendatangkan manfaat, keberkahan dan mendapatkan Ridho dari Allah SWT. Aamiin.

(8)

i

KATA PENGANTAR ميحرلا همحرلا الله مسب

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat, ridho, rahmat, dan taufiq, serta karunia-Nya Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan Judul “STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN PLURALISME AGAMA MENURUT NURCHOLISH MADJID (1939-2005) DAN DJOHAN EFFENDI (1939-2017)” ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana mestinya. Sholawat dan Salam tidak lupa penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW, Rasul pilihan, suri tauladan, serta kepada keluarga dan para sahabatnya atas ilmu yang telah mereka wariskan kepada ummatnya sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Prodi Aqidah dan Filsafat Islam dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Kemudian penulis juga menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hairunas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Dr. Hj. Helmiati, M.Ag., Selaku Wakil Rektor I, Dr. H. Mas‟ud Zein, M.Pd., selaku Wakil Rektor II, dan Edi Erwan S.Pt., M.Sc., Ph.D., selaku Wakil Rektor III.

2. Bapak Dr. H. Jamaluddin, M.Us., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Berserta Wakil Dekan I Ibunda Rina Rehayati, M.A., Wakil Dekan II Dr. Afrizal Nur, M.Is., dan Wakil Dekan III Dr. H. M. Ridwan Hasbi, Lc, M.Ag.

3. Dr. H. Kasmuri, M.A, selaku dosen Penasehat Akademik selama penulis menuntut ilmu di kampus UIN SUSKA Riau.

4. Dr. Sukiyat, M. Ag, selaku ketua Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, sekaligus

(9)

ii

5. Dr. Rina Rehayati, M.Ag, Selaku pembimbing skripsi I yang telah memberikan motivasi dan arahannya dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Dr. Sukiyat, M. Ag, Selaku pembimbing skripsi II yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan metodologis dan teknis penulisan skripsi ini, serta memberikan motivasi dan arahannya dalam penulisan skripsi ini sehinggan penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Para dosen Fakultas Ushuluddin, terkhususnya dosen Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, terima kasih atas ilmu yang telah Bapak/ Ibu berikan selama penulis kuliah di Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Riau.

8. Terkhususnya kepada kedua orangtua penulis Ayahanda Bahron Nasution dan Ibunda Nurma Sari Hasibuan yang telah menjadi inspirasi kuat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada saudara/i kandung penulis Sahbana Nasution, Hotnida Nasution, Sahdan Nasution, Rizki Nasution. Atas doa mereka yang tiada putus, serta dukungan semangat baik moril maupun materil yang tidak terhingga kepada penulis agar skripsi ini bisa terselesaikan, semoga Allah melindungi kita semua. Aamiinn..

9. Kepada Guru-Guru saya mulai dari Sekolah Dasar, kepada Abun dan Ummi, serta Ustadz dan Ustadzah di Pondok Pesantren Roudhotul Jannah, berbekal berkat ilmu yang mereka ajarkan dengan ikhlas waktu mondok sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir di kampus ini. Semoga Allah membalas keikhlasan mereka dengan kebahagiaan dunia dan terlebih khusus di akhirat.

10. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2017, keluarga lokal A 2017, khususnya kepada Sahabat saya Rondana Sari Hsb, Ayu Sriwahyuni Angkat, Ahmad Riyadi, dan banyak lagi yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dan memberikan semangat dalam skripsi ini.

11. Kepada Khairul Arifin Hasibuan yang selalu menyemangati dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

(10)

iii

12. Kepada kawan dan adek kos: Sukmaida Nst, Ajelina Nst, adek Ainul Mardiah Siregar, Septi Rosina Hsb, Shilfia Ningsi Nst, Aisyah Hrp dan Gabena Rezky Hsb yang selalu memberikan semangat serta motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dalam penulisan skripsi ini. Karena itu, kemungkinan terdapat banyak kekurangan serta kejanggalan yang memerlukan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin..

Pekanbaru, 17 November 2022 Penulis

Diana Nasution

Nim:11731203013

(11)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN NOTA DINAS

SURAT PERNYATAAN MOTTO

PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... viii

BAHASA INGGRIS ... ix

BAHASA ARAB ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 10

C. Alasan Pemilihan Judul ... 11

D. Identifikasi Masalah ... 12

E. Pembatasan Masalah ... 12

F. Rumusan Masalah... 12

G. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 13

H. Sistematika Penelitian... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA (KERANGKA TEORI) A. Landasan Teori ... 16

B. Riwayat Singkat Tokoh ... 22

1. Biografi Nurcholish Madjid... 22

2. Biografi Djohan Effendi ... 29

3. Sejarah dan Perkembangan Pluralisme ... 33

4. Makna Pluralisme Agama ... 37

5. Pluralisme Agama dalam Tasawuf ... 40

6. Pluralisme Agama di Indonesia ... 46

(12)

v

C. Kajian Terdahulu (Literature Review) ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53

B. Sumber Data Penelitian ... 54

C. Teknik Pengumpulan Data ... 55

D. Teknik Analisi Data ... 56

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA A. Pluralisme Agama Persfektif Nurcholish Madjid ... 57

1. Indonesia Negara yang Pluralis ... 63

2. Pluralisme sebuah Kepastian dan Kenyataan ... 63

3. Pluralisme merupakan Ajaran yang Islami ... 64

4. Pluralisme Berdasarkan Al-Qur‟an ... 66

B. Pluralisme Agama Persfektif Djohan Effendi ... 68

1. Kebebasan Beragama ... 68

2. Kerukunan Umat Beragama ... 72

3. Dialog Antar Umat Beragama ... 77

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pluralisme Agama ... 80

1. Faktor Internal ... 81

2. Faktor Eksternal ... 81

D. Table Persamaan dan Perbedaan Pluralisme Agama Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi ... 82

E. Kekuatan dan Kelemahan Pluralisme Agama Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS

(13)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pengalihan huruf Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana yang tertera dalam buku Pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A Guide to Arabi Transliteration), INIS Fellow 1992.

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

ا A ط Th

ب B ظ Zh

ت T ع

ث Ts غ Gh

ج J ف F

ح H ق Q

خ Kh ك K

د D ل L

ذ Dz م M

ر R ن N

ز Z و W

س S ه H

ش Sy ء

ص Sh ي Y

ض Dl

2. Vokal, panjang dan diftong

Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:

Vokal (a) panjang = Ă misalnya لاق menjadi qâla Vokal (i) panjang = Ĭ misalnya ليق menjadi qĭla

(14)

vii

Vokal (u) panjang = ŭ misalnya نود menjadi dŭna

Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “ĭ”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:

Diftrong (aw) = و misalnya لوق menjadi qawlun Diftrong (ay) = ي misalnya ريخ menjadi khayun

3. Ta‟ marbŭthah ) ﺓ )

Ta‟ marbŭthah ditransliterasikan dengan “ṯ” jika berada di tengah kalimat, tetapi apabila Ta‟ marbŭthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya ةسردملل ةلاسرلا menjadi al- risalaṯ li al-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan t yang disambung dengan kalimat berikutnya, misalnya ةللا ةمحر يف menjadi fi rahmatillâh.

4. Kata sandang dan Lafdh al-Jalâlah

Kata sandang berupa “al” (لا ) ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh jalâlah yang berada di tengah- tengah kalimat yang disandarkan (idhofah) maka dihilangkan. Perhatikan contoh- contoh berikut ini:

1. Al-Imâm al- Bukhâriy mengatakan...

2. Al- Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan...

3. Masyâ Allah kâna wa mâ lam yasyâ‟ lam yakun.

(15)

viii ABSTRAK

Penelitian ini membahas perbandingan pemikiran antara Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama. Di mana pluralisme agama adalah sebuah paham yang tidak bisa dihindari, namun keberagaman dalam agama ternyata dinilai memiliki sisi negatif, kerena adanya klaim kebenaran yang dimiliki oleh setiap pemeluk agama. Apabila setiap pemeluk agama beraggapan bahwa agamanya yang paling benar, maka hal tersebut berpotensi menyalahkan agama yang lain. Oleh sebab itu, agama dianggap sebagai sumber pemicu konflik bagi sebagian umat beragama, dan dipandang sebagai masalah yang cukup serius dalam persoalan sosial dan konflik dalam agama yang menimbulkan pertumpahan darah. Dalam MUI, juga mengharamkan paham ini karena pluralisme dianggap suatu paham yang menyimpang. Berangkat dari suatu masalah maka muncullah pertanyaan dari rumusan masalah yaitu, bagaimana pendapat Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama, bagaimana perbedaan dan persamaannya, dan bagaimana kekuatan dan kelemahan pluralisme agama.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research) dengan menggunakan buku-buku sebagai sumber penelitian. Metode pendekatannya adalah deskriptif kualitatif. Penulisan penelitian ini memperlihatkan adanya persamaan dan perbedaan di dalam penjelasan pluralisme agama. Persamaannya sama-sama menerapkan prinsip toleransi, saling menghargai dan menerima keberagaman, serba tidak setuju dengan absolutisme. Adapaun perbedaan pemikiran keduanya terletak pada sikap kemajemukan atau konsep Al-hanifiyah Al-samhah dan kebebasan beragama. Menurut Nurcholish Madjid sikap kemajemukan tidak hanya memperjuangkan dan mengutamakan kepentingan umat Islam saja. Nurcholish Madjid lebih cenderung pada konsep kemajemukan atau keberagaman. Sedangkan Djohan Effendi lebih fokus pada kerukunan atau kebebasan beragama dan pelaksanaanya dalam dialog antar umat beragama dan mengangkat ide pluralisme dalam kebebasan beragama yang di dalamnya terdapat titik temu agama. Adapun ide pluralisme agama yang diagungkan Djohan Effendi dibagi menjadi tiga bagian yaitu, teologi kerukunan, pemikiran manusia relatif tentang agama, kebebasan dan beragama.

Kata kunci: Pluralisme, Agama, Nurcholish Madjid, Djohan Effendi.

(16)

ix ABSTRACT

This study discusses the comparison of thoughts between Nurcholish Madjid and Djohan Effendi about religious pluralism. Where religious pluralism is an understanding that cannot be avoided, but diversity in religion is actually considered to have a negative side, because there is a truth claim that is owned by every adherent of a religion. If every adherent of a religion thinks that their religion is the most correct, then this has the potential to blame other religions.

Because of this, religion is considered a source of conflict triggers for some religious communities, and is seen as a serious enough problem in terms of social issues and conflicts within religions that lead to bloodshed. The MUI also forbids this understanding because pluralism is considered a distorted understanding.

Departing from a problem, a question arises from the formulation of the problem, namely, what is the opinion of Nurcholish Madjid and Djohan Effendi about religious pluralism, what are the differences and agreements. and what are the strengths and weaknesses of religious pluralism. Int research is library research (Library Research) using books as research sources. The approach method is descriptive qualitative. The writing of this research shows that there are similarities and differences in the explanation of religious pluralism in that they both apply the principles of tolerance, mutual respect and acceptance of diversity, completely disagreeing with absolutism. The difference in their thinking lies in the attitude of pluralism or the concept of Al-hanifiyah Al-samhah and freedom of religion. According to Nurcholish Madjid, the attitude of pluralism does not only fight for and prioritize the interests of Muslims. Nurcholish Madjid is more inclined to the concept of pluralism or diversity. Meanwhile, Djohan Effendi focuses more on harmony or freedom of religion and its implementation in inter- religious dialogue and raises the idea of pluralism in religious freedom in which there are religious meeting points. The idea of religious pluralism that Djohan Effendi exalts is divided into three parts, namely, theological harmony, relative human thoughts about religion, freedom and religion.

Keywords: Pluralism, Religion, Nurcholish Madid, Djohan Effendi.

(17)

x

صخلم

نع ثحبي ثحبلا اذى ون ينب راكفلأا ةنراقم

صلاخ ر وح يدنفأ ناىوجو ديمج

ل

م لك ناك اذإ .ةينيدلا ةيددعتلا دقتع

حجارلا وى ونيد نأ دقتعي وللاب اذى يقلي نأ لمتلمحا نمف ،

م

اذى ببسبو .ىرخلأا نايدلأا ىلع اًردصم نيدلا برتعُي ،

ُيو ،ةينيدلا فئاوطلا ضعب يرثي عارصلل برتع

تيلا نايدلأا لخاد تاعارصلاو ةيعامتجلاا اياضقلا ثيح نم ةيافكلا ويف ابم ةيرطخ ةلكشم ونأ وت .ءامدلا ةقارإ ببست ص تايدتح ضرلأا هذى ىلع ةيددعتلا ةدلاو وجا

ًامهف ةيددعتلا برتعت .ةبع

ائطاخ ةمظنم في كلذ ةظحلام نكيمو ، ينيسينودنلإا ءاملعلا سلمج

تم تيلا هفلا اذى ن .

أشني

ثحبلا ةلئسأ اهنم ىو ،

ي رون يأر وى ام صلاخ

و ديمج يى امو ،ةينيدلا ةيددعتلا في يدنفأ ناىوج

او فلاتخلاا وجوأ وباشتل

ةيددعتلا في فعضلاو ةوقلا طاقن يى امو ، ثبح وى ثحبلا اذى .ةينيدلا

بيتكم ا مادختساب .يعجرم ردصمك بتكل

انى ثحبلا جهنمو فصو

ي .يعون لد ىلع ثحبلا اذى

أدبم نوقبطي نهأ يى وباشتلا وجوأ .ةينيدلا ةيددعتلا يرسفت في فلاتخاو وباشت وجوأ دوجو حماستلا بتلدا ماترحلااو

عونتلا لوبقو لدا ىراكفأ في فلاتخلاا .قلطلدا كلحا م ماتلا فلاتخلااو ،

اجسنلااو ةحمسلا ةيفينلحا موهفم وأ ةيددعتلا فقوم في نمكي ونل اًقفو .نيدلا ةيرح وأ م

صلاخ ر

ديمج لجأ نم طقف لضاني لا ةيددعتلا فقوم نإف ، ةيولولأا اهيطعيو ينملسلدا لحاصم

لعف نُيم لاو ،

يرلخا .صخش يأ م فاصنلإاو صلاخ رون

تلا موهفم لىإ رثكأ لييم ديمج فيو .عونتلا وأ ةيددع

وسفن تقولا راولحا في اهقيبطتو نيدلا ةيرح وأ ماجسنلاا ىلع بركأ لكشب يدنفأ ناىوج زكرت ،

ةركف حرطيو تايلقلأل لدابتلدا كشلا نم للقيو تافلاتخلاا رسيج نأ نكيم طاشنك نايدلأا ينب ةيددعتلا فري تيلا ةينيدلا ةيددعتلا ةركف سقنت .طاقن .نييد ءاقل اهيف دجوي تيلا ةينيدلا ةيرلحا في

اهع

يىو ،ءازجأ ةثلاث لىإ يدنفأ ناىوج توىلالا مائو

، ةيرحو ،نيدلا نع نياسنلإا بيسنلا ركفلاو

.نيدلا لا تاملكلا ةيحاتفم

ةيددعتلا : , رون ،ةينيدلا صلاخ

.يدنفأ ناهوج ،ديجم

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wacana pluralisme agama ditengah masyarakat saat ini sering dipandang sebagai masalah yang cukup serius di antaranya persoalan sosial dan konflik yang menimbulkan pertumpahan darah. Jika ditelusuri dalam masyarakat majemuk, apabila konflik atas nama agama terus muncul dan akibat ketidakmampuan menerima keberagaman agama dan menjadi suatu faktor pemersatuan sekaligus pemicu konflik sosial dan konflik dalam agama, maka sangatlah memungkinkan konflik tidak dapat terselesaikan dan memuncak jika beberapa organisasi keagamaan yang kuat dan partikularistik hidup saling mengklaim bahwa agama yang dipeluknya adalah satu-satunya agama yang benar.1 Jalan keluar akan sangat sulit ditemukan apabila tidak ada keyakinan bahwa sebuah realitas yang beragam adalah sesuatu yang niscaya dan tidak mungkin dihilangkan oleh manusia. Sehingga agama dituduh sebagai penyebab utama dalam konflik, dikarenakan agama mempunyai paham yang berbeda-beda.2

Sehingga fenomena pluralisme agama masih menjadi isu yang menarik dan relavan untuk dikaji dalam konteks kehidupan sosial keagamaan, khususnya di Indonesia sehingga pluralisme agama semakin hari semakin menimbulkan banyak perdebatan atau konflik petumbuhan darah, agama juga dituduh sebagai penyebab utama dalam konflik dikarenakan agama mempunyai konsep yang berbeda-beda. Kemudian didukung dengan situasi kehidupan di Indonesia yang sangat majemuk maka diusunglah gagasan tersebut menjadi proyek besar dalam gerakan postmodernisme, dalam pandangan Islam paham pluralisme agama adalah paham merusak Aqidah, Syariah dan Akidah Islam. Berangkat dari masalah, baiknya bagaimana

1 Syarif Hidayatullah, Muhammadiyah Pluralitas Agama di Indonesia, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 1.

2 Rif‟at Husnul Ma‟afi, Alvin Qodri Lazuardy, “Konsep Pluralisme Agama Menurut Djohan Effendi”, Jurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan, Vol. 5, No. 2, (Desember 2019), hlm. 87.

(19)

mengetahui pemikiran para tokoh yang merujuk pada pandangan Nurcholish Majid dan Djohan Effendi yang membahas tentang masalah pluralisme agama dan mengingat bahwa Indonesia sendiri merupakan negara dengan beragam suku, ras, bahasa, agama dan sistem kepercayaan yang majemuk. Juga pluralisme agama sering dipandang sebagai masalah yang cukup serius, di antaranya persoalan sosial, dan budaya. Dengan demikian, pluralisme telah menjadi kenyataan sejarah dalam menuntut pengakuan sehingga menjadi bahan perbincangan tidak saja para teolog tetapi juga para filosof. Oleh sebab itulah, para filosof menggegas perlunya kebebasan beragama tanpa ada saling menindas. Dengan menjungjung tinggi kebebasan beragama akan tercipatnya kehidupan yang aman sehingga tidak ada penindasan dan ketidakharmonisan.3

Nurcholish Madjid salah satu tokoh intelektual muslim yang banyak mendeklarasikan konsep pluralisme agama di Indonesia. Nurcholish Madjid dikenal sebagai tokoh yang banyak menyuarakan pluralisme sebagai konsep yang digunakan dalam melihat masalah dalam hubungan antar umat bergama.

Pluralisme yang didegungkan oleh Nurcholish Madjid terangkum dalam konteks ke Islaman, ke Indonesiaan, dan kemodernan, serta mencari dasar- dasar pluralisme agama dalam presfektif keterbukaan. Sejalan dengan Islam inklusif yaitu Islam yang terbuka terhadap berbagai perbedaan disertai dengan sikap saling menerima dan menghargai terhadap perbedaan.4 Sedangkan menurut Nurcholish Madjid pluralisme agama adalah kesamaan-kesamaan yang ada dalam agama-agama bukanlah sesuatu yang mengejutkan.

Nurcholish Madjid beragumentasi bahwa semua yang benar berasal dari sumber yang sama yaitu Allah. Nurcholish Madjid menegaskan bahwa perbedaan itu tidaklah prinsipil sedangkan ajaran pokok atau syariat pada Nabi dan Rasul adalah sama.

Konsep pluralisme agama yang dirumuskan oleh Nurcholish Madjid ada dua pendekatan yaitu pendekatan filologis berangkat dari trem (Islam)

3 Umi Sumbulah, Nurjannah, Pluralisme Agama Makna Dan Lokalitas Pola Kerukunan Antara Umat Bergama, (Malang: UIN Maliki Perss, 2013), hlm. 41.

4 Purwanto, “Pluralisme Agama Dalam Perspektif Nurcholish Madjid”, Religio: Jurnal Studi Agama-Agama, Vol. 1, No. 1, (Maret 2001), hlm. 48.

(20)

Nurcholish Madjid mendefinisikan tentang kata Islam dari Alqur‟an, menurutnya bahwa kata Islam dalam bahasa Arab berarti pasrah dan berserah diri. Sedangkan pendekatan historis menurutnya ialah kesadaran sejarahlah yang sangat menetukan, maka dari itu kesadaran sejarah harus dilihat dari sebagai contoh kemungkinan perwujudan dan pelaksanaan yang nyata dan suatu nilai dalam tuntutan tempat dan waktu. Bagi Nurcholish Madjid pluralisme agama merupakan sunnatullah. Oleh karena itu, pandangan mengenai pluralisme agama harus didasarkan atas ketahuidan atau keimanan.

Karena ke Esaan yang abadi adalah milik Allah semata dan pluralisme agama meruapakan milik semua mahluknya, inilah doktrin yang paling masuk akal untuk menghindari kemusryikan dalam bertauhid.5 Dalam pemikirannya pluralisme agama sebagai sikap menerima perbedaan dengan penuh penghargaan disertai dengan sikap memandang positif terhadapnya dalam artian setiap bagian dari pluralitas saling menyumbangkan kemampuan untuk kemajuan bersama.

Wacana pluralisme agama dalam pemahaman Djohan Effendi berbeda dengan pluralisme cendekiawan-cendekiawan muslim lainnya. Dalam pengakuan pluralisme bukan hanya pengakuan secara sosilogis bahwa umat beragama berbeda. Akan tetapi juga pengakuan titik temu agama secara teologis di antara umat beragama, Djohan Effendi juga tidak setuju dengan absolutisme agama, ia juga membedakan antara agama itu sendiri dengan keberagaman manusia. Menurutnya agama harus bersumber pada wahyu dan diyakini sebagai sifat ilahiyah, agama memiliki nilai yang mutlak. Namun, jika agama itu dipahami oleh manusia maka kebenaran agama itu tidak bisa sepenuhnya dipahami dan dijangkau oleh manusia karena manusia sendiri bersifat nisbi tetapi tidak absolut, absolut adalah kebenaran agama itu sendiri.6 Lebih lanjut Djohan Effendi menjelaskan bahwa sikap anti pluralisme adalah sikap yang tidak realistik dan tidak natural. Menurutnya, bagi masyarakat majemuk tidak ada pilihan lain kecuali mengembangkan sikap pluralisme

5 Ibid., hlm. 49.

6 Umi Hanik, “Pluralisme Agama Di Indonesia”, Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol. 25, No. 1, (Januari 2014), hlm. 49.

(21)

yaitu menghormati dan mengakui serta membela eksistensi orang lain dengan totalitasnya, hak dan pola hidupnya, faham dan keyakinan.

Pemikiran Djohan Effendi berangkat dari suatu pemahaman bahwa dakwa adalah sesuatu yang penting. Akan tetapi, Djohan Effendi kurang setuju jika keberagaman seperti itu bertolak dari pemandangan keagamaan yang bersifat mutlak dan statis (meganggap bahwa kebenaran atau keselamatan menjadi klaim satu kelompok). Dari disinilah, menurut Djohan Effendi dialog merupakan sesuatu yang esensial untuk merangsang keberagaman kita agar tidak mandeg dan statis.7

Pluralisme agama bukan sekedar keadaan atau fakta yang bersifat plural, jamak atau banyak. Akan tetapi pluralisme agama saling mengahargai, menghormati, memelihara dan mengembangkan, atau memperkaya keadaan yang bersifat mejemuk. Adapun tujuan pluralisme agama adalah terciptanya harmonis hubungan antar komunitas di masyarakat, pemahaman secara objektif terhadap realitas keagamaan bertujuan untuk menemukan nilai-nilai universal yang menjadi titik temu antara ajaran agama bukan pula untuk menyatukan atau mencampur adukkan ajaran agama. Pada dasarnya pluralisme atau kemajemukan dalam masyarakat tidak cukup hanya dengan sikap menerima dan mengakui kenyataan bahwa masyakarat itu bersifat plural, yang lebih mendasar harus disertai dengan sikap ikhlas dan tulus menerima kenyataan kemajemukan sebagai bernilai positif dan merupakan rahmat Tuhan kepada manusia, karena akan memperkaya pertumbuhan budaya melalui interaksi dinamis dan pertukaran silang budaya yang beraneka ragam. Pluralisme juga merupakan suatu perangkat yang mendorong untuk memperkaya budaya bangsa, pluralisme juga tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita adalah plural, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedar sebagai “kebaikan negatif” hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisisme.

7 Ibid., hlm. 49.

(22)

Pluralisme juga harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban”.8

Dalam konsep pluralisme agama sudah menjadi perbincangan utama karena pluralisme agama adalah suatu kenyataan bahwa kita adalah berbeda- beda, beragam dan plural. Pluralisme adalah bentuk masyarakat majemuk yang berkaitan dengan sistem sosial, politik dan kebudayaan yang berbeda di dalam struktur masyarakat.9 Jadi persoalan pluralisme agama hingga saat ini masih didengungkan, karena masalah pluralisme agama dari zaman dahulu hingga sampai sekarang masih diperdebatkan dalam memahami pluralisme yang sebenarnya. Ada beberapa sisi keharmonisan untuk kehidupan bermasyarakat terutama dalam aspek hubungan beragama sehingga masih memunculkan persoalan yaitu pertentangan dan permusuhan yang dilatarbelakangi perbedaan suku, agama, ideologi politik dan sebagainya.

Sehingga muncullah diberbagai daerah dalam bentuk konflik fisik. Oleh sebab itu, pluralisme agama memiliki sikap menghormati, mengakui, memelihara, dan bahkan mengembangkan keadaan yang yang bersifat plural. Semacam ini, disatu sisi merupakan modal dasar yang dapat memperkaya dinamika positif keagamaan dan saling pengakuan atas perbedaan, sesungguhnya perbedaan itu adalah “keputusan Ilahi” atau kehendak Allah. Dimana hal ini, merupakan sesuatu yang nyata sehingga tidak dapat dipungkiri keberadaannya, menolak sunnatullah berakibat timbulnya ketegangan dan bahkan konflik. Sebab, meniadakan yang nyata merupakan tindakan pengingkaran terhadap kehendak Allah.10

Goresan dan sejarah membuktikan bahwa semua pemeluk agama yang berbeda sering kali terlibat konflik dalam perbedaan etnik, dan penganut agamanya, sehingga sering dijadikan alat yang ampuh untuk memicu konflik dalam perpecahan antara umat beragama. Selain menyimpan akar-akar

8 Budhy Munawar Rahman, Karya Lengkap Nurcholis Madjid. Keislaman. Keindonesia, dan Kemodrenan, (Jakarta: Nurcholis Madjid Society (NCMS)), 2019, hlm. 4093.

9 Umi Hanik, “Pluralisme Agama Di Indonesia”, Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, hlm. 44.

10 Ibid., hlm. 45.

(23)

keragaman primosdial yang kuat baik agama maupun etnik. Sehingga pada masyarakat plural tersebut menyimpan potensi konflik. Jadi agama, terbukti dalam sejarah, juga dapat dilihat sebagai salah satu sarana perubahan sosial.

Sehingga masyarakat meyakini bahwa tidak ada agama yang paling benar, semuanya sama karena setiap agama menuju Tuhan yang Maha Esa.11

Adapun problem atapun konflik dalam pluralisme bukan pada tataran sosial-budaya, akan tetapi pada tataran agama. Sebelum muncul masalah pluralisme sebagai persoalan filosofis, umat Islam mendiskusikan topik ini selama berabad-abad tidak hanya untuk orang-orang Yahudi dan Kristen tetapi juga untuk siapa saja yang tidak mendengar apa-apa tentang Tuhan.12 Dan pluralisme juga muncul sebagai paham bertitik tolak dari perbedaan bukan persamaan, orang yang menyebarkan pluralisme secara otomatis mengakui perbedaan bukan persamaan. Karena yang memandang pluralisme dalam semua agama sama saja adalah mustahil, pada dasarnya sudah mengakui perbedaan yang diingikan adalah kita menghormati dan menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan kelompok yang berbeda serta memperbolehkan agama yang dianut untuk saling menjaga keunikan budayanya masing-masing. Di mana kemajemukan itu sebagai fakta alamiah atau fundamental yaitu bahwa nature manusia itu bisa berbeda.13 Dalam pluralisme agama ini bagaimanapun tidak bisa mengabaikan begitu saja dan menyatakan bahwa semua agama itu sah, benar, dan valid, justru itu semua tradisi keimanan berhak mendapat perhatian yang sama. Perbedaan bukanlah sesuatu yang nyata ada, namun sekedar perbedaan pengungkapan budaya dari makna esensial yang sama dari semua agama.14

Pluralisme beranggapan bahwa kebenaran yang benar tidak akan datang hanya dari satu sumber melainkan juga sumber yang lain. Pluralisme agama semakin menghangatkan diberbagai kalangan, dan banyak tokoh yang

11 Syarif Hidayatullah, Muhammadiyah Pluralitas Agama Di Indonesia, hlm. 2.

12 Djohan Effendi, Islam dan Pluralisme agama, (Yogyakarta: Institut Dian/ Interfidei, 2010), hlm. 45.

13 Budhy Munawar Rachman, Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme, (Jakarta: PT Gramedia, 2010), hlm. 46.

14 Syarif Hidayatullah, hlm. 19.

(24)

telah menyumbangkan pemikirannya. Termasuk dua tokoh besar ini yakni Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi, kedua tokoh ini mrupakan pemikir besar di Indonesia yang memiliki banyak pengikut. Pada dasarnya tergolong kelompok pluralisme agama karena itulah yang sangat dihormati dan disengani karena jasanya yang telah menjadikan warga negara Indonesia yang berbeda keyakinan menjadi damai sentosa tanpa terjadinya konflik yang membinasakan warga negara Indonesia.

Penolakan terhadap pluralisme agama di antaranya yang kemukakan oleh MUI dan fatwa MUI Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005, tentang pluralisme agama, liberalisme dan sekularime agama yang menyebutkan bahwa pluralisme agama liberalisme dan sekularime agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, umat Islam haram mengikuti paham pluralisme liberalisme dan sekularime agama, dalam masalah aqidah dan ibadah umat Islam wajib bersikap eksklusif dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan pemeluk agama lain, dan bagi masyarakat muslim dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah umat Islam bersikap inklusif dalam arti yaitu tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.15

Oleh sebab itu, isu pluralisme agama menjadi perbincangan yang hangat dan cukup serius dikalangan agamawan ada yang menerima pluralisme ditegakkan dan ada juga yang menolak pluralisme agama. Oleh karena itu pluralisme yang ditegakkan di Indonesia adalah sebuah fenomena yang tidak mungkin kita hindari dan kita hidup dalam pluralisme yang merupakan bagian dari proses pluralitas aktif atau pasif. Menghadapi pluralisme seperti itu, tentunya tidak mungkin kita mengambil sikap anti pluralisme kita harus belajar toleran terhadap pluralisme. Keberagaman ini menyangkut dan menyusup kedalam kehidupan kita di setiap ruang, tidak terkecuali dalam hal

15 Ma‟ruf Aamin, Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 7/Munas VII/MUI/11/2005 tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama, (Jakarta: 28 Juli 2005), hlm. 49.

(25)

kepercayaan, kita hanya bisa menghadapi kenyataan adanya berbagai agama dengan penganutnya masing-masing.16

Dalam khazanah pemikiran intelektual Islam khususnya di Indonesia selalu ada tokoh-tokoh yang berperan penting dalam mewarnai khazanah pemikiran Islam di eranya masing-masing. Pemikiran-pemikiran para tokoh tersebut sangatlah berpengaruh besar dalam kehidupan umat Islam di Indonesia. Ada beberapa gagasan yang telah dituangkan di dalam kalangan masyarakat sesuai dengan kala menuai pro dan kontra. Salah satunya tokoh Islam di Indonesia yang cukup berpengaruh dalam pemikiran keagamaan yaitu Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi.17

Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi adalah dua orang intelektual muslim yang menaruh perhatian besar terhadap pluralisme agama, sehingga paham pluralisme agama dalam pandangan Nurcholish Madjid tidak cukup hanya diterima dan diakui sebagai kenyataan dalam masyarakat majemuk akan tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus menerima kenyataan bahwa pluralisme agama merupakan nilai positif dan rahmat dari Tuhan kepada umat manusia untuk memperkaya pertumbuhan budaya dan suku yang beranekaragam. Serta menunjukkan bahwa tidak ada kebenaran mutlak serta adanya pengakuan terhadap kebenaran agama lain. Jadi pluralisme agama hanya ada kalau ada sikap-sikap keterbukaan saling bertoleransi dan menghargai, sehigga ajaran ini menegaskan pengertian dasar bahwa semua agama diberi kebebasan untuk hidup.18

Dengan bahasa lain, Greg Barton menyebutkan bahwa Djohan Effendi menolak absolutisme agama dan mengakui pluralisme agama. Djohan Effendi mengemukakan:

“Sebenarnya makhluk yang bersifat nisbi, pengertian dan pengakuan manusia tidak mungkin mampu menjangkau dan menangkap agama

16 Djohan Effendi, Pluralisme dan Kebebasan Beragama, cet. I, (Yogyakarta: Institut Dian/ Interfidei, 2010), hlm. 121.

17 Muhammad Irfan Gunawan, “Pemikiran Djogan Effendi Tentang Pluralisme Di Indonesia Tahun 1973-2017”, Skripsi, Bandung: Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kali Jati, 2020, hlm. 4.

18 Catur Widiat Moko, “Pluralisme Agama Menurut Nurholish Madjid (1939-2005) Dalam Konteks KeIndonesiaan”, Jurnal Medine-TE, Vol. 16, No. 1, (Juni 2017), hlm. 71.

(26)

sebagai doktrin kebenaran secara tepat dan menyeluruh. Hal ini hanya ada dalam ilmu Tuhan. Dengan demikian apabila seseorang penganut mengatakan perkataan agama, yang ada dalam pemikirannya bukan hanya agama sendiri. Akan tetapi juga aliran yang dianutnya, bahkan pengertian dan pemahamannya sendiri. Oleh karena itu, pengertian dan pemahamannya tentang agama jelas bukan agama itu sendiri dan karena itu tidak ada alasan untuk secara mutlak dan a apriori menyalahkan pengertian dan pengalaman orang lain.”

Berbeda dengan Djohan Effendi, dalam pemikirannya ia mengangkat ide pluralisme dan kebebasan beragama yang di dalamnya pertemuan titik-titik temu agama-agama, mendefenisikan agama hanyalah sebuah hasil dari lingkungan dan bersifat nisbi, sehingga manusia tidak pernah mendapatkan arti yang sesungguhnya tentang pluralisme agama.19

Pluralisme sebagai nilai yang menghargai dan melindungi keragaman dengan sendirinya, pluralisme megandung prinsip untuk bersikap konsisten terhadap berbagai persepsi yang berangkat dari pengalaman masing-masing disatu pihak yang bersikap respek terhadap agama-agama lainnya. Pluralisme akan bersikap terbuka dalam menerima kehadiran berbagai tanggapan semua pihak yang bersikap toleran dalam menjungjung prinsip pluralisme, saling meningkatkan dan membangun kondisi berdialog dengan antara umat beragama, mengahargai pendapat dan berdiskusi dengan umat lain, sehingga semua orang berhak mempunyai pandangan dan keyakinan sendiri dalam memandang dari persepsi dan perspektif masing-masing.20

Berdasarkan pemahaman Nurcholish madjid dan Djohan Effendi tentang gagasan atau ide pluralisme agama dalam memperjuangkan pembelaan kaum minoritas demi tegaknya demokrasi Indonesia patut kita apresiasi. Kedua tokoh ini konsisten dalam memperjuangkan terwujudnya kehidupan yang harmonis. Rukun, toleransi dan terciptanya solidaritasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang plural. Jadi pemaparan di atas

19 Rif‟at Husnul Ma‟afi, Alvin Qodri Lazuardy, “Konsep Pluralisme Agama Menurut Djohan Effendi”, Jurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan, hlm 87.

20 Yusuf Pandam Bawono, “Djohan Effendi, Ahmadiyah dan Pluralisme dalam Buku Pesan-pesan Al-Qur‟an”, (Jurnal An-nida‟) Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 43, No. 2, (Desember 2019), hlm. 22.

(27)

bahwa kemajemukan tidak dapat dihindarkan karena semua orang yang bertetangga dengan suku, lain agama, lain budaya dan seterusnya. Akan tetapi, pluralisme agama tidak hanya sekedar dalam pengertian bahwa semua perbedaan itu ada, tetapi perbedaan itu menjadi sebuah pandangan kehidupan bersama. Berangkat dari uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menggali data penelitian dengan judul “Studi Komparatif Pemikiran Pluralisme Agama Menurut Nurcholish Madjid(1939-2005) dan Djohan Effendi (1939-2017)”.

B. Penegasan Istilah

Lebih memudahkan pembahasan dan menghindari pemahaman yang berbeda terhadap istilah dalam penelitian ini, maka perlu didefinisi kata pluralisme agama yang menjadi kata kunci penelitian ini. perlu diketahui bahwa kata pluralisme agama berasal dari kata plural yang berarti jamak, dalam arti ada keanekaragaman dalam masyarakat, ada banyak hal lain di luar kelompok kita yang harus diakui.21

Secara singkat, pluralisme agama masih sering disalahpahami sehingga mengandung arti yang kacau atau kabur. Sebab, pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama sama kebenaran dan setiap agama relatif, atau sebuah aturan Tuhan yaitu Sunnatullah yang tidak akan berubah. Sehingga dalam paham pluralisme setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya yang paling benar sedangkan agama yang lain salah.22

Pluralisme dalam pengertian etimologis berasal dari kata plural yang berarti sesuatu atau lebih dari satu bentuk yaitu:

Pertama, keberadaan sejumlah kelompok orang dalam satu masyarakat yang berasal dari ras, agama, pilihan politik, kepercayaan yang berbeda.

21 Syamsul Ma‟arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, cet.1, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2015), hlm. 11.

22 Taslim HM. Yasin, “Pluralisme Agama Sebuah Keniscayaan”, Jurnal Substantia, Vol.

14, No. 1, (April 2013), hlm.137.

(28)

Kedua, suatu kebenaran bahwa di setiap kelompok-kelompok yang berbeda itu bisa hidup bersamaan secara damai dalam lingkungan bermasyarakat. Sebagai sebuah ciri dan sikap keberagaman, sementara pluralisme ini bermakna sebuah kesadaran akan realitas sehingga pluralisme memungkinkan terjadinya kerukunan dan bukan konflik dalam masyarakat dan mendorong kebebasan, termasuk kebebasan beragama.23

Dalam istilah khusus pluralisme agama adalah sebagai kajian agama- agama dalam terminologi khusus, istilah ini tidak dapat dimaknai sembarangan, misalnya disamakan dengan makna istilah “toleransi saling menghormati” dan sebagainya. Sebagai satu paham (isme), yang membahas cara pandang terhadap agama-agama yang ada istilah “pluralisme agama”

telah menjadi pembahasan panjang di kalangan para ilmuwan dalam studi agama-agama.24 Jadi pluralisme adalah keberadaan sejumlah kelompok orang- orang dalam satu masyarakat yang berasal dari ras, suku dan agama dalam pilihan politik yang berbeda dan bisa hidup bersamaan secara damai dalam satu masyarakat sebagai sebuah ciri dan sikap keberagaman, dan kesadaran akan realitas tersebut.25

C. Alasan Pemilihan Judul

1. Pluralisme Agama menurut Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi adalah sebuah paham yang tidak bisa dihindari dari kehidupan masyarakat majemuk dan sebuah kenyatan yang menarik untuk dikaji, mengingat bahwa masih banyak masyarakat majemuk atau kalangan yang belum paham mengenai istilah pluralisme agama tersebut.

2. Pluralisme Agama menurut Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi adalah seorang cendekiawan muslim yang membahas tentang pluralisme agama.

Hal ini dibuktikan dengan karya-karyanya, dalam pemikirannya ada persoalan-persoalan yang menarik untuk di kaji.

23 Umi Sumbulah, Nurjannah, Pluralisme Agama Makna dan Lokalitas Pola Kerukunan Antara Umat Bergama, hlm. 31.

24 Abzar Duraesa, Diskursus Pluralisme Agama Di Indonesia, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2019), hlm. 36.

25 Umi Sumbulah, Nurjannah, hlm. 32.

(29)

3. Adanya persamaan dan perbedaan latar belakang kehidupan pribadi Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi mempengaruhi pemikiran mereka tentang pluralisme agama dalam masyarakat majemuk.

D. Identifikasi Masalah

Sejalan dengan berkembangnya pluralisme agama yang di tokohi oleh sosok Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi, ada persoalan-persoalan yang dapat diambil dari paparan latar belakang di atas yang akan dibahas dalam skrispsi ini, yaitu:

1. Terdapat persamaan dan perbedaan pendapat yang menjadi perdebatan antara pluralisme agama sehingga menimbulkan konflik dalam memahami kemajemukan.

2. Adanya perbedaan argumentasi antara Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama.

3. Perbedaan di atas pada akhirnya meniscayakan perbedaan pemaparan mereka tentang pluralisme agama.

E. Batasan Masalah

Demi terarahnya topik penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan penelitian pada kajian tentang argumentasi dan pemaparan Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama.

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang termuat dalam latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dianalisa lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemikiran Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama?

2. Apa persamaan dan perbedaan pemikiran Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama?

3. Apa kekuatan dan kelemahan pemikiran mereka tentang pluralisme agama?

(30)

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, akan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pluralisme agama dalam perspektif Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi.

2. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan kelemahan pemikiran tentang pluralisme agama antara Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi.

3. Untuk mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran tentang pluralisme agama antara Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi.

Melihat pada tujuan tersebut di atas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pemikiran Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama, dan bahkan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi para peneliti lainnya.

2. Secara institusional diharapkan penelitian ini dapat menambah daftar khazanah perpustakaan yang berasal dari Progran Studi Aqidah Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, UIN Suska Riau.

3. Secara terapan diharapkan penelitian bisa dijadikan rujukan dalam menyikapi isu pluralisme agama yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

H. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan dan mencerna dalam permasalah penelitian pada skripsi ini, maka penulis mengklasifikasikan penelitian ke dalam lima bab, supaya diperoleh gambaran yang komprehensif mengenai “ Pluralisme Agama Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi”, penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi gambaran umum yang akan mengantarkan pada bab-bab selanjutnya dengan menginformasikan tentang kerangka utuh

(31)

skripsi penelitian ini. Bab ini memuat latar belakang, penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab ini merupakan pengantar penelitian ini sebagai bentuk penanggung jawaban ilmiah.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi informasi di dalamnya meliputi kerangka teori; dalam kerangka teori tersebut penulis mencoba meletakkan sub bab landasan teori. Landasan teori tersebut berisi tentang pengertian pluralisme agama secara umum, pendapat tokoh tentang pluralisme agama. Di dalam bab ini juga dipaparkan tentang teori dan faktor-faktor pluralisme agama, munculnya dan sejarah perkembang pluralisme agama, tinjauan kepustakaan atau kajian terdahulu tentang tema terkait, termasuk persamaan dan perbedaannya dengan skripsi ini serta pemanfaatannya di dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Bab ini disusun menjadi sub-sub yaitu tentang sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-metode ilmiah.

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi tentang pluralisme agama dalam pemikiran Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi, biografi Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi, kelahiran dan kematian, karya-karya, pemikiran Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi tentang pluralisme agama.

Serta tema-tema dan analisa tentang pluralisme agama, menurut Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi. Dan dalam bab ini sudah dijelaskan tentang perbndingan pluralisme agama menurut Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi.

(32)

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan yang menjawab semua pertanyaan penelitian dan saran untuk kajian mendatang terkait isu-isu yang sama tentang pluralisme agama terkhusus tentang pluralisme agama.

(33)

16 BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKA (KERANGKA TEORI)

A. Landasan Teori

Secara khusus, suatu teori yang membicarakan masalah pluralisme agama dengan tegas bahwa permasalahan yang sangat populer yaitu dalam pluralisme agama. Jadi untuk membedah teori yang digunakan dalam konsep pluralisme agama menurut Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi yaitu:

Adapun yang terkait dengan teori-teori pluralisme agama akan menjelaskan pandangan-pandangan yang pertama mengenai teori ini tentang pluralisme agama menurut Diana L. Eck seorang tokoh pluralisme Amerika, mengenalkan sisi sosial dari pluralisme sehingga pluralisme mudah dipahami dan bisa diterima tanpa melalui perdebatan yang panjang dan konflik. Menurut Diana L. Eck, sebagai halna sama di Indonesia. Di Amerika Serikat pun pluralisme diatikan sebagai penilaian bahwa semua agama sama. Sementara pluralisme bukanlah sekedar keseamaan atau perbedaan. Akan tetapi lebih kepada bahasa dialog. Pluralisme menurut Diana L. Eck dapat di bagi menjadi tiga yaitu:

Pertama, pluralisme bukan hanya beragam atau majemuk tetapi lebih berarti daripada sekedar itu, meski kedua kata itu sering diartikan sama tapi ada perbedaan yang harus ditekankan. Keragaman atau fakta yang dapat dilihat tentang dunia dengan budaya yang beraneka ragam di Amerika Serikat dan di Indonesia sehingga pluralisme membutuhkan keikutsertaan.26

Kedua, pluralisme bukan sekedar toleransi, tapi sebuah proses pencaraian secara aktif menembus batas-batas perbedaan atau lebih kepada usaha yang untuk memahami orang lain. Meskipun toleransi yang sudah pasti merupakan sebuah langka kedepan dari ketidaktoleransian. Toleransi mengharuskan kita untuk mengetahui segala hal tentang orang lain, shingga toleransi dapat menciptakan iklim untuk menahan diri namun tidak untunk memahami.

26 Wanda Fitri, “Pluralisme Agama Dalam Realitas Sosial”, Jurnal Ilmiah dan Profesi Dakwa, Al-Hikmah, Vol. VIII, No. 16, (Februari 2007), hlm. 13.

(34)

Ketiga, pluralisme juga bukan sekedar relativisme, pluralisme pertautan komitmen antara komitmen religius yang nyata dan komitmen sekuler yang nyata. Pluralisme didasarkan pada perbedaan bukan persamaan. Pluralisme juga sebuah ikatan bukan plepasan, perbedaan dan kekhususan. Ikatan komitmen yang paling dalam, sehingga perbedaan yang paling mendasar dalam menciptaka masyarakat secara bersama-sama menjadi unsur utama dari pluralisme. Jadi pluralisme menurut Diana L. Eck lebih menunjukkan dimensi sosial daripada teologi yaitu sebuah pemahaman alternatif yang dapat membantu menyelesaikan perdebatan pluralisme agama.

Keempat, pluralisme merupakan bahasa dialog dan perjumpaan, memberi dan menerima, kritik dan kritik diri sendiri. 27

Pluralisme agama juga digunakan dalam pengertian sosio-politik sebagai suatu sistem yang mengakui keoksistensi keragaman baik yang dalam suku, ras, ideologis, nudaya atau partai dengan tetap menjaga dan menjungjung tinggi perbedaan yang baik dan sangat unik dalam kelompok tersebut. Henry S. Kariel seorang ilmuan politik Amerika yang menyebutkan enam proposisi umum yang terinteragsi dalam teori politk pluralisme:

1. Individu diwakili dalam beberapa unit kecil pemerintahan.

2. Hasil penyelenggaran pemerintahan yang tidak representatif dalam kekacauan.

3. Masyarakat terdiri dari berbagai asosiasi agama, budaya, pendidikan, profesi dan ekonomi yang berdiri sendiri.

4. Perkumpulan atau asosiasi-asosiasi yang bersifat sukarela artinya tidak ada keharusan bagi siapapun untuk berafilasi dengan suatu perkumpulan atau asosiasi saja.

5. Kebajikan umum yang diterima dan mengikat hasil interaksi bebas antara asosiasi dan,

6. Pemerintahan publik wajiban untuk mengakui dan bertindak hanya berdasarkan kesepakatan kelompok.28

27 Ibid., hlm. 14.

(35)

Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa gagasan pluralisme dalam hal ini dapat dijadikan sebagai makna yang sesungguhnya dalam sosial politik pluralisme tersebut menunjukkan bahwa pluralisme tidak saja menandakan beberapa kesediaan untuk mengakui hak kelompok lain, tetapi juga berlaku adil terhadap kelompok lain atas dasar perdamaian dan saling menghormati.

Sehingga sikap ini harus ditunjukkan sebagai bangsa dan Negara bahkan yang paling bersatu dalam geografis yang harmonis dan masih menunjukkan keragaman ras, ethnis, kelompok dan agama. Dalam hal ini penting juga untuk dikemukakan beberapa pemahaman tentang pluralisme yang menekankan bahwa kelompok minoritas dapat memainkan peran bersama dengan kelompok mayoritas secara utuh dan setara dalam masyarakat dengan tetap mempertahankan identitas dan keunikannya masing-masing.29

Selain itu, menurut Alwi Shihab memahami pluralisme agama adalah setiap pemeluk agama dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan hak orang lain, tetapi terlibat juga dalam usaha memahami persamaan dan perbedaan, guna tercapainya kerukunan dan kebhinnekaan dalam bermasyarakat. Pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme, kosmopolitanisei yang merujuk kepada suatu realitas yang didalamnya beranekaragam agama, bangsa, ras yang hidup secara berdampingan di sebuah lokasi, serta tidak bisa disamakan dengan paham relativisme. Paham relativisme menganggap semua agama adalah sama, pluralisme agama bukanlah Sinkeretime yang menciptakan suatu agama baru dengan memadukan unsur tertentu atau sebagai kompenen ajaran dari beberapa agama untuk dijadikan bagian integral dari agama tersebut.30

Anis Malik Thoha memberi penjelasan yang sangat baik dalam upaya mengartikulasikan teori-teori atas dasar pluralisme agama yang sebenarnya dapat dibagi empat macam teori yaitu :

28 Biyanto, “Pluralism In The Perpective Of Semitic Religions”, Indonesia Journal Of Islam and Muslim Societies”, Vol. 5, No. 2, (Desember, 2015), hlm. 259.

29 Ibid., hlm. 260.

30 Johan Setiawan, “Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Pluralisme Agama dalam Konteks KeIndonesiaan”, Jurnal Zawiyah, Pemikiran Islam, Vol. 5, No. 1, (Juli 2019), hlm. 29- 30.

(36)

Teori humanisme sekuler berarti suatu sistem etika yang mengukuhkan dan menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, seperti toleransi, kasih sayang, kehormatan, tanpa menghubungkan pada ajaran-ajaran agama yang sejati. Pluralisme agama humanisme sekuler merumuskan agama menurut fungsi duniawi dan mencabut elemen-elemen dasar agama yang bersifat transendental. Teori pluralisme ini memposisikan agama sebagai alat politis yang menjungjung tinggi toleransi antara manusia yang hidup dalam keanekaragaman realitas sosial.31

Teori sinkretisme menawarkan untuk menghadapi pluralitas atau keberagaman dengan cara menyatukan agama-agama yang berbeda.

Penyatuan agama-agama tersebut tidak dilakukan begitu saja, akan tetapi dengan melengkapi sisi-sis yang kurang atau tidak lengkap dengan ajaran lain yang dirasa dapat memenuhi kekurangan agama tertentu.

Teori yang terakhir ialah teori hikma prennis, teori hikmah prennis ini tidak muncul sebagai alternatif atau keberagaman agama. akan tetapi lebih menekankan kepada keberagaman pemahaman akan pluralisme itu sendiri.32

Adapun menurut Moko C.W. pluralisme agama dalam perspektif Nurcholish Madjid dalam konteks ke Indonesiaan. Menurutnya, pluralisme agama Nurcholish Madjid dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

Pertama, pokok pluralisme agama adalah Islam agama yang universal melingkupi semua bidang kehidupan, Pancasila adalah dasar negara Indonesia sehingga kita harus bertoleransi dan berlombalomba dalam kebaikan.

Kedua, dampak pluralisme agama adalah mengakui kebebasan beragama, hidup dengan resiko yang akan diterima oleh masing-masing pemeluk agama serta kehendak Tuhan lebih tinggi dari manusia dalam menetapkan segala sesuatu.

Ketiga, prinsip pluralisme agama adalah teologi inklusif, toleran, dialogis, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan, sekaligus merealisasikan Islam damai dan terbuka.33

31 Destriana Sarawasti, “Pluralisme Agama Menurut Karen Armstrong”, Jurnal Filsafat, Vol. 23, No. 3, (Desember 2013), hlm. 190.

32 Ibid., hlm. 191.

(37)

Selanjutnya fatwa MUI mengemukakan bahwa pluralisme agama merupakan paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama akan tetapi kebenaran setiap agama adalah relatif. Oleh karena itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk surga dan akan hidup berdampingan di dalam surga. Akan tetapi dari pengertian tersebut MUI berpendapat bahwa secara tidak langsung terdapat aspek ideologis dalam pluralisme yang dapat berakibat pada personal teologis. MUI membedakan terminologi pluralisme dengan pluralitas yang berarti kenyataan adanya berbagai ragam pemeluk agama berbeda yang hidup secara berdampingan. Sehingga dengan alasan itu MUI mengeluarkan fatwa bahwa pluralisme hukumnya adalah haram. Akan tetapi pluralisme agama yang sesungguhnya adalah setiap agama akan tetap berkomitmen dan saling menghargai dan menghormati satu sama lain serta mewujudkan keharmonisan hubungan antara pemeluknya. 34

Lebih jauh berbicara tentang pluralisme, menurut Noel Coward adalah muncul dari suatu kesadaran bahwa relitas kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari keberagaman, termasuk keberagaman agama, pluralisme agama dapat menjadi sarana untuk memahami bahwa ada satu realitas yang dipahami lewat banyak cara. Hal ini, didasarkan pada semangat yang diusung oleh pluralisme agama demi mencapai kedamaian dan kebersamaan di tengah keberagaman.35

Berdasarkan kajian pluralisme agama, secara filosofi pluralisme berarti sebagai doktrin bahwa subtansi atau hakiki satu atau monoisme tidak dua atau dualisme, akan tetapi banyak yakni jamak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pluralisme adalah keadaan masyarakat majemuk dan

33 Anja Kusuma Atmaja, “Pluralisme Nurcholish Madjid dan Relevansinya Terhadap Problem Dakwa Kontemporer,” Jurnal Dakwa Risalah, vol. 31, No. 1, Juni 2020, hlm. 110.

34 Dwi Noviatin, “Konsep Pluralisme Agama: Suatu Kajian Komparatif Antara Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)”, Skripsi,(Pekanbaru: Universitas Sultan Syaris Kasim Riau, 2003), hlm. 21.

35 Destriana Sarawasti, “Pluralisme Agama Menurut Karen Armstrong”, Jurnal Filsafat, hlm, 187.

(38)

bersangkutan dengan sistem sosial dan politik. Dalam kebebasan beragama dan pluralisme dalam Islam, Nurcholish Madjid menerangkan bahwa kata pluralisme berasal dari Inggris pluralism, konon kata yang berasal dai bahasa Latin yaitu plures yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan.

Pluralisme juga memiliki pandangan filosofi yang tidak mereduksi segala sesuatu pada satu prinsip akan tetapi menerima adanya keberagaman.

Pluralisme juga dibangun dalam basis dialog. Jadi bahasa pluralisme adalah bahasa dialog dan perjumpaan, saling memberi dan menerima perbedaan dengan sikap menghormati dan saling menghargai.36

Sebenarnya ada beberapa teori yang dicetuskan oleh tokoh Barat namun pada intinya teori tersebut mempunyai arti yang sama yaitu “ banyak jalan menuju tuhan” untuk itu menurut penulis sudah mewakili teori yang lain yang akan dibahas secara singkat sekaligus pengaruhnya di Imdonesia dan ada dua teori pluralisme agama yang mempengaruhi pemikiran cendikiawan pluralisme di Indonesia yang digagas oleh Frithof Schoun dan delaborasi oleh Sayyed Hossein Nasr dan John Smith yaitu:

1. Transendent Unity Of Religion

Inti teori ini bahwa agama-agama dengan berbagai varian dogma, legal formal, hukum, moral, ritualnya yang berbeda-beda. Namun, di dalam agama-agama masing terdapat kesamaan asas yang disebut dengan abadi. Dengan demikian, menurut teori ini walaupun nama Tuhan masing- masing berbeda akan tetapi pada esensinya tetaplah sama.37

2. Global Theology

Adapun teologi global adalah revolusi teologis berupa peralihan dari pemusatan agama-agama menuju pemusatan pada Tuhan. Agama- agama menurut Hick merupakan pergumulan budaya manusia yang berbeda-beda dalam merespon Tuhan Universal yang disebut sebagai “The

36 Ayu Alfiah Jonas, “Perbedaan Pluralitas dan Pluralisme dalam Islam”, dikutip dari https://bincangsyariah.com/kolom/perbedaan-pluralitas-dan-pluralisme-dalam-islam/ diakses pada hari Selasa tanggal 20 September 2022, Jam 08:25 Wib.

37 Isom Mudin, “Pluralisme Agama Akar dan Justifikasi al-Qur‟an,” Al-Rasikh: Jurnal Hukum Islam, hlm. 103.

(39)

Real”. Dengan demikian proses peralihan ini akan terjadi setiap agama.

oleh sebab itu, kebenaran setiap agama tidak monolitik tetapi plural karena agama tersebut hanya merespon realitas ketuhanan universal yang absolut.38

Dalam teori-teori Pluralisme agama dapat dipahami dalam tiga sudut:

a. Pluralisme agama dalam bidang sosial yaitu semua agama berhak ada dan hidup artinya semua umat beragama sama-sama untuk toleran, menghormati iman atau kepercayaan dari setiap penganut agama.

b. Pluralisme agama dalam bidang etika atau moral yaitu semua umat beragama memandang bahwa moral atau etika dari masing-masing agama bersifat relative dan sah apabila umat bergama menganut pluralisme agama, maka didorong untuk tidak menghakimi agama lain.

c. Pluralisme agama dalam bidang teologi filosofi yaitu agama-agama pada hakekatnya setara sama-sama benar dan sama menyelamatkan, artinya senua agama menuju pada keTuhanan Yang Maha Esa.39

B. Riwayat Singkat Tokoh

1. Biografi Nurcholish Madjid a. Kelahiran dan Kematian

Nurcholish Madjid atau yang populer dipanggil Cak Nur oleh karib kerabatnya. Nurcholish Madjid adalah putra dari pasangan KH.

Abdul Madjid dan Hj. Fatonah lahir dimajoanyar, kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939 M (26 Muharram 1358 H).40 Pada awalnya KH. Abdul Madjid dan Hj.

Fatonah menamai anak pertamanya dengan nama Abdul Malik yang berarti “hamba Allah”, kemudian diubah menjadi Nurcholish Madjid

38 Ibid., hlm. 104.

39 Shidqin Munjir, “Islam dan Pluralisme Agama,” Artikel, Bandung, Uin Sunan Gunung Djati, hlm. 3.

40 Ahmad Gauf Af, Api Islam Nurcholish; Jalan Hidup Seorang Visioner, (Jakarta:

Kompas, 2010), hlm. 1.

Referensi

Dokumen terkait

Diketahui bahwa didalam perjanjian internasional terdapat norma – norma atau asas yang berlaku, salah satunya ialah asas Pacta Sunt Servanda yang secara langsung berarti

Pemberian morfin dalam dosis kecil (5-10 mg) akan menyebabkan euforia pada pasien yang sedang nyeri. Efek analgetik morfin dan opioid lain sangat selektif dan tidak disertai

Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa Sektor perekonomian di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki keunggulan kompetitif dengan peningkatan pertumbuhan sektor

diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara beban kerja internal dan beban kerja eksternal terhadap kinerja karyawan operator,

Diketahuinya pola aliran bahan tata letak awal yang merupakan petunjuk utama dalam perencanaan tata letak usulan dan tata letak usulan dalam pola aliran bahan disesuaikan dengan

terhadap daratan dengan menggunakan metode demonstrasi... Meningkatkan kemampuan afektif siswa kelas IV di SD Negeri 3 Bojong. pada pembelajaran IPA materi perubahan lingkungan

Jika panjang kunci lebih pendek daripada panjang plainteks, maka kunci diulang secara periodik[6] Secara matematis enkripsi dan dekripsi karakter cipherteks didapat dengan rumus [2]